BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penghasilan badan yang dilakukan oleh PT Bank MAJU, maka dengan hasil penelitian

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN. (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat)

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. Sejarah perusahaan PT ARUS dimulai dari bakat wiraswasta dari seorang ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian-uraian yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

bunga dari sistem pembayaran angsuran dan penggantian aktiva tetap.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT ABC

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN UNTUK MENGEFISIENKAN BEBAN PAJAK PADA PT BPR WS

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB IV. EVALUASI PERENCANAAN PPh pasal 23 dan PPh BADAN PT PATRA JASA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dengan direktur bernama FENNY PHITOYO yang beralamat di jalan HR.

BAB IV ANALISIS PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA PT. TS INDONESIA. Analisis Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PT. RKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. pesat guna meningkatkan standar hidup berbangsa dan bernegara. Semua pihak baik

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

BAB III PENYEBAB BEDA AKUNTANSI PAJAK DAN KOMERSIAL

By Afifudin PSP FE Unisma 2

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Orang Pribadi - pembukuan

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

Transkripsi:

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK PENGHASILAN PASAL 25/29 MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN DALAM RANGKA PERENCANAAN PAJAK PADA PT ARUS IV.1 Perbandingan Laba Bersih Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dengan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Sebagai Wajib Pajak, PT ARUS sudah melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat dilihat bahwa PT ARUS sudah mendaftarkan dirinya sebagai Wajib Pajak dan telah mendapatkan NPWP. Selain itu, PT ARUS juga sudah melakukan pembukuan, membayar pajak, serta mengisi dan menyampaikan SPT, baik SPT Masa maupun SPT Tahunan. Pembukuan dan penyajian laporan keuangan PT ARUS dibuat berdasarkan Prinsip Akuntansi yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan. Laporan keuangan ini disebut sebagai laporan keuangan komersial. Untuk keperluan perpajakan, maka laporan keuangan komersial harus dilakukan koreksi fiskal guna menyesuaikan perbedaan dalam menghitung besarnya laba. Berdasarkan data keuangan yang telah dikumpulkan dari perusahaan, melalui hasil observasi dan wawancara, dapat dikemukakan penyebab perbedaan perhitungan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan menurut Undang- Undang Pajak. Perbedaan tersebut disebabkan oleh : 55

1. Penerimaan yang menurut Standar Akuntansi Keuangan merupakan penghasilan sedangkan menurut peraturan perpajakan bukan objek pajak penghasilan, perbedaan ini bisa menguntungkan Wajib Pajak, karena memperkecil Penghasilan Kena Pajak dan pajak penghasilan terutang. 2. Pengeluaran yang menurut Standar Akuntansi Keuangan merupakan beban, sedangkan menurut peraturan perpajakan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto ( non deductible ), sesuai dengan pasal 9 ayat 1 Undang-Undang No.17 Tahun 2000 Tentang PPh. Perbedaan ini sifatnya bisa merugikan Wajib Pajak, karena memperbesar Penghasilan Kena Pajak dan Pajak Penghasilan.. Dalam hal ini, PT ARUS harus melakukan koreksi fiskal positif dan koreksi fiskal negatif terhadap biaya-biaya dalam Laporan Laba Ruginya. Koreksi positif atas suatu beban komersial akan menambah laba fiskal perusahaan, sedangkan koreksi negatif atas suatu beban komersial akan mengurangi laba fiskal perusahaan. Sebelum melakukan koreksi fiskal, harus dilakukan analisis terhadap objek Pajak Penghasilan dan biaya-biaya pada laporan laba rugi PT ARUS, dimana biaya-biaya yang dianalisis merupakan biaya-biaya yang memiliki potensial untuk dilakukan koreksi fiskal. Dari hasil evaluasi terhadap Laporan Laba Rugi PT ARUS, biaya-biaya yang harus dilakukan koreksi ialah: 56

1. PT ARUS harus melakukan koreksi positif atas PPh Pasal 21 sebesar Rp.19.764.285, dimana hasil tersebut didapatkan dari penjumlahan: Angsuran PPh Ps 21 dari HPP Rp. 5.534.000 Angsuran PPh Ps 21 dari Biaya Pemasaran Rp. 6.917.500 Angsuran PPh Ps 21 dari Biaya Adm dan Umum Rp. 7.312.785 Rp. 19.764.285 Koreksi ini dilakukan karena PT ARUS menanggung PPh Pasal 21 karyawannya. Dimana beban ini memang harus dikoreksi karena PPh Pasal 21 ditanggung pemberi kerja bukan merupakan pengurang ( non deductible expense ) sesuai dengan Pasal 9 ayat 1 huruf h Undang-Undang No 17 Tahun 2000 Tentang PPh 2. Dalam pengelolaan kesejahteraan karyawan, selain memberikan tunjangan, PT ARUS juga memberikan natura/kenikmatan berupa pemberian susu murni sebanyak 3 liter @ Rp. 5000 setiap bulan untuk setiap karyawan yang berjumlah 102 orang. Pemberian kenikmatan tersebut menurut UU PPh No.17 tahun 2000 Pasal 9 ayat 1 huruf e, tidak bisa dibebankan dalam laporan laba rugi fiskal. Untuk itu, perusahaan harus melakukan koreksi positif atas pemberian fasilitas tersebut yaitu sebesar Rp. 18.360.000 dengan perhitungan sebagai berikut: Fasilitas yang diberikan/bln x Jumlah Karyawan x 12 = koreksi ( 3 liter x Rp.5000 ) x 102 x 12 = Rp. 18.360.000 57

3. Biaya Pemeliharaan gedung, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka memelihara, mengganti, serta memperbaiki gedung perusahaan. Dimana pada tahun 2005, perusahaan melakukan perbaikan kamar mandi dan perbaikan musholla, selain itu perusahaan melakukan pengecatan ulang,perbaikan eternit, dan perbaikan lainnya. Dalam melakukan peeliharaan gedung, perusahaan menggunakan jasa pemeiliharaan oleh pihak ketiga, namun perusahaan belum melakukan pemotongan atas jasa pemeliharaan tersebut. 4. Biaya pemeliharaan mesin, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam rangka untuk pemeliharaan mesin dimana hal tersebut dilakukan secara rutin oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan pentingnya mesin-mesin tersebut dalam melakukan proses produksi. Contoh biaya pemeliharaan mesin misalnya biaya untuk ganti oli/ pelumas, sparepart, perbaikan mesin yang rusak, dan sebagainya. Biaya ini dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto, karena bisa dikategorikan sebagai biaya untuk memelihara penghasilan sesuai dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Tentang PPh Pasal 6 ayat 1. Dalam melakukan pemeliharaan mesin, perusahaan menggunakan jasa pemeliharaan namun perusahaan belum melakukan pemotongan atas pemakaian jasa tersebut. 58

