EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato.

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian-uraian yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

RINGKASAN REKONSILIASI FISKAL

Oleh Iwan Sidharta, MM.

CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian

PT PETA DAFTAR JURNAL KOREKSI DAN REKLASIFIKASI TAHUN 2012 No. Keterangan Ref. KK Debit 1 Bank BINI C 13,500,000 Piutang dagang

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. III. 1. Sejarah Singkat Perkembangan Perusahaan. PI adalah perusahaan yang berbadan hukum CV (Commanditaire

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL DAN FISKAL. Amanita Novi Yushita

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis

BAB III METODOLOGI ANALISIS

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA. pesat guna meningkatkan standar hidup berbangsa dan bernegara. Semua pihak baik

PPh Pasal 21 yang harus dipotong 8,556,000 6,300,000 37,970,000 3,366,000

bunga dari sistem pembayaran angsuran dan penggantian aktiva tetap.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pajak (tax planning) merupakan proses pengorganisasian yang

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rekonsiliasi Fiskal 4.2 Analisis Pendapatan pada Laporan Laba-Rugi PT Asuransi Jiwa Bringin Life

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

PT HARTADINATA ABADI, Tbk LAPORAN KEUANGAN. Untuk periode enam bulan yang berakhir pada tanggal 30 Juni 2017 dan 2016

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Laba/Rugi Komersial PT Persada Aman Sentosa. sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

IKATAN AKUNTANSI INDONESIA LATIHAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Oleh : Purno Murtopo, S.E., M.Si.

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Agustus 1996, di Jakarta. Lokasi pabrik dan kantor perusahaan ini terletak di jalan

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

ANALISIS TAX PLANNING SEBAGAI PENGHEMATAN BEBAN PAJAK PADA PT. BAHANA NUSANTARA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH PUSKESMAS SAMBILEGI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PT. X SURABAYA PERIODE TAHUN 2007

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK DALAM BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PT.APT

BAB II LANDASAN TEORI. Soemitro, SH (Mardiasmo, 2006) adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat

Kunci Jawaban Siklus Akuntansi_LKS Akuntansi Kota Tangerang Tahun 2014

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada Negara

Transkripsi:

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan kegiatan yang dilakukan perusahaan. Mengacu pada teori yang telah diuraikan pada Bab II, penulis akan mencoba meninjau Pelaksanaan Pajak Penghasilan pada PT SNI. Agar mendapat gambaran yang lebih jelas tentang keadaan perusahaan, maka berikut ini penulis akan menyajikan Laporan Keuangan PT SNI per 31 Desember 2003. IV.1. Evaluasi Perhitungan atas Pendapatan. Evaluasi pajak ini dimaksudkan agar transaksi-transaksi keuangan yang terjadi dapat disesuaikan dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Sehingga rekonsiliasi yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan antara akuntansi komersial dan akuntansi fiskal dapat dilakukan sepenuhnya dan berkesinambungan. Pada PT SNI penghasilan terbagi menjadi Pendapatan Operasional dan Pendapatan lain lain. Berdasarkan kategori ini Evaluasi Perhitungan atas Pendapatan diuraikan sebagai berikut : a. Penjualan Penjualan merupakan kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh penghasilan, yang bergerak di bidang restoran. Penjualan ini dilakukan PT 36

SNI di lokasi Jakarta. Penjualan Bersih yang diperoleh perusahaan selama Tahun 2003 sebesar Rp 3.114.931.501. Pendapatan dari penjualan diakui dengan menggunakan asas akrual. Penerapan ini dimaksudkan agar ada kesamaan antara pelaporan akuntansi komersial dan akuntansi fiskal sehingga koreksi fiskal dapat dihindari sedini mungkin. b. Pendapatan lain lain Total Pendapatan Lain lain sebesar Rp 138.264.006. Pendapatan lain lain merupakan akun untuk menampung kegiatan yang bukan merupakan bagian dari kegiatan usaha perusahaan, seperti keuntungan selisih kurs mata uang asing, pendapatan bunga bank, laba penjualan aktiva tetap. Berdasarkan dalam data Laporan Laba Rugi dan keterangan dari pejabat perusahaan yang berwenang, perencanaan pajak penghasilan terhadap pendapatan lain lain dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Keuntungan selisih kurs mata uang asing sebesar Rp 187.826.282 terjadi karena adanya transaksi penerimaan dari Valuta asing ke rupiah. Keuntungan selisih kurs mata uang asing yang diperoleh perusahaan dari deposito mata uang asing milik perusahaan atau pendapatan ini diakui dan dicatat dengan menggunakan metode realisasi, artinya keuntungan dari selisih kurs mata uang asing diakui pada saat jatuh tempo pembayaran piutang tersebut. Penerapan ini dapat dilakukan mengingat kurs Valuta asing sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun. Menurut peraturan perpajakan, wajib pajak dapat memilih dua metode yang diberikan yaitu 37

