PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

I. PENDAHULUAN. nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan Perikanan, terlebih bagi negara kepulauan seperti Indonesia yang

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

PENDAHULUAN. daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

PENGARUH SKALA USAHA TERHADAP PENDAPATAN USAHA PENGOLAHAN IKAN ASIN (Kasus: Desa Hajoran, Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah)

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. bentuk, yaitu segar dan olahan; yang meliputi olahan tradisional dan olahan

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

PENDAHULUAN. dan banyak penduduk masih bergantung pada sektor ini, sehingga di masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1Latar Belakang. Usaha perikanan bukanlah usaha yang hanya sekedar melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan pesisir (coastal zone) merupakan daerah pertemuan antara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Descriptive Statistics

Tinjauan Mata Kuliah. Modul 3: Pendinginan dan Pembekuan Kegiatan Belajar 1 : Pendinginan. Kegiatan Belajar 2 : Pembekuan.

PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

PERAN DAN UPAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA DI SUMATERA UTARA. Oleh: Chairuddin Panusunan Lubis

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

I. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis merupakan serangkaian kegiatan yang terkait dengan upaya

BADAN PENANAMAN MODAL DAN PROMOSI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. pangan adalah mencegah atau mengendalikan pembusukan, dimana. tidak semua masyarakat melakukan proses pengawetan dengan baik dan

Transkripsi:

PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang mempunyai wilayah perairan laut dan perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh karenanya, akhir-akhir ini pemerintah sangat mengintensifkan usaha penangkapan dan budi daya ikan dalam upaya mendapatkan pemasukan devisa yang lebih besar. Namun, usaha tersebut akan menjadi tidak berguna jika tidak dibarengi dengan peningkatan pengetahuan tentang penanganan ikan setelah penangkapan dan pemanenan (Junianto, 2003). Sebagai Negara kepulauan dengan garis pantai terpanjang nomor dua di dunia setelah Kanada, Indonesia mempunyai keanekaragaman sumber daya hayati perairan yang sangat tinggi. Salah satu diantaranya adalah sumber daya ikan laut dengan potensi produksi lestari mencapai 6,4 juta ton per tahun. Potensi sumber daya ini telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat dan telah berperan penting sebagai sumber mata pencaharian, sumber protein hewani, bahan baku industri, dan sarana penyedia lapangan kerja. Bahkan sejak terbentuknya Depertemen Kelautan dan Perikanan, sumber daya ini diharapkan menjadi prime mover perekonomian Indonesia (Johanes Widodo dan Suadi, 2006).