5. Biaya pemeliharaan kendaraan, biaya ini merupakan pengeluaran dalam rangka memelihara, mengganti, serta memperbaiki kendaraan perusahaan. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara kendaraan, seperti pembelian sparepart, pelumas, dan sebagainya. Dan atas biaya pemeliharaan, perusahaan belum melakukan pemotongan atas jasa tersebut. Untuk biaya pemeliharaan kendaraan pada biaya administrasi umum, merupakan biaya pemeliharaan untuk kendaraan sedan untuk direksi dan manajer, dimana kendaraan tersebut tidak sepenuhnya untuk kegiatan perusahaan. Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002, kendaraan sedan atau sejenisnya yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dilakukan koreksi sebesar 50%, karena hanya 50% dari biaya tersebut yang diakui sebagai beban fiskal. Maka dari itu, PT ARUS harus melakukan koreksi positif atas biaya pemeliharaan kendaraan pada rincian biaya administrasi dan umum. Besarnya koreksi yang dilakukan sebesar Rp.6.721500. hasil perhitungan tersebut didapatkan dari: 50 % x Biaya Pemeliharaan = Koreksi 50 % x Rp. 13.443.000 = Rp. 6.721.500 6. Biaya konsultan dan perijinan, perusahaan menggunakan jasa konsultan baik konsultan pajak maupun konsultan untuk manajemen perusahaan. Atas pemakaian jasa konsultan tersebut, perusahaan belum melakukan pemotongan. Biaya perijinan merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka pengurusan masalah perijinan kepada pihak 59

berwenang, misalnya biaya untuk mengurus STNK, SIUP, ijin domisili, KIR dan perijinan lainnya yang dilakukan secara rutin per tahun. 7. Biaya perjalanan dinas, biaya ini merupakan pengeluaran perusahaan atas perjalanan karyawannya ke luar kota dalam rangka perjalanan dinas. Setiap karyawan yang ditugasi keluar kota harus selalu melampirkan bukti-bukti pengeluaran selama perjalanan dinas. Biaya ini dapat dijadikan beban sebagai pengurang penghasilan bruto, karena biaya ini termasuk biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sesuai dengan Undang- Undang No 17 Tahun 2000 Tentang PPh Pasal 6 ayat 1. 8. Biaya BBM/TOL/Parkir, merupakan pengeluaran berupa bensin, tol, parkir, dan lain-lain yang penggunaannya berkaitan dengan kegiatan perusahaan, terutama untuk pengantaran susu ke pelanggan ( institusi, supermarket, hotel, restoran/kafe, perumahan ), biaya bensin dan tol untuk pengambilan bahan baku susu langsung ke pemasok atau biaya transportasi untuk pengambilan bahan pembantu yang barangnya tidak diantar langsung oleh pemasok. Biaya ini dicatat berdasarkan karcis ( bukti ) yang dibayarkan, namun perusahaan tidak mengarsipkan karcis tersebut dengan baik. Pada rincian biaya administrasi dan umum, biaya BBM/TOL/Parkir termasuk didalamnya digunakan untuk kendaraan sedan. Atas biaya BBM/TOL/Parkir pada rincian biaya administrasi dan umum, juga harus dilakukan koreksi positif sebesar 50% yaitu sebesar Rp.12.157.325 atas penggunaan BBM/TOL/Parkir untuk pemakaian kendaraan sedan 60

9. Biaya rumah tangga, biaya ini terjadi karena adanya pembelian alat-alat rumah tangga misalnya biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan rumah tangga perusahaan seperti koran, majalah, bay fresh, alat-alat pembersih, pembelian sabun, tissu gulung untuk laboratorium, gas elpiji, snak untuk rapat. Biaya ini termasuk grey area yang memiliki potensi untuk dilakukan koreksi positif, karena adanya kemungkinan bahwa biaya tersebut merupakan biaya yang tidak dapat mengurangi penghasilan bruto sesuai dengan Undang- Undang No.17 Tahun 2000 Tentang PPh Pasal 9 ayat 1. 10. Biaya asuransi, perusahaan mengasuransikan aktiva-aktivanya yang berupa gedung dan kendaraan yaitu dengan mengikuti asuransi kerugian. Untuk kesejahteraan dan kesehatan karyawan, perusahaan mengikuti asuransi kesehatan. Semua premi asuransi tersebut ditanggung oleh perusahaan. Dan merupakan penambah penghasilan bagi karyawan. Disamping itu, karyawan juga dikenakan iuran untuk jamsostek sebesar 6,8 % per bulan dan ditanggung oleh perusahaan Biaya asuransi dan jamsostek tersebut dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang- Undang No.17 Tahun 2000 Tentang PPh Pasal 6 ayat 1. 11. Biaya Representasi dan Entertaiment, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjamu mitra bisnis sehubungan dengan pemasaran produk perusahaan, termasuk didalamnya biaya insentif yang diberikan perusahaan kepada pelanggan ( uang tip ). Jika pelanggan 61

mengorder dalam volume yang besar, terkadang pasokan bahan baku dari Arus Dairy Farm tidak memenuhi kebutuhan bahan baku produksi, oleh karena itu, perusahaan memasok bahan baku tersebut dari peternakan lain dengan mengambil sendiri bahan baku tersebut ke lokasi peternakan pemasok. Sopir yang ditugaskan untuk mengambil bahan baku tersebut, diberikan insentif khusus oleh perusahaan. Selama ini, perusahaan tidak membuat perincian atas pengeluaran pada biaya ini. Berdasarkan SE-27/PJ.22/1986, biaya entertaiment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuatkan daftar nominatif. Maka dari itu, PT ARUS harus melakukan koreksi positif atas biaya entertainment sebesar Rp 26.049.900 dan biaya representasi sebesar Rp. 51.611.525. Hal ini dikarenakan PT ARUS tidak membuat daftar nominatif sehingga tidak dapat membuktikan bahwa biaya tersebut formal. 12. Biaya lain-lain merupakan biaya-biaya yang timbul diluar pos-pos yang sudah ada dan jarang terjadi, termasuk didalamnya cadangan untuk pengeluaran tak terduga. Biaya ini memiliki potensi untuk dilakukan koreksi positif karena adanya kemungkinan bahwa biaya tersebut merupakan biayabiaya yang tidak dapat mengurangi penghasilan bruto sesuai dengan Undang- Undang No.17 tahun 2000 tentang PPh Pasal 9 ayat 1. 62

13. Biaya telepon dan fax, biaya ini merupakan pengeluaran atas fasilitas komunikasi yang diperlukan dalam menunjang aktivitas operasi perusahaan. PT ARUS harus melakukan koreksi positif atas biaya telepon dan fax yang terdapat pada rincian biaya administrasi dan umum. Besarnya koreksi yang dilakukan sebesar Rp. 6.900.000. karena didalam biaya tersebut terdapat biaya untuk pengisian ulang pulsa yang diberikan untuk direktur dan manajer. Koreksi sebesar 50% atas biaya pengisian ulang pulsa ini dilakukan berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002, tanggal 18 April 2002. Besarnya koreksi yang dilakukan berdasarkan perhitungan sebagai berikut: Biaya pulsa/bulan x 12 bulan x 50% = koreksi Rp. 1.150.000 x 12 bulan x 50% = Rp 6.900.000 Keterangan: PT ARUS memiliki 6 manajer, dan perusahaan memberikan fasilitas pengisian ulang pulsa melalui pembayaran tagihan Rp. 150.000 per bulan, sedangkan untuk Direktur diberikan fasilitas pengisian ulang pulsa sebesar Rp. 250.000 per bulan 14. Biaya promosi, biaya ini merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam rangka melakukan promosi atas produk-produk perusahaan. Kegiatan promosi tersebut dilakukan oleh pihak ketiga tidak dilakukan oleh perusahaan sendiri. Biaya promosi ini meliputi biaya untuk mailer yang dilakukan oleh pihak supermarket, pembuatan brosur maupun 63

spanduk yang digunakan untuk melakukan promosi produk perusahaan. Biaya ini dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto, karena tidak mengandung unsur sumbangan dan biaya promosi tersebut didukung oleh bukti-bukti berupa dokumen pembayaran kepada pihak ketiga atas promosi yang dilakukan. 15. Penyusutan, pembebanan biaya penyusutan kepada bangunan, mesin,dan kendaraan dilakukan berdasarkan harga perolehan. Metode penyusutan yang diterapkan adalah garis lurus ( straight line method ). Kebijakan perusahaan telah menetapkan bahwa umur produktif untuk bangunan 20 tahun, mesin 8 tahun, kendaraan dan inventaris kantor 4 tahun. Dalam penghitungan penyusutan, PT ARUS sebagian besar telah melaksanakan sesuai dengan peraturan perpajakan, namun pada biaya penyusutan dalam rincian biaya administrasi dan umum, termasuk didalamnya biaya penyusutan untuk kendaraan sedan. Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002, perusahaan harus melakukan koreksi sebesar 50% atas biaya penyusutan pada rincian biaya administrasi dan umum, karena didalam biaya tersebut termasuk biaya penyusutan atas kendaraan sedan. Besarnya koreksi yang dilakukan sebesar Rp. 12.810.332, yaitu berdasarkan perhitungan sebagai berikut: Biaya penyusutan x 50% = Koreksi Rp. 25.620.663 x 50% = Rp. 12.810.332 64