menggunakan Kurs Tetap atau Kurs Tengah Bank Indonesia. Dengan menggunakan Kurs Tetap, keuntungan dan kerugian diakui pada saat realisasi pembayaran atau jatuh tempo. Sedangkan dengan menggunakan Kurs Tengah Bank Indonesia, wajib pajak dapat mengakui keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing tersebut pada tiap akhir tahun buku berdasarkan Kurs Tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca, penghasilan dari selisih Kurs mata uang asing ini merupakan Objek Pajak Penghasilan Pasal 25 ( Badan ). Penggunaan kurs tetap sangatlah memakan waktu yang cukup lama untuk mengakui keuntungan atas selisih kurs mata uang asing tersebut. Disamping itu, untuk perusahaan yang mempunyai arus kas kurang baik, penggunaan kurs tetap sangatlah menghambat perusahaan dalam mengelola kasnya, karena risiko yang ditanggung cukup tinggi dan pengakuan keuntungannya yang terlalu lama. Namun, dari segi perpajakan, penerapan metode kurs tetap dalam pengakuan keuntungan selisih kurs valuta asing akan sangat membantu perusahaan dalam perhitungan Penghasilan Kena Pajaknya karena keuntungan itu baru diakui pada saat pembayaran dilakukan. Dengan demikian terjadi penghematan pajak. 2. Pendapatan Bunga Bank Pendapatan bunga bank sebesar Rp 4.406.312 merupakan akun untuk mencatat pendapatan bunga deposito milik perusahaan. Pendapatan ini diakui dan dicatat dengan menggunakan metode akrual. Pendapatan ini 38

dalam Laporan Keuangan Komersial dimasukkan seluruhnya secara bruto. Sedangkan dalam Laporan Keuangan Fiskal, jumlah pendapatan ini tidak dimasukkan kerena pendapatan bunga dari deposito telah dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final. Untuk pendapatan ini, PT SNI telah melakukan Koreksi Fiskal di Laporan Keuangan sebesar 4.406.312 3. Laba (Rugi) atas penjualan aktiva. Laba (Rugi) penjualan aktiva sebesar Rp 125.000 merupakan akun untuk mencatat penghasilan atas penjualan aktiva yang dimiliki perusahaan. Pendapatan ini dicatat dengan menggunakan metode akrual pada tahun 2002 tidak terdapat kesalahan pencatatan pada akun laba Penjualan aktiva. Oleh karena itu PT SNI tidak perlu melakukan Koreksi Fiskal atas akun laba penjualan tersebut. 4. Beban Bunga Beban bunga sebesar Rp 69.879.315 5. Pendapatan Lain lain Pendapatan lain lain sebesar Rp 15.785.727 IV.2. Evaluasi Perhitungan atas Harga Pokok Penjualan Penilaian persediaan yang dilakukan oleh PT SNI dengan menggunakan metode FIFO (First In First Out). Penilaian persediaan ini sesuai dengan Ketentuan Perpajakan yang berlaku dalam penentuan metode persediaan yaitu sesuai dengan Undang undang Pajak Penghasilan Pasal 10 ayat (6). Sehingga Harga Pokok Penjualan tidak perlu dilakukan koreksi. 39

Perhitungan Harga Pokok Penjualan adalah sebagai berikut : Persediaan Barang Dagang 1.491.076.966 Pembeliaan 855.273.841 Barang tersedia untuk dijual 2.346.350.807 Persediaan Akhir 15.501.341 Harga Pokok Penjualan 2.330.849.493 IV.3. Evaluasi Perhitungan atas Biaya PT SNI merupakan perusahaan yang bergerak di bidang restoran, maka dalam pembukuan transaksi beban terdapat Harga Pokok Penjualan, Beban Operasi. Pengeluaran pengeluaran tersebut merupakan pengurang bagi Penghasilan Bruto sesuai dengan kelompoknya masing masing. Penerapan Pajak PT SNI atas semua transaksi bebannya adalah dengan menggunakan metode accrual dan penandingan pendapatan terhadap beban. Namun, karena perlakuan yang berbeda antar akuntansi komersial dengan akuntansi fiskal menyebabkan perlu adanya rekonsiliasi atas semua transaski bebannya agar sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku. Penerapan atas transaksi biaya didasarkan atas metode dan pengakuan beban, peraturan perpajakan yang berlaku, serta bukti fisik yang mendukung transaksi pengeluaran beban tersebut. Beban beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu beban yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun. 40

