PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA MELALUI TEKNIK KERJA KELOMPOK SISWA KELAS V SDN NGOMPRO 2 KECAMATAN PANGKUR KABUPATEN NGAWI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK EPIGONAL. ENIEK SUNARSIH Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VI SDN NGRAMBE 2 NGRAMBE NGAWI

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

Moh. Nurman Bagus Satrio Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kalimat utama dalam paragraf, STAD

PENERAPAN METODE COCOA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGOMENTARI TOKOH CERITA/ DONGENG ANAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian pada siklus I, terlebih dahulu peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan dengan menerapkan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 5 ISSN X. Megasasmita SDN 10 Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Peningkatan Kemampuan Mengungkapkan Pendapat Siswa Kelas V SDN Uekambuno 2 melalui Metode Diskusi

IMPLEMENTASI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Tipe Jigsaw Siswa Kelas V

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIII semester genap tahun pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Khoirun Nisa Nurul Fitri 1, Lilis Sugiyanti 2 PTE FT UNNES 1, SMA Negeri 2 Ungaran 2

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Oleh ; Ria Fajrin Rizqy Ana Dosen STKIP PGRI Tulungagung

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Linda Yuliana 1, Ani Nur Aeni 2, Atep Sujana 3. Jl. Mayor Abdurachman No.211 Sumedang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMPAMPUAN MENYIMAK CERITA RAKYAT SISWA KELAS V SDN II KALIBATUR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. belajar materi cerpen yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerpen

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBER HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 TUNTANG PADA MATERI SEGITIGA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR-UNSUR CERITA PENDEK MELALUI METODE JIGSAW

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNP Kediri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Ada pun tahap-tahap yang dilakukan pada siklus I ini adalah sebagai berikut:

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS NEGOSIASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERJENJANG SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK PGRI CEPU TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE BARTER SOAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR PKN PADA SISWA KELAS VIII-F SMPN 3 NGUNUT SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Gedangan

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MEDIA IKLAN TELEVISI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 4 SITUBONDO TAHUN PELAJARAN

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

Meningkatkan Kemampuan Menulis Permulaan Siswa Kelas II SDN Lalong Melalui Media Gambar Seri

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

Datik Erwahyunani Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata kunci: kemampuan menulis, guided notes taking, strategi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 5 Cipadang Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA TIAP PARAGRAF

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 4 ISSN X. Agustina Simpan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN Mimbala Pada Pokok Bahasan Proses Pencernaan Melalui Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN BABADAN I NGRAMBE NGAWI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VC SDN 71 Kota Bengkulu. Subyek dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kompetensi dasar mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun bahasa, siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi masih mengalami kesulitan, sehingga hasil pembelajaran berbicara pada materi tersebut masih mencapai 68,33%. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi objektif tentang peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi melalui strategi orientasi tindakan. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, maka dalam rancangan penelitiannya dimulai dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi tindakan, dan refleksi. Hasil kegiatan pembelajaran berbicara pada pengamatan awal rata-rata kelas 68,05, siklus I hasil rata-rata kelas 70,00%, siswa yang belum mencapai KKM 17 siswa 70,83%, siswa yang telah mencapai di atas KKM 7 siswa 29,17%. Berdasarkan hasil refleksi seluruh tindakan pada siklus I masih ditemukan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan perbaikan, maka peneltian ini perlu dilanjutkan dengan tindakan siklus II untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pada tindakan siklus II hasil yang dicapai siswa rata-rata kelas 78,33%, siswa yang belum tuntas 7siswa 29,17%, siswa yang sudah tuntas 17 siswa 70,83%. Strategi orientasi tindakan dapat direkomendasikan kepada guru dalam upaya peningkatan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kata Kunci : peningkatan, kemampuan berbicara, strategi orientasi tindakan Untuk dapat berbicara seseorang pasti tidak akan lepas dari kegiatan menyimak. Karena pada dasarnya berbicara yang dimaksud adalah berbicara yang komunikatif, artinya berbicara yang mengandung tujuan yang bermanfaat bagi pendengarnya. Kegiatan menyimak, berita, cerita, pengumuman, laporan, dan sebagainya diharapkan dapat membantu seseorang untuk berbicara yang bermutu dan bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun orang yang diajak berbicara. Namun, tidak semua orang mampu berbicara dengan baik, padahal kemajuan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan berbicara berbagai informasi anggota masyarakatnya. Jika seseorang banyak mendapatkan informasi berarti orang itu meningkatkan pengetahuan, dan NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 436

