ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN KUPANG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR

Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

IV METODOLOGI PENELITIAN

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

III. METODE PENELITIAN

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI PADI SAWAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRACT

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 2, Agustus 2007 Hal: namun sering harganya melambung tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh nelayan. Pe

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

KEUNTUNGAN RELATIF PRODUK USAHATANI KELAPA TUA DI KECAMATAN AMARASI

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

IV. METODE PENELITIAN

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

III. METODE PENELITIAN

MACAM-MACAM ANALISA USAHATANI

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

ANALISIS SENSITIVITAS

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009)

Oleh: Tobari dan Budi Dharmawan Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 11 September 2004, disetujui: 21 September 2004)

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALYSIS ON COMPETITIVENESS OF ARABICA COFFEE IN NORTH TAPANULI (Case Study: Bahal Batu III Village, Siborong-borong Subdistrict)

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA. Kustiawati Ningsih

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 1 Juni 2008)

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUKOMUKO (STUDI KASUS DESA BUMI MULYA)

Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Beras Organik Ekspor (Suatu Kasus di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya)

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

ARTIKEL KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN KOMPARATIF KOMODITI JAGUNG PIPIL DI MINAHASA SELATAN WINDA TRISNAWATI KARAENG. Dosen Pembimbing :

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI JAWA TIMUR

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. menembus dengan volume 67 ton biji gelondong kering (Direktorat Jenderal

DAMPAK KEBIJAKAN KREDIT DAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHATANI PADI. I Made Tamba Ni Luh Pastini

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

VII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

EFISIENSI DAN DAYA SAING USAHATANI HORTIKULTURA

DAYA SAING USAHATANI LADA DI LAMPUNG

Lampiran 1. Syarat Mutu Lada Putih Mutu I dan Mutu II. binatang

ANALISIS DAYA SAING BUAH STROBERI DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH (Studi Kasus di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga)

ANALISIS DAYA SAING USAHA PEMBESARAN IKAN NILA PETANI PEMODAL KECIL DI KABUPATEN MUSI RAWAS

III METODE PENELITIAN. Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KOPI ROBUSTA (COFFEA CANEPHORA) DI KABUPATEN REJANG LEBONG

KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI INPUT TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS KENTANG DI KOTA BATU

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI PALA (STUDI KASUS: KABUPATEN BOGOR DAN SUKABUMI)

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI DI JAWA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU

Analysis of Competitiveness and Marketing Channels Ikan Kembung ( Rastrelliger sp.) in Rembang Regency, Central Java Effect

ANALISIS DAYA SAING DAN STRUKTUR PROTEKSI KOMODITAS PALAWIJA

ANALISIS DAYA SAING UBI KAYU INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

DAMPAK DEPRESIASI RUPIAH TERHADAP DAYA SAING DAN TINGKAT PROTEKSI KOMODITAS PADI DI KABUPATEN BADUNG

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Penelitian Sistem Usaha Pertanian dan Agribisnis

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF JERUK SIAM DI SENTRA PRODUKSI

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

PENENTUAN PRODUK UNGGULAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS DAYASAING USAHATANI JAGUNG DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA

DAYA SAING KACANG TANAH PRODUKSI KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS PERKEBUNAN DI KABUPATEN KAIMANA PROVINSI PAPUA BARAT

STUDI KELAYAKAN BISNIS ( Domestic Resource Cost )

ANALISIS DAYA SAING DAN SALURAN PEMASARAN IKAN KEMBUNG (RASTRELLIGER SP.) DI KABUPATEN DEMAK, JAWA TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

IV. METODE PENELITIAN. Fish Farm) dilaksanakan di lokasi usaha yang bersangkutan yaitu di daerah

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING LADA PUTIH

EMBRYO VOL. 7 NO. 2 DESEMBER 2010 ISSN

VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF PADA USAHATANI JAMBU BIJI

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Transkripsi:

