- Agustus 1998), tetapi secara keseluruhan lebih bersifat basah (Gambar 7).

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sedikitnya telah seabad tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan WaMu. Bioteknologi Perkebunan (UPBP), AP2I (Ciomas, Bogor, Jawa Barat; 250 m di atas

METODE PENELITIAN. (turunan) dari persilangan intraspesifik RRIM 600 x PN 1546 di Balai Penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1 Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi tanaman kedelai dan nilai AUHPGC

PEMBAHASAN. Pengamatan Vegetatif di Kebun Uji Sei Dadap

RESPONS KARAKTER FISIOLOGI DAN PRODUKSI LATEKS BEBERAPA KLON TANAMAN KARET TERHADAP STIRlULASI ETILEN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 11. Hasil analisis ragam pengaruh perlakuan terhadap produksi dan BTR kelapa sawit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

CH BULANAN. Gambar 3. Curah hujan bulanan selama percobaan lapang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORITIS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

USULAN PELEPASAN VARIETAS KENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Jumlah Hari Hujan Gerimis Gerimis-deras Total September. Rata-rata Suhu ( o C) Oktober '13 23,79 13,25 18, November

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Karet

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Hasil analisis statistika menunjukkan adaptasi galur harapan padi gogo

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGELOLAAN HARA NITROGEN TERHADAP HASIL PADI VARIETAS UNGGUL

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi prakiraan musim hujan ini.

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

VI. UBIKAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 23

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN METODE PENELITIAN

Dr. Tri Asmira Damayanti (Institut Pertanian Bogor ) Dr. Giyanto (Institut Pertanian Bogor )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ton pada tahun 2011 menjadi juta ton pada tahun 2012 (Ditjenbun, 2012).

KETAHANAN VARIETAS/KLON UBI KAYU TERHADAP HAWAR BAKTERI SECARA ALAMI DI LAPANGAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet

TINJAUAN PUSTAKA. Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea brassiliensismuell.arg.

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

Tanaman karet akan mengeluarkan getah atau lebih dikenal dengan sebutan lateks. Lateks keluar pada saat dilakukan penyadapan pada tanaman karet.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh PGPR terhadap Laju Pertambahan Tinggi Tanaman Kedelai

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. moderate.

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah bunga, saat berbunga, jumlah ruas, panjang ruas rata-rata, jumlah

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

TAHUN TOTAL RATAAN

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

HASIL. Pengaruh Seduhan Kompos terhadap Pertumbuhan Koloni S. rolfsii secara In Vitro A B C

KERAGAAN PERTUMBUHAN VEGETATIF DAN REPRODUKTIF HIBRIDA JAGUNG PERSILANGAN GALUR INBRIDA MUTAN (M4) PADA LATOSOL DARMAGA

Gambar C.16 Profil melintang temperatur pada musim peralihan kedua pada tahun normal (September, Oktober, dan November 1996) di 7 O LU

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN 19 GALUR TOMAT F6(Lycopersicon esculentum Mill.)

Effect of Coating Formulation on Viability, Vigor and Storability of Rice Seeds (Oryza sativa L.)

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. La Nina.

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

oa6, y*., A ( Centella asiatica L. Urban ) PENGARUH DOSIS PEMUPUKAN N DAN K TERHADAP PERTUMBUHAN DAN ' PRODUKSI PEGAGAN Oleh ORIZA SIDIANE

Perkembangan Jasa Akomodasi Provinsi Kalimantan Tengah

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 2. Cendawan pada Stek (a), Batang Kecoklatan pada Stek (b) pada Perlakuan Silica gel

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. unggul yang telah dihasilkan dibagi menjadi empat generasi, yaitu: Generasi-1 ( ) : Seedling selected

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

Respons Pertumbuhan Galur Harapan Kedelai (Glycine max(l.)merril) pada Lahan Masam

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1.1 Data Curah Hujan 10 Tahun Terakhir Stasiun Patumbak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KERAGAMAN FENOTIPIK DAN GENETIK MAHONI (Swietenia macrophylla) DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

L A M P I R A N D A T A H A S I L A N A L I S I S

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL ANALISIS

Transkripsi:

HASEL Kondisi Iltiim dan Mnsim Gugur Daun Sebelum penyajian data pengamatan, terlebih dahulu akan disajilcan data iklim selama penelitian sebagai faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi musiman masing-masing peubah pengamatan. Kondisi iklim di lokasi penelitian pa& bulan September 1997 - Agustus 1998 agak berbeda dari biasanya (iklim normal) karena gejala alam yang disebut sebagai el Nino dan la Nina (Harjanto, 1991; Karmini, 1998). Kedua gejala tersebut berdampak pada iklim yang lebih kering pada periode awal (September- Oktober 1997) dan lebih basah pa& periode akhir penelitian (Juni - Agustus 1998), tetapi secara keseluruhan lebih bersifat basah (Gambar 7). Gambar 7. Kondisi iklim selama penelitian (September 1997 - Agustus 1998) berdasarkan data curah hujan, hari hujan, kelembaban udara, dan suhu udara