Beban yang mempunyai masa manfaat yang lebih dari satu tahun pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui amortisasi. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari satu tahun adalah biaya yang terjadi selama tahun yang bersangkutan seperti biaya gaji, biaya administrasi bank dan bunga. Selama tahun 2003 PT SNI melakukan beberapa koreksi fiskal terhadap akun beban yang terdapat dalam Laporan Keuangan Komersialnya. Untuk lebih jelasnya, maka berikut ini diuraikan mengenai Evaluasi atas masing masing akun beban yang terjadi selama tahun 2003. Beban Usaha Beban Usaha merupakan kelompok untuk mencatat pengeluaran pengeluaran PT SNI yang terjadi selama satu periode pembukuan dan terkait langsung dengan kegiatan operasi perusahaan. Metode yang digunakan dalam pengakuan beban adalah metode akrual. Kelompok beban usaha yang terdapat dalam PT SNI, diklasifikasikan ke dalam beberapa akun, yaitu : 1. Biaya Karyawan Biaya karyawan sebesar Rp 449.430.338 merupakan akun untuk mencatat Pembayaran Gaji Rp 309.638.788 Unsur biaya gaji tersebut telah sesuai dengan Ketentuan perpajakan dan telah sesuai dengan SPT 1721. Biaya Makan Rp 36.000.000 Biaya makan yang diberikan yakni dalam bentuk uang, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp 36.000.000 41

THR Rp 24.684.700 Pada akhir tahun, perusahaan memberikan dalam bentuk tunjangan berupa uang, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal. Bonus Rp 16.953.300 Bonus yang diberikan sesuai dengan peraturan perpajakan, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal. Transport Rp 25.920.000 Transport diberikan dalam bentuk fasilitas yakni penyediaan bus antar jemput karyawan, karena biaya transport yang diberikan tidak dalam bentuk uang tunai, maka dilakukan koreksi fiskal.. Pengobatan Rp 36.233.600 Biaya pengobatan kesehatan pegawai mengalami koreksi fiskal secara keseluruhan sebesar Rp 36.233.600. Hal ini terjadi karena perusahaan menyediakan klinik gratis. 2. Biaya Training Biaya pelatihan sebesar Rp 4.609.100 merupakan akun untuk mencatat pengeluaran yang berhubungan dengan kegiatan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan karyawan dalam rangka peningkatan kualitas dan produktivitas kerja karyawan dengan bekerja sama dengan pihak lain. Biaya pelatihan ini juga ditujukan untuk juru masak agar menciptakan suatu cipta rasa yang baru dan terobosan baru suatu masakan. 42

Selama tahun 2003 PT SNI telah membiayakan seluruh pengeluaran biaya pelatihan sebagai pengurang penghasilan bruto, sehingga tidak ada koreksi fiskal atas biaya pelatihan 3. Beban Penyusutan Biaya penyusutan sebesar Rp 43.208.582 yang merupakan biaya penyusutan atas aktiva tetap perusahaan terdiri dari penyusutan kendaraan sebesar Rp 19.601.923 dan penyusutan aktiva tetap sebesar Rp 23.606.659. Dalam pencatatan atau pengakuan Biaya Penyusutan Bagian Operasi PT SNI menggunakan asas akrual. Terdapat dua metode yang dapat digunakan dalam menghitung penyusutan menurut Undang undang Perpajakan, yakni metode garis lurus, dan metode saldo menurun. Pemilihan metode penyusutan untuk satu perusahaan berbeda dengan perusahaan lainnya, tergantung pada kondisi keuangan perusahaan PT SNI menerapkan metode garis lurus untuk menghitung besarnya penyusutan baik untuk gedung, kendaraan, maupun peralatan. Penggunaan metode tersebut dilakukan secara taat asas dan konsisten dengan memperhatikan perhitungan laba rugi pada masa yang akan dating. Setiap perubahan penggunaaan metode penyusutan harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direktorat Jenderal Pajak. 4. Biaya Reparasi dan Maintenance Biaya reparasi dan maintenance sebesar 10.711.248 merupakan akun untuk mencatat pengeluaran perbaikan dan pemeliharaan mesin, kendaraan dan peralatan kantor yang rusak. Bagian ini terdiri dari biaya perbaikan 43

