Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam

dokumen-dokumen yang mirip
Tinjauan Pasar Kerja Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Profil Pekerjaan yang Layak INDONESIA

Indonesia: Tren Sosial dan Ketenagakerjaan (terbaru) November Tren tahun 2015 memperlihatkan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi...

Gambaran beragam untuk sektor garmen Indonesia

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Pengembangan keterampilan melalui publicprivate partnership (PPP)

Kerangka Analisis untuk Mengintegrasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dengan Kewajiban Pemenuhan Hak-hak Asasi Manusia untuk di Indonesia

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. mendorong perkembangan dan kemakmuran dunia industri modern Perdagangan

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

ANALISIS HASIL PENELITIAN

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek

Perluasan Lapangan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

Memahami pekerjaan yang dilakukan oleh anak dan pekerja muda di Indonesia RINGKASAN LAPORAN

Perantara. program. kesadaran upah memproduksi. Survei terhadap. di Indonesia, rumahan. dan. perusahaan, perantara yang. diketahui tentang.

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

Kemandirian Ekonomi Nasional: Bagaimana Kita Membangunnya? Umar Juoro

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

Lapangan Kerja bagi Kaum Muda

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

Standar Perburuhan Internasional yang mendukung kebebasan berserikat, dialog sosial tripartit, perundingan bersama dan SDG

Eduard Marpaung KSBSI

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

PENYUSUNAN STANDAR INTERNASIONAL UNTUK PEKERJA RUMAH TANGGA. Organisasi Perburuhan Internasional

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

Laporan Upah Global 2016/17. Ketimpangan upah di tempat kerja

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan semakin banyak negara Asia Tenggara menjadikan

Dinamika Pekerjaan, Pasar Tenaga Kerja serta Perekonomian di Nusa Tenggara Timur

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

Pakta Lapangan Kerja Global

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

LAPORAN UPAH GLOBAL 2016/17

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

PERTUMBUHAN LEBIH BAIK, IKLIM LEBIH BAIK

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2011

i Indonesia pendidikan dikenal sebagai hak asasi manusia yang mendasar dan berkembang sebagai komponen yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB 23 PERBAIKAN IKLIM KETENAGAKERJAAN

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

TANGGAPAN UNTUK PROFIL PEKERJAAN YANG LAYAK INDONESIA

Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

Pembangunan Pedesaan:: Akses, Ketenagakerjaan dan Peluang Meraih Pendapatan.

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

MENGAPA? APA? BAGAIMANA? Kontrak standar untuk pekerjaan rumah tangga

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Inti dari adanya MEA adalah untuk

DEWAN RISET NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

Paparan teknis ini membahas: Perlidungan Sosial bagi Semua. Tema-tema lain dalam seri paparan teknis singkat meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. aspek sumber daya manusia. Faktor sumber daya manusia ini merupakan. bahwa era Masyarakat Economi Asean (MEA) telah dimulai, dimana

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

PERUNDINGAN BERSAMA: BEBERAPA TREN, DAMPAK DAN PRAKTIK J O H N R I T C H O T T E I L O B A N G K O K

Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan di Jawa Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

Pertumbuhan inklusif

Kesenjangan di Indonesia: Tren, penyebab, kebijakan. World Bank September 2014

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

International Labour Organization. Jakarta. 10 Tahun Menangani Lapangan Kerja bagi Kaum Muda di Indonesia. Bersama Bisa. Together it s possible

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Transkripsi:

Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama International Labour Organization Menghindari jebakan penghasilan menengah di Indonesia melalui pasar tenaga kerja yang lebih inklusif dan integrasi ASEAN yang lebih dalam Laporan Singkat tentang Indonesia Agustus 2014 Asosiasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) merupakan asosiasi negara-negara yang ada di kawasan yang dinamis dan beraneka ragam. 1 Kawasan ini menikmati tingkat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa selama beberapa dasawarsa terakhir tapi juga menghadapi masalah peningkatan ketidaksetaraan dan pekerjaan yang bermutu rendah. Pada 2015, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang diharapkan sebagai pasar tunggal dan basis produksi bersama, akan menjadi kenyataan. Liberalisasi perdagangan dan investasi akan mempengaruhi struktur perekonomian, pekerjaan, keterampilan, upah, dan mobilitas pekerja. Indonesia merupakan negara yang memberi kontribusi lebih dari sepertiga perekonomian ASEAN dan hampir dua per lima angkatan kerja di kawasan ini. 2 Integrasi yang lebih dalam melalui MEA diharapkan dapat membantu negeri ini dalam menghindari jebakan penghasilan menengah dengan membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan kesejahteraan dan dengan mempercepat transisi ke perekonomian dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Meskipun demikian, manfaat MEA akan didistribusikan secara tidak merata, sehingga berpotensi memperlebar ketidaksetaraan yang ada antar daerah dan sektor dan antara perempuan dengan laki-laki. Hal ini merupakan persoalan khusus bagi Indonesia karena perbedaan penghasilan yang semakin lebar selama dua dasawarsa terakhir. Antara tahun 1991 dan 2011, ketidaksetaraan, yang diukur berdasarkan koefisien Gini, meningkat dari 29,2 menjadi 38,1. Tingkat pertumbuhan ekonomi regional yang tidak merata menimbulkan kesenjangan yang besar antar provinsi dan daerah, terutama antara kawasan Indonesia Barat dengan Indonesia Timur. Di samping itu, ketidaksetaraan gender yang besar ini dibuktikan melalui perbedaan sebesar 33 persen dalam hal tingkat partisipasi tenaga kerja antara perempuan dengan laki-laki (lihat Tabel 1). Sementara pencari kerja muda memiliki posisi yang sangat lemah di pasar tenaga kerja, dan tingkat pengangguran yang tinggi di kalangan muda dapat menyia-nyiakan jumlah penduduk Indonesia yang besar. Untuk mewujudkan manfaat integrasi ASEAN yang lebih dalam, Indonesia perlu memastikan adanya pasar tenaga kerja yang lebih inklusif. Kebijakan yang terkoordinir dan koheren perlu diterapkan dalam menanamkan investasi di bidang prasarana desa, mendukung pekerjaan yang lebih produktif di beberapa sektor penting, meningkatkan mutu sistem pendidikan dan pelatihan, menghubungkan upah dengan produktivitas, serta meningkatkan cakupan dan perluasan perlindungan sosial. Tabel 1: Indikator ekonomi dan pasar tenaga kerja pilihan di Indonesia 2011 2012 2013 Tingkat pertumbuhan PDB (%) 6,5 6,3 5,8 Perdagangan barang (% PDB) 56,1 54,8 41,5 Keluaran per tenaga kerja, PPP 9.130 9.486 9.848 (constant 2005 international $) Total Laki-laki Perempuan Total ketenagakerjaan (ribuan) 112.760 70.330 42.430 Tingkat partisipasi angkatan 66,9 83,6 50,3 kerja (%) Tingkat Pengangguran (%) 6,2 6,1 6,5 Pertanian dibanding total 34,8 35,6 33,4 ketenagakerjaan (%) Tingkat ketenagakerjaan rentan (%) 50,1 45,1 58,5 Upah bulanan rata-rata (US$) 174 Catatan: menunjukkan bahwa data tidak tersedia; semua indikator pasar tenaga kerja mencakup penduduk usia 15 tahun ke atas dan mencerminkan data tahun 2013 kecuali upah bulanan rata-rata (2012); pekerjaan rentan ditetapkan sebagai wirausaha dan pekerja keluarga yang hanya membantu. Sumber: ADB dan ILO: Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama (Bangkok, ILO, 2014), Lampiran F. 1 Laporan penelitian ini berdasarkan ADB dan ILO: Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama(bangkok, ILO, 2014) 2 Sumber: IMF: World Economic Outlook Database (Apr. 2014) dan ADB dan ILO, op. cit., tabel F1-1.

