BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum disebabkan peningkatan enzim liver. Penyebab yang mendasari fatty liver

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fatty adalah akumulasi triglycerid lemak lainnya di hepatosit. Paling umum disebabkan peningkatan enzim. Penyebab yang mendasari fatty dapat berhubungan alkohol non-alkohol. Keduanya berhubungan obesitas, diabetes tipe 2 hyperlipidemia. (Abangah et al, 2013; Hernaez et al, 2011; Yang et al, 2015) Istilah nonalcoholic steatohepatitis (NASH), diciptakan oleh Ludwig tahun 1980 untuk menggambarkan temuan biopsi pada pasien steatohepatitis pada pesien yang tidak konsumsi alkohol, NASH adalah bagian dari steatosis, di kenal sebagai non-alcoholic fatty disease (NAFLD), dapat berupa simpel steatosis (perubahan lemak/deposit) sampai steatohepatitis fibrosis atau cirrhosis. (Khov et al, 2014; Hernaez, et al, 2011) Penggunaan terapi hormonal pada pasien Ca mammae sekitar 43 % mendapatkan efek samping berupa fatty. Fatty yang di induksi pemberian terapi hormonal termasuk dalam kelompok non-alcoholic fatty disease (NAFLD). Penyakit fatty merupakan salah satu penyakit kronik yang sering ditemukan, prevalence % pada populasi dewasa 70 % pasien diabetes. Disebut sebagai silent disease, karena sebagian 1

2 2 besar penderita merasa sehat tidak sadar menderita kelainan di. Di antara pasien yang menderita non alcoholic steatohepatitis (NASH), setengahnya berkembang menjadi fibrosis, % cirrhosis 5,4 % hepatic insufficiency (Decarie et al, 2011). Dokter spesialis radiologi harus melaporkan penyakit fatty karena dapat menyebabkan konsekuensi jangka panjang apabila tidak di diagnosis. Biopsi merupakan penting baku emas dalam mendiagnosis NAFLD (Khov et al, 2014; Mahaling et al, 2013). Walaupun merupakan baku emas, biopsi merupakan invasif yang memiliki resiko perdarahan pada pasien, sehingga diperlukan non invasif sebagai alternatif untuk memperkirakan steatosis. Salah satunya ultrasonografi (USG) CT-scan non-kontras (Sumida et al, 2014). USG merupakan metode pencitraan yang paling banyak digunakan untuk diagnosis evaluasi fatty atau steatosis. USG tidak invasif, mudah diperoleh, biaya terjangkau (Ozkol et al, 2010 ; Borges et al, 2011). Selain itu hasil USG sangat bergantung pada kemampuan dari operator. USG untuk mendeteksi fatty mempunyai sensitivitas 82 % sampai 89 % (Bayard et al, 2006). CT-scan umumnya tidak selalu dilakukan untuk menegakkan diagnosis, karena bahaya dari radiasinya. Pada CT-scan nilai atenuasi normal lebih tinggi dari pada spleen, jika rasionya terbalik dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis fatty. Dikatakan fatty bila nilai rasio -spleen pada CT-scan kurang dari 1.

3 3 Akumulasi lemak adalah satu dari semua kelainan pada gambaran crosssectional. Pola yang umum seperti akumulasi lemak diffuse, akumulasi lemak diffuse focal sparing, akumulasi lemak focal pada normal. Pola yang tidak umum menyebabkan kebingungan mendiagnosis kondisi menyerupai neoplastic, inflammatory, atau vascular termasuk akumulasi multi nodular perivascular. Semua pola heterogen atau non uniform distribusi dari lemak. untuk membantu mencegah kesalahan diagnosis pedoman yang tepat diagnosis kerja manajemen, dokter spesialis radiologi harus menyadari pola yang berbeda dari akumulasi lemak di. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diringkas sebagai berikut : Penggunaan terapi hormonal pada pasien ca mammae sekitar 43 % mendapatkan efek samping berupa fatty. Biopsi merupakan penting baku emas dalam mendiagnosis NAFLD, akan tetapi merupakan invasif yang memiliki resiko perdarahan pada pasien, sehingga diperlukan noninvasif sebagai alternatif untuk memperkirakan steatosis. Salah satunya ultrasonografi (USG) CT-scan non-kontras. CT-scan umumnya tidak selalu dilakukan untuk menegakkan diagnosis, karena bahaya dari radiasi, tidak selalu tersedia, biayanya mahal sehingga diperlukan USG yang diketahui tidak memberi radiasi, mudah diperoleh biaya terjangkau.