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN KUPANG Competitiveness Analysis of Coconut Commodities in Kupang District Krisna Setiawan 1, Slamet Hartono 2, Any Suryantini 2 1 Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Jl. Adisucipto Penfui, Kupang, Nusa Tenggara Timur 85001 2 Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Flora, Bulaksumur,Yogyakarta 55281 Email: eiwhan@yahoo.com ABSTRAK Pengusahaan tanaman kelapa di Kabupaten Kupang dilakukan secara turun temurun pada mamar dan sebagian lahan pekarangan. Penerapan aspek teknis usahatani kelapa belum memadai, jarak tanam tidak teratur dan tidak dilakukan pemupukan. Namun dilihat dari luas areal tanam dan produksi kelapa rakyat yang dihasilkannya, komoditas ini masih memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga diharapkan memiliki daya tinggi. Penelitian ini bertujuan menganalisis profitabilitas finansial dan ekonomi, keunggulan kompetitif dan komparatif pada komoditas kelapa di Kabupaten Kupang. Metode penelitian yang digunakan sebagai indikator dalam menganalisis daya adalah metode deskriptif dengan menggunakan Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan (1) usahatani kelapa di Kabupaten Kupang tidak memiliki keunggulan kompetitif dilihat dari nilai PP yang negatif dan PCR yang lebih besar dari satu. Namun memiliki keunggulan komparatif dilihat dari nilai SP yang positif dan DRC yang lebih kecil dari satu; (2) Komoditas kelapa di Kabupaten Kupang berdaya sedang dan masih dapat dikembangkan, salah satunya dengan cara meningkatkan nilai tambah dari pengolahan kelapa. Kata kunci: Kelapa, PAM, keunggulan kompetitif, keunggulan komparatif ABSTRACT Coconut cultivation in Kupang district have been exercised for generations in the Mamar (a kind of mixedcrop husbandry) and the garden (around the farm house). The farming was charactherized by inadequate adoption of the technical aspects of coconut farming, varying crop spacing, and without the use of fertilization. However, considering the size of the planting area and its production, the commodity still has the potency to be increased to have a high competitive value. This study was aimed to analyze the financial and economic profitability, competitive and comparative advantages of coconut commodity in Kupang district. The research method that used, as an indicator, to analyze the competitiveness was a descriptive method using the Policy Analysis Matrix (PAM). The results showed that, firstly, coconut farming in Kupang district did not have a competitive advantage which can be seen from the negative PP value and the PCR value that higher than 1 (one). However the farm had comparative advantages which can be seen from the positive value of SP and the DRC value that smaller than 1 (one). Secondly, the coconut commodity in Kupang district has a moderate competitive value and remained being able to be increased, for example by increasing the value-added of coconut processing. Keywords: Coconut, PAM, comparative advantage, competitive advantage 88