banyak pengetahuan berarti meningkat-kan daya pikir. Pembicara perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi yang dibicarakan, artinya ia harus sering berlatih berbicara. Dengan demikian, berhasil tidaknya keterampilan siswa berbicara tidak lepas dari upaya guru dalam meningkatkan proses pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari kepentingan keterampilan berbicara terhadap keterampilan bahasa yang lainnya, yakni: (1) keterampilan berbicara merupakan tingkatan cukup penting dari keterampilan menyimak. Ada yang berbicara harus ada yang menyimak atau sebaliknya, keduanya saling membutuhkan, (2) keterampilan menulis juga merupakan dasar bagi keterampilan berbicara, petunjukpetunjuk disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti setelah menulis mereka harus berbicara, (3) keterbatasan penguasaan kosakata pada saat menyimak, membaca, dan menulis akan menghambat kelancaran berbicara. Siswa kelas V SDN Setono 1, Kecamatan Ngrambe secara umum belum banyak yang dapat menyampaikan pesan dengan benar dan bahasa yang baik. Dapat dikatakan karena pelajaran berbicara belum banyak untuk dilatihkan. Bagi siswa pelajaran menyimak dapat digunakan untuk melatih kemampuan daya ingat yang telah dimiliki pada diri sendiri dan pengetahuan yang telah diperolehnya sehingga mereka dapat menyampaikan hasil menyimaknya dengan melakukan kegiatan berbicara. Karena kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang reseptif dan kreatif, maka pembelajarannya hendaknya dilakukan secara intensif agar memperoleh pembelajaran berbicara sesuai dengan yang diharapkan. Pada umumnya, siswa kelas V SDN Setono 1, Kecamatan Ngrambe belum dapat berbicara dengan baik, karena belum memiliki keterampilan berbicara. Untuk itu guru perlu mencari teknik atau strategi pembelajaran berbicara yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa tersebut. Oleh karena itu, dalam kegiatan berbicara, siswa perlu mendapatkan arahan, sehingga memudahkannya dalam proses pembelajaran. Berbicara memberikan banyak manfaat bagi siswa, manfaat itu adalah (1) dapat memberikan pengetahuan tentang konsep dunia sekitar siswa, (2) untuk menghargai bahasa dan mengembangkan kosa kata yang tepat dan bervariasi, dan (3) dapat membuka dan menumbuhkan kepekaan serta wawasan siswa terhadap pendengaran. Supaya siswa tertarik maka perlu adanya teknik dan strategi yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa. Melihat banyak manfaat pembelajaran berbicara, perlu mendapatkan perhatian yang besar pada pelaksanaan pembelajarannya. Akan tetapi pada kenyataannya pembelajaran berbicara mengalami kendala dan cenderung dihindari. Rendahnya minat baik guru dan siswa untuk belajar berbicara karena salah satunya adalah penyajian yang kurang menarik dan memerlukan waktu yang lama. Pembelajarannya cenderung hanya sambil lalu, karena dengan demikian untuk memenuhi target yang ada pada kurikulum dapat cepat terselesaikan. NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 437