16. Pendapatan Lain-Lain pada Laporan Laba Rugi, merupakan pendapatan yang berasal dari jasa giro dan bunga deposito. Berdasarkan PP 131 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Keuangan No.51/KMK.04/2000, jasa giro dan bunga deposito merupakan penghasilan yang dikenakan final, maka PT ARUS harus melakukan koreksi negatif terhadap pendapatan lain-lain. Besarnya koreksi yang harus dilakukan adalah sebesar Rp. 16.257.144 17. Perusahaan menanggung beban atas pajak final yang dipotong bank. Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan, Pajak atas jasa giro merupakan PPh final dan tidak bisa dijadikan beban dalam laporan laba rugi fiskal. Untuk itu harus dilakukan koreksi positif sebesar 20% dari pendapatan lain-lain, yaitu sebesar Rp. 3.251.429. jumlah tersebut didapat dari : 20% x Pendapatan lain-lain = Koreksi positif 20% x Rp. 16.257.144 = Rp 3.251.429 65

Tabel 4.1 Koreksi fiskal atas Rincian biaya pada Harga Pokok Penjualan Tahun 2005 Harga Pokok Penjualan KOMERSIAL ( Rp ) KOREKSI FISKAL (Rp ) FISKAL ( Rp ) Persediaan Awal 144,733,186 144,733,186 Pembelian 2,338,763,670 2,338,763,670 Persediaan Bahan Baku 2,483,496,856 2,483,496,856 Persediaan Akhir (170,737,097) (170,737,097) Pemakaian Bahan Baku 2,312,759,759 2,312,759,759 Gaji, Lembur, Tunjangan 295,539,945 9,000,000* 286,539,945 Angsuran PPh Ps 21 5,534,000 5,534,000 0 Biaya Seminar dan pelatihan 375,000 375,000 ATK/ stationery 1,490,700 1,490,700 Pemeliharaan Gedung 24,127,400 24,127,400 Biaya Pemeliharaan Mesin 33,857,500 33,857,500 Biaya Konsultan dan Perijinan 30,121,700 30,121,700 Biaya Perjalanan Dinas 10,339,500 10,339,500 Biaya Transportasi 40,839,150 40,839,150 Biaya Listrik 112,515,026 112,515,026 Biaya Rumah Tangga 3,596,750 3,596,750 0 Asuransi 2,993,400 2,993,400 Bahan Kimia 5,041,557 5,041,557 Biaya Representasi 1,891,500 1,891,500 0 Penyusutan 42,240,512 42,240,512 Lain-Lain 3,441,400 3,441,400 0 Jumlah Biaya Produksi 613,945,040 590,481,390 Saldo Awal Barang Jadi 4,146,973 4,146,973 Saldo Akhir Barang Jadi (12,445,088) (12,445,088) Harga Pokok Penjualan 2,918,406,684 2,894,943,034 Keterangan *: Pemberian fasilitas susu murni kepada karyawan bagian produksi sebanyak 50 karyawan, besarnya koreksi yang dilakukan: 50 karyawan x ( 3 x Rp 5.000 ) x 12 bulan = Rp. 9.000.000 66

Tabel 4.2 Koreksi fiskal atas rincian biaya Pemasaran Tahun 2005 Biaya Pemasaran KOMERSIAL (Rp) KOREKSI FISKAL (Rp ) FISKAL (Rp) Gaji, lembur, dan tunjangan 327,141,450 5,400,000* 321,741,450 Jamsostek 17,330,689 17,330,689 Angsuran PPh ps.21 6,917,500 6,917,500 0 Seminar dan pelatihan 1,525,000 1,525,000 Biaya Konsultan dan Legal 11,280,100 11,280,100 Biaya ATK 21,619,950 21,619,950 Biaya pemeliharaan gedung & fasilitas 10,622,800 10,622,800 Biaya Pemeliharaan Kendaraan 33,975,700 33,975,700 Biaya Pemeliharaan Mesin 10,880,000 10,880,000 Biaya Entertainment 10,065,600 10,065,600 0 Biaya BBM/Tol/Parkir 152,222,300 152,222,300 Biaya Representasi 15,424,325 15,424,325 0 Biaya Promosi 83,010,173 83,010,173 Asuransi 3,808,900 3,808,900 Penyusutan 60,305,567 60,305,567 Lain-lain 231,400 231,400 0 Jumlah Biaya Pemasaran 766,361,454 728,322,629 Keterangan * : Pemberian fasilitas susu murni kepada karyawan bagian pemasaran sebanyak 30 karyawan, besarnya koreksi yang dilakukan: 30 karyawan x ( 3 x Rp 5.000 ) x 12 bulan = Rp. 5.400.000 67

Tabel 4.3 Koreksi fiskal atas rincian biaya administrasi dan umum Tahun 2005 Biaya Umum dan administrasi KOMERSIAL ( Rp ) KOREKSI FISKAL ( Rp ) FISKAL ( Rp ) Gaji, lembur dan tunjangan 408,099,205 3,960,000 * 404,139,205 Jamsostek 25,802,601 25,802,601 Angsuran PPh ps 21 7,312,785 7,312,785 0 Biaya konsultan 20,985,700 20,985,700 Telepon dan fax 18,628,050 6,900,000 11,728,050 Seminar dan pelatihan 8,475,000 8,475,000 Biaya ATK 14,092,466 14,092,466 Biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas 15,850,450 15,850,450 Biaya pemeliharaan kendaraan 13,443,000 6,721,500 6,721,500 Biaya Rumah Tangga 9,992,900 9,992,900 0 Biaya BBM/TOL/Parkir 24,314,650 12,157,325 12,157,325 Biaya Representasi 34,295,700 34,295,700 0 Biaya Listrik 31,743,464 31,743,464 Asuransi 17,485,780 17,485,780 Biaya Entertainment 15,984,300 15,984,300 0 Pajak Bumi dan Bangunan 30,988,500 30,988,500 Penyusutan 25,620,663 12,810,332 12,810,331 Biaya Lain-lain 6,138,100 6,138,100 0 Jumlah Biaya Adm dan Umum 729,253,314 612,980,372 Keterangan * : Pemberian fasilitas susu murni kepada karyawan bagian administrasi dan umum sebanyak 22 karyawan, besarnya koreksi yang dilakukan: 22 karyawan x ( 3 x Rp 5.000 ) x 12 bulan = Rp. 3.960.000 68

Perbedaan pertimbangan yang mendasari penyusunan laporan keuangan komersial dengan kebijakan perpajakan menghasilkan jumlah angka laba yang berbeda. Perbandingan atas laba bersih dan besarnya jumlah yang harus dilakukan koreksi oleh PT.ARUS dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 4.4 Perbandingan Laba Bersih Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dengan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan pada Laporan Laba Rugi PT.ARUS tahun 2005 LAPORAN LABA RUGI LABA KOREKSI FISKAL LABA KOMERSIAL POSITIF NEGATIF FISKAL Penjualan Bersih 4,438,453,640 4,438,453,640 Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal 144,733,186 144,733,186 Pembelian 2,338,763,670 2,338,763,670 Persediaan Bahan Baku 2,483,496,856 2,483,496,856 Persediaan Akhir 170,737,097 170,737,097 Pemakaian Bahan Baku 2,312,759,759 2,312,759,759 Gaji, Lembur 295,539,945 9,000,000 286,539,945 Angsuran PPh Ps 21 5,534,000 5,534,000 0 Biaya Seminar dan pelatihan 375,000 375,000 ATK/ stationery 1,490,700 1,490,700 Pemeliharaan Gedung 24,127,400 24,127,400 Biaya Pemeliharaan Mesin 33,857,500 33,857,500 Biaya Konsultan dan Perijinan 30,121,700 30,121,700 Biaya Perjalanan Dinas 10,339,500 10,339,500 Biaya Transportasi 40,839,150 40,839,150 Biaya Listrik 112,515,026 112,515,026 Biaya Rumah Tangga 3,596,750 3,596,750 0 Asuransi 2,993,400 2,993,400 Bahan Kimia 5,041,557 5,041,557 Biaya Presentasi 1,891,500 1,891,500 0 Penyusutan 42,240,512 42,240,512 Lain-Lain 3,441,400 3,441,400 0 Jumlah Biaya Produksi 613,945,040 590,481,390 Saldo Awal Barang Jadi 4,146,973 4,146,973 Saldo Akhir Barang Jadi (12,445,088) (12,445,088) Laba Kotor 1,520,046,956 1,543,510,606 69