PENDAHULUAN Subsektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional salah satunya adalah perkebunan. Kelapa adalah salah satu komoditas perkebunan Indonesia yang cukup potensial. Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar. Perkebunan kelapa rakyat dalam wilayah Kabupaten Kupang terkonsentrasi pada beberapa kecamatan. Luas pengusahaan terbesar pertama terdapat di Kecamatan Amarasi Selatan, yaitu seluas 2.068 hektar. Sedangkan posisi kedua ditempati Kecamatan Amarasi dengan luas 1.560 hektar. Jumlah produksi kelapa yang tercatat dari tanaman produktif adalah 935 ton untuk Kecamatan Amarasi selatan dan 808 ton untuk Kecamatan Amarasi (BPS Kabupaten Kupang, 2010). Pengusahaan tanaman kelapa di Kabupaten Kupang, dilakukan secara turun temurun dengan memanfaatkan lahan yang dikenal dengan istilah mamar dan sebagian lahan pekarangan. Penerapan aspek teknis usahatani kelapa belum dilakukan secara memadai yang dapat dilihat dari jarak tanam yang tidak teratur dan tidak pernah dilakukan pemupukan. Namun jika dilihat dari luas areal tanam dan produksi kelapa rakyat yang dihasilkannya, komoditas ini masih memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga diharapkan memiliki daya tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keuntungan (finansial dan ekonomi) serta daya (keunggulan kompetitif dan komparatif) pada komoditas kelapa di Kabupaten Kupang. Dari penelitian ini diharapkan dapat diambil kebijakan yang tepat untuk meningkatkan daya kelapa lokal di Kabupaten Kupang. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2012 di Kabupaten Kupang yaitu pada Kecamatan Amarasi dan Kecamatan Amarasi Selatan. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan merupakan daerah yang memiliki luas areal tanam dan produksi kelapa terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya wilayah Kabupaten Kupang. Sampel petani diambil secara Simple Random Sampling dimana setiap populasi yang ada mempunyai kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 50 responden. Metode Analisis Data Penelitian analisis daya komoditas kelapa menggunakan metode PAM yang dikembangkan oleh Monke dan Pearson (1995). Adapun tahapan dalam penyusunan Tabel PAM adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi seluruh input yang digunakan dalam proses produksi. 2. Mengalokasikan input tradable dan input non tradable. 3. Menghitung harga bayangan input, output, dan nilai tukar uang 4. Menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif dengan model PAM. Policy Analysis Matrix (PAM) Model PAM digunakan untuk menganalisis keuntungan (privat dan sosial) dan daya (keunggulan komparatif dan kompetitif) dengan formulasi pada Tabel 1. Tabel 1. Matriks analisis kebijakan (policy analysis matrix) Uraian Penerimaan Input tradable Biaya Input Non tradable Harga privat A B C D Harga sosial E F G H Dampak kebijakan Sumber: Pearson dkk, (2005) Keterangan : I J K L Keuntungan Privat (D) = (A) - (B + C) Keuntungan Sosial (H) = (E) - (F + G) Transfer Output (I) = (A) - (E) Transfer Input (J) = (B) - (F) Transfer Faktor (K) = (C) - (G) Transfer Bersih (L) = (D) - (H) = I - (J + K) Rasio Biaya Privat (PCR) = C / (A-B) Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (DRC) = G / (E-F) Koefisien Proteksi Output Nominal (NPCO) = A / E Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) = B / F Koefisien Proteksi Efektif (EPC) = (A-B) / (E-F) Koefisien Keuntungan (PC) = D / H Rasio Subsidi Bagi Produsen (SRP) = L / E Analisis Keuntungan Keuntungan Analisis keuntungan terdiri dari keuntungan privat (Private Profitability/PP) dan keuntungan sosial (Social Profitability/SP). Private Profitability (PP) menunjukkan selisih antara penerimaan dengan biaya yang sesungguhnya diterima atau dibayarkan petani. Nilai PP yang lebih besar dari nol (PP > 0) berarti secara finansial menguntungkan atau komoditi tersebut memiliki keunggulan kompetitif. Private Profitability (PP); D = A (B + C) = Penerimaan Privat (Biaya Input Tradable Privat + Biaya Input Non Tradable Privat)... (1) 89