Dalam periode setahun curah hujan total mencapai 4 394 mm dengan satu bulan kering. Curah hujan terendah (60-122 rnm/bulan) terjadi pada periode September - Oktober 1997, sedangkan tertinggi (665 mmhulan) terjadi pa& bulan Maret 1998. Jurnlah hari hujan memiliki kemiripan dengan pola curah hujan, tetapi terlihat lebih menunjukkan angka yang tinggi pada bulan Januari - Februari 1998. Dengan pengaruh hujan, kelembaban udara pada awal penelitian (September - Oktober 1997) relatif rendah (di bawah 75%), dibandingkan dengan bulan-bulan selanjutnya yang tinggi (sekitar 85%) terutama Februari - Maret 1998, termasuk bila dibandingkan dengan kondisi normal. Sementara itu suhu udara minimum dan maksimum lebih menggambarkan dinamika iklim, dibandingkan dengan suhu ratarata yang relatif konstan sepanjang tahun. Pada bulan September - Oktober 1997, terdapat amplitude suhu udara terbesar selama setahun sebagai akibat adanya suhu maksimum tertinggi (33.6-34.6 "C) dan suhu minimum terendah (20.6-21.6 "C). Tabel 2. Musim gugur daun tahun 1998 masing-masing klon karet dan pengaruh perlakuan stimulasi pada sistem eksploitasi El dan E2 No. IUon Jun Jul Ags Sep OM Keterangan: - Pengaruh ~Gmulasi 1. AVROS 2037 XXXXXX XXXXXX XXXXXX E, -, E,.-, MGD kbih lama 1-2 bulan ke belakang 2. BPM 24 XXXXXX XXXXXX XXXXXX MGD tidak terpengaruh 3. PR 261 XXXXXX XXXXXX XXXXXX MGD tidak terpengaruh 4. RRlM 712 +, E~ E* XXXXXX XXXXXX XXXXXX MGD kbih h a 1 bulan ke depan 5. GT 1 XXXXM XXXXXX XXXXXX MGD tidak terpengaruh 6. BPM 1 XXXXXX XXXXXX XXXXXX MGD tidak terpengaruh 7. PR 228 xc#cxx XXXXXX XXXXXX MGD tidak terpengatuh 8. LcB 1320 JOCUCXX X~CJCUCXXXXXX E, E, MGD kbih lama 1 bulan ke belakang MGD = Musirn gugw daun El & E2 adalah perlakuan eksploitasi masing-masing dengan stimulasi etepon 2.5 dan 5.0% Tanda X MW( adalah MGD normal @ads perlakuan Eo)

Iklim sebagai faktor ekstemal, diperkirakan dapat mempengaruhi respons setiap klon dalam mengalami musim gugur daun. Dengan kondisi iklim di atas, te rjadinya musim gugur daun tahunan diamati secara visual terhadap masing-masing klon, sekaligus dilihat pengaruh stimulasi pada sistem eksploitasi El dan E2 (Tabel 2). Dari 8 klon yang tergolong memiliki gugur daun awal adalah AVROS 2037, PR 261, PR 228 dan LCB 1320 (Juni- Agustus 1998); disusul GT 1 dan BPM 1 (Juli - September 1998); dan yang terakhir adalah BPM 24 dan RRIM 712 (Agustus - Oktober 1998). Pemberian dan peningkatan stimulasi etepon pada beberapa klon tidak berpengaruh terhadap lamanya musim gugur daun, tetapi terhadap klon LCB 1320 menyebabkan pemanjangan musim gugur daun selama 1 bulan dan klon AVROS 2037 selama 2 bulan ke belakang. Sebaliknya pada klon RRIM 712, perlakuan El dan E2 menyebabkan pemanjangan musim selama 1 bulan ke depan. Pada waktu pertumbuhan daun muda secara visual terlihat bahwa klon GT 1 clan BPM 1 terganggu oleh penyakit dam Colletotrichum. Di lokasi penelitian, mush gugur daun beberapa klon sudah mulai pada bulan Juni 1998, tetapi sebagian klon lain baru mulai pa& bulan Agustus 1998. Tampaknya ciri musim gugur daun tahunan tidak sama di setiap wilayah. Di sarnping itu juga terdapat perbedaan lamanya klon mengalami gugur dam, di antaranya ada yang berlangsung serentak dan ada yang bertahap. Sebagai pembanding, di Surnatera Utara AVROS 2037 mengalami gugur daun serentak sebaliknya GT 1 lebih bertahap. Pada penelitian ini, keserentakan gugur daun kurang dapat dibedakan antar klon. Narnun demikian, perlakuan eksploitasi &pat mempengaruhi atau menggeser masa gugur daun beberapa klon. Di antara klon yang tertunda musim gugurnya oleh perlakuan

