BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sejarah singkat kabupaten Pohuwato dibentuk berdasarkan undangundang No 6 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Bonebolango dan Kabupaten Pohuwato di Provinsi Gorontalo yang disahkan oleh DPR pada tanggal 27 januari tahun 2003. Kabupaten Pohuwato secara resmi berdiri pada tanggal 6 Mei 2003 yang ditandai dengan pelantikan Drs. Jahja K Nasib. Sebagai pejabat Bupati Pohuwato. Kabupaten Pohuwato merupakan kabupaten yang berada di ujung barat Provinsi Gorontalo dengan letak Geografis antara 0,27o 1,01o lintang utara 121,23o 122,44o Bujur Timur dengan iklim 24,4 33,2o C. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Buol, sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini, Sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Parigi Moutong dan sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Boalemo. Luas wilayah adalah 4.244,31 Km2 atau 34,75% dari luas wilayah Provinsi Gorontalo. Kabupaten ini terbagi menjadi 7 kecamatan dengan ibukota kabupaten yaitu Marisa. Kabupaten ini memiliki areal ladang jagung disepanjang jalan trans- Sulawesi yang menjadi modal perekonomian dan bahkan menjadikan kabupaten ini sebagai penghasil jagung pipil dalam skala provinsi. Sekitar 40 persen jagung
dari Provinsi Gorontalo disumbangkan oleh kabupaten ini. Pertanian memang banyak diminati penduduk sedangkan untuk perkebunan belum begitu dikembangkan. Umumnya tanaman perkebunan yang dibudidayakan penduduk adalah kelapa. Selain itu ada juga tanaman jambu mete, kakao, kopi, kemiri, cengkeh, dan lada dalam bentuk perkebunan rakyat walaupun luas areal dan produksinya masih dalam skala kecil. Penjelasan umum. UU tersebut antara lain disebutkan bahwa dalam rangka peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat di Kabupaten Boalemo yang mempunyai luas wilayah kurang lebih 6.761,67 km2 perlu dibentuk Kabupaten Pohuwato yang terdiri atas 5 (lima) kecamatan, yaitu kecamatan popayato, kecamatan Lemito, kecamatan Randangan, Kecamatan Marisa, dan Kecamatan Paguat dengan luas wilayah keseluruhan kurang lebih 4,244.31 km2. Dalam UU tersebut juga disebutkan bahwa Ibukota Kabupaten Pohuwato berkedudukan di Marisa ( pasal 8 ayat 2). 4.1.2 Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang diuji terdistribusi normal atau tidak. Hasil pengujian ditunjukkan dalam tabel 5
Tabel 5 Hasil penguijian normalitas data Variabel Signifikansi Keterangan Dana Alokasi Umum(X) Belanja Daerah(Y) 0, 950 1, 792.Normal Normal Sumber : Olahan 2013 Pengujian normalitas data di atas menunjukkan bahwa data dana alokasi umum dan belanja daerah terbukti berdistribusi normal (nilai signifikansi > 0,05). Belanja modal tidak berdistribusi normal, namun demikian setelah dilakukan transformasi data dan dilakukan pengujian kembali,dana belanja modal ini telah terdistribusi secara normal. 4.1.3 Hasil Analisis Regresi Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel Dana Alokasi Umum (X) terhadap Alokasi Belanja Daerah (Y). Berikut ini perhitungan statistik coeffisien analisis regresi linier sederhana dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Analisa Regresi Linear Sederhana Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 1.792 5.998 Dana Alokasi.950.220.928 Umum Sumber : Olahan 2013 Tabel 6. Diatas menunjukan hasil persamaan regresi sederhana sebagai berikut : Y = a + βx = 1,792 + 0,950X atau Alokasi Belanja Daerah = 1,792 + 0,950 (Dana Alokasi Umum) Model regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagai berikut : a. Konstanta sebesar 1,792 menyatakan bahwa jika tidak ada variabel independent atau Dana Alokasi Umum (X = 0), maka alokasi belanja daerah sebesar 1,792 b. Koefisien regresi DAU bertambah positif sebesar 0,950, artinya apabila terjadi perubahan DAU sebesar 1% akan menaikkan belanja daerah sebesar 95%.