Social Profitability (SP) menunjukkan selisih antara penerimaan dengan biaya yang dihitung dengan harga sosial. Jika nilai SP lebih besar dari nol (SP > 0) maka secara ekonomi menguntungkan atau komoditi tersebut memiliki keunggulan komparatif. Sosial Profitability (SP); H = E (F + G) = Penerimaan Sosial (Biaya Input Tradable Sosial + Biaya Input Non Tradable Sosial)... (2) Analisis Efisiensi Tingkat efisiensi pengusahaan suatu komoditi dapat dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dapat dilihat dari nilai Rasio Biaya Privat (Privat Cost Rasio atau PCR) yaitu rasio antara biaya faktor domestik dengan nilai tambah output dari biaya input yang diperdagangkan pada harga privat. Jika nilai PCR lebih kecil dari satu (PCR < 1), menunjukan bahwa pengusahaan komoditi tersebut efisien secara finansial atau memiliki keunggulan kompetitif pada saat ada kebijakan pemerintah. Private Cost Ratio (PCR) = C/ (A B) Biaya Input Non Tradable Privat = Penerimaan Privat Biaya Input Tradable Privat... (3) Keunggulan komparatif suatu komoditi dapat dilihat dari nilai Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (Domestic Resource Cost atau DRC) yaitu rasio biaya input yang tidak dapat diperdagangkan dengan nilai tambah output dari biaya input yang diperdagangkan pada harga ekonomi. Jika nilai DRC lebih kecil dari satu (DRC < 1), maka pengusahaan komoditi efisien secara ekonomi atau memiliki keunggulan komparatif pada kondisi tanpa adanya kebijakan. Domestic Resource Cost Ratio = G/ (E - F) Cost Ratio (DRC) Biaya Input Non Tradable Sosial = Penerimaan Sosial Biaya Input Tradable Sosial... (4) Matriks Penilaian Daya Saing Kemampuan daya dicerminkan oleh kisaran komoditas, apakah termasuk daya sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah atau sangat rendah. Kriteria tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria penilaian daya Indikator Kriteria nilai PP + - - - - SP + + - - - PCR + + + - - DRC + + + + - Gabungan nilai 4+ 3+ 1-2+ 2-1+ 3-4- Daya Sangat Sangat Tinggi Sedang Rendah tinggi rendah Sumber: Kohari, dkk, 2005 Perbedaan kisaran daya pada suatu komoditas dapat digunakan untuk menentukan skala prioritas pengembangan komoditas bersangkutan yaitu (Kohari, dkk, 2005) : a. Komoditas yang memiliki daya sangat tinggi sangat diprioritaskan untuk dikembangkan. b. Komoditas yang memiliki daya tinggi masih diprioritaskan untuk dikembangkan, namun lebih diprioritaskan komoditas yang memiliki daya sangat tinggi. c. Komoditas yang berdaya sedang memiliki dua kemungkinan, yaitu dapat dikembangkan atau tidak dapat dikembangkan, tergantung telaah di lapang apakah karena terdapat distorsi kebijakan ataukah kegagalan pasar. d. Semantara itu, bagi komoditas yang memiliki daya rendah atau sangat rendah hendaknya tidak perlu dikembangkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Usahatani Kelapa di Kabupaten Kupang Luas lahan yang dimiliki dan yang diusahakan untuk tanaman kelapa dapat berpengaruh terhadap populasi tanaman kelapa dan produksi kelapa yang selanjutnya akan mempengaruhi pula pendapatan yang diterima petani. Tabel 3. Rata-rata luas lahan, umur, populasi, dan produksi kelapa di Kabupaten Kupang tahun 2012 No Uraian Jumlah 1 Rata-rata luas lahan garapan (ha) 1,1 2 Rata-rata kepadatan tanaman kelapa 201 (pohon/ha) 3 Rata-rata umur tanaman kelapa (tahun) 40 4 Rata-rata produksi (kg/tahun) 10.887 Sumber: Analisis Data Primer, 2012 Rata-rata luas lahan garapan tanaman kelapa di Kabupaten Kupang adalah 1,1 ha. Penanaman tanaman 90

