III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.

III METODE PENELITIAN. Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

METODOLOGI PENELITIAN

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

IV METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

III. METODE PENELITIAN. peneliti menggunakan konsep dasar dan batasan oprasional sebagai berikut:

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Beras Organik Ekspor (Suatu Kasus di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

Lampiran 1. Syarat Mutu Lada Putih Mutu I dan Mutu II. binatang

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

Keunggulan Komparatif dan Kompetitif dalam Produksi Padi di Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING LADA PUTIH

III. METODE PENELITIAN. Definisi operasional dan konsep dasar ini mencakup semua pengertian yang

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI PADI SAWAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRACT

.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA. Kustiawati Ningsih

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI JAWA TIMUR

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

JIIA, VOLUME 1, No. 4, OKTOBER 2013

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN. Fish Farm) dilaksanakan di lokasi usaha yang bersangkutan yaitu di daerah

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

III KERANGKA PEMIKIRAN

KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI INPUT TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS KENTANG DI KOTA BATU

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

EFISIENSI DAN DAYA SAING USAHATANI HORTIKULTURA

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

MACAM-MACAM ANALISA USAHATANI

ANALISIS DAYA SAING DAN STRUKTUR PROTEKSI KOMODITAS PALAWIJA

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

SENSITIVITAS DAYA SAING JERUK LOKAL KABUPATEN JEMBER [SENSITIVITY OF JEMBER LOCAL CITRUS COMPETITIVENESS]

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

JIIA, VOLUME 1, No. 4, OKTOBER 2013

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KOPI ROBUSTA (COFFEA CANEPHORA) DI KABUPATEN REJANG LEBONG

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 2, Agustus 2007 Hal: namun sering harganya melambung tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh nelayan. Pe

EFISIENSI DAN DAYA SAING SISTEM USAHATANI PADI

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

ANALISIS DAYASAING USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

Pengkajian Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Usahatani Padi dan Jeruk Lahan Gambut Kabupaten Barito Kuala Kalimantan Selatan

ANALISIS SENSITIVITAS

DAMPAK DEPRESIASI RUPIAH TERHADAP DAYA SAING DAN TINGKAT PROTEKSI KOMODITAS PADI DI KABUPATEN BADUNG

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUKOMUKO (STUDI KASUS DESA BUMI MULYA)

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

Prosiding Seminar Nasional Agroinovasi Spesifik Lokasi Untuk Ketahanan Pangan Pada Era Masyarakat Ekonomi ASEAN

DAYA SAING USAHATANI LADA DI LAMPUNG

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI PALA (STUDI KASUS: KABUPATEN BOGOR DAN SUKABUMI)

IV. METODE PENELITIAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009)

DAMPAK KEBIJAKAN KREDIT DAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHATANI PADI. I Made Tamba Ni Luh Pastini

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

III. METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 1 Juni 2008)

ANALISIS KEBIJAKAN KOPI ROBUSTA DALAM UPAYA MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PENGUATAN REVITALISASI PERKEBUNAN

STUDI KELAYAKAN BISNIS ( Domestic Resource Cost )

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. menembus dengan volume 67 ton biji gelondong kering (Direktorat Jenderal

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

Transkripsi:

26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian. Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan sumberdaya alam, tenaga kerja dan modal yang bertujuan untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan atau aktifitas tersebut. Dalam penelitian ini, hal yang berhubungan dengan usahatani dapat dilihat pada Tabel 5. Policy analysis matrix (PAM) adalah alat analisis yang digunakan untuk mengetahui dampak kebijakan pemerintah dan kegagalan pasar dalam keuntungan privat dan keuntungan sosial dari sistem usahatani dan dalam efisiensi penggunaan sumberdaya. Dalam penelitian ini, hal yang berhubungan dengan PAM dapat dilihat pada Tabel 6.