2 Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama MEA dapat menciptakan 1,9 juta pekerjaan baru di Indonesia dan mempercepat perubahan struktural menuju sektor-sektor dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi Simulasi-simulai model ini menunjukkan bahwa integrasi perdagangan yang lebih dalam di bawah MEA dapat menciptakan hasil ekonomi dan pekerjaan yang sangat besar di Indonesia (lihat Gambar 1). 3 Model ini memproyeksikan bahwa kebijakan MEA dapat meningkatkan PDB Indonesia sebesar 2,5 persen pada tahun 2025, dibandingkan skenario awal tanpa integrasi yang lebih dalam. Di samping itu, simulasi-simulasi ini memperlihatkan peningkatan bersih sebesar 1,9 juta lapangan kerja selama tahap awal, namun angka ini hanya 1,3 persen dari jumlah total pekerjaan. Perempuan diperkirakan hanya memperoleh 27 persen dari pekerjaan yang ada dan perbedaan ini dapat memperburuk kesenjangan gender yang ada. Hal ini menunjukkan perlunya pengelolaan dan pemantauan secara seksama terhadap dampak gender dari integrasi ASEAN di Indonesia. Gambar 1: Perubahan berbagai indikator ekonomi dan pasar tenaga kerja di bawah skenario MEA dibandingkan data awal di Indonesia, 2025 (persen) Peningkatan hasil absolut di sektor pertanian juga diharapkan; meskipun demikian, pangsa pekerjaan relatif di sektor pertanian diperkirakan akan menurun karena peningkatan pangsa pekerjaan di sektor industri dan jasa. Walau perubahan struktural akan terjadi pada sektor-sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian, namun sektor-sektor ini biasanya rentan terhadap pekerjaan rentan dan informalitas. Prospek hasil besar yang dicapai pekerjaan ini membutuhkan kebijakan pasar tenaga kerja yang terkoordinir untuk memperbaiki kondisi kerja dan mengurangi kerentanan. Perubahan struktural tentunya akan mengakibatkan perputaran di pasar tenaga kerja yang menciptakan peningkatan permintaan akan beberapa jenis pekerjaan tertentu dan mengurangi permintaan akan jenis pekerjaan lain. Pekerja yang kehilangan pekerjaan berisiko tidak dapat memperoleh pekerjaan lain di sektor-sektor yang lebih produktif. Hal ini dapat memperburuk ketidaksetaraan sehingga mereka terjebak dalam pekerjaan rentan. Mengurangi biaya penyesuaian dan ketidaksetaraan yang terkait dengan perubahan struktural membutuhkan kebijakan industri dan sektoral yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik, landasan perlindungan sosial yang kuat, serta kebijakan yang mendukung usaha kecil dan investasi lebih lanjut di bidang keterampilan dan pelatihan. Ketenagakerjaan Produktivitas kerja PDB Investasi Konsumsi pribadi Ekspor Impor 0 5 10 15 Selama 20 tahun terakhir, pasar tenaga kerja telah mengalami perubahan struktural yang besar. Terjadi penurunan besar di sektor pertanian yang diambil alih oleh sektor jasa. Antara tahun 2003 sampai 2013, 71,9 persen pekerjaan baru yang diciptakan berada di sektor perdagangan glosir dan ritel, perhotelan dan restoran serta di sektor komunitas, sosial, personal dan jasa. Tantangan besarnya adalah bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja di sektor-sektor jasa ini lebih rendah dibandingkan sektor manufaktur dan hanya 1,6 sampai 1,7 kali lebih tinggi dibandingkan sektor pertanian. Ketidaksesuaian keterampilan mungkin akan lebih buruk Perubahan struktural di bawah MEA dapat membantu meningkatkan daya saing Indonesia sehingga menjadi negara dengan tingkat produksi dan ekspor yang lebih baik, dan tercermin melalui produktivitas tenaga kerja yang lebih tinggi. 4 Proyeksi menunjukkan bahwa antara tahun 2010 hingga 2025, pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi di negeri ini mungkin meningkat sebesar 55,7 persen, yaitu sekitar separuh dari tingkat pertumbuhan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi di kawasan ASEAN (lihat Gambar 2). Pertumbuhan permintaan akan pekerjaan dengan keterampilan menengah diperkirakan lebih sedikit yaitu 26,1, sedangkan permintaan akan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan rendah diperkirakan hanya sebesar 3,2 persen. MEA dapat memprioritaskan pola-pola ketenagakerjaan sektoral ini. Peningkatan jumlah lapangan kerja di bawah MEA dibandingkan sebelumnya diikuti dengan perluasan sektor perdagangan dan transportasi, konstruksi, logam, kimia, dan tekstil serta penurunan sektor pengolahan makanan. 3 Lihat ADB dan ILO, op. cit., bab 4 Lihat ADB dan ILO, op. cit., bab 4.