Dengan strategi orientasi tindakan merupakan strategi yang memungkinkan siswa dapat mengalami suatu proses pembelajaran yang terarah dan menyenangkan, mendorong mereka saling menolong satu sama lain dalam mengerjakan tugas (Tarigan, 2009:193). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan menggunakan strategi orientasi tindakan dalam pembelajaran berbicara yang akan diterapkan pada tahap persiapan, tahap berbicara, tahap evaluasi. Penerapan itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Setono 1, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada waktu pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kompetensi dasar mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun bahasa di kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi karena siswa masih mengalami kesulitan dalam menerima pembelajaran berbicara, pembelajaran berbicara hanya dilalui saja, metode ceramah masih dominan dalam pembelajaran berbicara, sedangkan hasil pembelajaran berbicara 68,33%. Melihat KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Setono 1 khususnya kelas V adalah 72 maka hasil menyimak siswa kelas 5 SDN Setono 1 banyak yang belum mencapai di atas KKM. Yang sudah mencapai di atas KKM 7 siswa 29,17%, yang belum mencapai KKM 17 siswa 70,83%. Berdasarkan konteks peneltian tersebut dilakukanlah penelitian tindakan kelas dengan tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi objektif tentang peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi melalui strategi orientasi tindakan. Berbicara mempunyai tujuan, tujuan utama berbicara adalah menghibur/melaporkan, menjamu dan menghibur, dan membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan gagasan yang tersirat dalam bahan pembicaraan. Tujuan yang bersifat umum dapat dipecahpecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktifitas pembicara yang bersangkutan. METODE Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan Penelitian Kualitatif. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi menggunakan strategi orientasi tindakan. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran, yakni rendahnya kemampuan siswa dalam berbicara. Proses pelaksanaan tindakan kelas ini merujuk pada pendapat Kemmis dan Taggart ( dalam Wiraatmadja, 2006: 66-67) yang menjelaskan tahap-tahap penelitian yang dimulai dari (1) menyusun perencanaan (plan), (2) melaksanakan tindakan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) Refleksi (reflect). Dengan demikian penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memiliki siklus spiral, mulai NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 438

dari perencanaan, melakukan tindakan, dan penemuan fakta-fakta untuk melakukan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Seluruh siswa berjumlah 24 anak dilibatkan dalam tindakan kelas oleh karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mengikuti alur pembelajaran yang sesungguhnya. Pertimbangan pemilihan siswa kelas V sebagai subjek penelitian, karena siswa kelas V mengalami permasalahan dalam kemampuan berbicara, sekaligus peneliti sebagai guru kelas di kelas V SDN Setono 1. HASIL Hasil observasi pada kegiatan awal menunjukkan bahwa pembelajaran menyimak di kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi belum dilaksanakan secara optimal. Pembelajaran berbicara masih dititik beratkan pada ceramah dan tugastugas saja. Siswa masih nampak mengalami kendala dalam pembelajaran berbicara. Dari hasil wawancara dengan siswa, pembelajaran menyimak yang pernah dilakukan dan dialami para siswa tersebut masih banyak mengalami kendala. Kendala itu diantaranya adalah (1) siswa mengalami kesulitan dalam hal pelajaran berbicara, (2) siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan sesuatu hal yang didengarkan atau dilihatnya, (3) siswa kesulitan mengungkapkan kembali isi tuturan yang disimaknya, dan (4) siswa banyak mengalami kesalahan dalam pelaksanaan pembelajaran berbicara terutama dalam penyampaian di depan kelas. Hal ini memunculkan fakta bahwa pembelajaran berbicara menjadi pembelajaran yang tidak menyenangkan bahkan ada sebagian anak yang benci terhadap pembelajaran berbicara atau mendengarkan. Berdasarkan beberapa temuan tersebut maka disusun suatu tindakan kelas untuk diterapkan pada pembelajaran berbicara. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara. Kegiatan yang dilakukan siswa pada awalnya adalah melakukan pengamatan langsung, kemudian pada kegiatan pendalaman adalah siswa melakukan kegiatan berdiskusi dengan mambahas hasil pengamatan bersama kelompok yang telah ditentukan dan dibentuk. Kegiatan diskusi berpasangan, guru meminta siswa berpasangan dengan siswa pasangannya untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada pasangannya membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling bagus. Biasanya guru pada tahap ini memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Kegiatan berbagi (hasil diskusi kelompok), guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Dilakukan secara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan, kemudian hasilnya dikumpulkan. Hasil nilai siswa bahwa sebelum penerapan siklus I siswa NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 439

