BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan industri yang padat modal, padat karya dan juga padat teknologi. Teknologi kesehatan dikembangkan untuk memecahkan masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup. Mereka membentuk komponen tak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan yang dapat membantu dalam penegakkan diagnosis, pencegahan dan pengobatan penyakit dan dalam mengurangi kecacatan dan penurunan fungsional seseorang. Teknologi kesehatan mencakup semua jenis pengobatan, peralatan, prosedur medis dan prosedur operasi (bedah) yang digunakan dalam pelayanan kesehatan, termasuk organisasi dan sistem dimana pelayanan tersebut diselenggarakan (Herndon et al., 2007). Teknologi kesehatan yang aman dan efektif bergantung kepada kebijakan dan manajemen untuk seleksi didasarkan pada bukti ilmiah dan praktek terbaik untuk organisasi manajemen dan penggunaan (World Health Organization [WHO], 2011). Rumah sakit swasta berlomba-lomba dalam mempromosikan keunggulan dalam pelayanan kesehatannya terutama dalam pengadaan alat-alat medis canggih yang dimilikinya. Salah satunya adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging). Dalam tulisan Mohamed M. Mostafa, Qualitative Market Research: An International Journal Vol. 17 No. 4, 2014, Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan tajam dalam aplikasi pemasaran neuroimaging yaitu salah satunya pemanfaatan MRI. Sebagaimana dilaporkan dalam edisi The Lancet, 27 Januari 2007, para peneliti menemukan bahwa MRI memiliki akurasi keseluruhan 84% untuk diagnosis stroke akut, dibandingkan dengan 54% untuk CT Scan. MRI juga jauh

2 2 lebih unggul daripada CT Scan dalam mengevaluasi 90 pasien yang dipindai dalam jendela perawatan tiga jam kritis setelah onset gejala ; MRI terdeteksi stroke iskemik akut pada 41% dari pasien, sementara CT Scan melakukannya hanya 6%. Hasil Interpretasi dari para ahli memperlihatkan bahwa hasil scan MRI lebih baik daripada interpretasi CT Scan. Para ahli juga sepakat, ada atau tidak adanya stroke akut terbaca 80% dari MRI scan pasien, dibandingkan dengan 58% dari MRI. Kemudahan interpretasi penting karena scan otak saat kondisi darurat sering dinilai oleh non-spesialis atau dokter umum. Meskipun akurasi MRI baik dalam deteksi stroke, tetap penilaian klinis seorang dokter dalam membuat keputusan akhir tentang diagnosis dan pengobatan sangat penting, (NIH Research Matters, 2007). Pengadaan peralatan MRI di Eka Hospital Pekanbaru merupakan salah satu usaha investasi alat yang ditujukan untuk mencari suatu tujuan tertentu, pada waktu tertentu, dalam jangka panjang, dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan terutama pada tuntutan masyarakat terhadap pelayanan. Pada Eka Hospital Pekanbaru selama ini belum pernah dilakukan evaluasi utilisasi alat MRI dimana rumah sakit sudah mengeluarkan dana yang begitu besar khususnya mengenai investasi peralatan MRI, sehingga belum diketahui seberapa besar nilai utilisasi alat medis berinvestasi besar. Untuk menjamin tercapainya tujuan investasi memerlukan studi kelayakan untuk tujuan kontrol (pengendalian), serta evaluasi tahap akhir untuk tujuan pengembangan dan pangadaan alat baru. Berdasarkan uraian di atas perlu adanya evaluasi utilisasi peralatan MRI pada Eka Hospital Pekanbaru, mengingat besarnya dana yang dikeluarkan rumah sakit serta dampak yang bermakna terhadap pemasukkan rumah sakit, perlu adanya kontrol yang ketat terhadap utilisasi peralatan medis. Dalam dunia kesehatan kita tidak lepas dari misdiagnostik. Misdiagnostik ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti faktor pasien, dokter, maupun faktor pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang memang alat yang berguna, tapi tidak sempurna. MRI sebagai salah satu alat penunjang diagnostik juga tidak luput dari kejadian misdiagnostik ini.

