BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Komitmen organisasional (organizational commitment), didefinisikan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah rencana struktur penelitian yang mengarahkan proses dan

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dasar pembangunan nasional. Dengan kata lain manusia adalah unsur kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kepuasan kerja merupakan salah satu studi yang secara luas dipelajari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai pengaruh lingkungan seperti lingkungan psikologis, pengaruh sosial,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. organisasi tersebut (Mathis & Jackson, 2006). Menurut Velnampy (2013)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. karyawan dan organisasi yang berimplikasi terhadap keputusan untuk bertahan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Konsep tentang Locus of control pertama kali dikemukakan oleh Rotter

KUESIONER PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pandangan karyawan ketika mereka telah diperlakukan dengan baik oleh

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Lamba dan Choudary (2013) menyebutkan bahwa komitmen adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II URAIAN TEORITIS. a. Komitmen Organisasi paling sering didefinisikan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berbentuk perusahaan. Perusahaan merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Harman et al. (2009) mengemukakan teori tradisional turnover ini menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki sebuah

Bab I. Pendahuluan. pengelolaan yang baik pula organisasi akan mendapatkan karyawan-karyawan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mereka yang memiliki komitmen tinggi cenderung lebih bertahan dan rendah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aset tidak nyata yang menghasilkan produk karya jasa intelektual

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu perusahaan memiliki tujuan untuk mencapai keunggulan, baik

BAB I PENDAHULUAN. baik tidak akan pernah mengabaikan sumber daya manusia mereka, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menarik para wisatawan agar mau berkunjung. Hal ini penting dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pencapaian tujuan tersebut, perusahaan membutuhkan tenaga-tenaga

BAB II LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN HIPOTESIS. Dengan menjadi bagian dari perusahaan, karyawan dididik untuk berkomitmen

BAB II LANDASAN TEORI. dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS PENELITIAN. melakukan balas budi terhadap organisasi dengan bersikap dan berprilaku lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang kedokteran membuat rumah sakit dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. bagi pegawai dimana perusahaan atau organisasi sekarang berusaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 KAJIAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Organizational Citizenship Behavior (OCB) Organizational Citizenship Behavior (OCB) pertama kali dipopulerkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komitmen Organisasi. Komitmen organisasi menurut Allen dan Meyer (1990), adalah keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada dasarnya hubungan antara perusahaan dengan karyawan adalah

BAB 2 KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori yang melandasi penelitian ini adalah teori pertukaran sosial. Fung et

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. fase diyakini sebagai titik di mana ide ini pertama kali diadopsi, yaitu titik

World Economic Forum (WEF) menyusun The Global Competitiveness. Report 2014/2015 dan menempatkan daya saing Indonesia (Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diperhatikan, dijaga, dan dikembangkan. Organizational Citizenship Behaviour

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Organisasi modern meyakini bahwa manusia merupakan faktor penting

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pembagian karyawan menjadi karyawan tetap dan karyawan kontrak, baik perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang kompetitif akan terlahir dari dunia

BAB I PENDAHULUAN. organisasi yang bernama Gallup pada tahun 1990-an. Menurut survei Global,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penelitian Uraian 1. Judul Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. teoritis dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan supporting theori.grand

BAB II LANDASAN TEORI. dari pembahasan komitmen organisasional dan work engagement terhadap job

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bagaimana seorang individu terpuaskan atau tidak terpuaskan terhadap suatu

BAB 3 METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah desain penelitian asosiatif.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Dalam sebuah organisasi, khususnya organisasi perbankan, semestinya

KINERJA DAN RETENSI INDIVIDUAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Rahayu S. Purnami, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intention to quit adalah kecenderungan atau niat karyawan untuk berhenti

HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA. Oleh: Reza Rizky Aditya

BAB I PENDAHULUAN. perbankan terus mengalami perkembangan. Praktek dan kebijakan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. untuk memproduksi barang-barang yang berkualitas demi meningkatkan daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA Organizational Citizenship Behavior (OCB) individu yang melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan dihargai dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Aldag dan Resckhe (1997), Organizational Citizenship Behavior

PERILAKU ORGANISASI. Sikap dan Kepuasan Kerja. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN S1.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Stephen P. (2002:135) Dalam suatu organisasi kepemimpinan

BAB II LANDASAN TEORI. bekerja yang ditandai secara khas dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur kerja karyawan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi dibentuk sebagai wadah bagi sekumpulan individu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kinerja merupakan salah satu alat ukur dari keberhasilan sebuah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. kepercayaan guru pada pimpinan. 4. Kepercayaan guru pada pimpinan memediasi sebagian (partial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. karyawan memihak organisasi tertentu beserta tujuan-tujuannya dan adanya

BAB II LANDASAN TEORI. berbeda. Cara pertama diajukan oleh Mowday, Porter, dan Steers, 1982;

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pemahaman mengenai hasil penelitian. Penelitian ini membahas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hamzah, Nyorong, 2013). Sebagai instansi yang berorientasi pada pelanggan (consumeroriented),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Organizational Citizenship Behavior

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Kata Kunci: Kepemimpinan Transformasional, Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasi dan Organizational Citizenship Behavior.