kelapa di Kabupaten Kupang dilakukan pada lahan yang dikenal sebagai mamar. Sistem mamar merupakan model pertanian menetap yang dikembangkan di sekitar sumber air maupun lahan kering dengan menggunakan tanaman jenis tanaman serbaguna seperti tanaman kehutanan, perkebunan, pertanian, pakan ternak dan jenis tanaman yang memiliki nilai sosial budaya. Praktek pengelolaan mamar masih bersifat tradisional, ditandai dengan tingkat ketergantungan terhadap alam yang masih tinggi, pola tanam dan penataan jenis belum teratur termasuk diversifikasi jenis tanaman yang bernilai ekonomis (Njurumana, 2006). Keberadaan mamar memiliki makna sosial ekologis karena merupakan simbol dari (a) adanya sumber air, (b) perkampungan penduduk, dan (c) legitimasi pemilikan lahan atau sertifikat hijau. Karena itu, sampai saat ini pengelolaan mamar masih bersifat komunal, dan model pengelolaan seperti ini memberikan dampak positif terhadap pengamanan dari berbagai ancaman terutama manusia dan kebakaran. Keberlanjutan mamar yang tinggi merupakan indikasi bahwa sistem ini memiliki nilai manfaat bagi masyarakat baik aspek ekonomi, sosial budaya maupun ekologi (Njurumana, 2006). Dalam sistem mamar di Kabupaten Kupang, selain tanaman kelapa, petani juga menanam lahan tersebut dengan beberapa jenis tanaman lain seperti sirih, pinang, dan beberapa tanaman buah-buahan seperti mangga, pisang, dan nangka serta tanaman tahunan lainnya seperti kemiri. Cara menanam tanaman kelapa pada mamar tidak memperhatikan jarak tanam. Dengan demikian jumlah pohon kelapa untuk satu luasan yang sama akan berbeda-beda. Namun bila dirata-ratakan jumlah kepadatan tanaman kelapa per hektarnya adalah sebanyak 201 pohon. Antara satu tanaman kelapa dengan tanaman kelapa lainnya dimanfaatkan untuk ditanami tanaman lain seperti disebutkan di atas, sehingga dapat dikatakan bahwa lahan dimanfaatkan secara maksimal. Tanaman kelapa selain dikembangkan pada lahan mamar juga dikembangkan pada lahan pekarangan maupun kebun sebagai tanaman pembatas lahan usahatani. Tanaman ini belum dikembangkan secara maksimal dalam bentuk perkebunan kelapa (Koylal dan Jemseng, 2008). Umur rata-rata tanaman kelapa di Kabupaten Kupang adalah diatas 40 tahun dan produktivitasnya mulai menurun. Tanaman kelapa yang diusahakan adalah jenis varietas lokal atau kelapa dalam. Proses pemilihan buah kelapa yang akan dijadikan bibit, dilakukan petani dangan cara memilih tanaman induk yang pertumbuhannya bagus. Setiap tandan memiliki lebih dari 6 buah, dan buah kelapa yang dijadikan bibit ukurannya besar, bulat, dan berasal dari tanaman induk yang berumur 25 tahun sampai dengan 30 tahun. Pohonnya kuat dan lurus serta bebas dari gangguan hama dan penyakit. Penggunaan