stimulasi adalah AVROS 2037 dan LCB 1320. Kedua klon ini merniliki ukuran batang yang lebih besar dibandingkan dengan klon-klon lain (Tabel Lampiran 2). Sementara itu klon yang paling tidak responsif terhadap stimulan yakni RRIM 712 justru mengalami percepatan musim gugur dam akibat perlakuan stimulasi, dan kebetulan klon ini memiliki ukuran batang yang lebih kecil. Menilik fenomena tersebut, perlakuan stimulasi dapat berhubungan dengan pola perturnbuhan tanaman dalam mempengaruhi musim gugur dam. Munglun fenomena ini akan menjadi lebih kompleks bila terdapat penyakit gugur daun Colletotrichum pada iklim yang terlalu basah. Dalarn ha1 demikian maka masa defoliasi dan refoliasi yang biasanya sekitar 3 bulan, dapat berlanjut karena daun muda yang terbentuk juga akan mengalami gugur. Hasil Analisis Statistik Analisis ragam dan ujibeda dilakukan terhadap peubah-peubah dengan faktorfaktor perlakuan klon (8 jenis), sistem eksploitasi (3 jenis) dan musim atau bulan pengamatan (11 taraf) (Tabel Lampiran 4). Bulan pertama pengamatan (September 1997) tidak dirmasukkan dalam pengolahan data karena belum ada pemberian perlakuan etepon. Pada analisis peubah-peubah KAS, ph lateks dan aktivitas SOD terdapat faktor perlakuan atau taraf perlakuan yang tidak lengkap (Tabel Lampiran 5). Analisis ragam peubah etilen, ACC dan ACC-oksidase hanya dilakukan terhadap faktor-faktor klon (2 jenis) dan sistem eksploitasi (3 jenis) (Tabel Lampiran 6); sedangkan data protein tidak dianalisis secara statistik.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa interaksi klon dan sistem eksploitasi (K x E) nyata terhadap produksi lateks (gpls), KKK, IP, KAS, sukrosa, FA dan ti01 (Tabel Lampiran 7). Interaksi musim dan klon (M x K) nyata terhadap produksi lateks (g/p/s), IP, ph, sukrosa, FA dan ti01 (Tabel Lampiran 8). Adapun interaksi musim dan sistem eksploitasi (M x E) nyata terhadap produksi lateks (gfpls), KKK, IP, sukrosa, FA dan ti01 (Tabel Lampiran 9). Namun interaksi ketiga faktor yakni klon, sistem eksploitasi dan mush (K x E x M) tidak nyata terhadap semua peubah pengamatan. Khusus pada pengamatan SOD hanya nyata dipengaruhi oleh faktor tunggal klon (K) (Tabel Lampiran 5). Sementara itu etilen hanya dipengaruhi oleh faktor sistem eksploitasi (E), ACC oleh faktor klon (IS) dan eksploitasi (E); clan ACC-oksidase tidak dipengaruhi kedua faktor perlakuan (Tabel Lampiran 6). Produksi Lateks (g/p/s) Pada penyadapan 2 hari sekali tanpa pemberian etepon (&) sebagai perlakuan kontrol. produksi lateks tergolong tinggi (36 g/p/s) pada klon RRlM 712 dan BPM 1 (Tabel 3). Namun dengan pemberian etepon 2.5-5.0% dan pengurangan frekuensi sadap menjadi 3 hari sekali (perlakuan El dan E2) produksi nyata meningkat pada 5 klon yang diuji yakni PR 261, AVROS 2037, BPM 24, PR 228 dan LCB 1320, sedangkan pada 3 klon lain pemberian etepon tidak meningkatkan produksi. Produksi PR 261 perlakuan stimulasi (El dan E2) berlipat 2.0-2.6 kali menjadi 59-79 g/pls dibandingkan dengan kontrol Eo (30 g/p/s/). Sementara itu produksi RRIM 712 sebesar 36 g/p/s pada EO tidak nyata meningkat oleh perlakuan El dan E2. Dalam ha1 ini besarnya produksi lateks g/pls belurn menggambarkan

produksi lateks yang biasa digunakan yaitu &lam satuan kg/haltahun. Untuk memperoleh data produksi kgthdtahun dilakukan perhitungan tarnbahan (Tabel Lampiran 1) dan akan diuraikan dalam pembahasan. Tabel 3. Pengaruh klon dan sistem eksploitasi terhadap produksi lateks Klon Produksi Lateks (glpls) Eo El E2 (W S dl2) (% S dl3. ET2.5%) (% S dl3. ET5.0%) AVROS2037 BPM24 PR261 RRIM712 GT1 BPMl PR228 LC01320 33.5 efgh 16.5 j 30.4 ghi 36.2 defg 25.3 i 36.1 defg 27.9 i 30.9 ghi 57.7 b 33.4 efgh 59.0 b 40.9 cde 31.9 fghi 42.5 cd 46.1 c 41.8 cd b fghl a cdef defgh cd b C Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sarna antar baris dan kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada UJGD dengan taraf Po.05 Variasi musiman produksi lateks setiap klon dengan tiga sistem eksploitasi disajikan pada Gambar 8. Dalam siklus setahun pola produksi lateks mempunyai kecenderungan meningkat sejak awal ke akhir perielitian khususnya pada AVROS 2037, BPM 24, PR 261 dan PR 228. Kecendermgan lebih terlihat pada perlakuan stimulasi (El dan E2) dibandingkan dengan kontrol(&). Produksi lateks nyata dipengaruhi oleh faktor klon hanya pada bulan Agustus (Tabel Lampiran 8); sedangkan oleh faktor sistem eksploitasi nyata pada semua bulan, kecuali Nopember clan Desember (Tabel Lampiran 9). Dari analisis masingmasing klon setiap bulan, perlakuan stimulasi (El dan E2) secara nyata meningkatkan