3 3 Terkait dengan peningkatan teknologi radiologi, pekerjaan seorang radiolog lebih tertantang dengan tugas menafsirkan / menginterpretasikan hasil gambar dan membuat diagnosis untuk sekiranya merujuk kepada seorang rekan dokter spesialis bedah atau dokter lainnya. Banyak pasien berharap hasil radiologi 100 persen akurat, tapi disini ada penilaian manusia, dimana kadang-kadang timbul suatu kesalahan dan kelalaian medis sehingga terjadi suatu misdiagnosis atau kesalahan dalam pelaporan hasil. Radiolog memiliki tanggung jawab untuk berkomunikasi dengan jelas dan efisien kepada rekan-rekan medis dan pasien, baik secara tertulis dan secara pribadi (Norman Scarborough, MEDICAL MISDIAGNOSIS in America,2008). Dampak dari penggunaan MRI yang tidak tepat selain dampak medis seperti yang telah disebutkan diatas, yaitu dampak secara ekonomi dan managerial. Dampak ekonomi dapat dilihat dari biaya yang dikeluarkan oleh pasien saat melakukan pemeriksaan. Tarif MRI sendiri tergolong bervariasi dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah tergantung dari jenis pemeriksaannya (MRI kepala, MRI abdomen, MRCP, dll). Dapat dibayangkan jika seorang pasien harus beberapa kali melakukan pemeriksaan MRI, selain secara medis resiko stress, pasien juga harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Secara manajerial, utilisasi MRI sendiri merupakan alat yang mahal, sehingga tarif MRI nya pun ikut menyesuaikan. Sebagai alat elektronik, MRI ini juga tidak terlepas dari masalah kerusakan. Kerusakan dapat terjadi karena faktor operator maupun karena tingginya tingkat penggunaan sehingga menyebabkan alat ini overused. Apabila MRI tersebut overused dan mengalami kerusakan, serta tidak adanya alat MRI lain di rumah sakit tersebut, maka pasien terpaksa harus di rujuk ke rumah sakit lain. Hal ini menyebabkan selain turunnya jumlah pasien MRI, juga mengakibatkan income yang diperoleh rumah sakit dari penggunaan MRI berkurang. Pada penelitian ini, peneliti akan mengevaluasi tingkat utilisasi MRI dan perannya pada diagnosis dan terapi.

4 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: Bagaimanakah tingkat utilisasi alat MRI pada Eka Hospital Pekanbaru? Dan bagaimana kesesuaian pemilihan pemeriksaan MRI dengan diagnosis dan terapi. C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum: Mengetahui tingkat utilisasi alat MRI pada Eka Hospital Pekanbaru. Tujuan Khusus: 1. Mendiskripsikan karakteristik pasien pengguna MRI 2. Mendeskripsikan karakteristik pemeriksaan MRI yang dilakukan 3. Menghitung proporsi pemeriksaan MRI yang sesuai dengan indikasi 4. Menghitung proporsi pemeriksaan MRI yang sesuai dengan diagnosis D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam melakukan evaluasi utilisasi peralatan MRI yaitu: 1. Bagi pasien sebagai informasi penting kenapa dilakukan pemeriksaan MRI pada dirinya 2. Bagi pihak medis sebagai gambaran utilisasi alat MRI di Eka Hospital Pekanbaru 3. Bagi peneliti mendapatkan informasi utilisasi alat MRI dan aplikasi medisnya.

5 5 4. Bagi rumah sakit, sebagai bahan masukkan terkait utilisasi alat MRI dan dapat sebai referensi dalam pengadaan / investasi alat di kemudian hari E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang evaluasi utilisasi peralatan MRI sepanjang pengetahuan peneliti belum pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya yang hampir serupa telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya: 1. Subchan, Khairunnisa (2012) tentang Utilisasi MRI di Instalasi Gawat Darurat Rumash Sakit Cipto Mangunkusumo dan perannya dalam diagnosis dan terapi. Peneliti meneliti utilisasi dari MRI dan di lihat aplikasinya di lapangan apakah sesuai dengan diagnosis dan terapi. Penelitian ini sama dengan apa yang saya akan lakukan tapi yang diteliti ada beda alatnya. 2. Jusuf, Wirawan (2011) tentang Tingkat Utilisasi dan Break Even Analysis alat-alat kesehatan di rumah sakit. Penelitian ini melihat hubungan antara investasi alat dan BEP di tingkat manajemen. Peneliti mengambil hikmah dari penelitian ini ada hubungan investasi alat medis mahal dan aplikasinya. Karena tingkat utilisasi yang rendah akan mempengaruhi cash flow rumah sakit juga.