PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN

dokumen-dokumen yang mirip
KAITAN SPEKTRUM KETETANGGAAN DARI GRAF SEKAWAN

BILANGAN RADO 2-WARNA UNTUK m 1

PENJADWALAN KULIAH DENGAN ALGORITMA WELSH-POWELL (STUDI KASUS: JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNAND)

PENENTUAN RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA HASIL OPERASI CARTESIAN PRODUCT TERHADAP GRAF LINGKARAN DAN GRAF BIPARTIT LENGKAP DENGAN GRAF LINTASAN

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

STRUKTUR SEMILATTICE PADA PRA A -ALJABAR

Contoh-contoh soal induksi matematika

REALISASI POSITIF STABIL ASIMTOTIK DARI SISTEM LINIER DISKRIT

BATAS ATAS RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF DENGAN KONEKTIVITAS 3

KARAKTERISASI GRAF POHON DENGAN BILANGAN KROMATIK LOKASI 3

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF K n K m

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF C n K m, DENGAN n 3 DAN m 1

SOLUSI POSITIF DARI PERSAMAAN LEONTIEF DISKRIT

PELABELAN TOTAL AJAIB PADA GABUNGAN GRAF BINTANG DAN BEBERAPA GRAF SEGITIGA

PRA A*-ALJABAR SEBAGAI SEBUAH POSET

INJEKSI TOTAL AJAIB PADA GABUNGAN GRAF K 1,s DAN GRAF mk 3 UNTUK m GENAP

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF RODA W n

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF RODA DAN GRAF KUBIK

WARP PADA SEBUAH SEGITIGA

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF POHON n-ary LENGKAP

REALISASI POSITIF STABIL ASIMTOTIK SISTEM LINIER DISKRIT DENGAN POLE KONJUGAT KOMPLEKS

BILANGAN STRONG RAINBOW CONNECTION UNTUK GRAF GARIS, GRAF MIDDLE DAN GRAF TOTAL

DEKOMPOSISI PRA A*-ALJABAR

PELABELAN TOTAL TITIK AJAIB PADA GRAF SIKLUS DENGAN BANYAK TITIK GENAP

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

BILANGAN RAMSEY UNTUK GRAF BINTANG S n DAN GRAF RODA W m

FAKTORISASI LDU PADA MATRIKS NONPOSITIF TOTAL NONSINGULAR

SUATU BUKTI DARI WEDDERBURN S LITTLE THEOREM

STABILISASI SISTEM DESKRIPTOR DISKRIT LINIER POSITIF

PENENTUAN ANGGOTA KELAS RAMSEY MINIMAL UNTUK PASANGAN (2K 2, C 4 )

STABILISASI SISTEM DESKRIPTOR LINIER KONTINU

HUBUNGAN ANTARA HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DENGAN RECTANGLE

RAINBOW CONNECTION PADA BEBERAPA GRAF

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF ULAT

APOTEMA: Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 2, Nomor 2 Juli 2016 p ISSN BILANGAN SEMPURNA GENAP DAN KEPRIMAAN BI LANGAN MERSENNE

ANALISA STEADY STATE ERROR SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU

PELABELAN TOTAL (a, d)-titik ANTIAJAIB SUPER PADA GRAF PETERSEN YANG DIPERUMUM P (n, 3) DENGAN n GANJIL, n 7

PENENTUAN SATURATION NUMBER DARI GRAF BENZENOID

REALISASI SISTEM LINIER INVARIANT WAKTU

KETEROBSERVASIAN SISTEM DESKRIPTOR DISKRIT LINIER

BILANGAN KROMATIK LOKASI DARI GRAF HUTAN LINIER H t

BAB II KAJIAN PUSTAKA. operasi matriks, determinan dan invers matriks), aljabar max-plus, matriks atas

