Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN ABSTRACT

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI

Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL DUA MANGSA- SATU PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING DAN PEMANENAN

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun

II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

BAB I Pendahuluan Latar BelakangMasalah

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

ANALISIS KESTABILAN DAN LIMIT CYCLE PADA MODEL PREDATOR - PREY TIPE GAUSE SKRIPSI

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

SIFAT-SIFAT DINAMIK DARI MODEL INTERAKSI CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

MODEL PREDATOR-PREY MENGGUNAKAN RESPON FUNGSIONAL TIPE II DENGAN PREY BERSIMBIOSIS MUTUALISME

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

Analisa Matematik untuk Menentukan Kondisi Kestabilan Keseimbangan Pasar Berganda dengan Dua Produk Melalui Sistem Persamaan Diferensial Biasa Linear

ANALISIS DINAMIK MODEL POPULASI MANGSA PEMANGSA DENGAN WILAYAH RESERVASI DAN PEMANENAN PEMANGSA Aidil Awal 1*), Syamsuddin Toaha 2), Khaeruddin 2)

MODEL PREDATOR-PREY DENGAN DUA PREDATOR

METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN LAPLACE UNTUK SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL NONLINIER KOEFISIEN FUNGSI

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

KESTABILAN SISTEM PREDATOR-PREY LESLIE

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HUTCHINSON DENGAN WAKTU TUNDA DAN PEMANENAN KONSTAN LILIS SAODAH

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

SKEMA NUMERIK PERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN PEMANENAN

ANALISIS MODEL MATEMATIKA RANTAI MAKANAN TIGA TINGKAT DENGAN ADANYA MANGSA TERINFEKSI SKRIPSI

KESTABILAN MODEL SATU MANGSA DUA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING III DAN PEMANENAN

ANALISIS MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II DENGAN MANGSA YANG TERLINDUNG DAN ADANYA PEMANENAN POPULASI EKA PUJIYANTI

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama)

Penentuan Bifurkasi Hopf Pada Predator Prey

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS DINAMIK SISTEM PREDATOR-PREY MODEL LESLIE-GOWER DENGAN PEMANENAN SECARA KONSTAN TERHADAP PREDATOR

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

KESTABILAN TITIK TETAP MODEL PENULARAN PENYAKIT TIDAK FATAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MODEL DINAMIKA CINTA DENGAN MEMPERHATIKAN DAYA TARIK PASANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

BIFURKASI HOPF PADA MODIFIKASI MODEL PREDATOR-PREY LESLIE GOWER DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

ANALISIS DINAMIK MODEL PREDATOR-PREY PADA POPULASI ECENG GONDOK DENGAN ADANYA IKAN GRASS CARP DAN PEMANENAN

ANALISIS KESTABILAN MODEL PENIPISAN SUMBER DAYA HUTAN OLEH PERKEMBANGAN INDUSTRIALISASI

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

ANALISIS KESTABILAN MODEL INTERAKSI PEMANGSA DAN MANGSA PADA DUA HABITAT YANG BERBEDA ADE NELVIA

Syarat Cukup Osilasi Persamaan Diferensial Linier Homogen Orde Dua Dengan Redaman

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

KESTABILAN MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING II DAN WAKTU TUNDA

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat hidup sendiri, karena setiap organisme tersebut membutuhkan

BIFURKASI HOPF MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA NI NYOMAN SURYANI

METODE PSEUDO ARC-LENGTH DAN PENERAPANNYA PADA PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NONLINIER TERPARAMETERISASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini, akan dibahas system predator-prey dengan respon fungsi tak

ANALISIS MODEL MATEMATIKA PERAN PENAMBAHAN MAKANAN DALAM SISTEM EKO-EPIDEMIOLOGI DENGAN PENYAKIT PADA PREY SKRIPSI

BIFURKASI HOPF PADA MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN WAKTU TUNDA DAN TINGKAT PEMANENAN KONSTAN LOLA OKTASARI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis bifurkasi pada model predator-prey dengan dua

MODEL NON LINEAR PENYAKIT DIABETES. Aminah Ekawati 1 dan Lina Aryati 2 ABSTRAK ABSTRACT

A 10 Diagonalisasi Matriks Atas Ring Komutatif

BAB II LANDASAN TEORI. dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori yang digunakan berupa definisi-definisi serta

ANALISIS KESTABILAN MODEL MUTUALISME DUA SPESIES SKRIPSI

APLIKASI METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PENDAHULUAN

Waktu Optimal Dalam Diversifikasi Produksi Sumber Energi Terbarukan dan Tidak Terbarukan dengan Menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin

ANALISA KESTABILAN DAN KENDALI OPTIMAL PADA MODEL PEMANENAN FITOPLANKTON-ZOOPLANKTON

ANALISIS STABILITAS MODEL MATEMATIKA DARI PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR MELALUI TRANSPORTASI ANTAR DUA KOTA

ANALISIS DINAMIK SKEMA EULER UNTUK MODEL PREDATOR-PREY DENGAN EFEK ALLEE KUADRATIK

PENGARUH SCAVENGER (Pemakan Bangkai) TERHADAP KESTABILAN POPULASI MANGSA PEMANGSA PADA MODEL LOTKA VOLTERRA ELI WAHYUNI

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

BAB II KAJIAN TEORI. representasi pemodelan matematika disebut sebagai model matematika. Interpretasi Solusi. Bandingkan Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Populasi adalah kumpulan individu dari suatu spesies yang sama yang

DIAGONALISASI MATRIKS HILBERT

Analisis Kestabilan Model Penurunan Sumber Daya Hutan Akibat Industri

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

PENENTUAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MATRIKS INTERVAL MENGGUNAKAN METODE PANGKAT

STABILISASI SISTEM KONTROL LINIER DENGAN PENEMPATAN NILAI EIGEN

BAB VII MATRIKS DAN SISTEM LINEAR TINGKAT SATU

Friska Erlina, Yuni Yulida, Faisal

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS STABILITAS DARI PENYEBARAN PENYAKIT FLU BURUNG

MODEL DINAMIK INTERAKSI DUA POPULASI (Dynamic Model Interaction of Two Population)

UNNES Journal of Mathematics

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT TUGAS AKHIR

METODE PANGKAT DAN METODE DEFLASI DALAM MENENTUKAN NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN DARI MATRIKS

Transkripsi:

Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan 1 Ai Yeni, 2 Gani Gunawan, 3 Icih Sukarsih 1,2,3 Prodi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail : 1 yeniayyeni08@gmail.com, 2 ggani9905@dmail.com, 3 sukarsh@yahoo.co.id Abstrak. Model predator prey merupakan interaksi dua populasi. Salah satu model interaksi antara makhluk hidup dalam suatu ekosistem adalah model predator prey dengan prey sebagai spesies yang dimangsa dan predator sebagai spesies yang memangsa. Model predator prey pertama kali dekenalkan oleh Alfred J. Lotka (1925) dan Vito Volterra (1926). Model predator prey ini juga dikenal dengan model Lotka_Volterra. Dalam perkembangannya, model ini telah banyak mengalami modifikasi seperti menambahkan variable-variable baru yaitu stocking, diffusion, delay dan pemanenan. Pemanenan dilakukan pada populasi mangsa karena diasumsikan hanya populasi mangsa yang memiliki nilai komersil dan melibatkan manusia (nelayan) dalam proses pemanenannya. Dari model tersebut dilakukan analisis dengan menentukan titik setimbang model dan menganalisis kestabilan titik setimbang model. Untuk menentukan sifat kestabilan dari titik setimbang pada model,maka perlu dicari terlebih dahulu nilai eigen-nya. Setelah didapatkan nilai eigen, dapat ditentukan kestabilan dari titik setimbang tersebut berdasarkan tanda bagian real-nya. Analisis hasil simulasi menggunakan program MAPLE dengan memvariasikan nilai parameter. Kata Kunci: Model Predator Prey, Fungsi Holling, Titik Setimbang, Stabil Asimtotis. A. Pendahuluan Pemodelan matematika merupakan salah satu cabang dari matematika terapan yang cukup penting dan bermanfaat. Salah satu bentuk pemodelan yang dapat diterapkan yaitu pada masalah ekologi. Salah satu model interaksi antara makhluk hidup dalam suatu ekosistem adalah model Predator Prey, dengan prey sebagai spesies yang dimangsa dan predator sebagai spesies yang memangsa. Model predator prey pertama kali dikenalkan oleh Alfred J. Lotka (1925) dan Vito Volterra (1926), yang memformulasikan model matematika tersebut dalam sistem persamaan diferensial, model ini dikenal dengan model Lotka-Volterra. Dalam perkembangannya, model ini telah banyak mengalami modifikasi seperti menambahkan variable-variable baru seperti stocking, diffusion, delay, dan pemanenan. Dalam makalah ini akan membahas model predator prey dengan menambahkan variable pemanenan pada populasi prey. Sebagai contoh interaksi yang menggambarkan model ini yaitu interaksi antara populasi ikan kecil sebagai prey dan populasi ikan besar sebagai predator. Pemanenan ini dilakukan pada populasi prey karena diasumsikan hanya populasi prey yang memiliki nilai komersil dan melibatkan manusia (nelayan) dalam proses pemanenannya. Dari model tersebut dapat dilakukan analisis dengan menentukan titik setimbang model dan menganalisis kestabilan titik setimbang model serta melakukan simulasi dari kestabilan di titik setimbang yang berlaku pada model predator prey tipe holling II dengan faktor pemanenan pada prey. Simulasi numerik diberikan untuk menunjang hasil analisis kestabilan yang telah diperoleh. 31