Laporan Singkat Indonesia 3 Gambar 2: Estimasi perubahan dalam hal ketenagakerjaan berdasarkan tingkat keterampilan di Indonesia, 2010-25 (dalam ribuan dan persen) 24.000 20.000 16.000 12.000 8.000 4.000 0-4.000 Tinggi Perubahan tambahan di bawah MEA (dalam ribuan) Perubahan di bawah kajian (dalam ribuan) Total perubahan dalam persen Sedang Rendah 120 100 80 60 40 20 0-20 Permintaan akan pekerja berketerampilan tinggi mungkin tidak akan dapat dipenuhi secara otomatis. Dikarenakan peluang ini membutuhkan akses, mutu dan relevansi sistem pendidikan dan pelatihan yang lebih baik, dan mengatasi ketidaksesuaian keterampilan dan memastikan bahwa pekerja paling rentan memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk bersaing dalam memperoleh pekerjaan. Di sebagian besar aspek ini, Indonesia menghadapi beberapa tantangan besar. Lebih dari 900.000 anak-anak Indonesia usia SD sudah putus sekolah. Mereka berisiko menjadi pekerja anak dan kemungkinan besar tidak dapat memperoleh pekerjaan layak di masa mendatang. Meskipun demikian, Indonesia telah memperoleh kemajuan dalam meningkatkan pendidikan sekunder terutama di kalangan anak perempuan di pedesaan. Ini adalah hasil dari beberapa inisiatif yang menyediakan beasiswa, makanan tambahan, bantuan transportasi dan fasilitas sanitasi. Di samping akses, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan akan membantu memenuhi permintaan pasar tenaga kerja yang cepat berubah dan mengatasi masalah kesenjangan keterampilan. Estimasi model ini menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki kualifikasi tidak memadai akan mengisi 63 persen dari total pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi (13,3 juta posisi) di Indonesia tahun 2025. Di samping itu, survei ILO tahun 2013 tentang perusahaan dan asosiasi bisnis ASEAN menyimpulkan bahwa hanya 35,3 persen responden yang setuju bahwa lulusan SMP dan 41,2 persen lulusan pendidikan tertier di Indonesia sudah memiliki keterampilan yang dibutuhkan perusahaan mereka. Kebijakan tentang pengembangan keterampilan tidak dapat hanya memperbaiki ketidaksesuaian keterampilan tapi juga membuka jalan bagi segmen-segmen paling rentan dari pasar tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan yang lebih bermutu. Dalam hal ini, ada banyak perempuan dan lakilaki di Indonesia yang menghadapi transisi yang sulit dari sekolah ke pekerjaan. Tingkat pengangguran di kalangan muda mencapai sebesar 21,6 persen, yaitu yang tertinggi di kawasan ini dan lebih dari tiga kali lipat jumlah pengangguran secara keseluruhan di negeri ini. Indonesia