LAPORAN LABA RUGI LABA KOREKSI FISKAL LABA KOMERSIAL POSITIF NEGATIF FISKAL Biaya Pemasaran Gaji, lembur, dan tunjangan 327,141,450 5,400,000 321,741,450 Jamsostek 17,330,689 17,330,689 Angsuran PPh ps.21 6,917,500 6,917,500 0 Seminar dan pelatihan 1525000 1525000 Biaya Konsultan dan Legal 11,280,100 11,280,100 Biaya ATK 21,619,950 21,619,950 Biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas 10,622,800 10,622,800 Biaya Pemeliharaan Kendaraan 33,975,700 33,975,700 Biaya Pemeliharaan Mesin 10,880,000 10,880,000 Biaya Entertainment 10,065,600 10,065,600 0 Biaya BBM/Tol/Parkir 152,222,300 152,222,300 Biaya Representasi 15,424,325 15,424,325 0 Biaya Promosi 83,010,173 83,010,173 Asuransi 3,808,900 3,808,900 Penyusutan 60,305,567 60,305,567 Lain-lain 231,400 231,400 0 Jumlah Biaya Pemasaran 766,361,454 728,322,629 Biaya Umum dan administrasi Gaji, lembur dan tunjangan 408,099,205 3,960,000 408,099,205 Jamsostek 25,802,601 25,802,601 Angsuran PPh ps 21 7,312,785 7,312,785 0 Biaya konsultan 20,985,700 20,985,700 Telepon dan fax 18,628,050 6,900,000 11,728,050 Seminar dan pelatihan 8,475,000 8,475,000 Biaya ATK 14,092,466 14,092,466 Biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas 15,850,450 15,850,450 Biaya pemeliharaan kendaraan 13,443,000 6,721,500 6,721,500 Biaya Rumah Tangga 9,992,900 9,992,900 0 Biaya BBM/TOL/Parkir 24,314,650 12,157,325 12,157,325 Biaya Representasi 34,295,700 34,295,700 0 Biaya Listrik 31,743,464 31,743,464 Asuransi 17,485,780 17,485,780 Biaya Entertainment 15,984,300 15,984,300 0 Pajak Bumi dan Bangunan 30,988,500 30,988,500 Penyusutan 25,620,663 12,810,332 12,810,331 Biaya Lain-lain 6,138,100 6,138,100 0 Jumlah Biaya Adm dan Umum 729,253,314 612,980,372 Pendapatan Lain- Lain 16,257,144 16,257,144 0 Biaya Lain-lain 13,499,148 3,251,429 10,247,719 Laba Usaha Sebelum Pajak 27,190,184 191,959,886 PPH pasal 25/Badan Tahun 2005 2,719,018 40,087,700 Laba Usaha Setelah Pajak 24,471,166 151,872,186 70

Setelah dilakukan rekonsiliasi fiskal, dapat ditemukan perbedaan laba sebelum pajak yang sangat signifikan antara laba secara komersial dengan laba secara fiskal. Dimana laba sebelum pajak secara komersial sebesar Rp.27.190.184 berubah menjadi Rp. 191.959.886 secara fiskal. Perubahan angka tersebut dikarenakan besarnya jumlah koreksi fiskal atas biaya-biaya pada Laporan Laba Rugi PT ARUS yaitu sebesar Rp.164.769.702. Perubahan kenaikan laba sebelum pajak mempengaruhi besarnya pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Pajak yang harus dibayarkan perusahaan yang semula sebesar Rp. 2.719.018 menjadi Rp.40.087.700, jumlah tersebut didapatkan dari besarnya laba sebelum kena pajak dikalikan dengan tarif PPh Badan dengan perhitungan sebagai berikut: Tarif Penghasilan Kena Pajak Terutang PPh Badan Pajak 10% Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000 15% Rp. 50.000.000 Rp. 7.500.000 30% Rp. 91.959.000 Rp. 27.587.700 Rp. 40.087.700 Atas perbedaan jumlah pajak terutang diatas, membuat perusahaan memiliki resiko untuk dikenakan denda/sanksi atas besarnya pajak yang masih harus dibayar, dan ini memungkinkan dapat mengganggu likuiditas perusahaan. Perubahan jumlah pajak yang harus dibayarkan perusahaan turut merubah besarnya laba setelah pajak perusahaan, dimana laba bersih menurut akuntansi sebesar Rp. 24.471.166 menjadi Rp. 151.872.186 menurut laporan keuangan fiskal. 71

Perbedaan laba komersial dan laba fiskal diatas bersifat permanen (permanent difference ). Hal ini dikarenakan beberapa biaya pada Laporan Laba Rugi komersial tidak dapat dijadikan pengurang sehingga harus dilakukan koreksi atas biaya tersebut. IV.2 Perencanaan Pajak Yang Dapat Diterapkan Pada PT ARUS PT ARUS belum melaksanakan perencanaan pajak yang efektif, hal ini dilihat dari rekonsiliasi laba rugi fiskal PT ARUS, dimana banyak terdapat koreksi positif atas beban-beban komersial yang menyebabkan laba perusahaan menjadi besar. Untuk itu, PT ARUS harus melakukan perencanaan pajak yang efektif dengan tujuan untuk dapat meminimalkan laba sebelum pajak. Perencanaan-perencanaan yang mungkin dapat diterapkan dalam perusahaan adalah sebagai berikut: 1. PT ARUS masih menanggung PPh Pasal 21 karyawannya. Didalam ketentuan perpajakan PPh Pasal 21 yang ditanggung pemberi kerja bukan merupakan deductible expense, sehingga tidak dapat dijadikan biaya fiskal yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak. Sebaiknya perusahaan memberikan fasilitas dalam bentuk Tunjangan Pajak yang diberikan kepada karyawan. Karena didalam peraturan perpajakan, tunjangan yang diberikan perusahaan kepada karyawan dapat dijadikan biaya oleh perusahaan, sehingga akan mengurangi penghasilan bruto perusahaan. 72

2. Perusahaan memberikan natura / kenikmatan kepada karyawannya berupa pemberian susu murni sebanyak 3 liter/ bulan untuk setiap karyawan. Hal ini merugikan perusahaan, karena sesuai UU No.17 Tahun 2000 Tentang PPh, pemberian natura/ kenikmatan merupakan biaya non fiskal yang tidak dapat mengurangi penghasilan bruto perusahaan. Sebaiknya perusahaan mengganti fasilitas tersebut dengan penggantian berupa uang yang akan menjadi penghasilan karyawan sebagai objek pajak PPh Pasal 21. Penggantian fasilitas tersebut dalam bentuk uang ( tunjangan ), dapat dijadikan biaya oleh perusahaan untuk mengurangi penghasilan bruto. 3. Fasilitas antar jemput yang diberikan kepada karyawan sebaiknya diganti dengan memberikan tunjangan transportasi kepada karyawan yang akan menjadi penghasilan karyawan sebagai objek pajak PPh Pasal 21. Atas pemberian tunjangan tersebut, dapat dijadikan biaya pengurang penghasilan bruto perusahaan, sehingga dapat meminimalkan laba perusahaan. Dan untuk kendaraan yang digunakan oleh perusahaan guna mengantar jemput karyawan dapat dijual untuk digunakan dalam operasi perusahaan, dan perusahaan dapat menghemat atas biaya pemeliharaan kendaraan. 73