27 Tabel 5. Variabel usahatani manggis yang akan diteliti No. Variabel Satuan 1. Produksi adalah hasil panen yang diperoleh dari hasil Kg/tahun usahatani yang berupa buah manggis, dihitung dalam periode tahunan. 2. Penerimaan petani adalah jumlah uang yang diterima Rp petani, diperoleh dari hasil penjualan hasil panen, penerimaan tersebut dalam present value (PV). Penerimaan total dapat diperoleh dengan mengalikan jumlah seluruh hasil (produksi) dengan harga jual. 3. 4. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, dihitung dalam periode tahunan. Biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan dalam berusahatani yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume produksi, yang meliputi penyusutan alat, nilai sewa lahan, dan pajak lahan, dihitung dalam periode tahunan. Rp/tahun Rp/tahun 5. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani dan jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan produksi (output) yang dihasilkan, berupa biaya pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja, dihitung dalam periode tahunan. 6. Biaya tenaga kerja adalah banyaknya biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja tersebut, baik dari dalam maupun luar keluarga, dihitung dalam periode tahunan. 7. Harga input adalah harga yang dibayar oleh petani untuk membeli faktor-faktor produksi, seperti sarana produksi (pupuk dan pestisida) dan peralatan pertanian, dihitung dalam periode tahunan. 8. Harga produk (output) adalah harga yang diterima oleh petani dari menjual hasil panen. 9. Pendapatan adalah balas jasa yang diterima petani dari kerja dan pengelolaan usahataninya. Besarnya pendapatan dapat dihitung dengan mengurangi penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, dihitung dalam periode tahunan. Rp/tahun Rp/tahun Rp/unit Rp/kg Rp/tahun

28 Tabel 6. Variabel dan Indikator PAM yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian No. Variabel Satuan 1. Harga pasar, harga privat atau harga finansial adalah harga yang benar-benar terjadi dalam transaksi antara penjual dan pembeli atas output maupun input Rp/kg 2. Harga sosial, harga bayangan, atau harga ekonomi adalah harga pada pasar persaingan sempurna yang mewakili biaya imbangan sosial. 3. Biaya input tradable adalah biaya atas sejumlah input yang dapat diperdagangkan di pasar dunia sehingga memiliki harga pasar internasional seperti pupuk dan pestisida. 4. Biaya input non-tradable adalah biaya atas sejumlah input yang tidak dapat diperdagangkan secara internasional, seperti lahan dan tenaga kerja. 5. Keuntungan finansial (privat profitability) adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya yang diperhitungkan dengan menggunakan harga pasar. 6. Keuntungan ekonomi (sosial provitability) adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya usahatani yang diperhitungkan dengan menggunakan harga sosial. Rp/kg Rp/unit Rp/unit Rp/ha Rp/ha 7. 8. 9. Divergensi adalah perbedaan antara perhitungan privat dengan perhitungan sosial yang disebabkan oleh adanya distorsi kebijakan atau kegagalan pasar. Privat cost ratio (PCR) adalah rasio biaya faktor domestik yang dihitung pada harga privat dengan selisih antara penerimaan privat dengan biaya input tradable privat. Domestic resource cost ratio (DRCR) adalah rasio biaya faktor domestik pada harga sosial dengan selisih antara penerimaan pada harga sosial dengan biaya input tradable pada harga sosial. Rp/ha - - Tingkat suku bunga yang digunakan dalam penelitian adalah suku bunga pinjaman komersial, yaitu 17,91% (suku bunga rata-rata pada 5 tahun terakhir 2008-2012). Tingkat suku bunga privat dan sosial diasumsikan sama, dan

29 nilai tukar yang digunakan adalah Rp 9.783,00,- per US$ (nilai tukar ratarata pada 5 tahun terakhir 2008-2012), (www.bi.go.id). Keunggulan komparatif adalah keunggulan suatu wilayah atau negara dalam memproduksi suatu komoditas dengan biaya alternatif yang dikeluarkan lebih rendah dari biaya untuk komoditas yang sama di daerah yang lain dan diukur berdasarkan harga sosial. Keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu komoditas yang dihasilkan dalam kegiatan produksi yang efisien sehingga memiliki daya saing di pasar lokal maupun internasional yang diukur berdasarkan harga privat. Free on board (FOB) adalah harga perbatasan yang digunakan untuk barangbarang yang dapat diekspor. Cost, insurance, and freight (CIF) adalah harga perbatasan yang digunakan untuk barang-barang yang dapat diimpor. Tanaman manggis di daerah penelitian diasumsikan sebagai tanaman yang dibudidayakan secara monokutur. Umur ekonomis peralatan adalah perkiraan usia alat-alat yang digunakan yang masih berfungsi dengan baik, diukur dalam satuan tahun. Umur ekonomis tanaman manggis adalah umur ketika tanaman masih dapat menghasilkan produksi dengan optimal yaitu 20 tahun.