Tanda bintann S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A berartiberbeia S (September) adalah data sebelum perlakuan Bulan nyata dengan 120.----.--.-.-----.--.~-~...,---...-.-...---.,.-,...-.-...-...- ".--.-.-..." --.----.-.-...-. --.-------- 1 thaf P< 005 i i! 100 =TI i BPMl f PR228 B l 2 0 i 1 * S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A B,,~P,, S (September) adalah data sebelum perlakuan Gambar 8. Variasi musiman produksi lateks g/p/s masing-masing klon dengan sistem eksploitasi EO. El dan E2

produksi lateks AVROS 2037 pada bulan Oktober, Desember, Januari, clan April - Agustus; PR 261 pada bulan Desember - Agustus, PR 228 pada bulan Mei, Juni dan Agustus; serta LCB 1320 pada bulan April dan Mei (Tabel Lampiran 10). Kadar Karet Kering (KKK) KKK klon-klon yang diamati tergolong menengah - tinggi yakni berkisar antara 33-44%. KKK tinggi te jadi pada AVROS 2037, PR 261, PR 228 dan LCB 1320, dan menengah pada BPM 24, RRIM 712, GT 1 dan BPM 1 (Tabel 4). Pemberian etepon 2.5-5.0% pada sistem eksploitasi El dan E2 menurunkan KKK pada AVROS 2037 dari kontrol 44% menjadi 40-41%, pada PR 261 dari 42% menjadi 38%, dan pada LCB 1320 dari 42% menjadi 37%. Pada klon lain tidak nyata tejadi perubahan KKK, tetapi pada BPM 24 justru tejadi peningkatan KKK dari 33% menjadi 38% pada El. Tabel 4. Pengaruh klon dan sistem eksploitasi terhadap kadar karet kering Klon Kadar Karet Kering (%) Eo El E2 (W S dl2) (W S dl3. ET2.5%) (W S dl3. ET5.0%) 44.0 a 33.1 ijk 41.7 ab 35.5 fghij 34.3 hijk 33.7 hijk 41.9 ab 42.0 ab 41.0 bc 37.5 defg 38.2 def 34.9 ghijk 32.9 jk 35.6 fghij 42.0 ab 37.5 defg bcd ghij k cdef hij k k fghi cde efgh Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama antar baris dan kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada UJGD dengan taraf

S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A Tandabintang S (September) adalah data sebelum perlakuan Bulan berarti berbeda nyata dengan I GTl 1 BPM1 PR228 S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S (September) adalah data sebelum perlakuan Bulan Gambar 9. Variasi musiman kadar karet kering lateks masing-masing klon,dengan sistem eksploitasi EO, El dan E2

KKK nyata dipengaruhi oleh faktor sistem eksploitasi hanya pada bulan Maret, Mei dan Juli (Tabel Larnpiran 9). Variasi musiman KKK setiap klon dengan perlakuan eksploitasi disajikan pada Gambar 9. KKK kebanyakan klon memiliki kecenderungan meningkat selama penelitian. Dari analisis masing-masing klon setiap bulan, pengaruh stimulasi nyata menurunkan KKK AVROS 2037 pada bulan Maret dan Mei, PR 261 pada bulan Maret, RRIM 712 pada bulan Oktober, April dan Juni, serta LCB 1320 pa& bulan Oktober, Desember dan Juli (Tabel Larnpiran 11). KKK rendah (berkisar 32-34%) umumnya te rjadi bulan Nopember - Desember. KKK tinggi (berkisar 40-48%) pada perlakuan & terjadi pada bulan Mei - Agustus 1998, sedangkan KKK tinggi (berkisar 41-44%) pada perlakuan El dan E2 hanya terjadi pada bulan Agustus 1998. Indeks Penyumbatan (IP) Pada penyadapan tanpa etepon (6) Mon-klon dengan IP tinggi (berkisar 15-20) adalah PR 228, PR 261, RRIM 712 dan AVROS 2037, sedangkan klon-klon dengan IP rendah (hanya sekitar 8) adalah BPM 1 dan LCB 1320 (Tabel 5). Pemberian etepon 2.5-5.0% disertai dengan pengurangan fiekuensi sadap dari 2 hari (perlakuan &) menjadi 3 hari sekali (perlakuan El dan E2) nyata dapat menurunkan IP pada semua klon kecuali BPM 1 dan LCB 1320. Penurunan IP terbesar terjadi pada PR 261 yaitu dari 17 pa& perlakuan Eo menjadi 7 pada perlakuan El dan E2. Demikian juga'te rjadi pada PR 228, yaitu dari 20 pada F$ menjadi 12 (El) dan 8 (E2).