yang belum mencapai ketuntasan (memperoleh nilai di bawah 70) sebanyak 14 anak atau 58,33%, siswa yang telah mencapai ketuntasan 10 anak atau 41,67%, nilai terendah sebesar 48 dan tertinggi 77 dengan nilai rata-rata secara klasikal sebesar 63,87. Dan setelah dilakukan siklus I maka dapat diketahui bahwa anak yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan minimal (SKM) sebanyak 8 anak atau 33,33%, siswa yang telah mencapai ketuntasan 16 anak atau 66,67%. Nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80 dengan rata-rata kelas sebesar 71,58. Nilai yang di hasilkan oleh siswa belum sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti hal ini disebabkan pada kegiatan berbicara, guru masih banyak duduk di depan. Walupun guru kadang-kadang sudah berkeliling tapi hendaknya mengelilingi kelas pada waktu proses berdiskusi, sehingga tidak ada siswa yang main sendiri dan akhirnya dapat mengganggu siswa yang lain. Perhatian guru pada proses belajar mengajar masih kurang. Setelah memberi tugas guru melaksakan aktivitas lain. Guru hendaknya memperhatikan kegiatan yang sedang berlangsung. Berbicara dari hasil pengamatan. Dalam kegiatan ini masih mengalami kesulitan yang dialami siswa dalam berbicara hasil pengamatan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya guru mengawasi siswa sehingga masih ada siswa yang main sendiri. Hal ini dimaksudkan dapat menambah konsentrasi siswa dalam bercerita. Kedisiplinan masih perlu ditingkatkan, agar langkah-langkah pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Setelah diadakan penelitian pada siklus II, hasil yang di dapat siswa pada siklus II di jelas bahwa sebelum penerapan siklus II siswa yang belum mencapai ketuntasan (memperoleh nilai di bawah 70) sebanyak 8 siswa atau 33,33%, siswa yang telah mencapai ketuntasan 16 anak atau 66,67%, nilai terendah sebesar 55 dan tertinggi 80 dengan nilai rata-rata secara klasikal sebesar 71,58. Dan setelah dilakukan siklus II maka dapat diketahui bahwa anak yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan minimal (SKM) sebanyak 7 siswa atau 17%, siswa yang telah mencapai ketuntasan 17 siswa atau 83%. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 80 dengan ratarata kelas sebesar 78,33. Dari hasil di atas pelaksanaan berbicara dapat disimpulkan bahwa, keberhasilan dalam pelaksanaan berbicara ini karena disebabkan persiapan sudah matang, atau mungkin pelaksanaan berbicara sangat diminati siswa. Banyak siswa yang sudah memahami bahan berbicara sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam berbicara. Berdasarkan hasil refleksi seluruh tindakan pada siklus II dapat disimpulkan bahwa tindakan penerapan strategi orientasi tindakan, telah dapat memperbaiki pembelajaran berbicara siswa kelas V SDN Setono 1, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Oleh karena itu tidak diperlukan lagi tindakan siklus selanjutnya. PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan strategi orientasi tindakan siswa kelas V SDN Setono 1 NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 440

Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013. Adapun rincian dari hasil penelitian siklus I, dan siklus II yang memuat rata-rata skor proses dan hasil belajar siswa, ketuntasan siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Data Hasil Belajar dan Ketuntasan Siswa dari siklus I dan Siklus II Siklus Rata-rata Skor Ketuntasan Tidak Tuntas Kriteria Proses dan Hasil Belajar Siswa % % I 70,00 29,17 70,83 Baik II 78,33 70,83 29,17 Sangat baik Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I menunjukkan persentase siswa yang tuntas belajar sebanyak 66,67% denga rata-rata skor proses dan hasil belajar siswa 71,58 sudah masuk kriteria baik. Meskipun demikian, proses dan hasil belajar yang dicapai siswa dengan strategi orientasi tindakan belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Belum tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal tersebut disebabkan karena siswa belum dapat memanfaatkan kesempatan dalam berdiskusi dengan pasangannya dan belum terbiasa bekerja kelompok, sehingga tugas kelompok dipercayakan pada anak yang paling pandai dalam kelompoknya, hanya agar tugas tersebut segera dapat terselesaikan tanpa mempertimbangkan setiap anggota kelompok dapat memahami materi yang sedang dibahas. Dari keadaan siklus I, maka pada siklus II guru mengadakan perbaikan pada pembagian pasangan dan member keleluasaan kepada siswa untuk bertanya. Guru selalu mengingatkan kepada siswa tentang memanfaatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan pasangannya dan cara kerja kelompok yang baik, di mana semua anggota harus lebih berperan aktif dalam diskusi kelompok. Setelah perbaikan, terjadi peningkatan proses dan hasil belajar siswa pada siklus II bila dibanding dengan siklus sebelumnya yang semula hanya 7 siswa (29,17%) yang tuntas dengan rata-rata skor hasil belajar adalah 68,33 meningkat menjadi 17 siswa ( 70,83%) tuntas belajar dengan nilai rata-rata 78,33 sehingga pemberian tindakan dicukupkan sampai siklus II, karena hasil proses dan hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan berbicara dengan strategi orientasi tindakan siswa kelas V SDN Setono 1 pada siklus II termasuk dalam kriteria yang sangat baik. Peningkatan hasil belajar berbicara siswa tidak terlepas dari perubahan yang ingin dicapai seseorang setelah NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 441

mengikuti proses belajar, yaitu perubahan pada ranah kognitif, apektif, dan psikomotor, seperti (1) kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan pada setiap pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan, (2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu siswa mampu berpikir secara mandiri, menyesuaikan hasil pemikirannya dengan pasangannya, dan siswa saling bertukar pendapat(sharing)denga kelompok lain, (3) keberanian siawa dalam mengemukakan pendapatnya. Selain perubahan yang terjadi pada siswa, perubahan juga terjadi pada guru dengan selalu berusaha menciptakan kandisi belajar yang efektif dan efisien, seperti (1) memberikan motivasi atau dorongan untuk terus belajar kepada siswa, (2) mempertimbangkan kesesuaian antara media pembelajaran denga materi pembelajaran. (3) menciptakan pasangan yang hiterogen, yaitu dengan memperhatikan tingkat persebaran kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan berbicara siswa juga tidak terlepas dari model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran ini adalah strategi, pendekatan, metode, dan teknik. Dalam penelitian ini digunakan sebuah pendekatan yang berpusat pada siswa yaitu pendekatan Cooperative learning tipe orientasi tindakan untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Setono 1 tahun pelajaran 2012/2013. Strategi orientasi tindakan merupakan sebuah model pembelajaran yang mengajak siswa untuk berpikir secara mandiri dan belajar denga cara bekerjasama dan berbagi dengan orang lain. Belajar dapat diperoleh dari hasil pemikiran sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan, dari hasil pemikiran bersama teman, dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar mereka yang belum tahu sama sekali sehingga terbentuk komunikasi ke segala arah. Pembelajaran yang menggunakan strategi orientasi tindakan berasumsi bahwa belajar dengan awalnya berpikir secara mandiri dan berkelompok kemudian sharing antar kelompok merupakan cara belajar yang lebih baik daripada belajar sendiri tanpa berpasangan (pair) dan tanpa melakukan sharing dengan orang lain atau kelompok lain. Dengan demikian, maka tujuan dalam penelitian ini terbukti bahwa pembelajaran berbicara dengan strategi orientasi tindakan dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013. SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penerapan strategi orientasi tindakan pada pembelajaran berbicara siswa kelas V SDN Setono 1 dapat diuraikan sebagai berikut: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil dari tindakan pelaksanaan pembelajaran, ada peningkatan dalam proses belajaran berbicara. Peningkatan proses belajar berbicara siswa kelas V SDN Setono 1 dengan strategi orientasi tindakan terlihat pada (1) kesenangan dan gairah belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah kelihatan, (2) keantusiasan dan ketekunan siswa dalam berbicara anak yang akan NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 442