saat ini sedang mengalami transisi demografis di mana ia memiliki jumlah penduduk usia kerja yang tinggi dibandingkan penduduk tua dan penduduk yang menjadi tanggungan orang lain. Untuk mengoptimalkan keunggulan demografis ini, kaum muda perlu memiliki keterampilan yang dibutuhkan pasar tenaga kerja, serta bantuan transisi dari sekolah ke pekerjaan. Jika kaum muda tidak dapat memperoleh pekerjaan layak, maka keunggulan demografis ini dapat berubah menjadi tanggungan demografis. Perundingan bersama yang lebih kuat dapat memastikan manfaat produktivitas yang lebih tinggi bagi para pekerja Di saat pekerja meningkatkan keterampilan dan produktivitas, mereka perlu memperoleh manfaatnya melalui upah yang lebih tinggi. 5 Dikarenakan kontribusi besar mereka terhadap penghasilan keluarga, upah adalah mekanisme penting untuk memastikan bahwa pertumbuhan dapat diterjemahkan menjadi kesejahteraan bersama dan pembangunan yang adil. Di Indonesia, pangsa pekerja berupah berkembang pesat, yaitu dari 31 persen dari total pekerjaan pada 1993 menjadi 47 persen pada 2013. 6 Upah riil telah mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir, hal ini sebagian besar dikarenakan kenaikan upah minimum. Walaupun ada tren-tren ini, upah bulanan rata-rata di Indonesia pada 2012 tergolong rendah, yaitu sebesar $174 (atau Rp. 1,6 juta). Hal ini sangat berbeda dengan upah rata-rata $3,547 per bulan di Singapura, $609 di Malaysia, dan $357 di Thailand. Di samping itu, perbedaan besar dalam hal upah juga terjadi di Indonesia dan terus berkembang di antara para penerima upah, termasuk di antara mereka yang memiliki tingkat keahlian yang berbeda. Salah satu cara untuk mengukur ketidaksetaraan upah adalah dengan membandingkan upah bulanan mereka yang berada di bagian atas (persentil ke-90) dengan mereka yang berada di bagian bawah (persensil ke-10). Pada tahun 2010, rasio ini mencapai angka 7,0 di Indonesia. Sebagai perbandingan, angka yang tercatat di Filipina dan Thailand adalah sebesar 6,4 dan 6,7. Perbedaan upah antar negara dan di Indonesia sendiri sebagian menunjukkan adanya perbedaan produktivitas tenaga kerja. Beberapa simulasi model menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja di Indonesia dapat meningkat hampir 120 persen pada 2025 di bawah MEA (lihat Gambar 3). Hal ini menciptakan potensi besar untuk pertumbuhan upah secara berkelanjutan. Meskipun demikian, dalam beberapa contoh di masa lalu, hasil produktivitas sudah melebihi pekerja secara keseluruhan. 5 Lihat ADB dan ILO, op. cit., bab 5. 6 Termasuk pekerja tetap dan buruh harian