32 Ai Yeni, et al. B. Landasan Teori Teorema 1 : Jika A adalah sebuah matriks n x n, maka pernyataan-pernyataan yang berikut ekivalen satu sama lain. a. λ adalah nilai eigen dari A b. Sistem persamaan (λi A)x = 0 mempunyai penyelesaian yang tak trivial. c. Ada sebuah vektor tak nol x di dalam Rn sehingga Ax = λx. d. λadalah penyelesaian real dari persamaan karakteristik det (λi A) = 0 (Anton dan Rorres, 2000). Model predator-prey merupakan interaksi dua populasi, yaitu populasi mangsa dan pemangsa. Hubungan interaksi keduanya diperhitungkan dengan fakta bahwa spesies pemangsa akan memakan spesies mangsa. Pada akhirnya akan diperoleh system persamaan sebagai berikut: dengan : a adalah koefisien laju kelahiran mangsa, b adalah koefisien laju kematian pemangsa, α dan β adalah konstanta interaksi. Dalam hal ini, α memberikan penurunan dalam jumlah populasi mangsa karena spesies pemangsa akan memakannya, sedangkan β memberikan peningkatan pada jumlah populasi dinamakan persamaan Predator-Prey Lotka-Volterra (Boyce dan diprima, 2008). Misalkan dalam populasi terhadap mangsa x dan daya dukung lingkungan K terdapat pada model pertumbuhan perkapita sehingga kapasitas penampungan lingkungan yang tersisa adalah K x individu. Jadi masih ada bagian lingkungan yang masih bisa ditinggali. Bagian inilah yang sebanding dengan pertumbuhan populasi.sehingga terbentuk persamaan pertumbuhan populasi perkapita berikut. Persamaan diatas merupakan persamaan pertumbuhan logistik. Konstanta r adalah laju pertumbuhan intrinsik, yaitu nilai yang menggambarkan daya tumbuh suatu populasi dan diasumsikan r 0 karena setiap populasi memiliki potensi untuk berkembang biak. Konstanta K adalah kapasitas tampung, yaitu ukuran maksimum dari suatu populasi yang dapat disokong oleh suatu lingkungan. Pada akhirnya diperoleh sistem persamaan model predator-prey tipe holling II dengan faktor pamanenan pada prey dalam jurnal Suzyanna adalah sebagai berikut: Dengan : Volume 2, No.1, Tahun 2016

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanena 33 x(t) adalah populasi prey saat t y(t) adalah populasi predator saat t adalah laju perubahan populasi prey pada saat t adalah laju perubahan populasi predato r pada saat t Populasi prey bertumbuh secara logistik K adalah kapasitas daya tampung prey r adalah laju pertumbuhan interinstik prey pada saat tidak ada predator d adalah laju kematian predator saat tidak ada prey b adalah laju konversi pemangsa predator α adalah laju maksimum konsumsi prey a adalah half-saturation constant E adalah laju pemanenan predator C. Pembahasan dan Hasil Penelitian Model predator prey tipe holling II dengan faktor pemanenan pada prey adalah sebagai berikut: Untuk memcari titik setimbangmaka tahap pertama yang harus dilakukan adalah dengan men-nol kan ruas kiri pada sistem persamaan (3.1). Maka akan didapat persamaan sebagai berikut: Adapun untuk memperoleh titik setimbang ini diperoleh satu persatu kemudian ada yang disubstitusikan pada persamaan-persamaan yang berikutnya. Dengan tahapan-tahapan sebagai berikut. Titik setimbang kepunahan predator adalah suatu kondisi saat predator tidak ada atau punah, yaitu pada saat y = 0 dan x 0. Misalkan titik setimbang kepunahan predator dinotasikan dengan A = (x,y) = (x 1,0).Dengan menggunakan syarat f(x, y) = g (x,y) = 0, y = 0 dan x 0 maka didapat kondisi sebagai berikut Dari persamaan (3.2) diproleh : Berdasarkan (3.3), maka didapatkan titik setimbang yaitu Titik setimbang kedua spesies hidup berdampingan adalah kondisi saat x 0 dan y 0 Misalkan titik setimbang kedua spesies hidup berdampingan dinotasikan dengan B ( x, y) ( x 2, y 2 ). Dengan menggunakan syarat f ( x, y) g ( x, y) 0, x 2 0 dan y 2 0 maka Matematika, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