30 Analisis sensitivitas merupakan suatu alat analisis yang menganalisis pengaruh-pengaruh risiko dan ketidakpastian yang ditanggung dalam suatu usahatani apabila terjadi perubahan terhadap input ataupun output. B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tanggamus. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Tanggamus merupakan sentra utama produksi manggis di Provinsi Lampung (Tabel 3, halaman 7). Pekon Terdana dan Penaggungan merupakan sentra penghasil manggis terbesar di Kecamatan Kotaagung. Berdasarkan informasi dan keterangan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Kotaagung Kabupaten Tanggamus, Pekon Penanggungan dan Pekon Terdana memiliki luas areal produksi manggis tertinggi di antara pekon-pekon lain yang berada di Kecamatan Kota Agung. Dua pekon tersebut telah ditetapkan sebagai kebun percontohan manggis oleh pemerintah daerah Tanggamus. Jumlah lahan kering di kedua pekon tersebut adalah 278 ha, dengan jumlah petani manggis sebanyak 282 keluarga petani. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey dan wawancara kepada petani dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah dipersiapkan. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling).

31 Penentuan sampel responden menggunakan rumus Sugiarto, dkk (2003), yaitu: n = NZ 2 S 2 Nd 2 + Z 2 S 2...(1) di mana : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi Z = Tingkat kepercayaan (90% = 1,64) S 2 = Varian sampel (5%) d = Derajat penyimpangan (5%) Setelah melakukan survei awal, maka diketahui jumlah petani manggis di Pekon Terdana dan Penanggungan adalah 282 petani, sehingga jumlah responden yang didapat menurut rumus di atas ádalah 45 orang petani, kemudian 45 orang petani tersebut ditentukan dengan sengaja (purposive) menurut umur ekonomis tanaman manggis (20 tahun) dengan asumsi keterwakilan semua umur tanaman. Agar sampel tersebar merata pada setiap umur tanaman, maka responden ditentukan sebanyak 2 responden per masing-masing umur tanaman dan menyisakan 5 responden. Oleh sebab itu 5 responden sisanya ditambahkan pada masing-masing 5 umur tanaman yang memiliki jumlah populasi tertinggi dalam data (umur tanaman 8, 12,18 dan 19 tahun). Demi mendapatkan data yang baik di lapangan maka peneliti membedakan kembali responden setiap umur tanaman dengan asumsi 2 atau 3 responden dalam satu umur tanaman harus dibedakan luas lahan usahatani manggis yang diusahakan (Tabel 7).

32 Tabel 7. Penentuan jumlah petani sampel berdasarkan umur tanaman usahatani manggis di Kabupaten Tanggamus, 2012 Umur tanaman (tahun) Jumlah populasi Jumlah sampel (jiwa) (jiwa) 1 3 2 2 7 2 3 3 2 4 5 2 5 4 2 6 9 2 7 4 2 8 30 3 9 22 3 10 14 2 11 20 2 12 25 3 13 20 2 14 10 2 15 16 2 16 12 2 17 15 2 18 21 3 19 23 3 20 19 2 Jumlah 282 45 Sumber : Data Pra Survei (Bpk. Misno, PPL Kecamatan Kota Agung, 2012) C. Metode Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani responden dengan menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan) yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi pemerintah yang berhubungan dengan penelitian dan sumber-sumber lainya seperti laporan-laporan, publikasi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

33 D. Metode Analisis Data Analisis keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif dilakukan dengan menggunakan model analisis PAM (Policy Analysis Matrix). Menurut Pearson, dkk, (2005) dalam buku Aplikasi Policy Analysis Matrix Pada Pertanian Indonesia, PAM digunakan untuk menganalisis secara menyeluruh dan konsisten, tentang kebijakan mengenai penerimaan, biaya usahatani, tingkat perbedaan pasar, sistem pertanian, investasi pertanian, dan efisiensi ekonomi. Penjabaran dan perhitungan model PAM yang dilakukan melalui matrik PAM terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Policy Analysis Matrix (PAM) yang digunakan dalam analisis penelitian usahatani manggis di kabupaten Tanggamus, 2012 Deskripsi Penerimaan input Faktor Domestik Tradable Labor Capital Land TOTAL Keuntungan Privat A B D E F G=(D+E+F) H Sosial I J L M N O=(L+M+N) P Diveregensi Q R T U V W=(T+U+V) X Sumber: Pearson, dkk, 2005 (diolah) Keterangan : Keuntungan Finansial A - (B+G) Keuntungan Ekonomi I - (J+O) Output Transfer (OT) A - I Nominal Protection Coefficient on Output (NPCO) A / I Transfer Input Tradeable (IT) B - J Nominal Protection Coefficient on Input (NPCI) B / J Effective Protection Coefficient (EPC) (A - B) / (I - J) Profitability Coefficient (PC) H / P Subsidy Ratio to Producer (SRP) I / X Net Transfer (NT) Q - (R+W) Privat Cost Ratio (PCR) G / (A - B) Domestic Resource Cost Rasio (DRCR) O / (I - J) Transfer Tenaga kerja (Labor) D - L Transfer Lahan (Land) F - N