Invers Tergeneralisasi Matriks atas Z p

SOLUSI POSITIF DARI SISTEM SINGULAR DISKRIT

HUBUNGAN BILANGAN SEMPURNA DAN BILANGAN PRIMA FIBONACCI ABSTRACT

RAINBOW CONNECTION PADA GRAF DENGAN KONEKTIFITAS 1

GRAF RAMSEY (K 1,2, C 4 )-MINIMAL DENGAN DIAMETER 2

Aljabar Linear. & Matriks. Evangs Mailoa. Pert. 5

Jurnal Apotema Vol.2 No. 2 62

KARAKTERISASI SUATU IDEAL DARI SEMIGRUP IMPLIKATIF

RAINBOW CONNECTION PADA GRAF k-connected UNTUK k = 1 ATAU 2

Yurnalis 1. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia.

TINGKATAN SUBGRUP DARI SUBHIMPUNAN FUZZY

BILANGAN KROMATIK LOKASI UNTUK GRAF KEMBANG API F n,2 DAN F n,3 DENGAN n 2

SYARAT PERLU UNTUK GRAF RAMSEY (2K 2, C n )-MINIMAL

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 1 dan 2

PENENTUAN RAINBOW CONNECTION NUMBER PADA GRAF BUKU SEGIEMPAT, GRAF KIPAS, DAN GRAF TRIBUN

APLIKASI DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR PADA KOMPRESI UKURAN FILE GAMBAR

KETEROBSERVASIAN SISTEM LINIER DISKRIT

Rizkun As Syirazi, Thresye, Nurul Huda Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat

PRA A -MODUL ATAS PRA A -ALJABAR DAN ALJABAR IF-THEN-ELSE ATAS PRA A -ALJABAR

HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE)

Sistem Bilangan Real. Pendahuluan

STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER INVARIANT WAKTU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACKERMANN

SOLUSI REFLEKSIF DAN ANTI-REFLEKSIF DARI PERSAMAAN MATRIKS AX = B

BILANGAN AJAIB MAKSIMUM DAN MINIMUM PADA GRAF SIKLUS GANJIL

METODE PSEUDO ARC-LENGTH DAN PENERAPANNYA PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NONLINIER TERPARAMETERISASI

Pengantar Teori Bilangan. Kuliah 10

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bagian ini diterangkan materi yang berkaitan dengan penelitian, diantaranya konsep

SUATU KAJIAN TENTANG PENYARINGAN TERURUT DARI SEMIGRUP IMPLIKATIF

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1

Pembahasan Soal-Soal Latihan 1.1

GELANGGANG ARTIN. Kata Kunci: Artin ring, prim ideal, maximal ideal, nilradikal.

MATEMATIKA EKONOMI 1 HIMPUNAN BILANGAN. Dosen : Fitri Yulianti, SP. MSi

STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER DENGAN PENEMPATAN NILAI EIGEN

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

DEFISIENSI SISI-AJAIB SUPER DARI GRAF KIPAS

PELABELAN TOTAL (a, d)-sisi ANTIAJAIB SUPER PADA SUBDIVISI GRAF BINTANG

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

Pengantar Teori Bilangan

BILANGAN RAINBOW CONNECTION UNTUK BEBERAPA GRAF THORN

MATRIKS. Definisi: Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang berbentuk segiempat siku-siku yang terdiri dari baris dan kolom.

BAB I NOTASI, KONJEKTUR, DAN PRINSIP

Sistem Bilangan Riil. Pendahuluan

TOPOLOGI METRIK PARSIAL

MENGHITUNG DETERMINAN MATRIKS MENGGUNAKAN METODE SALIHU

GRAF AJAIB TOTAL. Kata Kunci: total magic labeling, vertex magic, edge magic

FUNGSI-FUNGSI PADA TEORI BILANGAN DAN APLIKASINYA PADA PERHITUNGAN KALENDER. Sangadji *

SUATU KAJIAN TITIK TETAP PEMETAAN k-pseudononspreading SEJATI DI RUANG HILBERT

KONVOLUSI DARI PEUBAH ACAK BINOMIAL NEGATIF

Materi 1: Teori Himpunan

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang dibicarakan yang akan digunakan pada bab selanjutnya. Bentuk umum dari matriks bujur sangkar adalah sebagai berikut:

METODE SOLOVAY-STRASSEN UNTUK PENGUJIAN BILANGAN PRIMA

PENCARIAN AKAR-AKAR PERSAMAAN NONLINIER SATU VARIABEL DENGAN METODE ITERASI BARU HASIL DARI EKSPANSI TAYLOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfg

ALGORITMA ELIMINASI GAUSS INTERVAL DALAM MENDAPATKAN NILAI DETERMINAN MATRIKS INTERVAL DAN MENCARI SOLUSI SISTEM PERSAMAAN INTERVAL LINEAR

SYARAT AGAR SUATU GRAF DIKATAKAN BUKAN GRAF AJAIB TOTAL

Transkripsi:

Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 27 33 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGKONSTRUKSIAN BILANGAN TIDAK KONGRUEN RATI MAYANG SARI Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas Kampus UNAND Limau Manis Padang Indonesia rati.mayangsari21@gmail.com Abstrak. Dalam penelitian ini dikaji tentang pengkonstruksian bilangan tidak kongruen dengan menggunakan matriks Monsky dan rank dari matriks tersebut sebagai batas dari y 2 = xx 2 n 2. Metode ini menggunakan faktor prima yang berbeda yang dapat ditulis dalam bentuk 8k + 3 untuk sebarang k 4. Sehingga dengan menggunakan metode tersebut diperoleh bilangan tidak kongruen yang berbeda dengan yang diperoleh pada Iskra. Kata Kunci: Bilangan kongruen bilangan tidak kongruen matriks Monsky 1. Pendahuluan Suatu bilangan bulat positif n dikatakan bilangan kongruen jika bilangan tersebut merupakan nilai dari luas suatu segitiga siku-siku dimana panjang ketiga sisinya merupakan bilangan rasional [5]. Dengan kata lain n dikatakan kongruen jika terdapat a b c Q + sedemikian sehingga a 2 +b 2 = c 2 dan 1 2ab = n. Secara sebanding rank dari kurva eliptik y 2 = xx 2 n 2 1.1 adalah positif [1]. Jika tidak positif maka bilangan n tidak kongruen. Sebelumnya bilangan kongruen dan bilangan tidak kongruen telah dipelajari dengan memfokuskan pada faktor prima dari bilangan n tersebut. Seperti pada [6] telah ditunjukkan bahwa terdapat tak terhingga banyaknya bilangan tidak kongruen ganjil dan squarefree dengan banyak faktor prima. Pada [4] Iskra memperoleh bilangan tidak kongruen dengan menunjukkan bahwa rank dari kurva eliptik y 2 = xx 2 n 2 adalah nol. Ini memerlukan pembuktian bahwa banyak pasangan persamaan kuadrat terhadap Q yang tidak dapat diselesaikan. Pada makalah ini akan dikaji tentang bagaimana cara menentukan bilangan tidak kongruen dengan menggunakan matriks Monsky dan rank dari matriks tersebut sebagai batas dari rank y 2 = xx 2 n 2. 2. Pengkonstruksian Bilangan Tidak Kongruen Definisi 2.1. [5] Suatu bilangan bulat positif n dikatakan bilangan kongruen jika bilangan tersebut merupakan nilai dari luas suatu segitiga siku-siku dimana panjang 27