4. PT. ARUS memberikan fasilitas pengisian ulang pulsa kepada direktur dan manajer. PT ARUS memberikan fasilitas sebesar Rp.250.000/bulan untuk Direktur, sedangkan para manajer diberikan fasilitas sebesar Rp. 150.000/bulan. Menurut Keputusan Dirjen Pajak KEP-220/PJ/2002, tanggal 18 April 2002, atas pemberian fasilitas tersebut akan dikoreksi sebesar 50%. Sebaiknya perusahaan mengganti fasilitas tersebut dengan memberikan tunjangan komunikasi, dengan pemberian tunjangan tersebut, perusahaan tidak dikenakan koreksi fiskal sebesar 50%, karena pemberian tunjangan dapat dijadikan beban sebagai pengurang penghasilan bruto. Contoh perhitungan untuk tahun 2005 atas salah seorang karyawan tetap PT.ARUS yang akan memperlihatkan tunjangan PPh yang akan diterima oleh karyawan: A adalah Manajer Akuntansi dan Keuangan PT ARUS. A bekerja dengan masa kerja 12 bulan dan memiliki status tidak kawin ( TK/0 ). Selama tahun 2005, A menerima tunjangan dari perusahaan berupa Tunjangan Hari Raya sebesar Rp. 2.500.000. Setelah perencanaan pajak, perusahaan memberikan tunjangan makan dan minum Rp. 1.800.000, dan tunjangan transportasi sebesar Rp. 3.600.000. Sebagai seorang Manajer, PT. ARUS memberikan tunjangan komunikasi Rp. 1.800.000. Maka perhitungan PPh Pasal 21 sebelum dan setelah perencanaan pajak untuk A selama setahun adalah: 74

Tabel 4.5 Perhitungan Perencanaan Pajak Atas Pemberian Tunjangan No. Keterangan Sebelum Sesudah 1 Gaji Selama Tahun 2005 42,000,000 42,000,000 2 THR 2,500,000 2,500,000 3 Tunjangan Makan dan Minum 1,800,000 4 Tunjangan Transportasi 3,600,000 5 Tunjangan Komunikasi 1,800,000 6 Tunjangan Pajak 2,000,000 7 Total Penghasilan Bruto 44,500,000 53,700,000 8 Biaya Jabatan 5% ( Max Rp. 1.296.000 ) (1,296,000) (1,296,000) 9 Penghasilan Neto 43,204,000 52,404,000 10 PTKP (12,000,000) (12,000,000) 11 Penghasilan Kena Pajak 31,024,000 40,404,000 12 PPh Pasal 21 5 % x Rp. 25,000,000 1,250,000 1,250,000 10% x Rp. 6,024,000 602,400 10% x Rp. 15,404,000 1,540,400 1,852,400 2,790,400 13 Perkiraan Penghematan PPh Badan Dari Tunjangan Makan dan minum x 30% 540,000 Dari tunjangan Transportasi x 30% 1,080,000 Dari Tunjangan Komunikasi x 30% 540,000 Dari Tunjangan Pajak x 30% 600,000 14 Selisih Lebih Pembayaran PPh Ps 25 2,760,000 15 Selisih Lebih Pembayaran PPh Ps 21 ( 2,790,400-1,852,400 ) 938,000 16 Penghematan Beban Pajak 1,822,000 Dari perhitungan diatas, PT ARUS dapat melakukan perencanaan PPh Pasal 21 dengan memberikan tunjangan kepada karyawan, hal ini tidak merugikan perusahaan, karena tunjangan yang diberikan kepada karyawan bisa menjadi beban fiskal. 75

Transaksi yang dilakukan PT ARUS yang terkait PPh Pasal 23, dimana PT ARUS bertindak sebagai pemotong antara lain pemakaian jasa konsultan, pemakaian jasa pemeliharaan / perawatan / perbaikan atas aktiva perusahaan PPh Pasal 23 yang telah dipotong dari pemakaian jasa-jasa tersebut dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak dimana PT ARUS terdaftar. Apabila PT ARUS tidak melakukan pemotongan, perusahaan beresiko untuk terkena sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan maksimal selama 24 bulan,selain itu perusahaan juga memiliki resiko dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100%. Pengenaan sanksi ini diatur dalam pasal 13 UU No.16 Tahun 2000, Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Hal ini akan mengangu likuiditas laporan perusahaan karena sanksi tersebut merupakan non deductible expense. Dari hasil observasi dan wawancara, ditemukan beberapa hal antara lain: 5. Dalam mengurus perijinan dan pengisisan SPT, PT ARUS menggunakan jasa konsultan sebesar Rp. 62.387.500. Namun perusahaan belum melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa profesi tersebut. Dengan demikian, PT ARUS memiliki resiko dikenakan sanksi dan denda pajak. 6. Aktiva perusahaan berupa kendaraan, ac, gedung, dan aktiva lainnya, perusahaan menggunakan jasa dalam melakukan pemeliharaan/ perawatan/ perbaikan. Beban pemeliharan atas aktiva tersebut sebesar Rp. 131,376,850, namun perusahaan juga belum melakukan pemotongan PPh Pasal 23. 76

Dalam hal ini, perencanaan pajak atas PPh Pasal 23 yang dapat diterapkan oleh perusahaan, yaitu dengan menggunakan metode gross up. Berikut adalah perhitungan metode gross up atas jasa-jasa yang dikenakan pemotongan PPh Pasal 23: Tabel 4.6 Perhitungan Perencanaan Pajak Dengan Metode Gross Up NO KETERANGAN SEBELUM SESUDAH 1 Jasa Konsultan 62,387,500 2 Jasa Pemeliharaan 131,376,850 3 Total Biaya 193,764,350 4 Gross Up 7,5% x Rp. 62,387,500 / 0,925 67,445,946 5 Gross Up 6 % x Rp. 131,376,850/ 0,94 139,762,606 6 Total Gross Up 207,208,552 PPh pasal 23 yang harus disetor 7 Tarif 7,5% atas jasa profesional 4,679,063 5,058,446 8 Tarif 6% atas jasa pemeliharaan 7,882,611 8,385,756 9 Total PPh pasal 23 yang harus disetor 12,561,674 13,444,202 10 Pengurangan PPh badan akibat biaya 193,764,350 207,208,552 11 Selisih kurang PPh Badan 30% x ( Rp. 207,208,552 - Rp. 193,764,350 ) 4,033,260 12 Selisih lebih pembayaran PPh Pasal 23 ( Rp. 13,444,202 - Rp. 12,561,674 ) 882,528 13 Penghematan beban pajak 3,150,732 Kemungkinan Resiko Masa Datang (asumsi) 14 Terlambat menyampaikan SPT 50,000 15 Total PPh Pasal 23 ( Pajak Terutang ) 12,561,674 16 Sanksi 2% x 24 bln x Rp. 12,561,674 6,029,604 17 Sanksi administrasi berupa kenaikan 100% 12,561,674 18 Jumlah pajak yang harus dibayarkan 31,202,952 Dari perhitungan diatas, terlihat bahwa PT ARUS dapat melakukan perencanaan PPh Pasal 23 yang optimal dengan menggunakan metode gross up, karena sudah seharusnya PT ARUS melakukan pemotongan atas pemakaian objek PPh Pasal 23. 77