34 Baris pertama adalah perhitungan berdasarkan harga finansial (privat) atau harga setelah ada kebijakan. Baris kedua merupakan perhitungan berdasarkan harga sosial, dan baris ketiga merupakan selisih antara harga privat dan harga sosial yang menunjukkan adanya kebijakan terhadap input dan output. Beberapa analisis lebih lanjut yang dapat dilakukan dari model PAM adalah : 1. Identifikasi input dan output Usahatani manggis menggunakan input yang meliputi lahan (ha), bibit (batang), pupuk (kg), alat pertanian (unit), tenaga kerja (HOK), dan input pendukung lainnya. Output yang dihasilkan adalah buah manggis. 2. Penentuan alokasi biaya Pengalokasian seluruh biaya tradeable dilakukan dengan pendekatan langsung, karena pendekatan langsung sesuai digunakan dalam analisis keunggulan kompetitif dan komparatif. Semua input tradeable digolongkan ke dalam komponen biaya asing 100 persen dan input non tradeable dimasukkan ke dalam biaya domestik 100 persen, seperti tampak pada Tabel 9. Tabel 9. Alokasi biaya produksi ke dalam komponen domestik dan asing No 1 2 3 4 5 6 7 Bibit Pupuk Pestisida Tenaga kerja Bunga modal Lahan * Biaya lainnya Komponen Domestik 100 0 0 100 100 100 100 Asing % 0 100 100 0 0 0 0 Sumber : Pearson dkk, 2005

35 3. Penentuan harga sosial Untuk input dan output yang dapat diperdagangkan secara internasional, harga sosial dapat dihitung berdasarkan harga bayangan (shadow price) yang dalam hal ini didekati dengan harga batas (border price). Untuk komoditi yang diimpor dipakai harga CIF (Cost Insurance and Freight), sedangkan untuk komoditi yang diekspor digunakan harga FOB (Free on Board), dengan melakukan berbagai penyesuaian-penyesuaian untuk input non tradeable digunakan biaya imbangannya (opportunity cost), yang digali dari penelitian empiris di lapang. (a) Harga sosial output Harga sosial output yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga perbatasan (border price). Oleh karena manggis merupakan komoditi ekspor, maka harga sosial yang digunakan adalah harga FOB. Penentuan harga sosial output dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penentuan harga paritas ekspor output No Uraian Rincian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Harga FOB Manggis (US$/ton) Nilai tukar (Rp/US$) FOB dalam mata uang domestik (Rp/ton) Faktor konversi FOB dalam mata uang domestik (Rp/kg) Transpotasi dan handling ke pasar pedagang besar Harga paritas impor di pedagang besar (Rp/kg) Distribusi ke tingkat petani (Rp/kg) Harga paritas impor di tingkat petani (Rp/kg) a X b = a.x Y c = b/1000 d e = c+d f g = e-f Sumber : Pearson dkk, 2005

36 (b) Harga sosial sarana produksi dan peralatan (input) Penentuan harga sosial input yang digunakan berdasarkan harga perbatasan input, yaitu harga CIF atau sama dengan harga pasar, jika input tersebut diperdagangkan pada kondisi pasar persaingan sempurna, sedangkan harga sosial untuk input non tradeable ditentukan berdasarkan harga pada pasar domestik. Penentuan harga sosial input sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Penentuan harga paritas impor input No Uraian Rincian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Harga CIF (US$/ton) Nilai tukar (Rp/US$) CIF dalam mata uang domestik (Rp/Kg) Bongkar/muat, gudang, susut Biaya transportasi ke propinsi (Rp/Kg) Nilai sebelum pengolahan (Rp/Kg) Faktor konversi proses (%) Harga paritas ekspor di pedagang besar (Rp/Kg) Distribusi ke tingkat petani (Rp/kg) Harga paritas impor di tingkat petani (Rp/kg) a X b = a.x/1000 c d e = b+c+d Y f = e.y g h = f+g Sumber : Pearson dkk, 2005 4. Analisis daya saing a. Privat Cost Ratio: PCR = G / (A - B) PCR adalah indikator profitabilitas privat yang menunjukkan kemampuan sistem komoditas untuk membayar biaya sumberdaya domestik dan tetap kompetitif. Jika PCR < 1, berarti sistem komoditas yang diteliti memiliki keunggulan kompetitif, dan sebaliknya, jika PCR > 1, berarti sistem komoditas tidak memiliki keunggulan kompetitif.