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi situasi dan kondisi di era globalisasi ini, perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai wadah kegiatan dari orang-orang yang bekerja sama dalam usahanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dengan adanya peraturan pemerintah daerah tentang pelaksanaan otonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya perusahaan adalah aturan main yang ada di dalam perusahaan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kompetitif dengan mendorong sebuah lingkungan kerja yang positif (Robbins dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Komitmen organisasional Komitmen organisasional (organizational commitment), didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Pandangan mengenai Komitmen organisasi, menurut Porter (dalam Greenberg dan Baron: 1997:191) merupakan akibat dari tiga faktor yaitu: (1) penerimaan terhadap tujuan-tujuan dan niliai-nilai yang dimiliki organisasi, (2) kemauan untuk membantu organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya, dan (3) hasrat atau keinginan untuk tetap berada dalam organisasi. Menurut Greenberg dan Baron (1997), komitmen organisasional adalah sejauh mana seorang individu mengidentifikasi dan terlibat dengan organisasinya ataukah bersedia untuk meninggalkannya. Jadi, keterlibatan pekerjaan yang tinggi berarti memihak pada pekerjaan tertentu seseorang individu, sementara komitmen norganisasional yang tinggi berarti memilhak organisasi yang merekrut individu tersebut. (Robbins, 2008). Selanjutnya menurut Zeinabadi dan Salehi (2011), komitmen organisasional adalah kemauan untuk mengerahkan usaha ekstra untuk kepentingan organisasi, dan keinginan yang kuat untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Dhar (2014) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai keadaan psikologis yang menyatukan individu ke dalam organisasi. Komitmen organisasional terdiri dari tiga dimensi: dimensi afektif, normatif dan kelangsungan. Komitmen afektif (AC) diukur dari emosional karyawan, identifikasi dengan, dan keterlibatan dalam organisasi tersebut. Komitmen normatif (NC) adalah tentang perasaan tanggung jawab karyawan untuk tinggal di organisasi, sedangkan komitmen

continuance (CC) adalah pengakuan biaya yang terkait dengan karyawan meninggalkan organisasi. Sehingga dapat disimpulkan dari beberapa uraian mengenai komitmen organisasional diatas, bahwa komitmen organisasional merupakan komitmen seseorang terhadap organisasi tempat dia bekerja, dari sejauh mana ia dilibatkan dalam pekerjaannya sehingga ada keinginan untuk membantu organasasi tersebut untuk mencapai tujannya dan tetap bertahan dalam organisasi. 2.1.2. Pelatihan Kerja Pelatihan kerja dapat diartikan sebagai pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dibutuhkan karyawan untuk melakukan tugas atau pekerjaan atau untuk meningkatkan kinerja di lingkungan kerja(e.g. see Goldstein, 1993;Aragon, A., Barba, M.I., Sanz, R., 2003). Pelatihan dapat dilihat juga sebagai praktik manajemen yang dapat dikendalikan atau dikelola untuk memperoleh sikap timbal balik dan perilaku, termasuk keterlibatan kerja, motivasi, dan komitmen organisasi, serta kualitas layanan yang akan dihasilkan.persepsi pelatihan oleh karyawan telah dianalisis oleh beberapa peneliti(ahmad, Bakar, 2003; Bartlett, 2001; Bartlett Kang, 2004; Cagri, Bulut, 2010). Pelatihan yang dirasakan karyawan diukur dan dinilai dalam struktur multidimensi yang terdiri dari kemudahan akses, manfaat, dan dukungan. a. Kemudahan akses yang dirasakan ke pelatihan Adanya pelatihan yang dirasakan dapat dijelaskan dari sejauh mana karyawan merasa mereka mampu mengakses kesempatan pelatihan (Newman, Rani Thanacoody dan Wendy Hui, 2011). Akses ke pelatihan mengacu pada persepsi karyawan dari kemungkinan kehadiran mereka di pelatihan organisasi, apakah ada atau tidaknya partisipasi berdasarkan kriteria selektif secara obyektif dan adil, apakah prosedur aplikasi disusun secara eksplicit atau tidak dan apakah pemohon didukung oleh manajer