IP nyata dipengaruhi oleh faktor klon hanya pada bulan Mei dan Agustus (Tabel Lampiran 8), sedangkan oleh faktor sistem eksploitasi umumnya nyata sepanjang tahun, kecuali pada bulan Juli (Tabel Lampiran 9). Variasi musiman IP setiap klon dengan perlakuan eksploitasi disajikan pada Gambar 10. 49 Tabel 5. Pengaruh klon dan sistem eksploitasi terhadap indeks penyumbatan Klon Indeks Penyumbatan Eo El E2 (% S dl2) (% S dd/.et2.5%) (W S d/3.et5.0%) AVROS2037 BPM24 PR261 RRIM712 GTI BPMI PR228 LCB1320 14.5 bc 12.7 cd 17.1 ab 14.5 bc 9.8 defg 8.0 fghi 19.7 a 8.5 efghi 6.9 fghi 6.9 fghi 7.1 fgh1 10.0 def 6.4 hi 5.7 hi 11.5 cde 6.2 hi 6.5 ghi 6.9 fghi 6.7 fghi 8.6 efgh 5.1 hi 6.3 hi 8.5 efghi 5.1 hi Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama antar baris dan kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada UJGD dengan taraf Po.os Variasi musiman sepanjang tahun lebih berpengaruh terhadap fluktuasi IP kebanyakan klon pada perlakuan tanpa etepon a), dibandingkan dengan perlakuan stimulasi (El dan Ez). Selama 11 bulan perlakuan kontrol mempunyai IP rata-rata lebih tinggi (7-18) dibandingkan dengan perlakuan El dan E2 (4-11). Fluktuasi IP tersebut ternyata masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan IP sebelum perlakuan (September 1997) yang berkisar 27-31 terutarna pada El dan E2. Dari analisis masing-masing klon setiap bulan, pengaruh stimulasi nyata menurunkan IP semua klon pada bulan-bulan tertentu Misalnya AVROS 2037 pada

bulan Nopember - Januari dan Agustus, BPM 24 pada bulan Mei, PR 261 pada semua bulan kecuali Januari, Maret dan Juni - Juli, dan RRIM 712 pada bulan Oktober dan Mei. Sementara itu GT 1 pada bulan Nopember dan Januari, BPM 1 pada bulan April, PR 228 pada bulan Januari dan April - Juni, dan LCB 1320 pada bulan Mei dan Agustus (Tabel Lampiran 12). Kekeringan Alur Sadap (KAS) Pada penyadapan tanpa etepon (G) kejadian KAS relatif tinggi (16-23%) pada klon BPM 24 dan LCB 1320, sedangkan pada klon-klon lain tergolong rendah (0-12%) (Tabel 6). Penyadapan dengan perlakuan etepon 2.5% (El) meningkatkan KAS pada RRIM 712 dan PR 228 dari 3-4% menjadi 14-16%. Perlakuan etepon hingga 5.0% (E2) pada BPM 24 dan PR 261 sebaliknya menurunkan KAS dari 12-16% menjadi 2-3%. Tabel 6. Pengaruh klon dan sistem eksploitasi terhadap kekeringan alur sadap Klon KAS (%)., Eo El E2 (% S dl2) (W S dl3.et2.5%) (% S dl3.et5.0%) AVROS2037 0.0 h 6.5 cdefgh 0.3 h BPM24 15.9 abcd 6.3 defgh 3.0 gh PR261 11.8 cdefg 2.5 gh 3.4 fgh RRIM712 2.9 gh 14.3 bcdef 17.6 abc GTI 3.8 efgh 8.9 cdefgh 14.1 bcdef BPMI 9.0 cdefgh 8.8 cdefgh 13.4 bcdefg PR228 4.3 efgh 16.4 abcd 6.8 cdefgh LCB1320 23.0 ab 14.7 bcde 25.6 a Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sarna antar baris dan kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada UJGD dengan taraf Po.os

ph Lateks Hasil analisis ragam ph lateks menunjukkan pengaruh nyata pada interaksi faktor klon dan musim. Variasi musiman ph lateks berbagai klon selama beberapa bulan pengamatan disajikan pada Gambar 11. Sebelum perlakuan (September) nilai ph lateks umumnya tinggi, kecuali pada klon LCB 1320 yang jauh lebih rendah, termasuk bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain pada klon tersebut. Nilai ph lateks 8 klon setelah perlakuan terlihat tinggi pada bulan Januari dan rendah pada bulan Agustus. &P*) Okt N~P Des Jan Jul Ags ') Data sebeknn Bulan Pengamatan partam Gambar 1 1. Variasi musiman ph lateks 8 klon karet selama beberapa bulan pengamatan Kadar Su krosa Kadar sukrosa lateks masing-masing klon tidak dipengaruhi oleh faktor sistem eksploitasi, kecuali pada klon AVROS 2037 dan BPM 24 (Tabel 7). Pada penyadapan 2 hari sekali tanpa etepon (h) ka&r sukrosa tinggi (>8.0 mm) terjadi pada AVROS 2037 dan LCB 1320, dan rendah ( 60 mm) te rjadi pada BPM 24 dan PR 261. Pada