kendaraan sebesar Rp 5.869.751, dan perbaikan inventoris kantor sebesar Rp 4.841.497 5. Biaya Asuransi Biaya asuransi sebesar Rp 34.095.876 merupakan akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan dalam rangka membayar asuransi karyawan yang ditanggungnya meliputi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan. Selama tahun 2003 perusahaan telah membebankan seluruh pengeluaran biaya asuransi dengan benar, sehingga dapat dikurangkan sebagai penghasilan brutonya. 6. Biaya Konsultan, Notaris, dan Profesional Biaya Konsultan, Notaris, dan Professional sebesar Rp 10.237.500 merupakan akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan untuk jasa jasa yang diberikan oleh pihak konsultan, notaris, dan professional. Jasa jasa mereka diperlukan untuk membantu perusahaan dalam melaksanakan kewajiban akuntansi dan perpajakan berupa bantuan dan nasehat hukum. PT SNI, selama tahun 2003 telah membebankan seluruh biaya konsultan, notaris, dan profesional sebagai pengurang dalam Penghasilan Bruto perusahaan, sehingga tidak ada koreksi fiskal atas beban ini. 7. Biaya Perjalanan Kantor Biaya Perjalanan Kantor sebesar Rp 17.788.850 merupakan pengurang perusahaan berupa uang perjalanan dinas kepada pegawai apabila mendapat penugasan dari perusahaan untuk melakukan pekerjaan di luar kantor, uang perjalanan di pergunakan untuk membeli tiket bus, kereta api, pesawat 44

akomodasi, uang saku selama dinas, serta asuransi perjalanan. Bagi perjalanan ke luar negeri PT SNI membayarkan uang fiskal sesuai tarif yang ditentukan. Uang ini diberikan kepada karyawan dalam bentuk uang muka dan harus dibuat laporan pertanggungjawabannya setelah mereka menyelesaikan perjalanannya. Dalam uang perjalanan yang diberikan termasuk diantaranya pemberian uang saku selama perjalanan dan atas pemberian ini telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh PT SNI. Selama tahun 2003 bukti pendukung atas biaya perjalanan sudah lengkap seperti bukti pembayaran tiket, bukti pengisisan bahan bakar transportasi dan sudah dibiayakan sebagai pengurang Penghasilan Bruto. 8. Biaya Telepon Biaya telepon sebesar Rp 7.960.683 merupakan akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan untuk kebutuhan komunikasi antara Bagian Operasi dengan pihak kantor atau sebaliknya serta komunikasi untuk kepentingan bisnis perusahaan lainnya seperti komunikasi dengan klien dan pihak yang ada kaitannya dengan perusahaan. Biaya telepon ini meliputi pembayaran uang telephone, faksimile, dan internet. Selama tahun 2003, PT SNI telah membebankan seluruh biaya telepon sebagai pengurang Penghasilan Bruto perusahaan, sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. 45

9. Biaya Perlengkapan Biaya perlengkapan digunakan perusahaan untuk menunjang kegiatan operasi perusahaan, sehingga biaya perlengkapan sebesar Rp 52.808.148 mengurangi penghasilan bruto perusahaan. 10. Biaya Listrik dan Air Biaya Listrik dan Air sebesar Rp 4.563.619 merupakan akun mencatat pembayaran rutin listrik dan air perusahaan selama satu periode. Selama tahun 2003, PT SNI telah membebankan seluruh Biaya Listrik dan Air sebagai pengurang Penghasilan Bruto sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. Menurut penulis, perusahaan dapat membiayakan seluruh pengeluran ini apabila disertai dengan bukti pendukungnya. 11. Biaya Alat Tulis dan Cetak Pengeluaran pengeluaran atas pembelian alat alat tulis dan cetak sebesar Rp 28.261.337 untuk mendukung kegiatan administrasi perusahaan tercatat dalam akun ini. Perusahaan menggunakan asas akrual dalam pencatatan biaya alat alat tulis dan cetak. Seluruh pengeluaran ini telah dibebankan sebagai pengurang Penghasilan Bruto tahun 2003 dan tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. Sesuai dengan Ketentuan Perpajakan semua biaya yang digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan harus didukung dengan bukti yang kuat. Menurut penulis pembebanan atas biaya alat alat tulis dan cetak pada tahun 2003 sudah didukung oleh bukti yang lengkap dan wajar, juga sudah 46