dijadikan bahan evaluasi, (3) ketekunan, keaktifan, dan kreatifitas siswa dalam kerja berpasangan sudah kelihatan kompak. (4) tingkat kefokusan mereka dalam berbicara sudah baik terlihat dari hasil kerjaan dengan pasangan mereka sudah meningkat. Kecuali itu juga adanya peningkatan proses belajar dalam hal (1) kerja sama yang dilakukan dengan kelompoknya dan (2) siswa sudah mempunyai percaya diri dalam mempresentasikan hasil kerja berpasangan di depan kelas. Terlihat dari hasil peningkatan proses belajar dari siklus I dengan rata-rata klasikal 70, disiklus II naik menjadi 78. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil dari tindakan pelaksanaan pembelajaran, ada peningkatan kemampuan berbicara. Peningkatan kemampuan pada tahap ini adalah (1) keantusiasan, ketelitian, dan ketepatan siswa dalam proses berbicara (2) keberanian memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan (3) terjadinya peningkatan kemampuan berbicara siswa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai klasikal dari siklus satu 70,00% meningkat pada siklus II menjadi 78,33%. Kecuali itu juga ada peningkatan kemampuan dalam hal cara memberikan tanggapan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa setelah diimplementasikan pembelajaran berbicara dengan menggunakan strategi orientasi tindakan pada siswa kelas V SDN Setono 1 kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 terdapat peningkatan proses dan hasil belajar. Oleh karena itu, strategi orientasi tindakan dapat direkomendasikan kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disampaikan beberapa saran saran-saran. Beberapa saran tersebut adalah sebagai berikut. Bagi guru Bahasa Indonesia khususnya kelas V SD penelitian ini dapat dijadikan masukan strategi alternatif untuk peningkatan kemampuan berbicara terutama menggunakan strategi orientasi tindakan. Kecuali itu guru dalam pembelajaran berbicara dapat menggunakan strategi yang bersifat menghibur, karena dengan hiburan siswa SD dalam pembelajaran akan lebih menyenangkan. Bagi siswa kelas V SD penelitian ini dapat memberikan motivasi, dan kegairahan dalam belajar, karena dalam penelitian ini siswa diarahkan untuk menanamkan keantusiasan, kedisiplinan. Dengan adanya keantusiasan, kedisiplinan, dan percaya diri akan tertanam dengan sendirinya motivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi penyusun bahan ajar materi pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD tertutama dalam pembelajaran berbicara buatlah sederhana, dan berikan muatan yang berisi hiburan, dengan acuan itu kegiatan belajar mengajar akan lebih menanamkan kreativitas siswa. Bagi Kepala Sekolah terus memotivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya melalui berbagai kegiatan diskusi, workshop, pelatihan secara terprogram maupun melalui peningkatan pendidikan. Dan selalu meningatkan guru untuk melaksanakan kegiatan KKG sekolah NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 443

guna memecahkan persoalan pembelajaran disekolah dan berdiskusi melaksanakan PTK secara kolaboratif. Bagi penyusun kurikulum penelitian ini dapat dijadian acuan alternatif dalam penyusunan kurikulum, terutama langkahlangkah yang optimal dalam pencapian tujuan pembelajaran, karena sampai sekarang terutama rekan-rekan guru masih mengalami kebingungan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dengan langkahlangkah pembelajaran yang jelas akan memudahkan guru dalam mengejawantahkan kurikulum yang berlaku. Bagi peneliti yang lain temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menemukan strategi pembelajaran dalam pembelajaran menyimak, dengan dasar tersebut strategi yang digunakan dalam pembelajaran berbicara akan lebih bervariasi, sehingga pembelajaran akan lebih dapat menyenangkan dan bermakna. DAFTAR RUJUKAN Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Jaya. Tarigan. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan. 2009. Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan. 2009. Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Angkasa. Wiraatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 Halaman 444