penyadapan 3 hari sekali dengan etepon 2.5-5.0% (El dan E2) kadar sukrosa tinggi terjadi pada AVROS 2037, RRIM 712, dan GT 1; sedangkan yang rendah te rjadi pada BPM 1 dan PR 261. Tabel 7. Pengaruh klon clan sistem eksploitasi terhadap kadar sukrosa lateks Klon Kadar Sukrosa (mm) Eo El E2 (W S dl2) (W S db. ET2.5%) (W S dl3. ET5.0%) a h fgh bcdef bcdefg efgh bcdef bcde 9.25 abcde 6.09 defgh 4.73 fgh 8.86 bcde 10.43 ab 3.75 gh 6.25 defgh 7.86 bcdef 8.30 bcde 6.91 defg 4.10 gh 9.48 abcd 9.86 abc 5.83 efgh 8.36 bcde 8.90 bcde Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama antar baris dan kolom mendjukkan tidak berbeda nyata pada UJGD dengan taraf Dalam variasi musiman, kadar sukrosa lateks secara nyata dipengaruhi oleh faktor perlakuan Mon pada bulari Oktober, Januari, Februari, Mei dan Agustus (Tabel Lampiran 8); dan dipengaruhi oleh faktor perlakuan sistem eksploitasi hanya pada bulan Februari (Tabel Lampiran 9). Variasi musiman kadar sukrosa setiap Mon dengan perlakuan eksploitasi disajikan pada Gambar 12. Pada setiap klon, perlakuan stimulasi nyata menurunkan kadar sukrosa yakni AVROS 2037 pada bulan Januari, BPM 24 pada bulan Maret, PR 261 pada bulan Maret, RRIM 712 pada bulan April, GT 1 pada bulan Oktober dan Februari, dan LCB 1320 pada bulan Oktober (Tabel Lampiran 13). Kadar sukrosa lateks lebih

S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A Bulrn S (September) adalah data rrebekrm perlakuan * Tanda bintang berarti berbeda 30 r...---.-.-.,-.-.-.-. -.-....--_...^...1.-...1..11.1...1.-1..~...-..1..-.11---.11111---.--.- nyata dengan r! 1 taraf P< 0.05 S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S (September) adalah data sebelum perlakuan Bulan Gambar 12. Variasi musiman kadar sukrosa lateks masing-masing klon dengan sistem eksploitasi EO, El dan E2

dipengaruhi oleh variasi musiman dibandingkan dengan perlakuan eksploitasi, sehingga sepanjang tahun te rjadi fluktuasi yang sangat besar tetapi spesifik klon. Pola fluktuasi sukrosa rriirip antara perlakuan El dan E2. Kadar sukrosa rendah (2.41-3.62 rnm) terjadi pada November - Januari, selanjutnya meningkat nyata (7.35-1 1.67 mm) pada Februari - Agustus. Kadar Fosfat Anorganik (FA) Kadar FA lateks masing-masing klon tidak berbeda nyata pada ketiga sistem eksploitasi fi, El, E2), kecuali pada klon LCB 1320 yang meningkat nyata dari 10.73 mm pada & menjadi 15.59 mm pada E2 (Tabel 8). Pada ketiga sistem eksploitasi, kadar FA tinggi (14.64-20.78 mm) terjadi pada klon PR 261, RRIM 712, GT 1, BPM 1 dan PR 228. Adapun kadar FA yang relatif rendah (10.13-15.59 mm) te jadi pada klon AVROS 2037, BPM 24 dan LCB 1320. Tabel 8. Pengaruh klon dan sistem eksploitasi terhadap kadar fosfat anorganik lateks Klon Kadar Fosfat Anorganik (mm) Eo El E2 (W S dl2) (W S dl3. ET2.5%) (W S dl3. ET5.0%) ghi hi cdefgh a defghl bcdefgh abcdef hi defgtzl i abcdef abcd efghi abcdef abc cdefgh fghl fghi abc ab abcdefg abcdef abcde bcdefg Catatan: Anglca yang diikuti oleh huruf yang sama antar baris dan kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada UJGD dengan taraf Po.os

SONDJFMAMJJA~SONDJFMAMJJA'SONDJF A M J J A ' s O N D ~ ~ M A & J J A * S (gvternber) adatah data se e urn pe a "an Bulan Tanda bintang berarti berbeda nyata dengan S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A Bulan S (September) adalah data sebekrrn perlakuan Gambar 13. Variasi musiman kadar fosfat anorganik lateks masing-masing klon dengan sistem eksploitasi EO, E 1 dan E2

Kadar FA lateks nyata dipengaruhi oleh faktor klon pada bulan Oktober, November dan Desember (Tabel Lampiran 8); dan oleh faktor sistem eksploitasi pada bulan Nopember, Januari, Februari, Juni dan Agustus (Tabel Lampiran 9). Variasi musiman kadar FA setiap klon dengan tiga sistem eksploitasi disajikan pada Gambar 13. Fluktuasi kadar FA lateks masing-masing klon mempunyai pola yang mirip dan cenderung meningkat pada periode pertengahan hingga akhir penelitian kecuali pada LCB 1320 yang relatif konstan. Dilihat pada ketiga sistem eksploitasi, kadar FA terendah (7.61-7.95 mm) tejadi pada bulan Desember, dan kadar FA tertinggi (15.68-22.50 mm) te jadi pada periode Juni - Agustus. Perbedaan perlakuan & dengan El dan E2 adalah pada bulan November yang tingi (15.47 mm) pada & dan rendah (8.96-9.54 mm) pada El dan EZ. Dengan analisis setiap klon, perlakuan stimulasi nyata menurunkan kadar FA yakni AVROS 2037 pada bulan April, PR 261 pada bulan April dan Juli, RRIM 712 pada bulan Februari dan Maret, BPM 1 pada bulan Agustus, dan LCB 1320 pada bulan Maret dan Juli (Tabel Lampiran 14). Kadar Ti01 Kadar ti01 lateks terlihat lebih dipengaruhi oleh faktor klon dibandingkan dengan oleh faktor sistem eksploitasi (Tabel 9). Pada penyadapan 2 hari sekali tanpa etepon (&) kadar ti01 terendah (0.41 mm) te rjadi pada AVROS 2037, sedangkan klon yang lain cukup tinggi, dan tertinggi (0.60 mm) te rjadi pada PR 261. Klon PR 261 juga mempunyai ti01 tertinggi (0.59 rnm) pada penyadapan 3 hari sekali dengan