mereka atau tidak (Bulut dan Osman Culha, 2010). Sehingga kemudahan akses yang dirasakan karyawan ke pelatihan dapat disimpulkan sebagai seberapa jauh karyawan merasakan adanya kemudahan dan kesempatan yang diberikan dari organisasi untuk mengikuti pelatihan yang telah disediakan. b. Dukungan yang dirasakan dalam pelatihan Menurut Noe, dukungan dalam konteks sosial adalah suatu kondisi di mana karyawan percaya bahwa orang lain memberi mereka kesempatan dan bantuan untuk melatih keterampilan atau untuk menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam pelatihan (Facteau et al., 1995). Dalam pengujian literatur pelatihan menunjukkan bahwa ada beberapa sumber potensial penting dari dukungan sosial untuk pelatihan. Meliputi top manajemen, supervisor, rekan-rekan, dan bawahan (Facteau et al., 1995). Sehingga dukungan yang dirasakan karyawan dalam pelatihan dapat diartikan sebagai dukungan yang diberikan dari atasan, rekan kerja, serta bawahan untuk mengikuti pelatihan yang ada sehingga dapat mengembangkan keterampilan, keahlian, serta menambah pengetahuan agar dapat digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan agar lebih baik. c. Manfaat yang dirasakan dari pelatihan Menurut Noe dan Wilk (1993), manfaat dari program pelatihan dapat dilihat dari tiga perspektif yang berbeda: (a) manfaat pribadi, (b) manfaat terkait pekerjaan, dan (c) manfaat karir. Manfaat pribadi mengacu pada manfaat yang dapat karyawan harapkan ketika mengikuti program pelatihan untuk meningkatkan kinerja pekerjaan mereka, mengembangkan jaringan mereka, dan mencapai pertumbuhan pribadi dan pengembangan. Manfaat pekerjaan mengarah pada perkembangan antara hubungan yang baik dengan rekan-rekan dan manajer dan memberikan waktu istirahat dari rutinitas pekerjaan sehari-hari. Manfaat karir dapat dianggap sebagai

hasil dari partisipasi karyawan dalam mengikuti program pelatihan, karena dapat membantu mereka dalam mencapai tujuan karir mereka dan mengejar jalur baru untuk memperluas dan mengembangkan karir mereka (Noe & Wilk, 1993). Sehingga manfaat yang dirasakan karyawan dari pelatihan dapat didefinisikan sebagai hasil yang dirasakan karyawan dari mengikuti pelatihan, berupa manfaat pribadi, pekerjaan, dan karir yang dapat membantu mereka dalam mengembangkan potensi diri, memudahkan menyelesaikan pekerjaan, serta membantu mereka dalam mencapai tujuan karir. 2.2. PERUMUSAN HIPOTESIS 2.2.1. Kemudahan Akses yang Dirasakan ke Pelatihan dan Komitmen organisasionalonal Kemudahan yang dirasakan ke pelatihan merujuk pada persepsi karyawan mengenai kesempatan yang diberikan untuk mengikuti program pelatihan, tanpa memperhatikan kelayakan, termasuk dukungan dari manajer, kriteria yang adil untuk dipilih dalam program atau mengikuti proses formal dalam pemilihan untuk pelatihan. Kesempatan dalam mendapatkan akses untuk program pelatihan dianggap sebagai faktor penting untuk mengembangkan organisasi dengan budaya yang kuat dan mempunyai hubungan positif dengan komitmen organisasional (e.g. see Bulut & Culha, 2010; Ehrhardt et al., 2011).Perusahaan dengantingkat kemudahan akses yang dirasakan pada program pelatihan organisasi yang tinggi akanmemungkinanjumlah karyawan yang berkomitmen dalam organisasi mereka meningkat (Bartlett & Kang, 2004). Studi yang dilakukan di Malaysia dan Amerika menunjukkan bahwa rasa kemudahan dalam pelatihan berhubungan positif dengan meningkatnya komitmen afektif (Ahmad & Bakar, 2003; Bartlett, 2001). Disebutkan juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Dhar (2014), bahwa kemudahan akses ke pelatihan berhubungan positif dengan komitmen organisasional.