Dengan berbagai potensi yang dimiliki, Sumatera Utara (Sumut) adalah salah satu kekuatan perikanan di Tanah Air yang tak boleh diremehkan. Hal itu tak lepas dari letak geografisnya yang diapit lautan yaitu pantai timur (Selat Malaka) dan pantai barat (Samudera Hindia). Di lautan potensi perikanan tangkap dan budi daya pantai/tambak air payau-nya cukup besar. Sedangkan untuk serapan tenaga kerja, sektor perikanan Sumut menyerap 145.878 orang, 132.378 orang bergerak di penangkapan serta budi daya dan 13.500 orang lainnya bergerak di pengolahan. Secara umum mereka berlokasi di Belawan, Tanjung Balai, Sibolga, Langkat, dan kawasan perairan Danau Toba (http://www.warintek.ristek.go.id). Usaha perikanan di Propinsi Sumatera Utara meliputi perikanan laut dan perikanan darat. Usaha perikanan laut tersebar di daerah Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanui Tengah, daerah Kota Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat, Tanjung Balai dan Medan (Ratna Evy, 1997). Usaha perikanan darat tersebar di seluruh pulau Indonesia, yaitu pada perairan sungai, danau, waduk, bendungan, tambak, kolam dan daerah rawa. Selain penangkapan secara alami pada perairan bebas seperti sungai, danau, waduk, dan bendungan, terus dikembangkan budi daya air payau dalam bentuk tambak, kolam, perikanan sawah (mina padi) dan keramba (Ratna Evy, 1997). Propinsi Sumatera Utara merupakan daerah yang berpotensi dalam menghasilkan ikan di Indonesia baik perikanan tangkap di perairan laut maupun perikanan tangkap di perairan umum (sungai, danau, rawa, waduk). Produksi tahunan perikanan tangkap menurut kabupaten/ kota 2007 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi Tahunan Perikanan Tangkap Menurut Kabupaten/ Kota 2007 Satuan: Ton Kabupaten/ kota Jumlah/ Total Penangkap an di Laut Penangkapan di Perairan Umum Sungai Danau Rawa Waduk Jumlah Sumatera Utara 361.673,7 348.222,1 5.488,7 4.524,9 3.206,5 231,6 WIL. PENGEMBANG -AN I 107.528,0 99.334,4 3.122,9 2.891,4 2.102,2 77,1 1. Nias 6.446,4 6.422,9 5,3-18,2-2. Nias Selatan 12.593,7 12.585,5 3,1-5,1-3. Tapanuli Tengah 30.745,5 29.951,5 794,0 - - - 4. Sibolga 34.136,0 33.941,6 194,4 - - - 5. Tapanuli Selatan 7.327,3 708,0 1.819,1 2.891,4 1.838,5 70,3 6. Mandailing Natal 16.279,1 15.724,9 307,0-240,4 6,8 WIL. PENGEMBANG -AN II 2.529,6-699,2 1.633,5 110,1 86,9 7. Tapanuli Utara 161,8-35,9 77,4 48,5-8. Toba Samosir 751,0-30,7 642,4 47,2 30,7 9. Simalungun 254,4-61,8 180,5 4,3 7,8 10. Dairi 363,7-98,1 231,8-33,8 11. Pak-pak Barat 29,2-19,5-6,5 3,2 12. Karo 969,5-453,2 501,4 3,6 11,4 WIL. PENGEMBANG -AN III 135.151,5 133.764,7 879,9-457,3 676,6 13. Langkat 22.077,7 21.322,7 382,7-372,3-14. Deli Serdang 18.215,7 17.767,8 447,9 - - - 15. Serdang Bedagai 24.663,4 24.495,9 42,3-76,6 48,6 16. Medan 70.194,8 70.160,4 7,0-8,4 19,0 WIL. PENGEMBANG -AN IV 116.464,6 115.141,0 786,7-536,9-17. Asahan 59.150,4 58.259,0 542,0-349,4-18. Tanjung Balai 32.325,0 32.280,7 44,3 - - -

19. Labuhan Batu 24.989,2 24.601,3 200,4-187,5 - Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara/ 2008 Dari Tabel 1 diketahui bahwa Kota Medan termasuk Wilayah Pengembangan III dengan total produksi perikanan tangkap yaitu 70.194,8 ton yang terdiri atas 70.160,4 ton dari produksi penangkapan di laut dan 34,4 ton dari produksi penangkapan dari perairan umum yaitu: sungai, danau, rawa dan waduk. Dengan produksi ikan yang cukup banyak maka usaha ikan asin tidak akan sulit memperoleh bahan baku yaitu ikan segar untuk diolah menjadi ikan asin. Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh ikan telah dirasakan sangat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan daya simpan dan daya awet produk perikanan pada pascapanen melalui proses pengolahan maupun pengawetan. Proses pengolahan dan pengawetan ikan merupakan salah satu bagian penting dari mata rantai industri perikanan (Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, 1989). Tanpa adanya kedua proses tersebut, peningkatan produksi ikan yang telah dicapai selama ini akan sia-sia, karena tidak semua produk perikanan dapat dimanfaatkan oleh konsumen dalam keadaan baik. Pengolahan dan pengawetan bertujuan mempertahankan mutu dan kesegaran ikan selama mungkin dengan cara menghambat dan menghentikan sama sekali penyebab kemunduran mutu (pembusukan) maupun penyebab kerusakan ikan (misalnya aktivitas enzim, mikro organisme, atau oksidasi oksigen), agar ikan tetap baik sampai ke tangan konsumen (Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, 1989).

Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan, pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan (http://www.warintek.ristek.go.id). Pengawetan ikan dengan penggaraman sebenarnya terdiri dari dua proses, yaitu proses penggaraman dan proses pengeringan. Adapun tujuan utama dari penggaraman sama dengan tujuan proses pengawetan atau pengolahan lainnya yaitu dengan memperpanjang daya tahan dan daya simpan ikan. Hasil ikan olahan Sumatera Utara berupa ikan asin, telah lama dikenal masyarakat konsumen. Penyebarannya telah menembus beberapa kota besar di Indonesia. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa pengolahan ikan merupakan usaha yang cukup berkembang di Sumatera Utara (Eddy Afrianto dan Evi Liviawaty, 1989). Propinsi Sumatera Utara memiliki unit-unit pengolahan ikan, dimana ikan-ikan sebagai bahan baku diperoleh dari Kabupaten/ Kota disekitar unit- unit pengolahan. Unit pengolahan menurut kabupaten/ kota dan jenis pengolahan utama Propinsi Sumatera Utara Tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Unit Pengolahan Menurut Kabupaten/ Kota 2007 No Kabupaten/ Kota Jlh Jenis Pengolahan Utama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Asahan 2 Binjai 2 - - - - 2 - - - - - 3 Dairi 1 - - 1 - - - - - - - 4 Deli Serdang 16 - - 16 - - - - - - - 5 Karo 27 - - - - 27 - - - - - 6 Labuhan Batu 10 - - 10 - - - - - - - 7 Langkat 8 Mandailig Natal 9 Medan 15 - - 13 - - - - 2 - - 10 Samosir 186 - - 186 - - - - - - - 11 Serdang Bedagai 12 Sibolga 13 Simalungun 1 - - - - 1 - - - - - 14 Tanjung Balai 15 Tapanuli Selatan 16 Tapanuli Tengah 17 Tapanuli Utara - - - - - - - - - - - 18 Toba Samosir Total 258 226 30 2 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Utara/ 2008 Keterangan: 1= Pengalengan 2= Pembekuan 3= Penggaraman/ Pengeringan 4= Pemindangan 5= Pengasapan/ Pemanggangan 6= Peragian/ Fermentasi 7= Pereduksian/ Pengekstraksian

8= Surimi/ Jeli Ikan 9= Produk Segar 10= Lainnya Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa jumlah total unit pengolahan ikan di Kota Medan adalah 15 unit pengolahan. Pengolahan Ikan yang paling banyak dilakukan di Medan adalah pengolahan dengan cara penggaraman/ pengeringan yaitu 13 unit dan 2 unit lagi pengolahan ikan dengan cara surimi/ jeli ikan. Dengan adanya sumber daya alam (laut) di Belawan yang menghasilkan ikan yang cukup banyak maka ketersedian ikan laut segar sebagai bahan baku pembuatan ikan asin akan selalu ada tersedia (kontiniu), disamping itu jarak dari tempat pembelian ikan segar (TPI/ tempat pelelangan ikan) tidak jauh dari tempat pengolahan ikan sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa penting untuk melakukan riset tentang potensi pengembangan usaha pengolahan ikan asin di kelurahan Belawan Bahari kecamatan Medan Belawan Kota Medan. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana ketersediaan input produksi (bahan baku, bahan penunjang, alat produksi, tenaga kerja dan teknologi pengolahan ) telah dapat dipenuhi didaerah penelitian tersebut. 2. Bagaimana usaha pengolahan ikan asin memberikan kesempatan kerja di daerah penelitian.

3. Apakah usaha ikan asin layak dikembangkan secara finansial. 4. Bagaimana potensi pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian. 5. Bagaimana strategi pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian. Tujuan Penelitian Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui ketersediaan input produksi ( bahan baku, bahan penunjang, alat produksi, tenaga kerja dan teknologi pengolahan) di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui kemampuan usaha ikan asin memberikan kesempatan kerja di daerah penelitian. 3. Untuk mengetahui tingkat kelayakan pengembangan usaha ikan asin secara finansial di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui potensi pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian. 5. Untuk mengetahui strategi pengembangan usaha ikan asin di daerah penelitian. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha ikan asin untuk memperbaiki kelemahannya sehingga dapat mengembangkan usahanya. 2. Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi pengusaha-pengusaha ikan asin di daerah penelitian. 3. Sebagai bahan dan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.