28 Rati Mayang Sari ketiga sisinya merupakan bilangan rasional. Dengan kata lain n dikatakan kongruen jika terdapat a b c Q + sedemikian sehingga a 2 + b 2 = c 2 dan 1 2ab = n. Dalam [4] telah diperoleh beberapa bilangan tidak kongruen yang memuat banyak faktor prima dengan menggunakan teorema berikut. Teorema 2.2. [4] Misalkan p 1 p 2 p t merupakan bilangan prima yang berbeda yang mana p i 3 mod 8 dan adalah bilangan tidak kongruen. pj p i = 1 untuk j < i. Maka n = p 1 p 2 p t 3. Aljabar Linier Untuk Mengkonstruksi Bilangan Tidak Kongruen Berikut ini akan disajikan Proposisi 3.1 dan Proposisi 3.2 yang akan digunakan untuk pembuktian beberapa lema yang menjadi syarat cukup untuk n yang merupakan bilangan tidak kongruen. Proposisi 3.1. [1] Jika A B C dan D adalah matriks bujur sangkar maka [ ] { A B detadetd CA 1 B jika A 1 ada; det = C D detddeta BD 1 C jika D 1 ada. Proposisi 3.2. [1] Jika B merupakan matriks n n yang dapat dibalik dan jika D dan C adalah matriks n k maka detb + CD T = detbdeti + D T B 1 C Untuk memudahkan pengkonstruksian bilangan tidak kongruen akan didefinisikan tiga matriks yang akan digunakan dalam pengkonstruksian bilangan tidak kongruen. Definisi 3.3. [1] Untuk suatu bilangan bulat positif r yang merupakan ukuran dari suatu matriks didefinisikan matriks U Q dan A sebagai berikut r 1 1 1 1 1 0 r 2 1 1 1. 0 0....... U = U r =..... 2 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 Q = Q r =.....

Pengkonstruksian Bilangan Tidak Kongruen 29 r 1 1 1 2 0 r 2 1 1 1. 0 0....... A = A r =...... 2 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 Notasi I = I r menyatakan matriks identitas dengan ukuran r r sementara notasi 0 = 0 r menyatakan matriks yang entri-entrinya adalah nol. Lema 3.4 sampai Lema 3.10 diperlukan untuk mengkonstruksi bilangan tidak kongruen. Lema 3.4. [1] Misalkan Q didefinisikan seperti pada Definisi 3.3 maka Q 2 = 2Q 0 r mod 2. 3.1 Pada Lema 3.5 berikut akan diturunkan suatu kesamaan yang melibatkan matriks U. Lema 3.5. [1] Misalkan U didefinisikan seperti pada Definisi 3.3 maka UU+I 0 r mod 2. 3.2 Bukti dari ketiga Lema berikutnya hanya menggunakan perhitungan langsung. Lema 3.6. [1] Misalkan U dan Q seperti pada Definisi 3.3 maka r 0 0 0 r UQ =. 3.3..... Lema 3.7. [1] Misalkan U dan Q seperti pada Definisi 3.3 maka r 1 1 1 0 QU + I mod 2. 3.4..... r 1 1 1 0 Lema 3.8. [1] Misalkan A seperti pada Definisi 3.3 maka 0 1 1 1 r AA + I mod 2...... r 1 1 1 0

30 Rati Mayang Sari Lema 3.9. [1] Misalkan matriks A = A r seperti pada Definisi 3.3 r adalah ukuran dari matriks tersebut yang merupakan bilangan genap dan matriks T didefinisikan sebagai maka det[t] 1mod 2. [ ] I A T = A + I I Lema terakhir ini merupakan langkah penting dalam pengkonstruksian keluarga dari bilangan tidak kongruen dengan sebarang banyak faktor prima. Lema ini menunjukkan bahwa apabila bilangan prima yang tepat ditambahkan ke bilangan tidak kongruen yang ada maka diperoleh bilangan tidak kongruen dengan sebarang banyak faktor prima. Lema 3.10. [1] Misalkan m merupakan bilangan bulat genap tidak negatif dan t merupakan bilangan bulat positif yang memenuhi t m. Misalkan terdapat suatu matriks M = M 2t yang diberikan oleh [ ] U + I I M = I U dengan [ ] U11 U U = 12 0 U 22 dimana matriks U 11 merupakan sebuah matriks yang berukuran t m t m mungkin kosong sebagai berikut t 1 1 1 1 0 t 2 1 1 U 11 =. 0 0............... 1 0 0 0 m sementara matriks U 12 merupakan matriks yang berukuran t m m dengan semua entrinya adalah bilangan 1 dan matriks U 22 adalah sebuah matriks yang berukuran m m mungkin kosong yang berisi bilangan bulat dengan [ ] I U det 22 1 mod 2. 3.5 U 22 + I I Maka detm 1 mod 2. Telah ditetapkan bahwa matriks kosong memiliki determinan sama dengan 1 dan jika U 22 adalah kosong maka U 22 +I 0 sama dengan matriks kosong.