4 Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama Gambar 3: Perubahan dalam produktivitas tenaga kerja di bawah MEA di Indonesia, 2010-25 (persen) 120 100 Di kawasan ASEAN, sebagian besar tenaga kerja Indonesia bekerja di Malaysia. Gambar 4: Pangsa pekerja migran di negara ASEAN yang lain 80 60 40 20 0 Indonesia Vietnam Pertanian Industri Jasa Total Perubahan dibawah kajian Perubahan tambahan dibawah MEA Filipina Thailand Tujuan ganda dari upaya untuk membatasi ketidaksetaraan dan menghubungkan upah dengan produktivitas membutuhkan adanya lembaga penetapan upah yang lebih kuat. Salah satu komponen pentingnya adalah menetapkan upah minimum, yang penting untuk melindungi pekerja berupah rendah. Meskipun demikian, desentralisasi lembaga-lembaga penetapan upah di Indonesia mengakibatkan adanya perbedaan besar upah minimum, yaitu berkisar antara $74 di Kabupaten Purworejo hingga $199 di Jakarta. Di samping itu, perundingan bersama dapat menjadi metoda yang efektif untuk menegosiasikan upah antara pengusaha dengan pekerja. Ia dapat menstandarisasikan kondisi kerja antara perusahaan dan mengurangi potensi terjadinya persaingan antar perusahaan untuk mengurangi upah. Meskipun demikian, di Indonesia, kemampuan pekerja dan pengusaha yang terbatas untuk melakukan perundingan bersama menciptakan insentif yang kuat bagi serikat pekerja/ buruh untuk mencoba memperoleh hasil upah melalui sistem penetapan upah minimum. Memperkuat perundingan bersama adalah penting untuk menghindari ketergantungan secara berlebihan pada penetapan upah minimum dan meningkatkan hubungan industri. Faktor ekonomi dan demografi mengarah pada migrasi ke luar negeri secara berkelanjutan Perbedaan ekonomi dan demograsi mendorong migrasi pekerja di kawasan ini. 7 Indonesia adalah negara pengirim pekerja migran terbesar kedua di ASEAN. Setiap tahun, dua juta pekerja meninggalkan negeri ini, terutama ke negaranegara Timur Tengah dan beberapa bagian negeri China. Meskipun demikian, selama lima tahun terakhir, pangsa tenaga kerja Indonesia yang pergi ke negara-negara anggota ASEAN yang lain mengalami peningkatan (lihat Gambar 4). Faktor struktural menunjukkan aliran tenaga kerja Indonesia yang memiliki keterampilan rendah dan menengah ke luar negeri. Antara tahun 2010 dan 2025, angkatan kerja Indonesia diperkirakan meningkat sebesar 29,5 juta, atau hampir separuh dari perkiraan pertumbuhan angkatan kerja di ASEAN secara keseluruhan. Di negara yang tingkat pengangguran di kalangan muda yang tinggi ini, perluasan angkatan kerja muda secara terus-menerus mendorong pasar tenaga kerja untuk menciptakan lapangan kerja layak, sehingga dapat mengakibatkan migrasi keluar lebih lanjut di kalangan perempuan dan laki-laki muda. Faktor struktural lain di balik perubahan pola migrasi adalah faktor ekonomi terutama perbedaan upah yang besar antar negara anggota ASEAN. Upah di Malaysia, misalnya, kurang lebih tiga kali lipat upah di Indonesia. Kebijakan MEA saat ini terkait pengelolaan migrasi dibatasi pada beberapa jenis pekerjaan yang butuh keterampilan tinggi yang jumlahnya kurang dari satu persen jumlah pekerjaan di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa ketentuan MEA tentang mobilitas pekerja mungkin memiliki dampak jangka pendek yang terbatas. Jika Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN yang lain ingin memperoleh manfaat dari mobilitas pekerja, maka mereka perlu secara kolektif memprioritaskan pengakuan keterampilan, memperluas cakupan dan portabilitas jaminan sosial, serta menjamin hak-hak pekerja migran. Kebijakan nasional dapat memainkan peran penting dalam melindungi dan mengatur migrasi terutama bagi pekerja migran berketerampilan rendah dan menengah yang banyak jumlahnya dan dibatasi pada pekerjaan informal (lihat Kotak 1). 7 Lihat ADB dan ILO, op. cit., bab 6.