etepon 2.5 dan 5.0% (El dan E2), sedangkan yang terendah (0.41-0.44 mm) di antaranya te rjadi pada PR 228, BPM 24 dan BPM 1. Tabel 9. Pengaruh klon dan sistem eksploitasi terhadap kadar ti01 lateks Klon Eo El E2 AVROS2037 BPM24 PR261 ~ ~ 1 ~ 7 1 2 GTI BPMI PR228 LCB1320 e abcde a abcde abcd abcd abcde abcde abcde de ab abcde slbcde abcde e abcde bcde abcde ab abcde bcde dd cde abcde Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama antar baris dan kolom menunjukkan tidak berbeda nyata pada UJGD dengan taraf Po.os Ditinjau dari faktor Mon, fluktuasi kadar ti01 lateks nyata pada bulan Oktober dan Agustus (Tabel Larnpiran 8); sedangkan bila ditinjau dari perlakuan eksploitasi nyata pada bulan Desember, Februari clan Mei (Tabel Larnpiran 9). Pada ketiga sistem eksploitasi, kadar ti01 tinggi (0.67-0.81 mm) pada bulan Maret - April dan rendah atau kritis (0.21-0.48 mm) pada bulan Februari dan Mei. Variasi musiman kadar ti01 setiap klon dengan perlakuan eksploitasi disajikan pada Gambar 14. Respons kadar ti01 masing-masing klon memiliki pola yang mirip atau tidak spesifik klon. Pada analisis setiap klon, perlakuan stimulasi nyata membedakan kadar ti01 yakni AVROS 2037 pada bulan Juni, BPM 24 pada bulan April clan Mei, PR 261

S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A 8 O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A Bulan S (September) adalah data sebelum perlakuan * Tanda bintang berarti berbeda nyata dengan taraf P< 0.05 S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S (September) adalah data sebelum perlakuan Bulan Gambar 14. Variasi musiman kadar ti01 lateks masing-masing klon dengan sistem eks~loitasi EO. El dan E2

pada bulan Oktober dan Februari, dan RRIM 712 pada bulan Desember. Sementara untuk GT 1 ha1 tersebut te jadi pada bulan Juli, BPM 1 pada bulan Februari dan Mei, PR 228 pada bulan Februari dan Juli, dan LCB 1320 pada bulan Desember (Tabel Lampiran 15). Aktivitas Superoksida Dismutase (SOD) Analisis ragam menunjukkan bahwa hanya faktor tunggal perlakuan klon yang nyata mempengaruhi aktivitas SOD dalarn lateks (Tabel 10). Aktivitas SOD tinggi (0.70-0.79 unit) dijumpai pada AVROS 2037, BPM 24 dan PR 261; sedang (0.50-0.58 unit) pada GT 1, BPM 1 dan PR 228; dan terendah (0.42 unit) pada RRIM 712 dan LCB 1320. Tabel 10. Pengaruh klon terhadap aktivitas enzim superoksida dismutase KLON AVROS2037 BPM24 PR261 RRIM712 GT1 BPMl PR228 LCB1320 SOD (unit) 0.74 ab 0.70 ab 0.79 a 0.42 c 0.54 abc 0.58 bc 0.50 bc 0.42 c Catatan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada UJGD dengan taraf Po.os

Produksi Etilen Hasil analisis ragam produksi etilen hanya menunjukkan pengaruh nyata faktor tunggal sistem eksploitasi. Pemberian etepon nyata meningkatkan produksi etilen dari 0.139 nmol/g'jarn pada kontrol (G) menjadi 1.788 dan 2.812 nmol/g/jam berturut-turut pada perlakuan dengan etepon 2.5% (El) dan 5.0% (E2). Gambar 15. Variasi musiman produksi etilen pada tiga sistem eksploitasi Fluktuasi bulanan produksi etilen pada masing-masing perlakuan sistem eksploitasi disajikan pada Gambar 15. Pengaruh perlakuan stimulasi etepon 2.5% dan 5.0% terhadap produksi etilen terlihat nyata khususnya pada bulan Oktober, Maret, Mei, Juni dan Agustus. Kisaran produksi etilen pada & rendah yakni 0.085-0.325 nmol/g/jam, sedangkan pada perlakuan stimulasi menjadi lebih tinggi yakni 1.297-6.791 nrnol/g/jam padael dan 1.970-8.915 nrnovg'jam pada E2.