37 b. Domestic Resource Cost Ratio: DRCR = O / (I - J) DRCR adalah indikator keunggulan komparatif yang menunjukkan jumlah sumberdaya domestik yang dapat dihemat untuk menghasilkan satu unit devisa. Sistem mempunyai keunggulan komparatif jika DRCR < 1, dan sebaliknya, jika DRCR > 1, maka sistem tidak mempunyai keunggulan komparatif. 5. Dampak Kebijaksanaan Pemerintah a. Kebijakan Output (1) Output Transfer : OT = A - I Transfer output merupakan selisih antara penerimaan yang dihitung atas harga finansial (privat) dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan harga bayangan atau sosial. Jika nilai OT < 0, maka tidak ada transfer dari masyarakat (konsumen) terhadap produsen, dan juga sebaliknya, Jika OT > 0, maka ada transfer dari masyarakat (konsumen) terhadap produsen. (2) Nominal Protection Coefficient on Output : NPCO = A / I NPCO adalah indikator yang menunjukkan tingkat proteksi pemerintah terhadap output domestik. Kebijakan bersifat protektif terhadap output jika nilai NPCO > 1, dan sebaliknya, kebijakan bersifat disprotektif jika NPCO < 1.

38 b. Kebijakan Input (1) Transfer Input : IT = B - J Transfer input adalah selisih antara biaya input yang dapat diperdagangkan pada harga privat dengan biaya input yang dapat diperdagangkan pada harga sosial. Jika nilai IT > 0, maka berarti ada transfer dari petani kepada produsen input tradeable, dan sebaliknya, jika nilai IT < 0, maka, tidak ada transfer dari petani kepada produsen input tradeable. (2) Nominal Protection Coefficient on Input : NPCI = B/J NPCI yaitu indikator yang menunjukkan tingkat proteksi pemerintah terhadap harga input pertanian domestik. Jika nilai NPCI < 1, maka ada kebijakan subsidi terhadap input tradeable dan kebijakan bersifat protektif terhadap input, dan sebaliknya, jika nilai NPCI > 1, maka tidak ada kebijakan subsidi terhadap input tradeable. (3) Transfer Faktor : FT = G O Transfer faktor merupakan nilai yang menunjukkan perbedaan harga privat dengan harga sosialnya yang diterima produsen untuk pembayaran faktor-faktor produksi yang tidak diperdagangkan (faktor domestik). Jika nilai FT > 0, maka berarti ada transfer dari petani produsen kepada produsen input non tradeable, dan sebaliknya, jika nilai FT < 0, maka berarti tidak

39 ada transfer dari petani produsen kepada produsen input nontradable. c. Kebijakan Input-Output Menurut Pearson, dkk, (2005), dalam buku Aplikasi Policy Analysis Matrix Pada Pertanian Indonesia, kebijakan output dan input dalam PAM adalah : (1) Effective Protection Coefficient : EPC = (A - B) / (I - J) EPC adalah indikator yang menunjukkan tingkat proteksi simultan terhadap output dan input tradeable. Kebijakan masih bersifat protektif jika nilai EPC > 1. Semakin besar nilai EPC berarti semakin tinggi tingkat proteksi pemerintah terhadap komoditas pertanian domestik. (2) Net Transfer : NT = Q - (R+W) Transfer bersih merupakan selisih antara keuntungan bersih yang benar-benar diterima produsen dengan keuntungan bersih sosialnya. Nilai NT > 0 menunjukkan tambahan surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input dan output, dan sebaliknya, nilai NT < 0 menunjukkan tidak ada surplus produsen yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input dan output,