sarana produksi pertanian seperti pupuk dan obat-obatan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa tidak dilakukan oleh petani di Kabupaten Kupang. Petani berpendapat, sekalipun tidak dilakukan pemeliharan yang intensif, tanaman kelapa tetap produktif. Pada saat tanaman telah berumur 7-8 tahun, kelapa telah berbuah dan siap untuk dipanen pertama kalinya. Rata-rata produksi buah kelapa per hektar adalah sebesar 10.887 kg/ tahun. Buah kelapa tua yang dipanen, selain untuk dijual utuh juga diolah petani untuk dijadikan minyak kelapa dan kopra. Pada saat musim hujan petani lebih banyak mengolah kelapa menjadi minyak kelapa dan saat musim kemarau kelapa lebih banyak diolah menjadi kopra. Selama ini produk kelapa olahan masih terbatas. Padahal jika dikelola dengan baik hampir seluruh bagian dari tanaman kelapa mempunyai potensi nilai ekonomi. Asumsi Ekonomi Makro Asumsi makro ekonomi yang digunakan pada analisis Policy Analysis Matrix (PAM) adalah tingkat suku bunga nominal (% per tahun), yang diperoleh dari informasi tingkat bunga kredit formal (bank persero, bank pemerintah daerah, bank swasta nasional, bank asing dan bank campuran, bank umum, dan lembaga kredit lainnya). Tingkat suku bunga nominal yang digunakan adalah rata-rata tingkat bunga privat untuk modal yang bersumber dari lembaga kredit formal yang menyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), yakni sebesar 22% per tahun (Sekretariat Kabinet RI, 2012). Untuk tingkat suku bunga sosial (% per tahun), diperoleh dari penjumlahan social opportunity cost of capital yang diasumsikan sebesar 15% per tahun ditambah dengan laju inflasi nasional pada tahun penelitian. Hal ini sesuai dengan pengalaman historis negara-negara di Asia Tenggara ketika berada pada tahap pembangunan yang sama dengan Indonesia saat ini. Laju inflasi nasional Tahun 2012 yakni sebesar 6,8% dengan demikian tingkat suku bunga sosial berada pada besaran 21,8% (Pearson, dkk, 2005 dan Kementerian Keuangan RI, 2012). Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan asumsi APBN, yaitu pada tahun 2012 sebesar Rp 9.000,00 per US Dollar (Kementerian Keuangan RI, 2012). Policy Analysis Matrix (PAM) Multi Periode Usahatani Kelapa PAM multi-periode adalah PAM yang digunakan untuk komoditas yang masa tanam dan panennya (siklus produksi) berlangsung dalam waktu yang panjang. Perhitungan PAM untuk komoditas dengan rentang waktu yang panjang seperti itu memerlukan tabel PAM untuk setiap periode, kemudian menghitung net present value (NPV) seluruh periode tersebut. Proses diskonto (discounting) diperlukan dalam kasus ini karena nilai penerimaan (revenue, R) dan biaya (cost, C) yang akan diterima/dikeluarkan di masa yang akan datang 91