Berdasarkan dari temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa organisasi dapat meningkatkan tingkat komitmen karyawan dengan mempromosikan program pelatihan dan memberikan kemudahan akses ke pelatihan untuk karyawan. Sehingga, hipotesis berikut diusulkan berdasarkan literatur diatas: Hipotesis 1: Akses ke pelatihan berpengaruh positif terhadap komitmen organisasionalonal. 2.2.2. Dukungan yang Dirasakan dalam Pelatihan dan Komitmen organisasionalonal Karyawan yang merasa bahwa organisasi mereka mendukung adanya peningkatan dan pengembangan keahlian dengan tujuan untuk menemukan solusi terbaik dari masalah yang terkait dengan pekerjaan, akanmerasa berkewajiban untuk menunjukkan tingkat komitmen mereka terhadap organisasi (Brunetto et al., 2012; Teck-Hong & Yong-Kean, 2012). Menurut penelitian dari Noe dan Wilk (1993), menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat dukungan yang dirasakan oleh karyawan dari organisasi mereka, semakin mereka merasakan berpartisipasi dalam program tersebut. Demikian pula, Bartlett (2001) menemukan bahwa dukungan untuk pelatihan mempunyai hubungan langsung dengan tingkat komitmen afektif karyawan. Penelitian terakhir yang dilakukan oleh Dhar (2014) juga menyebutkan bahwa dukungan yang dirasakan dalam pelatihan karyawan berhubungan positif terhadap tingkat komitmen organisasional mereka. Berdasarkan dari temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dukungan yang dirasakan karyawan dalam pelatihan dapat meningkatkan keterikatannya terhadap organisasi ketika mendapat dukungan yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis selanjutnya yang diusulkan: Hipotesis 2: Dukungan yang dirasakan karyawan dalam pelatihan berpengaruh positif terhadap komitmen organisasional. 2.2.3. Manfaat yang Dirasakan dari Pelatihan dan Komitmen organisasionalonal Ketika karyawan sadar bahwa mengikuti program pelatihan dapat memberikan

manfaat bagi organisasi dan diri mereka, mereka akan menunjukkan keinginan yang tinggi untuk berpartisipasi dalam program tersebut dan selanjutnya dapat menunjukkan hasil yang lebih baik (Facteau, Dobbins, Russell, Ladd, & Kudisch, 1995). Beberapa peneliti yaitu Phillips dan Stone (2002) telah mengamati bahwa Hasil dari program pelatihan yang sukses akan memberikan manfaat yang berharga. Manfaat berharga tersebut adalah hasil positif yang tidak dapat ditukar dengan nilai moneter (hal.210). Ahmad dan Bakar (2003) menyarankan bahwa karyawan yang memahami akan keuntungan dari mengikuti program pelatihan akan menunjukkan tingkat komitmen yang tinggi terhadap organisasi sehingga mereka akan diizinkan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan pelatihan yang diadakan oleh organisasi. Dan hasil temuan dari Ahmad dan Bakar (2003), menunjukkan hubungan yang kuat antara manfaat dari program pelatihan dan komitmen afektif. Didukung pula oleh penelitian Dhar (2014) yang menyebutkan bahwa adanya pengaruh positif antara manfaat dari pelatihan yang dirasakan oleh karyawan terhadap komitmen organisasional mereka. Manfaat yang diterima oleh karyawan didapatkan dari mengikuti program pelatihan yang diarahkan untuk meningkatkan tingkat komitmen mereka dan bertujuan untuk mencapai tujuan pribadi serta karir mereka. Oleh karena itu, hipotesis selanjutnya yang diusulkan: Hipotesis 3: Manfaat yang dirasakan karyawan dari pelatihan berpengaruh positif terhadapa komitmen organisasional. 2.3. KERANGKA KONSEPTUAL Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah penting (Sekaran, 2006). Suatu kerangka berpikir akan menghubungkan secara teoritis antara variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dan tergantung. Dengan demikian, kerangka berpikir merupakan penjelasan sementara gejala-gejala yang

menjadi obyek permasalahan atau sintesis tentang hubungan antarvariabel yang disusun dari berbagai teori yang telah diuraikan. Berikut bagan dari kerangka konseptual penelitian ini: Gambar II.1 Kerangka Konseptual Dalam kerangka konseptual diatas dijelaskan ada beberapa variabel yang akan diuji di penelitian ini. Kemudahan akses yang dirasakan ke pelatihan (perceived accessibility to training), dukungan yang dirasakan dalam pelatihan (perceived support for training), dan manfaat yang dirasakan dari pelatihan (perceived benefits from training) merupakan variabel independen dalam penelitian ini. Selanjutnya komitmen organisasional (organizational commitment) berperan sebagai variabel dependen.variabel kontrol dalam penelitian ini adalah usia (age) dan jenis kelamin (gender). Adanya variabel kontrol dalam penelitian ini digunakan untuk mengurangi bias pada pengaruh variabel independen dan variabel dependen. Penelitian ini akan menguji bagaimana pengaruh pelatihan karyawan (yang terdiri dari tiga indikator) pada komitmen organisasional sebagai variabel dependen.