40 (3) Profitability Coefficient : PC = H / P Koefisien keuntungan adalah perbandingan antara keuntungan bersih yang benar-benar diterima produsen dengan keuntungan bersih sosialnya. Jika PC > 0, maka berarti secara keseluruhan kebijakan pemerintah memberikan insentif kepada produsen, dan sebaliknya, jika PC < 0, maka berarti secara keseluruhan kebijakan pemerintah tidak memberikan insentif kepada produsen. (4) Subsidy Ratio to Producer : SRP = I / X SRP adalah indikator yang menunjukkan proporsi penerimaan pada harga sosial yang diperlukan apabila subsidi atau pajak digunakan sebagai pengganti kebijakan. Nilai SRP negatif (-) menunjukkan kebijakan pemerintah yang diterapkan menyebabkan petani mengeluarkan biaya produksi terhadap input lebih besar dibanding biaya imbangan untuk berproduksi. Sebaliknya nilai SRP positif (+) menunjukkan kebijakan pemerintah yang keuntungan sosial diterapkan menyebabkan petani mengeluarkan biaya produksi terhadap input lebih rendah dibanding biaya imbangan untuk berproduksi. Dalam penelitian ini, analisis daya saing menggunakan PAM (Policy Analysis Matrix) dibatasi hanya pada analisis keuntungan privat, keuntungan sosial, keunggulan kompetitif, dan keunggulan komparatif.

41 Karena tanaman manggis merupakan tanaman tahunan, maka di dalam Policy Analysis Matrix (PAM) akan digunakan penerimaan dan biaya dalam present value (PV). Menurut Gittinger (1993) Present Value adalah jumlah yang dihitung dengan mendiskontokan aliran arus kas masa depan dari proyek dengan menggunakan suku bunga yang setara dengan tingkat pengembalian, dengan rumus : F P 1 i t...(2) di mana: P = nilai tunai (pada tahun 0) F = nilai nanti i = tingkat bunga t = tahun ke-n.(n =1, 2, 3,..., n) Konsep nilai tunai merupakan kriteria yang umumnya dipakai untuk menilai kelayakan suatu proyek. Pada prinsipnya metode ini menghitung nilai tunai semua penerimaan dan pengeluaran yang terjadi selama umur proyek. Menurut Kadariah, dkk, (2001) nilai tunai penerimaan dapat dirumuskan sebagai : PV Benefit PV = n B t t t ( ) = 0 1+ i...(3) dan nilai tunai pengeluaran dirumuskan sebagai : PV Cost PC = n C t t t o ( ) = 1+ i...(4)

42 nilai tunai bersih menjadi: NPV = PVB PVC...(5) NPV Bt 1 + i = t ( ) - Ct 1 + i t ( )...(6) Keterangan : Bt = penerimaan pada tahun t Ct = pengeluaran atau biaya pada tahun t 6. Analisis Sensitivitas PCR dan DRCR Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak perubahan di sisi input, output dan alternatif kebijakan terhadap suatu komoditas. Langkah ini perlu dilakukan karena analisis dalam metode Policy Analysis Matrix (PAM) merupakan analisis yang bersifat statis. Analisis sensitivitas digunakan untuk mengurangi kelemahan tersebut. Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat bagaimana perubahan hasil analisis suatu kegiatan ekonomi bila ada suatu kesalahan dalam perhitungan biaya atau manfaat. Menurut Kadariah (2001), analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan cara: (a) Mengubah besarnya variabel-variabel penting secara terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu, dan menentukan tingkat kepekaan hasil perhitungan terhadap perubahanperubahan tersebut. (b) Menentukan sampai sejauh mana suatu variabel harus berubah hingga hasil perhitungan menyatakan bahwa proyek tersebut tidak diterima.

43 Alat analisis yang digunakan untuk mengukur sensitivitas adalah elastisitas. Elastisitas digunakan untuk mengukur sensitivitas satu persen perubahan terhadap parameter yang diuji. Perhitungan elastisitas dalam penelitian ini menurut konsep Haryono (1991) adalah: Elastisitas PCR = PCR/PCR Xi/Xi...(7) DRCR/DRCR Elastisitas DRCR = Xi/Xi...(8) Keterangan: PCR DRCR Xi Xi = Perubahan nilai PCR = Perubahan nilai DRCR = Perubahan parameter yang diuji = Parameter yang diuji Dengan kriteria jika : Elastisitas PCR atau DRCR < 1 berarti inelastis atau tidak peka Elastisitas PCR atau DRCR 1 berarti elastis atau peka