dikurangkan dari penghasilan bruto PT SNI sehingga koreksi fiskal tidak perlu dilakukan. 12. Biaya Iuran dan Majalah Pencatatan akun untuk biaya biaya seperti iuran RT, iuran keamanan, iuran kebersihan, langganan koran, majalah merupakan bagian dari Biaya Iuran dan Majalah. Menurut penulis, Biaya Iuran dan Majalah pada PT SNI selama tahun 2003 belum disertai dengan lengkap bukti pendukung sehingga ada koreksi fiskal atas akun ini sebesar Rp 10.160.320 13. Biaya Perjamuan Dalam akun ini tercatat biaya biaya yang berhubungan dengan pemberian kenikmatan pada pihak ketiga berupa entertainment atau jamuan. Menurut pejabat perusahaan yang berwenang, pengeluaran berupa entertainment ini sangat mendukung dalam meningkatkan penjualan perusahaan. Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ 22/1986 tanggal 14 Juli 1986 setiap pengeluaran dalam bentuk entertainment / jamuan tamu dapat dibiayakan sepanjang masih terkait dengan kegiatan operasi perusahaan dan dibuatkan daftar nominatifnya. Daftar nominative tersebut harus dilaporkan pada saat penyampaian SPT Tahunan PPh Badan. Bila tidak memungkinkan untuk membuat daftar nominative, maka PT SNI harus melakukan koreksi fiskal. Selama Tahun 2003 PT SNI tidak membuat daftar nominative atas pengeluaran jamuan dikarenakan bukti yang kurang lengkap. Seperti tidak 47

tecantum daftar nama klien yang bersangkutan dengan alasan tidak etis. Oleh karena itu, sesuai dengan Ketentuan perpajakan dengan tidak dibuatnya daftar nominative atas pengeluaran biaya perjamuan, maka PT SNI harus melakukan koreksi fiskal sebesar Rp 13.515.280 14. Biaya Dokumentasi PT SNI selama Tahun 2003 telah membukukan semua biaya dokumentasi sebesar Rp 1.742.218 dengan bukti pendukung yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan secara wajar, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal atas biaya dokumentasi. 15. Biaya Lisensi & Pajak Biaya Lisensi & Pajak sebesar Rp 21.553.219 untuk mencatat pengeluaran rutin surat surat kendaraan perusahaan seperti perpanjangan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan), perpanjangan keur mobil, perpanjangan SIM supir. Selama tahun 2003.sudah dilengkapi dengan dokumen pendukung, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal. 16. Biaya Administrasi Bank Biaya Administrasi Bank sebesar Rp 5.164.995 merupakan akun untuk mencatat semua pengeluaran perusahaan sehubungan dengan kegiatan perusahaan yang terdapat di Bank, seperti biaya transfer, biaya administrasi bulanan, biaya buku giro, biaya denda atas keterlambatan pembayaran perusahaan menggunakan asas akrual dalam pengakuan dan pencatatan biaya administrasi bank. 48

Selama tahun 2003, PT SNI tidak perlu melakukan koreksi fiskal karena perusahaan telah membebankan seluruh pengeluaran Biaya Administrasi Bank sebagai pengurang Penghasilan Bruto. Menurut penulis, PT SNI telah benar membiayakan seluruh pengeluaran Biaya Administrasi Bank sebagai pengurang Penghasilan Bruto perusahaan, kecuali biaya yang berhubungan dengan Objek Pajak Penghasilan Final atas pendapatan bunga bank yang diberikan kepada perusahaan. 17. Biaya Promosi Biaya promosi sebesar Rp 41.983.463 merupakan akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan dalam rangka memperkenalkan dan mempromosikan produk baru melalui percetakan selebaran, iklan surat kabar, majalah, dan pembelian voucher. PT SNI menggunakan asas akrual dalam pengakuan dan pencatatan biaya promosi dan seluruh biaya tersebut telah dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan selama tahun 2003. perusahaan tidak perlu melakukan koreksi fiskal. 18. Hadiah & Sumbangan Biaya hadiah dan sumbangan sebesar Rp 15.297.239 adalah akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan dalam rangka ikut berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan di lokasi dimana perusahaan berada, seperti sumbangan uang keamanan untuk penjaga keamanan pada saat hari raya, sumbangan bencana alam, sumbangan untuk yayasan amal pendidikan. Untuk tahun 2003, PT SNI melakukan koreksi fiskal atas akun Biaya Hadiah dan Sumbangan karena hadiah dan sumbangan bukan merupakan pengurang 49