Transaksi atas biaya-biaya yang dilakukan PT ARUS yang terkait atas pemenuhan kewajiban PT ARUS sebagai Wajib Pajak, jika PT ARUS tidak memenuhi kewajibannya, atau pun memenuhi kewajiban namun tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka atas transaksi dan biaya-biaya tersebut akan memiliki resiko untuk dikoreksi, selain itu perusahaan juga memiliki resiko untuk dikenakan sanksi maupun denda. Hal ini akan merugikan perusahaan. Berdasarkan analisa Laporan Laba Rugi perusahaan, dan berdasarkan data lain yang didapat melalui observasi dan wawancara yang dilakukan diperusahaan, ditemukan hal-hal yang memiliki potensi untuk dilakukan koreksi, dan yang memiliki potensi dikenakan sanksi dan denda. Atas hal tersebut, perencanaan pajak yang dapat diterapkan oleh perusahaan, yaitu: 7. Berdasarkan SE-27/PJ.22/1986, biaya entertaiment,representasi,jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dengan syarat dibuatkan daftar nominatif. Maka dari itu, sebaiknya perusahaan memberikan daftar nominatif sebagai bukti pelaksanaan entertainment dan representasi, sehingga beban tersebut dapat menjadi beban fiskal. Daftar nominatif tersebut paling tidak memuat: a) Nomor urut b) Tanggal diberikan c) Nama/ tempat entertainment / representasi diberikan d) Alamat entertainment 78

e) Jenis entertainment f) Jumlah g) Relasi, nama, posisi, nama perusahan, jenis usaha 8. Perencanaan pajak atas biaya rumah tangga pada PT ARUS yaitu perusahaan harus melakukan perincian atas biaya rumah tangga dan didukung oleh dokumen-dokumen pendukung sebagai bukti atas transaksi. Hal ini dilakukan karena biaya ini sangat memiliki resiko untuk dilakukan koreksi ( grey area ), sepanjang biaya ini bisa dibuktikan dan didukung dengan bukti-bukti yang sah, maka biaya ini dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto, namun jika biaya ini tidak bisa dibuktikan, maka biaya ini memiliki resiko koreksi fiskal. Hal ini akan merugikan perusahaan karena akan memperbesar laba perusahaan. 9. Didalam biaya rumah tangga terdapat biaya untuk membeli alat-alat kebersihan yang akan digunakan oleh perusahaan, dalam hal ini sebaiknya perusahaan melakukan kerjasama oleh pihak ketiga untuk menjaga kebersihan perusahaan, misalnya menggunakan jasa cleaning service. Atas jasa kebersihan yang diberikan oleh pihak ketiga, perusahaan melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa tersebut. Selanjutnya pemotongan tersebut dapat dijadikan kredit pajak bagi pihak pemberi jasa yang bersangkutan. 79

10. Perusahaan menggunakan nama akun biaya lain-lain pada rincian biaya pada Laporan Laba rugi, hal ini membuat biaya tersebut bersifat grey area dan memiliki potensi besar untuk dilakukan koreksi fiskal positif. Untuk itu, lebih baik perusahaan mengganti nama akun biaya tersebut menjadi biaya lain-lain untuk keperluan perusahaan, atau menggunakan nama akun lainnya. Hal ini dimaksudkan, agar biaya tersebut menjadi lebih jelas dan tidak bersifat grey area lagi sehingga biaya tersebut tidak dilakukan koreksi positif, dan dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto. 11. Perusahaan mencatatkan biaya BBM/TOL/Parkir berdasarkan karcis, namun perusahaan tidak mengarsipkan karcis-karcis tersebut dengan baik, sehingga ada sebagian besar karcis-karcis tersebut hilang. Perusahaan memiliki resiko yang besar untuk dilakukan koreksi fiskal atas biaya ini, karena jika suatu saat dilakukan pemeriksaan, biaya BBM/TOL/Parkir ini tidak didukung dengan bukti-bukti, dan apabila tidak bisa dibuktikan oleh perusahaan, maka biaya ini akan dikoreksi positif sehingga akan menyebabkan besarnya laba perusahaan. Sebaiknya perusahaan bekerja sama dengan pihak ketiga, dalam hal ini misalnya PT Pertamina maupun PT Jasa Marga. Kerjasama ini dapat dilakukan dengan pembelian karcis dan kupon bensin, sehingga akan memudahkan perusahaan dalam menyimpan dokumen atas transaksi tersebut karena perusahaan tidak perlu mengarsipkan karcis-karcis tersebut, tapi cukup menyimpan bukti pembayaran ( kuitansi ) yang 80

dilakukan perusahaan kepada pihak ketiga. Dengan demikian, perusahaan memiliki bukti bukti yang cukup jika dilakukan pemeriksaan pajak dikemudian hari. 12. Pendapatan lain-lain pada Laporan Laba Rugi berasal dari bunga deposito, namun dalam penyampaian SPT, perusahaan tidak mencatatkan pendapatan tersebut sebagai penghasilan yang dikenakan pajak final. Sebaiknya perusahaan lebih teliti dalam mengisi SPT, karena salah satu syarat pengisisan SPT yaitu bahwa SPT harus diisi dengan lengkap. Jika SPT tidak lengkap, ada kemungkinan SPT dianggap tidak sah, dan perusahaan dianggap tidak menyampaikan SPT, maka perusahaan memiliki potensi untuk dikenakan denda. Besarnya denda yang dikenakan, tidak boleh dibiayakan untuk mengurangi laba perusahaan, sehingga hal ini akan merugikan perusahaan. 13. PT ARUS hanya memiliki 1 orang karyawan yang memiliki pengetahuan perpajakan, sebaiknya jika perusahaan merekruit karyawan untuk bekerja dibagian keuangan, perusahaan harus mencari karyawan yang mengerti pajak. Sedangkan untuk karyawan yang telah bekerja sebaiknya diberikan pelatihan-pelatihan/ kursus perpajakan seperti mengikuti brevet pajak, memberikan seminar perpajakan secara rutin, memberikan majalah/software perpajakan. Hal ini dilakukan, agar karyawan mengerti akan perpajakan dan dapat selalu mengikuti 81

perkembangan tentang peraturan pajak. Dengan mengikuti perkembangan peraturan pajak dapat memudahkan perusahaan dalam melakukan perencanaan pajaknya. Atas biaya pelatihan karyawan dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto. Dan keuntungan lain yaitu perusahaan tidak perlu membayar konsultan pajak lagi, karena perusahaan telah memiliki karyawan yang mengerti pajak. Dengan demikian perusahaan menghemat biaya atas konsultan 14. PT ARUS terlambat menyampaikan SPT Tahunan yaitu pada bulan Mei 2006, namun sampai saat ini PT ARUS belum mendapatkan SKP/STP. Maka dari itu, ada kemungkinan besar perusahaan akan mendapatkan SKP/STP di kemudian hari. Hal ini berarti perusahaan akan mengeluarkan uang untuk membayar sanksi administrasi beserta bunga dan dendanya. Dan menurut UU PPh No.17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat 1 huruf k, sanksi administrasi tersebut tidak bisa dibebankan sebagai beban fiskal, dan ini akan merugikan perusahaan. Sebaiknya PT ARUS membayar dan menyampaikan SPT Tahunan tepat waktu sebelum jatuh tempo. Untuk SPT Tahunan, pembayaran pajak dilakukan dalam batas waktu tidak melewati tanggal 25 Maret dan penyampaian SPT Tahunan dilakukan sebelum tanggal 31 Maret. Jika perusahaan, karena sesuatu hal yang terjadi sehingga menyebabkan keterlambatan untuk memenuhi kewajibannya dalam meyampaikan SPT Tahunan, hendaknya 82

perusahaan mengajukan permohonan untuk penundaan penyampaian SPT dan penundaan pembayaran pajak. Untuk SPT Masa, pembayaran pajak dilakukan sebelum tanggal 15 setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir dan penyampaian SPT Masa dilakukan sebelum tanggal 20 setelah saat terutang pajak atau Masa Pajak Berakhir. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan perusahaan dari sanksi administrasi baik berupa denda maupun kenaikan /bunga yang disebabkan karena terlambat membayar dan menyampaikan SPT. 15. Dalam memilih konsultan pajak, perusahaan sebaiknya juga melihat dari segi profesional tidak hanya berdasarkan formalitas dan pengalaman saja, misalnya pemilihan tersebut berdasarkan pendidikan konsultan tersebut seperti pernah mengikuti brevet pajak, mengerti tentang akuntansi dan pajak, memiliki wawasan perpajakan terutama yang berkaitan dengan peraturan perpajakan, dan sebagainya. Setelah itu, barulah dilihat dari segi pengalaman konsultan pajak. 83