mdar ACC 62 Hasil analisis ragam kadar ACC bebas menunjukkan pengaruh nyata faktor tunggal klon dan sistem eksploitasi. Kadar ACC dalam jaringan kulit pohon karet klon AVROS 2037 adalah 60 nmovg sedangkan pada BPM 24 lebih tinggi yakni 104 nmovg. Pemberian etepon nyata meningkatkan kadar ACC dari 42.5 nmovg pada kontrol (b) menjadi 132.7 nmovg pada perlakuan etepon 5.0% (E2). Perlakuan etepon 2.5% (El) meskipun meningkatkan ACC menjadi 70.8 nmovg tetapi secara statistik masih belum berbeda nyata terhadap kontrol (b). BPM 24 8" tjm u fm im 31, Y loo 0 0 DPS Jan Feb Mar Apr Mei Ags Des Jan Feb Mar Apr Mei Ags Bulan Bulan Gambar 16. Variasi musiman kadar ACC ketiga sistem eksploitasi klon AVROS 2037 dan BPM 24 Kadar ACC rata-rata kedua klon berfluktuasi selama beberapa bulan pengamatan (Gambar 16). Perlakuan stimulasi dengan etepon 2.5 % dan 5.0% (El dan E2) terlihat meningkatkan kadar ACC pada setiap bulan pengamatan. Peningkatan umum kadar ACC secara progresif terlihat mulai bulan Januari hingga Mei, tetapi pada pengamatan akhir (Agustus) kadar ACC menurun lagi..

Aktivitas ACC-oksidase Secara statistik perbedaan klon dan perlakuan sistem eksploitasi tidak nyata berpengaruh terhadap aktivitas enzim ACC-oksidase, tetapi pada klon AVROS 2037 terlihat bahwa pemberian stimulan etepon 2.5-5.0% (El dan E2) meningkatkan 5-9 kali nilai aktivitas ACC-oksidase dari 0.066 nmol/g/jam pada & menjadi 0.313-0.609 nmol/g/jam. Pada BPM 24, relatif tidak te jadi perubahan aktivitas ACCoksidase (Tabel 11). Tabel 1 1. Pengaruh sistem eksploitasi terhadap aktivitas ACC-oksidase 2 klon karet I ltlon Aktivitas ACC-oksidase (nmovg/jam) Eo El E2 (W S dl2) (W S dl3.et2.5%) (W S dl3.et5.0%) Des Jan Feb Ags Bulan Gambar 17. Variasi musiman aktivitas ACC-oksidase pada ketiga sistem eksploitasi

Aktivitas ACC-oksidase rata-rata kedua klon berfluktuasi pada beberapa bulan pengamatan (Gambar 17). Perlakuan stimulasi dengan etepon 2.5 % dan 5.0% (El dan E2) terlihat meningkatkan aktivitas enzim, kecuali pada bulan Desember. Pola Pita Protein Protein dari fiaksi serum-c pada masing-masing klon dengan perlakuan sistem eksploitasi telah dihasilkan melalui analisis SDS-PAGE dari contoh lateks bulan Desember, Maret, Juli dan Agustus. Umumnya protein dari M i serum-c terlihat sebagai pita-pita tipis dalam jumlah yang banyak. Khusus pada bobot molekul (BM) sekitar 27 kda terlihat perbedaan khas antar perlakuan sistem eksploitasi pada beberapa klon, sedangkan pada BM sekitar 30 kda hanya khas pada klon PR 228 (Tabel 12 dan Gambar 18). Tabel 12. Pola pita protein yang muncul khas pada SDS-PAGE fiaksi serum-c beberapa klon dengan perlakuan I%, El dah E2 Pola pita protein pada Sistem Eksploitasi Klon BM (kda) El E 1 E2 1. AVROS 2037 27 ++ +++ + 2. BPM 24 27 - - + 3. GT 1 27 ++ ++ +++ 4. BPM 1 27 + +++ ++ 5. PR 261 27 +++ + + 6. PR 228 27 ++ +++ ++ 7. PR 228 30 ++ - - Keterangan: Tanda (-) tidak ada pita, (+) ada pita protein dan dengan kelipatan berarti makin tebal Dari fraksi lutoid, protein yang dihasilkan terlihat sebagai pita-pita yang tebal dan jumlahnya tidak sebanyak protein pada serum-c. Narnun demikian, elektroforesis

pada klon GT 1 dengan phi 4.7, 5.8 dan 7.2; BPM 24 dengan phi 5.8 dan 7.2; AVROS 2037 dengan phi 5.8; dan BPM 1 dengan phi 5.8. Visualisasi protein dari gel hasil IEF beberapa klon clan perlakuan eksploitasi disajikan pada Gambar 20. Melalui analisis SDS-PAGE-2D dapat diperkirakan protein spesifik yang muncul oleh perlakuan stimulasi etepon addah pada BM sekitar 35 kda clan 70 kda dan keduanya dengan phi 5.8 (Gambar 21). Tabel 13. Penyebaran pita protein dari fraksi lutoid masing-masing klon dengan perlakuan eksploitasi No. PERLAKUAN Perkiraan BM (ma) 22. LCB1320& - - 23. LCB 1320/E1 + + 24. LCB 1 320/E2 + + Keterangan: Tanda (-) tidak ada pita, (+) ada pita protein dan dengan kelipatan berarti makin tebal, kolom kosong ( ) berarti tidak ada perbedaan