Penghasilan Bruto. Ketentuan Perpajakan menghendaki agar pemberian hadiah dan sumbangan mempunyai tempat yang setara dengan pemakaian penghasilan. Oleh karena itu, berbeda dengan perlakuan komersial, pengeluaran itu bukan merupakan pengurang penghasilan pemberi. Namun, ketentuan itu hanya berlaku terhadap bantuan dan sumbangan yang pemberiannya tidak diwarnai oleh hubungan kerja, usaha, pemilikan atau penguasaan antara pemberi dan penerima. Selain itu, untuk hibah ditambahkan pemberian dilakukan kepada badan keagamaan, sosial, pendidikan, dan pengusaha kecil. 19. Biaya Penelitian Biaya penelitian sebesar Rp 47.587.708 merupakan akun untuk mencatat pengeluaran perusahaan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Menurut Pejabat Perusahaan, biaya penelitian ini penting untuk menunjang kesinambungan penemuan produk baru yang unggul di pasaran. Pengakuan dan pencatatan biaya ini berdasarkan metode akrual. Selama tahun 2003, PT SNI telah membebankan seluruh biaya penelitian sebagai pengurang penghasilan bruto sehingga tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. 20. Biaya Rupa rupa Biaya rupa rupa akun sebesar Rp 6.723.447 untuk mencatat pengeluaran yang terkait dengan usaha operasional perusahaan, seperti pembelian air minum, kopi, gula, dan minuman serta makanan lainnya. Perhitungan laba rugi perusahaan dalam akun biaya rupa rupa. Menurut penulis, dapat 50

membiayakan seluruh pengeluaran operasional perusahaan sepanjang didukung bukti bukti pendukung yang sah dan wajar. Koreksi Fiskal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Koreksi Fiskal Positif Koreksi Fiskal Positif yaitu koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak bertambah sebagai akibat beban menurut akuntasi tidak diakui sebagai beban menurut pajak. Koreksi Fiskal Positif yang dilakukan PT SNI adalah sebagai berikut : a. Transport Transport diberikan dalam bentuk fasilitas yakni penyediaan bus antar jemput karyawan, karena biaya transport yang diberikan tidak dalam bentuk uang tunai, maka dilakukan koreksi fiskal sebesar Rp 25.920.000 b. Pengobatan Biaya pengobatan kesehatan pegawai mengalami koreksi fiskal secara keseluruhan sebesar Rp 36.233.600. Hal ini terjadi karena pengobatan yang diberikan perusahaan dalam bentuk natura, yakni menyediakan klinik gratis. c. Penyusutan kendaraan Terhadap biaya penyusutan kendaraan, harus dilakukan koreksi fiskal sebesar 50 % sesuai Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-220/PJ/2002. Unsur biaya penyusutan kendaraan PT SNI sebesar Rp 19.601.923 terdapat 51

koreksi fiskal sebesar Rp 9.800.962 sehingga biaya penyusutan kendaraan dalam laporan keuangan fiskal adalah Rp 9.800.962. d. Perbaikan Kendaraan Dalam unsur biaya perbaikan dan perawatan, terdapat biaya perbaikan kendaraan sebesar Rp 5.869.751 dan terhadap biaya perbaikan kendaraan dikoreksi fiskal positif sebesar 50 %, yaitu Rp 2.934.876 yang sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-220/PJ/2002. Sehingga biaya perbaikan kendaraan dalam laporan keuangan fiskal adalah sebesar Rp 2.934.876. e. Iuran dan Majalah Biaya Iuran dan Majalah pada PT SNI selama tahun 2003 belum disertai dengan lengkap bukti pendukung sehingga ada koreksi fiskal atas akun ini sebesar Rp 10.160.320 f. Biaya Perjamuan Selama Tahun 2003 PT SNI tidak membuat daftar nominative atas pengeluaran jamuan dikarenakan bukti yang kurang lengkap. Seperti tidak tecantum daftar nama klien yang bersangkutan dengan alasan tidak etis. Oleh karena itu, sesuai dengan Ketentuan perpajakan dengan tidak dibuatnya daftar nominative atas pengeluaran biaya perjamuan, maka PT SNI harus melakukan koreksi fiskal sebesar Rp 13.515.280 g. Hadiah dan Sumbangan PT SNI melakukan koreksi fiskal atas akun Biaya Hadiah dan Sumbangan sebesar 15.297.239 karena hadiah dan sumbangan bukan merupakan 52