IV.3 Rekonsiliasi Fiskal Sebelum Dan Setelah Perencanaan Pajak. Perencanaan pajak yang efektif akan membuat perusahaan mampu mengoptimalkan beban-beban yang dapat mengurangi penghasilan bruto. Dengan optimalisasi beban-beban tersebut akan mengakibatkan laba fiskal tidak akan jauh berbeda dengan laba komersial. Dan atas beban-beban tersebut dapat mengurangi penghasilan bruto dalam laporan keuangan fiskal. Dengan pengakuan pendapatan dan beban, terdapat perbedaan perlakuan akuntansi komersial dan pajak. Perbedaan inilah yang menyebabkan adanya rekonsiliasi fiskal atas laporan laba rugi komersial. Dengan rekonsiliasi sebelum dan sesudah perencanaan pajak, dapat terlihat adanya perbedaan laba sebelum pajak baik secara komersial maupun secara fiskal. Dimana perubahan laba sebelum perencanaan dengan sesudah perencanaan tersebut akan mempengaruhi besarnya pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan. Perhitungan perbandingan laba sebelum pajak sebelum dan sesudah perencanaan dapat dilihat dari tabel berikut ini : 84

Tabel 4.7 PT ARUS Perbandingan Rekonsiliasi Fiskal Sebelum dan Setelah Perencanaan Pajak Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2005 Rincian Sebelum Perencanaan Pajak Sesudah Perencanaan Pajak Komersial Koreksi Fiskal Usulan Fiskal Penjualan Bersih 4,438,453,640 4,438,453,640 4,438,453,640 Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal 144,733,186 144,733,186 144,733,186 Pembelian 2,338,763,670 2,338,763,670 2,338,763,670 Persediaan Bahan Baku 2,483,496,856 2,483,496,856 2,483,496,856 Persediaan Akhir 170,737,097 170,737,097 170,737,097 Pemakaian Bahan Baku 2,312,759,759 2,312,759,759 2,312,759,759 Gaji, Lembur, tunjangan 295,539,945 9,000,000 286,539,945 286,539,945 Tunjangan pemberian susu 1) 9,000,000 9,000,000 Angsuran PPh Ps 21 5,534,000 5,534,000 0 0 Tunjangan Pajak 2) 5,534,000 5,534,000 Biaya Seminar dan pelatihan 375,000 375,000 375,000 ATK/ stationery 1,490,700 1,490,700 1,490,700 Pemeliharaan Gedung 24,127,400 24,127,400 3) 1,540,047 25,667,447 Biaya Pemeliharaan Mesin 33,857,500 33,857,500 4) 2,161,117 36,018,617 Biaya Konsultan dan Perijinan 30,121,700 30,121,700 5) 2,442,300 32,564,000 Biaya Perjalanan Dinas 10,339,500 10,339,500 10,339,500 Biaya Transportasi 40,839,150 40,839,150 40,839,150 Biaya Listrik 112,515,026 112,515,026 112,515,026 Biaya Rumah Tangga 3,596,750 3,596,750 0 6) 3,596,750 3,596,750 85

Rincian Sebelum Perencanaan Pajak Sesudah Perencanaan Pajak Komersial Koreksi Fiskal Usulan Fiskal Asuransi 2,993,400 2,993,400 2,993,400 Bahan Kimia 5,041,557 5,041,557 5,041,557 Biaya Presentasi 1,891,500 1,891,500 0 7) 1,891,500 1,891,500 Penyusutan 42,240,512 42,240,512 42,240,512 Lain-Lain 3,441,400 3,441,400 0 8) 3,441,400 3,441,400 Jumlah Biaya Produksi 613,945,040 590,481,390 620,088,504 Saldo Awal Barang Jadi 4,146,973 4,146,973 4,146,973 Saldo Akhir Barang Jadi (12,445,088) (12,445,088) (12,445,088) Laba Kotor 1,520,046,956 1,543,510,606 1,513,903,492 Biaya Pemasaran Gaji, lembur 327,141,450 5,400,000 321,741,450 321,741,450 Tunjangan Pemberian susu 9) 5,400,000 5,400,000 Jamsostek 17,330,689 17,330,689 17,330,689 Angsuran PPh ps.21 6,917,500 6,917,500 0 0 Tunjangan Pajak 10). 6,917,500 6,917,500 Seminar dan pelatihan 1,525,000 1,525,000 1,525,000 Biaya Konsultan dan Legal 11,280,100 11,280,100 11) 914,603 12,194,703 Biaya ATK 21,619,950 21,619,950 21,619,950 Biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas 10,622,800 10,622,800 12) 678,051 11,300,851 Biaya Pemeliharaan Kendaraan 33,975,700 33,975,700 13) 2,168,662 36,144,362 Biaya Pemeliharaan Mesin 10,880,000 10,880,000 14) 694,468 11,574,468 Biaya Entertainment 10,065,600 10,065,600 0 15) 10,065,600 10,065,600 Biaya BBM/Tol/Parkir 152,222,300 152,222,300 152,222,300 Biaya Representasi 15,424,325 15,424,325 0 16) 15,424,325 15,424,325 Biaya Promosi 83,010,173 83,010,173 83,010,173 Asuransi 3,808,900 3,808,900 3,808,900 Penyusutan 60,305,567 60,305,567 60,305,567 Lain-lain 231,400 231,400 0 17) 231,400 231,400 Jumlah Biaya Pemasaran 766,361,454 728,322,629 770,817,238 86

Rincian Sebelum Perencanaan Pajak Sesudah Perencanaan Pajak Komersial Koreksi Fiskal Usulan Fiskal Biaya Umum dan administrasi Gaji, lembur dan tunjangan 408,099,205 3,960,000 404,099,205 404,099,205 Tunjangan Pemberian Susu 18) 3,960,000 3,960,000 Jamsostek 25,802,601 25,802,601 25,802,601 Angsuran PPh ps 21 7,312,785 7,312,785 0 0 Tunjangan Pajak 19) 7,312,785 7,312,785 Biaya konsultan 20,985,700 20,985,700 20) 1,701,543 22,690,243 Telepon dan fax 18,628,050 6,900,000 11,728,050 21) 6,900,000 18,628,050 Seminar dan pelatihan 8,475,000 8,475,000 8,475,000 Biaya ATK 14,092,466 14,092,466 14,092,466 Biaya pemeliharaan gedung dan fasilitas 15,850,450 15,850,450 22) 1,011,731 16,862,181 Biaya pemeliharaan kendaraan 13,443,000 6,721,500 6,721,500 23) 429,032 7,150,532 Biaya Rumah Tangga 9,992,900 9,992,900 0 24) 9,992,900 9,992,900 Biaya BBM/TOL/Parkir 24,314,650 12,157,325 12,157,325 12,157,325 Biaya representasi 34,295,700 34,295,700 0 25) 34,295,700 34,295,700 Biaya Listrik 31,743,464 31,743,464 31,743,464 Asuransi 17,485,780 17,485,780 17,485,780 Biaya Entertainment 15,984,300 15,984,300 0 26) 15,984,300 15,984,300 Pajak Bumi dan Bangunan 30,988,500 30,988,500 30,988,500 Penyusutan 25,620,663 12,810,332 12,810,331 12,810,331 Biaya Lain-lain 6,138,100 6,138,100 0 27) 6,138,100 6,138,100 Jumlah Biaya Adm dan Umum 729,253,314 612.,980,372 700,669,463 Pendapatan Lain- Lain 16,257,144 16,257,144 0 Biaya Lain-lain 13,499,148 3,251,429 10,247,719 10,247,719 Laba Usaha Sebelum Pajak 27,190,184 191,959,886 32,169,072 PPh Pasal 25/ 29 Badan Tahun 2005 2,719,018 40,087,700 3,216,900 Laba Usaha Setelah Pajak 24,471,166 148,915,783 151,872,186 112,245,608 28,952,172 87