Laporan Singkat Indonesia 5 Kebijakan tentang pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama di Indonesia terpadu MEA memiliki potensi untuk menghasilkan keluaran, perdagangan, pekerjaan dan produktivitas yang lebih tinggi dan dapat membantu mendorong Indonesia keluar dari jebakan penghasilan menengah menuju negara yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dengan dampak yang sangat positif terhadap upah dan pendapatan. Meskipun demikian, jika tidak dikelola dengan baik maka integrasi yang lebih dalam dapat memperburuk ketidaksetaraan. Oleh karena itu, harus ada kebijakan untuk memastikan distribusi manfaat ekonomi secara adil. Di Indonesia, lima tindakan yang diprioritaskan adalah sangat relevan karena peluang dan tantangan yang ditimbulkan MEA. (ii) 2019. Di samping itu, insentif yang tepat diperlukan untuk mendorong investasi sektor swasta di bidang infrastruktur. Fokus yang lebih besar perlu diberikan pada upaya untuk membangun infrastruktur bermutu dari tahap awal daya tahan dan kelangsungan adalah konsep penting disini untuk meningkatkan efisiensi pengeluaran jangka panjang. Di samping itu, upaya baru perlu dilakukan untuk melaksanakan proyek-proyek yang diprioritaskan dalam Master Plan Konektivitas ASEAN, seperti Interkoneksi Malaka Pekan Baru dan Interkoneksi Kalimantan Barat-Sarawak. 8 Mendukung pertumbuhan pekerjaan produktif di beberapa sektor penting (i) Menanamkan investasi di bidang prasarana desa agar dapat menjembatani kesenjangan pembangunan di daerah terpencil dan mengurangi disparitas regional Standar layanan minimum yang disediakan pemerintah daerah belum dapat menyediakan investasi di bidang jasa publik yang dibutuhkan untuk menekan disparitas regional. Hambatan institusional semakin memperburuk konektivitas desa-kota sehingga daerah-daerah terpencil dan pulau-pulau kecil sangat tidak menguntungkan. Untuk memastikan kesetaraan pembangunan regional, konektivitas dan prasarana perlu diperkuat dan sistem layanan mendasar perlu disediakan. Untuk mencapai tujuan ini, beberapa upaya perlu dilakukan untuk menyelesaikan proyek-proyek yang diprioritaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015- Perubahan struktural ekonomi yang pesat membutuhkan kebijakan yang lebih aktif untuk mendukung pertumbuhan pekerjaan yang produktif di sektor-sektor utama yang dinamis dan bernilai tambah tinggi. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) tahun 2011-2025 menguraikan strategi untuk mempercepat dan memperluas pembangunan ekonomi di Indonesia dan mentransformasikan negeri ini menjadi salah satu dari 10 negara besar di dunia pada 2025. Berdasarkan rencana ini, digambarkan pembangunan enam koridor ekonomi berdasarkan potensi dan keunggulan yang dimiliki masing-masing daerah. Pembangunan keenam koridor ekonomi ini menyediakan peluang untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih produktif. Upaya juga diperlukan untuk membantu pencari kerja saat ini dan di masa mendatang dalam menemukan peluang- Kotak 1. Meningkatkan pekerjaan formal untuk pekerja migran di Indonesia Dari tahun 2006 sampai 2009, lebih dari setengah juta perempuan didaftarkan setiap tahun untuk bekerja di luar negeri, atau sekitar 80 persen dari total pekerja. Namun sejak tahun 2009, pangsa perempuan migran berkurang saat pemerintah mulai memperkenalkan peraturan yang lebih ketat untuk melindungi pekerja migran. Upaya ini mencakup moratorium tentang pengiriman pekerja migran tanpa kontrak kerja resmi dari pengusaha terdaftar, dan peraturan tambahan untuk memastikan jenis pekerjaan ditentukan dengan tepat dan diberi upah yang wajar. Hasilnya, dari tahun 2010 sampai 2013, pangsa pekerja yang bekerja di luar negeri tanpa kontrak resmi turun dari 73,0 persen menjadi 44,0 persen. Sebagian besar kesulitan yang dihadapi adalah melindungi pekerja migran perempuan terkait peraturan tentang jasa percaloan dan kapasitas untuk merespon keluhan Figur B1: Arus pekerja dari Indonesia ke bagian dunia lainnya berdasarkan jenis kelamin, 2006-13 Laki-laki Perempuan Perempuan berdasarkan persentasi terutama bagi mereka yang bekerja di sektor informal. Hal ini membutuhkan koordinasi yang lebih baik antar negara dan layanan yang lebih responsif. 8 Master Plan Konektivitas ASEAN, Hanoi, Okt. 2010.