4 4 Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu diketahui penelitian ini difokuskan pada kesesuaian interpretasi diffuse fatty USG grey-scale dibandingkan CT-scan non-kontras pada pasien ca mammae yang mendapat terapi hormonal. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah ada kesesuaian interpretasi diffuse fatty pada USG grey-scale dibandingkan CTscan non-kontras pada pasien ca mammae yang mendapat terapi hormonal. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian interpretasi diffuse fatty pada USG grey-scale dibandingkan CT-scan non-kontras pada pasien ca mammae yang mendapat terapi hormonal. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan : 1. Dapat diketahui kesesuaian antara interpretasi CT-scan abdomen nonkontras ultrasonografi fatty 2. Dapat diketahui tingkat kesesuaian grade fatty antara interpretasi CT-scan abdomen non-kontras USG, jika didapatkan kesesuian

5 5 3. Secara medis menunjukan pentingnya CT-scan non-kontras USG untuk mendiagnosis fatty 4. Secara medis menunjukan pentingnya CT-scan non-kontras USG pada fatty yang mempunyai faktor resiko fibrosis, cirrhosis hepatic insufficiency. F. Keaslian Penelitian Penelitian yang meneliti kesesuaian diagnosis fatty CT-scan non-kontras USG menurut sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Beberapa penelitian mengenai komparasi hasil ultrasonografi CTscan non-kontras pada penderita kecurigaan non-alcoholic fatty disease yang dapat digunakan sebagai acuan pustaka diantaranya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Penelitian mengenai CT-scan non-kontras USG pada penderita fatty Peneliti, Tahun Soelistyaningtyas, 2007 Subyek Topik Hasil Perbedaan 37 orang, (+) fatty USG 25 orang, CTscan 21 orang komparasi hasil ultrasonografi CT-scan non-kontras pada penderita kecurigaan nonalcoholic fatty disease Tidak terdapat perbedaan antara hasil foto fatty pada USG hasil foto fatty pada CT-scan non-kontras Satu subyek penelitian dimungkinkan tidak dilakukan USG CTscan non-kontras

6 6 Zhang,2014 Total subyek 170. Seluruhnya dilakukan USG Magnetic resonance spectroscopy (MRS) USG / rasio ginjal tingkat atenuasi untuk mengukur kadar lemak Qayyum, 2009 Kuantifikasi steatosis pada USG, CT, MRI adalah berkorelasi histopatologi di 67 pasien. Evaluasi steatosis diffuse USG, CT, MRI : modalitas mana yang terbaik? Liu, focal fatty sparing (FFSs) pada 52 pasien diperiksa color doppler flow imaging contrastenhanced microvessel tampilan sonografi. 63 FFSs termasuk 16 FFSs di porta hepatis, 14 FFSs sekitar fossa kandung empedu, 33 FFSs lainnya. Analisis area fokal yang tidak terkena fatty menggunakan color doppler imaging contrast-enhanced microvessel tampilan sonografi. Analisis korelasi mengungkapkan bahwa USG / rasio ginjal tingkat atenuasi ekointensitas secara signifikan berkorelasi konten H-MRS (ultrasound hepatic/ renal ratio : r = 0,952, P = 0,000 ; hepatic echo-intensity attenuation r = 0,850, P = 0,000) Opposed-fase MRI menunjukkan korelasi yang tinggi pada kasus steatosis (0,68 0,69, P <0,01; koefisien korelasi intraclass, 0.93). Korelasi Spearman's ( korelasi intraclass) koefisien lebih rendah USG [0,54, 0,33 (0,40)] enhanced CT [0,33, 0,39 (0,97)]. 14 dari 16 FFSs di porta hepatis menunjukkan vena terhadap daerah tersebut. FFSs di hilus hepatis berkorelasi vena yang menyimpang, memiliki statistik yang signifikan dibandingkan kontrol kelompok (P <0,0001). 7 dari 14 FFSs sekitar fossa kandung empedu berisi pembuluh darah, 5 vena sisanya 2 arteri. 2 FFSs terletak di sekitar hemangioma. 3 FFSs terletak di sekitar pembuluh yang gagal berkembang. Pemeriksaan USG / rasio ginjal tingkat atenuasi untuk mengukur kadar lemak menggunakan modalitas USG H- MRS Evaluasi steatosis diffuse membandingkan USG, CT, MRI berkorelasi histopatologi 63 focal fatty sparing (FFSs) pada 52 pasien diperiksa color doppler flow imaging contrast-enhanced microvessel tampilan sonografi