pengurang Penghasilan Bruto. Ketentuan Perpajakan menghendaki agar pemberian hadiah dan sumbangan mempunyai tempat yang setara dengan pemakaian penghasilan. Jumlah Koreksi Fiskal Positif : Transport Rp 25.920.000 Pengobatan Rp 36.233.600 Penyusutan Kendaraan Rp 9.800.962 Perbaikan Kendaraaan Rp 2.934.876 Iuran dan Majalah Rp 10.160.320 Biaya Perjamuan Rp 13.515.280 Hadiah dan sumbangan Rp 15.297.239 Total Koreksi Fiskal Rp 113.862.277 2) Beda Tetap dan Waktu Koreksi yang terjadi pada Laporan Keuangan PT SNI dapat diklasifikasikan kedalam dua perbedaan yaitu : o Perbedaaan Tetap Terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan menurut SAK. Perbedaaan tetap negatif yang terdapat pada PT SNI adalah : 1. Koreksi Biaya Transport sebesar Rp 25.920.000 2. Koreksi Biaya Pengobatan sebesar Rp 36.233.600 3. Koreksi Biaya Perbaikan Kendaraan sebesar Rp 2.934.876 4. Koreksi Iuran dan Majalah sebesar Rp 10.160.320 53

5. Koreksi Biaya Perjamuan sebesar Rp 13.515.280 6. Koreksi Hadiah dan Sumbangan sebesar Rp 15.297.239 Perbedaan Tetap negatif disebabkan karena adanya pengeluaran pengeluaran yang dicatat di Laporan Keuangan Komersial sebagai beban laba akuntansi tetapi tidak diakui oleh Ketentuan Fiskal. o Perbedaan Waktu Terdapat perbedaan waktu negatif dalam pengakuan biaya penyusutan karena pengakuan beban menurut Ketentuan Perpajakan lebih lambat dari pengakuan beban akuntansi komersial. Koreksi biaya penyusutan kendaraan sebesar Rp 9.800.962. Setelah dilakukan koreksi, terdapat selisih perhitungan antara Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal. Dalam Laporan Keuangan Komersial mengakui penghasilan sebesar Rp 94.942.839 sedangkan menurut Laporan Keuangan Fiskal penghasilan sebesar Rp 204.398.804. Besarnya Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan tarif umum : 10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 30 % x Rp 104.398.804 = Rp 31.319.641 Jumlah PPh yang terutang = Rp 43.819.641 Pembulatan = Rp 641 Jumlah PPh yang terutang = Rp 43.819.000 54

IV.4. Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 25 Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pajak atas penghasilan dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap masa pajak yang besarnya ditentukan oleh jumlah pajak yang terutang pada tahun sebelumnya dikurangi dengan PPh Pasal 22, 23,24 dari tahun pajak yang bersangkutan dibagi dengan 12. PPh Pasal 25 : PPh terutang menurut SPT Tahun lalu (PPh Pasal 22, 23, 24 tahun lalu) 12 PPh Pasal 22 : PT SNI selama beroperasi tahun 2003, tidak melakukan kegiatan import barang dan oleh sebab itu tidak dikenakan PPh Pasal 22. PPh Pasal 23 Transaksi PT SNI yang berkaitan dengan PPh Pasal 23 adalah: Pendapatan Jasa Giro Bank (Bersifat Final) Penggunaan Jasa Akuntansi & Pembukuan Bunga sehubungan dengan jaminan pengembalian hutang Selama tahun 2003 PPh yang telah dibayar oleh perusahaan adalah sebagai berikut : Keterangan Penghasilan ( biaya) PPh Pasal 23 Pendapatan Jasa Bunga Rp 4.406.312 - Penggunaan Jasa Akuntan Rp (10.237.500) Rp 767.813 Total Rp 5.831.188 Rp 767.813 55

PPh Pasal 23 penggunaan jasa akuntan = 50 % x 15 % x 10.237.500 = Rp 767.813 PPh Pasal 24 : PT SNI tidak memiliki penghasilan yang berasal dari luar negeri, sehingga tidak dikenakan PPh Pasal 24. Perhitungan atas angsuran pajak penghasilan adalah sebagai berikut: 1. Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan anggaran Rp 94.942.839 2. Kompensasi Kerugian Rp x 3. Penghasilan Kena Pajak Rp 94.942.839 4. PPh yang terutang Rp 11.741.000 PPh Pasal 29 yang terutang : 10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 15 % x Rp 44.942.839 = Rp 6.741.426 PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 11.741.426 Pembulatan = Rp 426 PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 11.741.000 5. Kredit Pajak tahun lalu atas penghasilan yang termasuk dalam angka 1 Rp 767.813 6. PPh yang harus dibayar sendiri (Rp 11.741.000 Rp 767.813) Rp 10.973.187 7. PPh Pasal 25 ( Rp 10.973.187 / 12) Rp 914.432 Dan untuk perhitungan anggaran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang mengacu pada ketentuan perpajakan yang berlaku adalah : 1) Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan anggaran Rp 204.398.804 56