6 Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama peluang ini, termasuk dengan memperkuat layanan ketenagakerjaan publik dan menyediakan informasi pasar tenaga kerja kepada para pencari kerja di masa mendatang tentang sektor dan jenis pekerjaan yang memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Investasi ini dapat membantu transisi dari sekolah ke pekerjaan bagi para remaja yang akan memasuki pasar tenaga kerja di masa mendatang. (iii) Memperkuat sistem perlindungan sosial Reformasi kebijakan tahun 2013, terutama kebijakan yang terkait dengan pemotongan subsidi BBM, diharapkan dapat mengurangi tekanan terhadap anggaran nasional, sehingga dapat menciptakan kesempatan untuk memperluas program-program perlindungan sosial. Undang-Undang (UU) tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional Tahun 2004 mengatur tentang cakupan universal dari jaminan sosial di Indonesia; meskipun demikian, ada kesenjangan besar dalam hal perlindungan untuk pekerja informal dan pekerja migran. Untuk itu langkah-langkah perlu diambil untuk memperluas cakupan perusahaan asuransi sosial milik pemerintah, PT Jamsostek, agar dapat mencakup tunjangan kecelakaan kerja, korban selamat, pensiunan, dan kesehatan bagi mereka yang tidak terlibat dalam pekerjaan formal. Skema asuransi pengangguran saat ini masih kurang dan dapat membantu mengurangi biaya penyesuaian terhadap perubahan struktural dengan mengurangi kerentanan pekerja yang kehilangan pekerjaan. (v) Indonesia perlu dioperasikan secara penuh dan dijadikan tolok ukur sesuai Kerangka Kerja Referensi Kualifikasi ASEAN, yang saat ini sedang dkembangkan, agar dapat meningkatkan pengakuan terhadap keterampilan tenaga kerja Indonesia. Memperkuat lembaga penetapan upah UU Tenaga Kerja Tahun 2003 memberi hak kepada pekerja untuk melakukan perundingan bersama dan mengesahkan Perjanjian kerja bersama (PKB) antara serikat pekerja/buruh terdaftar dengan pengusaha. Walaupun sudah ada hak yang sah ini, namun jumlah serikat pekerja/buruh yang sedikit di Indonesia dan tingginya informalitas menunjukkan bahwa jumlah pekerja yang dicakup melalui kesepakatan kerja bersama ini masih tergolong rendah. Mekanisme yang lebih baik untuk perundingan bersama dapat membantu mengatasi ketidaksetaraan yang muncul dan menterjemahkan manfaat dari integrasi yang lebih dekat menjadi kesejahteraan bersama. Dengan demikian, lebih banyak tindakan yang dibutuhkan untuk menawarkan kegiatan pelatihan bagi pekerja dan pengusaha tentang perundingan bersama serta menyediakan platform perundingan bersama untuk pekerja informal dan pekerja kontrak. Penetapan upah minimum perlu dianggap sebagai pelengkap perundingan bersama dan sesuai untuk pekerja berupah rendah yang kurang memiliki kemampuan untuk berunding. Perhatian perlu diberikan untuk menyesuaikan upah minimum secara teratur berdasarkan bukti nyata dan dialog tripartit. (iv) Mengurangi kesenjangan keterampilan melalui peningkatan sistem pendidikan dan pelatihan Peningkatan di bidang sistem pendidikan dan pelatihan akan membantu Indonesia dalam melengkapi angkatan kerjanya dengan keterampilan teknis yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pasar tenaga kerja di masa sekarang maupun masa depan. Tindakan ini perlu mencakup, penyediaan sistem pelatihan teknis dan kerja yang responsif untuk membantu mengisi kesenjangan keterampilan dan kompetensi yang belum dikembangkan pendidikan tertier; mendorong kerjasama antara balai latihan dengan pengusaha untuk mengembangkan kurikulum praktis dan sistem magang; terlibat dalam dialog publik-swasta untuk mengantisipasi kebutuhan keterampilan di masa mendatang; serta meningkatkan akses dan relevansi lembaga-lembaga tertier. Untuk mengurangi kesenjangan gender, penekanan tambahan perlu diberikan pada upaya untuk membangu remaja perempuan desa untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan agar dapat bersaing di pasar tenaga kerja. Di samping itu, Kerangka Kerja Kualifikasi Laporan lengkap Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Mengelola integrasi untuk pekerjaan yang lebih baik dan kesejahteraan bersama dapat diakses di: www.ilo.org/asia. Informasi Kontak: Kantor Regional ILO untuk Asia Pasific United Nations Building Rajdamnern Nok Avenue, Bangkok 10200, Thailand Telp.: +66 2 288 1234 Faks: +66 2 288 3062 Email: bangkok@ilo.org Kantor ILO Jakarta Gedung Menara Thamrin Lantai 22 Jl. M. H. Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250, Indonesia Telp.: +62 21 391 3112 Faks: +62 21 310 0766 Email: jakarta@ilo.org