4. Hasil dan Pembahasan Pengkonstruksian Bilangan Tidak Kongruen 31 Teorema berikut merupakan teorema utama untuk mengkonstruksi bilangan tidak kongruen. Untuk membuktikan teorema ini digunakan matriks Monsky dan rank dari kurva eliptik 1.1. Teorema 4.1. [1] Misalkan m merupakan bilangan bulat genap tidak negatif dan t merupakan bilangan bulat positif yang memenuhi t m. Himpunan N m merupakan himpunan dari bilangan bulat positif dengan faktorisasi prima p 1 p 2 p t dimana p 1 p 2 p t merupakan bilangan prima yang berbeda yang terbentuk dari 8k + 3 untuk suatu k 4 yang mana { pj 1 jika 1 j < i dan j i 1 m = 4.1 +1 jika 1 j < i dan j i = 1 m. p i Jika n N m maka n tidak kongruen. Selain itu untuk m > 0 himpunan N m merupakan pasangan yang saling lepas. Bukti. Lema 3.10 digunakan untuk menghasilkan bilangan tidak kongruen. Untuk pemilihan faktor prima seperti yang disebutkan dalam Teorema 4.1 dituliskan matriks Monsky sebagai berikut [ ] U + I I M = I U dimana [ ] U11 U U = 12 0 U 22 dengan U 11 dan U 12 telah diberikan pada Lema 3.10. Untuk m = 0 maka matriks U 22 adalah matriks kosong. Jika m > 0 maka U 22 = A m. Berdasarkan Lema 3.9 syarat dari Lema 3.10 terpenuhi apabila U 22 dipilih sesuai kondisi yang telah disebutkan sebelumnya. Dengan menggunakan Lema 3.10 dapat ditarik kesimpulan bahwa detm 1 mod 2. Dengan demikian rank dari M sama dengan 2t. Oleh karena itu sn = 0 jika n N m dan berdasarkan ketidaksamaan rn sn maka rank persamaan 1.1 sama dengan nol. Oleh karena itu n adalah bilangan tidak kongruen. Notasikan N 0 sebagai keluarga dari bilangan tidak kongruen yang diperoleh dari Iskra [4]. Dengan cara menukarkan sebarang dua bilangan prima pertama di sebarang n N 2 diperoleh N 2 N 0. Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa semua himpunan N m lainnya adalah himpunan baru. Asumsikan bahwa bilangan bulat positif n yang tidak kongruen tadi memenuhi n N m N m untuk bilangan bulat genap m dan m dengan m > m 4. Misalkan terdapat bilangan n dengan faktorisasi prima sebagai berikut n = p 1 p 2... p t N m