4.1.4. Pengujian Model Regresi 4.1.4.1 Uji Signifikansi Parameter individual (Uji t) Pengujian t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen (Dana Alokasi Umum) terhadap variabel dependen (Alokasi Belanja Daerah). Signifikan pengaruh positif dapat diestimasi dengan membandingkan P value dan α = 0,05 atau nilai t tabel dan t hitung. Berikut ini perhitungan coeffisien statistik uji t dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Pengujian t-test Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta T Sig. (Constant) 1.792E11 5.998E10 2.988.058 Dana Alokasi.950.220.928 4.325.023 Umum Sumber : olahan 2013 Kriteria Pengujian H o : β 0, yaitu X tidak berpengaruh positif terhadap Y. H 1 : β 0, yaitu X berpengaruh positif terhadap Y. Hasil pengujian t untuk variabel X DAU diperoleh nilai t hitung = 4.325 dengan tingkat P value = 0,023, dengan menggunakan batas signifikan α = 0,05 didapat
t tabel (95% ; 5) sebesar 1,895. Dari hasil tersebut maka kriteria pengujian yaitu t hitung > t tabel atau P value < α yang artinya H o ditolak dan H 1 diterima. Dengan demikian hipotesis uji t variabel Dana Alokasi Umum berpengaruh secara positif dan dapat diterima, arah koefesien regresi positif artinya Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh signifikan terhadap Belanja Daerah. Dapat disimpulkan bahwa indikator Dana Alokasi Umum yang semakin baik akan meningkatkan alokasi belanja daerah. 4.1.4.2 Pengujian Overall (F-test) Pengujian F digunakan untuk memprediksi apakah model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Alokasi Belanja Daerah. Signifikan pengaruh positif dapat diestimasi dengan membandingkan P value dan α = 0,05 atau nilai F tabel dan F hitung. Berikut ini perhitungan statistik anova uji F dapat dilihat pada Tabel 8 Tabel 8 Hasil Pengujian F Model Sum of Mean Squares Df Square F Sig. 1 Regression 8.140E21 1 8.140E21 18.703.023 a Residual 1.306E21 3 4.352E20 Total 9.446E21 4 Sumber : olahan 2013
H o : β = 0, yaitu Tidak ada pengaruh yang linear antara Dana Alokasi Umum dengan Alokasi Belanja Daerah. H 1 : β 0, yaitu ada pengaruh yang linear antara Dana Alokasi Umum dengan Alokasi Belanja Daerah. Hasil pengujian Anova di atas terbaca nilai F hitung sebesar 18.703 dengan tingkat signifikansi 0,023 oleh karena probabilitas (0,023) jauh lebih kecil dari 0,05 (dalam kasus ini menggunakan taraf signifikansi atau α = 5%) maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi Alokasi Belanja Daerah. 4.1.5. Pengujian Hipotesis 4.1.5.1 Pengujian dan Interpretasi Koefisien Determinasi Koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel independen dalam menjalankan perubahan pada variabel dependen secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variabel dalam model yang digunakan. Besarnya nilai R 2 berkisar antara 0< R 2 <1. Jika nilai R 2 semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berdasarkan hasil estimasi model persamaan regresi yang telah dilakukan diatas diperoleh nilai koefisien determinasi R 2 laporan pada tabel 9 sebagai berikut :
Tabel 9 Hasil Koefesien Korelasi dan Determinasi Model Adjusted R Std. Error of Durbin- R R Square Square the Estimate Watson 1.928 a.862.816 2.08623E10 Sumber : olahan 2013 Tabel 9 Menunjukan Hasil Regresi linier sederhana Model Summary nilai koefisien korelasi R yang menunjukan tingkat hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen yaitu 0,928 atau mendekati 1 artinya terdapat hubungan yang agak kuat, dan R square atau koefisien determinasi R 2 menunjukan besarnya kontribusi 0,862 atau 86,2% dari Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Alokasi Belanja Daerah sementara sisanya 0,138 atau 13,8% berupa kontribusi dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti seperti Pendapatan Asli Daerah. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh Dana lokasi Umum terhadap alokasi belanja daerah Pembahasan pengaruh dana alokasi umum terhadap alokasi belanja daerah diawali dengan pembahasan tentang pengaruh dana aolokasi umum terhadap belanja daerah, dalam hal ini belanja langsung. Hasil pengujian statistik dengan menggunakan regresi data sederhana menunjukan bahwa dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja daerah, dalam hal ini belanja langsung, maka berdasarkan hasil penelitian dilapangan
yang di perkuat dengan data sekunder yang bersumder dari kantor badan pengelelolaan keuangan dan aset daerah (BPKAD) kabupaten Pohuwato, menunjukan bahwa dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah/belanja langsung di Kabupaten Pohuwato. Hasil pengujian statistik telah menunjukkan bahwa tingkat signifikan Dana Alokasi Umum sebesar 0,950 yang lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05 sehingga dapat membuktikan bahwa DAU berpengaruh positif terhadap belanja langsung. Apabila DAU bertambah sebesar 0,950, maka akan meneikan belanja daerah sebesar 95% Hasil penelitian ini mendukung dengan hasil penelitian Puspita Sari (2007), yang menemukan bahwa secara parsial DAU mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap belanja modal. Dengan pemahaman bahwa apabila belanja modal menurun maka dapat dipastikan bahwa belanja langsung juga akan menurun karena belanja modal merupakan bagian dari pada belanja langsung. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Syukiri dan Halim(2003), yang memberikan bukti empiris bahwa dana alokasi umum signifikan berpengaruh terhadap belanja daerah. Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Fhino Andrea Christy (2009) yang mengemukakan bahwa besarnya belanja daerah lebih ditentukan oleh faktor dana alokasi umum. Halim (2007) telah menyatakan bahwa Dana Alokasi Umum merupakan transfer yang besifat umum dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk mengatasi ketimpangan horizontal yang bertujuan utama pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah Sesuai dengan hasil penelitian diatas, maka semakin tinggi Dana Alokasi Umum yang diperoleh Pemerintah Daerah dari Pemerintah Pusat, maka akan semakin tinggi pula alokasi belanja langsung, sehingga secara jelas bahwa dana alokasi umum sangat berpengaruh positif terhadap belanja daerah/belanja langsung, yang mampu menopang seluruh kebutuhan daerah di kabupaten pohuwato. Pembahasan selanjutnya tentang pengaruh dana alokasi umum terhadap alokasi belanja daerah, dalam hal ini belanja tidak langsung. Hal yang sama diperlihatkan oleh belanja tidak langsung dimana hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Maemunah(2006), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara dana alokasi umum terhadap belanja daerah. Hal ini membuktikan bahwa di Kabupaten Pohuwato dana alokasi umum sangat berpengaruh terhadap belanja daerah dan mampu mengatasi ketimpangan horizontal atau dalam hal ini pemerataan keuangan antar daerah. Sehingga sampai saat ini dana alokasi umum merupakan hal yang paling signfikan dalam menopang dan memperlancar belanja daerah di kabupaten pohuwato. Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Abdul Halim(2009), menyatakan bahwa dana aolokasi umum merupakan transfer yang bersifat umum dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatasi ketimpangan horizontal yang bertujuan utama pemertaan kemampuan kemampuan keuangan antar daerah. Sesuai dengan hasil
penelitian diatas, maka semakin tinggi dana alokasi umum yang diperoleh pemerintah pusat, maka akan semakin tinggi pula alokasi belanja tidak langsung.