34 Ai Yeni, et al. didapatkan kondisi sebagai berikut. Dari persamaan (3.2) dan (3,3) diperoleh Karena x 0 dan y 0 dan x > 0 maupun y > 0, maka titik setimbang ada jika Diasumsikan dan Misalkan dan, maka titik seimbang B dijamin ada jika 1 dan E 1 E E 2 Sistem persamaan di atas merupakan sistem nonlinier. Menurut Boyce dan Diprima, kesetimbangan dari sistem non linier ditentukan dengan terlebih dahulu melakukan linierisasi di sekitar titik kesetimbangan. Linierisasi tersebut menghasilkan matriks jacobi. Nilai eigen dari matriks Jacobi pada masing-masing titik kesetimbangan diperoleh dengan menyelesaikan persamaan (A - λi) = 0. Selanjutnya, kestabilan titik kesetimbangan dapat ditentukan dengan melihat nilai eigen tersebut 1. Titik kesetimbangan A stabil asimtotis local jika 2. Titik kesetimbangan B dijamin ada jika kedua spesies tidak punah atau x > 0 dan y > 0 Hasil yang diperoleh dari simulasi, selanjutnya dianalisis untuk mengetahui apakah terjadi perubahan populasi prey dan predator dari model tersebut. Analisis ini dilakukan dengan mengubah parameter-parameter yang mempengaruhi popukasi prey dan predator tersebut secara bervariasi.untuk kasus pertama, diberikan nilai Volume 2, No.1, Tahun 2016

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanena 35 parameter r=0,62, d=-,42, b=0,56, a=0,3, α = 0,5, K=2,1, dan E=0,41 yang menghasilkan populasi predator nol (habis) dan prey ada. Simulasi Model Predator- Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan Pada Prey dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 3.1 Grafik Predator-Prey untuk Kepunahan Predator Pada Gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa popylasi prey yaitu 0.7112903226 dan populasi predator yaitu 0. Untuk kasus kedua, diberikan beberapa nilai parameter r=0,8, d=0,42, b=0,73, a=0,3, α = 0,6, K=2,7, dan E=0,28 yang menghasilkan populasi predator dan prey sama-sama ada (hidup berdampingan). Simulasi model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan Pada Prey dapat dilihat pada grafik berikut ini. Gambar 3.2 Grafik Predator-Prey untuk Kedua Spesies Hidup Berdampingan D. Kesimpulan 1. Analisis kestabilan asimtotis lokal dari titik setimbang model tersebut yaitu dengan mencari terlebih dahulu nilai eigen-nya. Kemudian model yang digunakan merupakan sistem persamaan non linier maka perlu dilakukan pelinieran dengan menggunakan matriks jakobi. Setelah didapatkan nilai eigen maka dapat ditentukan kestabilannya. Dari model didapatkan titik kesetimbangan kepunahan predator dan titik kesetimbangan kedua spesies hidup berdampingan. Matematika, Gelombang 1, Tahun Akademik 2015-2016

36 Ai Yeni, et al. 2. Titik kesetimbangan kepunahan predator stabil asimtotis dan titik kesetimbangan kedua spesies hidup berdampingan dijamin ada. Hasil simulasi untuk kasus pertama, diberikan nilai parameter r=0,62, d=-,42, b=0,56, a=0,3, α = 0,5, K=2,1, dan E=0,41 yang menghasilkan populasi predator nol (habis) dan prey ada sehingga didapat populasi prey yaitu 0.7112903226 dan populasi predator yaitu 0. Untuk kasus kedua, diberikan beberapa nilai parameter r=0,8, d=0,42, b=0,73, a=0,3,, K=2,7, dan E=0,28 yang menghasilkan populasi predator dan prey sama-sama ada (hidup berdampingan) sehingga didapat populasi prey yaitu 1,4777602740 dan populasi predator yaitu 0,2110861057. Daftar Pustaka Boyce, W. E. Dan Diprima, R. C. 2008. Elementary Differensial Equations and Boundary Value Problems. Ninth Edition. John Willey & Sons Inc. New York. Chakraborty, S., Pal, S. and Bairagi, N. Predator-Prey Interaction With Harvesting: Mathematical Study With Biological Ramifications, Applied Mathematical Modelling 36, hal 4044-4059, 2012. Suzyanna. 2013. Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanenan Prey. Journal of Scientific Modeling & Computation. 1:58-66. Surabaya: Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga. Anton, H., Rorres, C. 2000. Aljabar Linier Elementer Edisi ke-8. Jakarta:Erlangga Volume 2, No.1, Tahun 2016