Rincian Sebelum Perencanaan Pajak Sesudah Perencanaan Pajak Komersial Koreksi Fiskal Usulan Fiskal Resiko Masa Datang ( asumsi ) Keterlambatan penyampaian SPT Tahunan 100,000 0 Atas Kurang Bayar Pajak terutang ( 40,087,700-2,719,018 ) 37,368,682 0 Denda 2% x 24 bln x Rp. 37,368,682 17,936,967 0 Tidak melakukan pemotongan Keterlambatan penyampaian SPT 50,000 0 PPh Pasal 23 terutang 12,561,674 Denda 2% x 24 bln x Rp. 12,561,674 6,029,604 0 Sanksi administrasi kenaikan 100% 12,561,674 Besarnya kemungkinan resiko yang harus dibayar oleh perusahaan 86,608,601 Tidak ada resiko Keterangan: Asumsi pengenaan besarnya sanksi/ denda yang akan dibayarkan perusahaan pada perhitungan resiko diatas berdasarkan Undang-Undang No.16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Pasal 13. 88

Tabel 4.8 Perhitungan Besarnya Persentase Penghematan Pajak Sebelum Setelah Persentase Perencanaan Perencanaan Penghematan Pajak (Rp.) Pajak (Rp.) % Penghasilan Kena Pajak 191,959,806 32,169,072 83,24 % Pajak Penghasilan Badan 10% 5,000,000 3,216,900 15% 7,500,000 30% 27,587,700 40,087,700 3,216,900 91,97 % Kredit Pajak Penghasilan Ps 25 1,800,000 1,800,000 Pajak Penghasilan Pasal 29 38,287,700 1,416,900 Dari hasil rekonsiliasi fiskal sebelum dan setelah perencanaan pajak, dapat dilihat bahwa sebelum perencanaan pajak, PT ARUS memperoleh laba sebelum pajak sebesar Rp. 191,959,806. Namun setelah dilakukan perencanaan pajak, laba sebelum pajak penghasilan perusahaan berubah menjadi Rp. 32,169,072. dengan perencanaan pajak tersebut, PT ARUS dapat menghasilkan penghematan Penghasilan Kena Pajak dengan Presentase 83,24% Usulan perencanaan pajak yang menghasilkan optimalisasi beban pada PT ARUS pada tabel rekonsiliasi sebelum dan setelah perencanaan pajak dapat dijelaskan sebagai berikut: 89

Pada Biaya Harga Pokok Pembelian 1) Fasilitas Pemberian Susu kepada karyawan Sebelum perencanaan pajak, dilakukan koreksi positif atas pemberian fasilitas pemberian susu murni sebanyak 3 liter/ bulan kepada karyawan sebesar Rp. 9.000.000 Setelah perencanaan pajak, fasilitas tersebut diberikan dalam bentuk tunjangan yang merupakan tambahan penghasilan bagi karyawan. Dengan ini, beban perusahaan akan bertambah sebesar tunjangan yang diberikan perusahaan. 2) PPh Pasal 21 Beban PPh Pasal 21 sebelum perencanaan pajak adalah sebesar Rp.5.534.000 dan dilakukan koreksi positif. Setelah perencanaan pajak, perusahaan memberikan tunjangan pajak yang diberikan kepada karyawan sebesar Rp. 5.534.000. Dengan ini beban perusahaan akan bertambah sebesar tunjangan PPh Pasal 21 yang diberikan kepada karyawan. 3) Pemeliharaan gedung Atas jasa pemeliharaan gedung sebelum perencanaan pajak, perusahaan belum melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa tersebut. Setelah perencanaan pajak, perusahaan harus melakukan pemotongan atas jasa tersebut dengan menggunakan metode gross up, sehingga beban perusahaan bertambah menjadi Rp. 1.540.047. Perhitungan itu didapatkan dari: 6% x Rp 24.127.400 / 0,94 = Rp. 1.540.047 90

4) Pemeliharaan Mesin Atas jasa pemeliharaan mesin sebelum perencanaan pajak, perusahaan belum melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa tersebut. Setelah perencanaan pajak, perusahaan harus melakukan pemotongan atas jasa tersebut dengan menggunakan metode gross up, sehingga beban perusahaan bertambah menjadi Rp. 2.161.117. Perhitungan itu didapatkan dari: 6% x Rp 33.357.500 / 0,94 = Rp. 2.161.117 5) Jasa konsultan Atas pemakaian jasa konsultan, perusahaan harus melakukan pemotongan pembayaran jasa PPh Pasal 23. Perencanaan pajak yang dilakukan adalah dengan melakukan gross up atas PPh Pasal 23. Dengan ini, perusahaan dapat menambah biaya jasa konsultan ke dalam laporan keuangan fiskal sebesar Rp. 2.442.300. Dari perhitungan: 7,5% x Rp 30.121.700 / 0,925 = Rp. 2.442.300 6) Biaya Rumah Tangga Setelah dilakukan perencanaan pajak, maka biaya rumah tangga yang sebelum perencanaan pajak tidak dapat dijadikan sebagai pengurang, setelah perencanaan pajak biaya tersebut dapat menjadi pengurang, yaitu sebesar Rp.3.596.750 91

7) Biaya Presentasi Sebelum perencanaan pajak, dilakukan koreksi positif atas biaya represantasi karena perusahaan tidak membuat daftar nominatif atas biaya presentasi tersebut. Perencanaan pajak atas biaya tersebut adalah dengan membuat daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan perusahaan. Dengan demikian beban perusahaan akan bertambah sebesar Rp. 1.891.500 8) Biaya lain-lain Sebelum perencanaan pajak, biaya lain-lain dikenakan koreksi fiskal, namun setelah perencanaan pajak, biaya lain-lain dapat dijadikan sebagai biaya untuk mengurangi penghasilan bruto, yaitu sebesar Rp.3.441.400 Pada Biaya Pemasaran 9) Fasilitas Pemberian Susu Murni Fasilitas pemberian susu murni sebanyak 3 liter/ bulan kepada karyawan sebelum perencanaan pajak adalah sebesar Rp. 5.400.000 dan atas pemberian fasilitas tersebut dilakukan koreksi positif Setelah perencanaan pajak, pemberian fasilitas tersebut diberikan dalam bentuk tunjangan kepada setiap karyawan. Dengan ini, beban perusahaan akan bertambah sebesar tunjangan yang diberikan perusahaan. 92

10) PPh Pasal 21 Beban PPh Pasal 21 sebelum perencanaan pajak adalah sebesar Rp.6.917.500 dan dilakukan koreksi positif. Setelah perencanaan pajak, tunjangan pajak akan diberikan kepada karyawan sebesar Rp. 6.917.500. Dengan ini beban perusahaan akan bertambah sebesar tunjangan PPh Pasal 21 yang diberikan. 11) Jasa Konsultan Atas pemakaian jasa konsultan, perusahaan harus melakukan pemotongan pembayaran jasa PPh Pasal 23. Perencanaan pajak yang dilakukan adalah dengan melakukan gross up atas PPh Pasal 23. Dengan ini, perusahaan dapat menambah biaya jasa konsultan ke dalam laporan keuangan fiskal sebesar Rp. 914.603. Dari perhitungan: 7,5% x Rp 11.280.100 / 0,925 = Rp. 914.603 12) Pemeliharaan gedung Atas jasa pemeliharaan gedung sebelum perencanaan pajak, perusahaan belum melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas jasa tersebut. Setelah perencanaan pajak, perusahaan harus melakukan pemotongan atas jasa tersebut dengan menggunakan metode gross up, sehingga beban perusahaan bertambah menjadi Rp. 678.051. Perhitungan itu didapatkan dari: 6% x Rp 10.622.800 / 0,94 = Rp. 678.051 93