akan lebih kecil nilainya bila dinilai pada saat ini (Pearson, dkk, 2005). Berikut hasil dari analisis PAM. Tabel 4. PAM usahatani kelapa di Kabupaten Kupang tahun 2012 Uraian Harga Privat Harga Sosial Dampak Kebijakan Penerimaan A 8.637.945 E 15.776.695 I (7.138.751) Sumber: Data primer diolah, 2012 Biaya Input Input Tradable Non Tradable B C 0 11.082.368 F 0 J 0 G 11.160.695 K (78.328) Keuntungan D (2.444.423) H 4.616.000 L (7.060.423) Analisis Keuntungan Privat dan Keuntungan Sosial Keuntungan privat atau Private Provitability (PP) merupakan indikator efisiensi finansial suatu komoditas. Tabel 4 menunjukkan bahwa usahatani kelapa memiliki nilai PP yang lebih kecil dari nol yaitu sebesar Rp -2.444.423. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani kelapa tidak menguntungkan secara finansial atau tidak memiliki keunggulan kompetitif. Dengan kata lain ketika produksi normal dan harga kelapa Rp 800, ternyata belum dapat menutup biaya produksi. Keuntungan sosial atau Social Profitability (SP) merupakan indikator efisiensi sosial dari komoditas pada kondisi tidak ada penerapan kebijakan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai SP lebih besar dari nol yaitu sebesar Rp 4.616.000. Hal ini berarti bahwa usahatani kelapa memiliki keunggulan komparatif. Nilai SP sebesar Rp 4.616.000 merupakan nominal yang diperoleh jika semua kelapa yang dihasilkan petani diasumsikan diekspor. Jadi, petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar jika menjual kelapa hasil usahataninya di pasar global dibandingkan di pasar domestik. Berdasarkan analisis keuntungan privat dan keuntungan sosial, diperoleh nilai keuntungan sosial lebih besar dari nilai keuntungan privat (SP > PP). Fenomena tersebut disebabkan karena adanya perbedaan antara harga output yang diterima petani yaitu Rp 800 per kilogram lebih rendah dari pada harga sosialnya yaitu Rp 1.431,30 per kilogram. Artinya petani kelapa di Kabupaten Kupang mengalami disinsentif dalam usahatani kelapa. Analisis Efisiensi Tingkat efisiensi pengusahaan komoditas kelapa dapat dilihat dari dua indikator yaitu keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif dapat dilihat dari nilai Rasio Biaya Privat (Private Cost Rasio atau PCR) dan nilai Rasio Biaya Sumberdaya Domestik (Domestic Resources Cost Rasio atau DRC). Rasio Biaya Privat yaitu rasio antara biaya faktor domestik dengan nilai tambah output dari biaya input yang diperdagangkan pada harga privat. Apabila nilai PCR lebih kecil dari satu, menunjukkan bahwa suatu komoditas efisien secara finansial dan memiliki keunggulan kompetitif sedangkan Rasio Biaya Sumberdaya Domestik merupakan rasio antara biaya input domestik dengan penerimaan dikurangi input tradable pada harga sosial. Apabila nilai DRC lebih kecil dari satu, menunjukkan bahwa suatu komoditas efisien secara sosial dan memiliki keunggulan komparatif. Informasi selengkapnya mengenai nilai PCR dan DRC dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai parameter keunggulan kompetitif dan komparatif komoditas kelapa di Kabupaten Kupang tahun 2012 Parameter Nilai Private Cost Rasio (PCR) 1,28 Domestic Resources Cost Rasio (DRC) 0,71 Sumber: Data primer diolah, 2012 Hasil analisis diperoleh nilai PCR sebesar 1,28 berarti untuk meningkatkan penerimaan sebesar Rp 10.000 diperlukan tambahan biaya faktor domestik sebesar Rp 12.800 pada harga finansial. Nilai PCR yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa usahatani kelapa di Kabupaten Kupang tidak efisien secara finansial sehingga tidak memiliki keunggulan kompetitif. Selain itu, dapat diartikan juga bahwa sistem produksi komoditas kelapa di Kabupaten Kupang tidak dapat membayar faktor domestiknya. Hasil analisis diperoleh nilai DRC sebesar 0,71, berarti untuk menghasilkan 100 US$ harus mengorbankan biaya imbangan sumber daya domestik sebesar 71 US$. Nilai DRC yang lebih kecil dari satu menunjukkan bahwa usahatani kelapa di Kabupaten Kupang efisien secara ekonomi dan memiliki keunggulan komparatif. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa secara ekonomi akan lebih menguntungkan meningkatkan produksi dalam negeri dibandingkan mengimpor dari luar negeri. Hasil analisis PCR dan DRC pada usahatani kelapa di atas menunjukkan bahwa nilai PCR > 1 dan DRC < 1, dengan demikian usahatani kelapa di Kabupaten Kupang tidak mempunyai daya pada nilai finansial namun memiliki daya pada nilai ekonomis (internasional) atau tidak memiliki keunggulan kompetitif tapi memiliki keunggulan komparatif. Selain itu juga diketahui bahwa nilai PCR pada usahatani kelapa mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada nilai DRC-nya, atau PCR > DRC. Hal ini berarti komoditas kelapa yang dihasilkan petani belum didukung oleh kebijakan pemerintah yang dapat meningkatkan efisiensi produksi. 92