2) Kompensasi Kerugian Rp x 3) Penghasilan Kena Pajak Rp 204.398.804 4) PPh yang terutang Rp 43.819.000 PPh Pasal 29 yang terutang : 10 % x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000 15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000 30 % x Rp 104.398.804 = Rp 31.319.641 PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 43.819.641 Pembulatan = Rp 641 PPh Pasal 29 yang terutang = Rp 43.819.000 5) Kredit pajak tahun pajak lalu atas penghasilan yang termasuk dalam angka 1 Rp 767.813 6) PPh yang harus dibayar sendiri (Rp 43.819.000 Rp 767.813) Rp 43.051.187 7) PPh Pasal 25 ( Rp 43.051.187 / 12 ) Rp 3.587.598 Dalam perhitungan PPh Pasal 25 antara perusahaan dengan fiskus terdapat perbedaan perhitungan. Perusahaan harus membayar PPh yang terutang sebesar Rp 11.741.000, sedangkan menurut fiskus sebesar Rp 43.819.000. Kredit pajak tahun lalu sebesar Rp 767.813, maka PPh yang harus dibayar sendiri oleh perusahaan setelah dikurangi kredit pajak sebesar Rp 10.973.187, dan menurut fiskus sebesar Rp 43.051.187. 57

TABEL 4.1 Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Komersial dan Fiskal PT SNI Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2003 (dalam rupiah) Keterangan Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Beda Tetap Beda Waktu Penjualan 3,114,931,501 3,114,931,501 Harga Pokok Penjualan 2,330,849,493 2,330,849,493 Laba Kotor 784,082,008 784,082,008 Beban Usaha : Biaya Gaji 309,638,738 309,638,738 Biaya Makan 36,000,000 36,000,000 THR 24,684,700 24,684,700 Bonus 16,953,300 16,953,300 Transport 25,920,000 25,920,000 - Pengobatan 36,233,600 36,233,600 - Biaya Training 4,609,100 4,609,100 Penyusutan Kendaraan 19,601,923 9,800,962 9,800,961 Penyusutan Aktiva Tetap 23,606,659 23,606,659 Perbaikan Kendaraan 5,869,751 2,934,876 2,934,875 Perbaikan Inventoris Kantor 4,841,497 4,841,497 Asuransi 34,095,876 34,095,876 Biaya Konsultan, Notaris, dan Profesional 10,237,500 10,237,500 Biaya Perjalanan Kantor 17,788,850 17,788,850 Biaya Telepon 7,960,688 7,960,688 Biaya Perlengkapan 52,808,148 52,808,148 Listrik & Air 4,563,619 4,563,619 Alat Tulis & Cetak 28,261,337 28,261,337 Iuran & Majalah 10,160,320 10,160,320 - Biaya Perjamuan 13,515,280 13,515,280 - Biaya Dokumentasi 1,742,218 1,742,218 Biaya Lisensi & Pajak 21,553,219 21,553,219 Biaya Administrasi Bank 5,164,995 5,164,995 Promosi 41,983,463 41,983,463 Hadiah & Sumbangan 15,297,239 15,297,239 - Biaya Penelitian 47,587,708 47,587,708 Biaya Rupa - rupa 6,723,447 6,723,447 Sub Total Beban Usaha 827,403,175 713,540,898 Laba Usaha (43,321,167) 70,541,110 Pendapatan (Beban) Lain - lain Pendapatan lain -lain 15,785,727 15,785,727

Pendapatan Bunga 4,406,312 (4,406,312) - Beban Bunga (69,879,315) (69,879,315) Laba Jual Aktiva 125,000 125,000 Laba (Rugi) Selisih Kurs 187,826,282 187,826,282 Total Pendapatan (Beban) 138,264,006 133,857,694 lain-lain Laba (Rugi) Berjalan Sebelum 94,942,839 204,398,804 Pajak Penghasilan 10 % x Rp 50.000.000 5,000,000 Pajak Penghasilan 10 % x Rp 50.000.000 5,000,000 15% x Rp 44.942.839 6,741,426 15 % x Rp 50.000.000 7,500,000 PPh yang terutang (11,741,426) 30 % x Rp 104.398.804 31,319,641 Pembulatan 426 PPh yang terutang (43,819,641) PPh yang terutang (11,741,000) Pembulatan PPh yang terutang 641 (43,819,000) Laba (Rugi) Setelah Pajak 83,201,839 160,579,804