32 Rati Mayang Sari dan suatu permutasi π dari faktor prima p i dari n sebagai berikut n = q 1 q 2... q t N m dimana q i merupakan faktor prima dari n dan { qj 1 jika 1 j < i dan j i 1 m = +1 jika 1 j < i dan j i = 1 m. q i 4.2 Misalkan k menyatakan indeks terbesar yang mana p k tidak ditetapkan oleh permutasi π. Jelas bahwa k 2. Jika k = 2 maka q 1 = p 2 dan q 2 = p 1 sehingga = +1 ini kontradiksi dengan persamaan 4.2 karena m > m 4. Jika q 2 k = 3 maka urutan dari himpunan {q 1 q 2 q 3 } adalah salah satu dari urutan himpunan {p 3 p 1 p 2 } {p 3 p 2 p 1 } {p 1 p 3 p 2 } atau {p 2 p 3 p 1 }. Sesuai dengan urutan himpunan tersebut maka simbol Legendre-nya adalah q2 q2 = +1 = +1 = +1 = +1 q 2 q 2 yang masing-masingnya bertentangan dengan persamaan 4.2 dan ketaksamaan m > m 4. Oleh karena itu haruslah k 4. Dari definisi k diketahui bahwa p k = q j untuk suatu j yang memenuhi 1 j < k. Jika p k = q 1 maka dan q 3 {p 1 p 2... p k 1 } = {q 2 q 3... q k } 4.3 q i q 3 = 1 4.4 untuk 2 i k dan i m dapat disimpulkan bahwa dari 4.3 4.4 dan ketaksamaan k 4 simbol pk p l bernilai 1 untuk paling sedikit dua nilai dari l yang memenuhi 1 l k 1. Ini kontradiksi dengan persamaan 4.1. Jika q k = p 1 maka didapatkan sebuah kontradiksi dengan cara yang sama. Oleh karena itu haruslah p k = q j untuk suatu j dimana 2 j k 1. Selanjutnya q k = p i untuk suatu i yang memenuhi 2 i k 1. Maka dari 4.2 haruslah diperoleh bahwa sehingga qj q k pk p i = 1 = 1 yang mana ini kontradiksi dengan persamaan 4.1. Dengan demikian dapat dilihat bahwa himpunan N m dan N m berbeda. Dengan cara yang sama dapat ditunjukkan bahwa untuk bilangan bulat m 4 bilangan tidak kongruen yang berada dalam himpunan N m berbeda dari bilangan tidak kongruen yang diperoleh pada teorema Iskra [4].

Pengkonstruksian Bilangan Tidak Kongruen 33 Sebagai contoh bilangan 627 merupakan bilangan tidak kongruen yang diperoleh pada [4] yang mempunyai faktor prima sebagai berikut 627 = 3 11 19 dan bilangan 14.108.257 merupakan bilangan tidak kongruen yang diperoleh dengan menggunakan Teorema 4.1 yang mempunyai faktor prima sebagai berikut 14.108.257 = 43 59 67 83 Dapat dilihat bahwa terdapat bilangan tidak kongruen baru yang berbeda dengan yang diperoleh [4]. 5. Ucapan Terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Lyra Yulianti Ibu Dr. Yanita Bapak Dr. Admi Nazra Bapak Prof. Dr. Syafrizal Sy dan Bapak Narwen M. Si yang telah memberikan masukan dan saran sehingga paper ini dapat diselesaikan dengan baik. Daftar Pustaka [1] Reinholz L. B.K. Spearman and Q. Yang. 2013. Families of Non-congruent numbers with Arbitrarily Many Prime Factors. Journal of Number Theory 133 : 318 327 [2] Anton H. 1991. Aljabar Linier Elementer Edisi Kedelapan-Jilid 1. Penerbit Erlangga Jakarta [3] Rosen Kenneth H. 2003. Discrete Mathematics and Its Application Fifth Edition. McGraw-Hill North America [4] Iskra B. 1996. Non-congruent Numbers with Arbitrarily Many Prime Factors Congruent to 3 Modulo 8. Journal of Number Theory 72 ser.a [5] Rosen Kenneth H. 2003. Elementary Number Theory and Its Applications Fifth Edition. McGraw-Hill North America [6] Heath-Brown D.R. 1994. The Size of Selmer Groups for The Congruent Number Problem II. Invent.Math 118 2 : 331-370