Matriks Penilaian Daya Saing Usahatani Kelapa Berdasarkan analisis dan interpretasi diatas, maka setiap indikator keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif yaitu Private Profitability (PP), Social Profitability (SP), Private Cost Ratio (PCR) dan Domestic Resources Cost Ratio (DRC) diberi nilai positif atau negatif. Misalnya, jika PP menguntungkan diberi nilai positif, sebaliknya jika merugi diberi nilai negatif. Gabungan nilai positif dan negatif dari keempat indikator dijadikan kriteria penilaian daya seperti pada Tabel 6. Tabel 6. Penilaian daya usahatani kelapa di Kabupaten Kupang tahun 2012 Indikator Nilai Kriteria Arti PP -2.444.423 ( - ) SP 4.616.000 ( + ) PCR 1,28 ( - ) DRCR 0,71 ( + ) Sumber : Data primer diolah, 2010 Tdk berdaya Berdaya Tdk berdaya Berdaya Nilai gabungan Daya 2+ 2- Sedang Hasil penilaian di atas, terlihat nilai PP (-2.444.423) dan PCR (1,28) termasuk dalam kriteria negatif yang berarti tidak memiliki daya, sedangkan nilai SP (4.616.000) dan DRCR (0,71) masuk dalam kriteria positif yang berarti memiliki daya. Sehingga jika nilai-nilai tersebut digabungkan akan diperoleh nilai negatif sebanyak 2 dan nilai positif sebanyak 2. Gabungan nilai ini mengindikasikan bahwa komoditas kelapa di Kabupaten Kupang berdaya sedang. Berdasarkan hasil telaah dilapang, komoditas kelapa di Kabupaten Kupang masih dapat dikembangkan, salah satunya dengan cara meningkatkan nilai tambah dari pengolahan kelapa. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan 1. Usahatani kelapa di Kabupaten Kupang tidak memiliki keunggulan kompetitif dilihat dari nilai PP yang negatif (-2.444.423) dan PCR yang lebih besar dari satu (1,28). Namun memiliki keunggulan komparatif dilihat dari nilai SP yang positif (4.616.000) dan DRCR yang lebih kecil dari satu (0,71). 2. Komoditas kelapa di Kabupaten Kupang berdaya sedang dan masih dapat dikembangkan, salah satunya dengan cara meningkatkan nilai tambah dari pengolahan kelapa. Implikasi Kebijakan 1. Perlunya pemerintah membantu petani kelapa dalam kegiatan permodalan dikarenakan tingginya tingkat suku bunga kredit sehingga jika memungkinkan pemerintah daerah memfasilitasi dengan memberikan kredit modal bagi petani kelapa. 2. Pemerintah perlu memfasilitasi pengembangan usaha pengolahan produk kelapa dan turunannya dengan teknologi dan sarana prasarana pengolahan. Daya produk kelapa pada saat ini terletak pada industri hilirnya, tidak lagi pada produk primer, dimana nilai tambah dalam negeri yang potensial pada produk hilir dapat berlipat ganda daripada produk primernya. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (2010). Kabupaten Kupang Dalam Angka. BPS Kabupaten Kupang. Kementerian Pertanian (2010). Outlook Komoditas Pertanian- Perkebunan. Pusat Data dan Informasi Pertanian. Kementerian Keuangan (2012). Asumsi makro 2012. http:// www.depkeu.go.id. [15 Agustus 2012]. Kohari, K., Ma sum, M. dan Windiastuti, D. (2005). Dampak Kebijakan dan Pemasaran Terhadap Daya Saing Usahatani Kentang di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Laporan Penelitian (tidak dipublikasikan). Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto. 81 Halaman. Koylal, Johny dan Jemseng Abineno (2008). Keuntungan Relatif Produk Usahatani Kelapa Tua di Kecamatan Amarasi. Buletin Partner Tahun 15 No 1. Edisi Januari. Politeknik Pertanian Negeri Kupang. Monke, E.A. dan Pearson, S.R. (1995). The Policy Analysis Matrix for Agricultural Development. Cornell University Press, Ithaca. Njurumana, Gerson Nd. (2006). Rehabilitasi lahan berbasis mamar di Timor Barat. http://www.dephut.go.id. [10 Agustus 2012]. Pearson, S., Carl Gotsch, dan Sjaiful Bahri. (2005). Aplikasi Policy Analysis Matrix pada Pertanian Indonesia. Terjemahan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia (2012). Tingkat macetnya rendah, presiden setuju kaji penurunan bunga KUR. http://setkab.go.id/artikel-5337-tingkatmecetnya-rendah-presiden-setuju-kaji-penurunanbunga-kur.html. [15 Agustus 2012]. 93