BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai"

Transkripsi

1 BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan Pelatihan Tenaga kerja Konstruksi, diperlukan pembahasan prospek tenaga kerja konstruksi nasional sebagai salah satu masukan. Pembahasan dilakukan melalui pendekatan kebijakan, pertumbuhan ekonomi, daya serap tenaga kerja, kualifikasi tenaga kerja konstruksi, standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) dan kurikulum pelatihan. Untuk kelanjutan pembahasan ini diperlukan analisis kuantitatif berupa proyeksi untuk mendapatkan perkiraan atau trend kondisi yang akan datang. Kondisi perekonomian makro ditunjukkan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6,1 %. Dengan besaran pertumbuhan ekonomi tersebut Indonesia menempatkan negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang stabil bila dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN dan anggota Negara industri G 8. Demikian pula pertumbuhan sektor konstruksi tahun 2007 cukup tinggi mencapai 8,6%. IV-1

2 Demikian pula kondisi pendapatan perusahaan konstruksi meningkat dari sejak tahun 2003 sampai Hal ini menunjukkan, perkembangan kegiatan konstruksi cukup memberi peluang untuk menyerap tenaga kerja konstruksi. Akan tetapi bila ditinjau dari kondisi tenaga kerja konstruksi, yaitu tingkat pendidikan dan kualifikasinya masih diperlukan upaya untuk meningkatkan agar dapat memanfaatkan peluang lapangan kerja konstruksi. Analisis situasi pasar kerja dimaksudkan untuk memberi gambaran secara empiris mengenai keadaan karakteristik penduduk terutama yang bekerja dilihat dari struktur lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, tingkat pendidikan serta perubahan-perubahan antar waktu. Disamping membahas mengenai karakteristik penduduk bekerja, pada bagian selanjutnya juga dibahas mengenai pola pertumbuhan ekonomi dalam kaitannya dengan perubahan struktur lapangan pekerjaan. 4.2 Komposisi Penduduk Usia Kerja Seiring perkembangan penduduk, jumlah penduduk usia kerja di DKI Jakarta pada tahun 2008 mencapai 6,92 juta orang yang terdiri 3,40 juta penduduk laki-laki dan 3,52 juta penduduk perempuan. Jika di bandingkan dengan tahun 2007 jumlah penduduk usia kerja ini mengalami sedikit kenaikan sebesar 2,20 persen. Dirinci menurut kegiatan per jenis kelamin, Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan pola kegiatan antara laki-laki dan perempuan. Pada penduduk laki-laki, mereka yang tergolong angkatan kerja memiliki porsi sebesar 79,15 persen terhadap seluruh jumlah penduduk usia kerja laki-laki. IV-2

3 Tabel 4.1 Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kegiatan, Jenis Kegiatan L P L + P Angkatan Kerja 4.100, , , , , ,0 - Bekerja 3.497, , , , , ,0 - Pengangguran 602,7 615,9 590,0 339,0 203,0 542,0 Bukan AK 2.520, , ,9 696, , ,3 - Sekolah 666,2 633,4 620,4 330,7 322,8 653,0 - Mengurus Ruta 1.621, , ,8 34, , ,5 - Lainnya 232,4 189,1 272,7 330,9 170,5 501,3 Total 6.620, , , , , ,3 Sumber : Sakernas 2008, BPS Provinsi DKI Jakarta 4.3 Karakteristik Angkatan Kerja Seperti terlihat pada Tabel 4.2, jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta tahun 2007 mencapai 4,08 juta jiwa, yang terdiri dari 2,64 juta jiwa angkatan kerja laki-laki (64,72 persen) dan 1,44 juta jiwa angkatan kerja perempuan (35,28 persen). Secara umum, angkatan kerja di DKI Jakarta berpola rendah pada usia muda, kemudian mencapai puncak pada usia tahun menurun pada usia yang lebih tua. IV-3

4 Tabel 4.2 Angkatan Kerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Kelompok 2008 (Satuan orang) Umur L P L+P Tenaga AK 4, , , , , Sumber : Sakernas 2008, BPS Provinsi DKI Jakarta 4.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Partisipasi penduduk dalam kegiatan ekonomi salah satunya dapat diukur dengan menghitung proporsi penduduk yang masuk dalam pasar kerja atau proporsi angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Persentase penduduk yang bekerja terhadap angkatan kerja disebut dengan Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) artinya besarnya peluang seorang calon pekerja untuk menggantikan posisi yang tersedia saat ini dan sebaliknya persentase penduduk yang mencari kerja atau dengan kata lain sedang menganggur terhadap angkatan kerja disebut dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). IV-4

5 Tabel 4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun , Sakernas 2008, BPS Provinsi DKI Jakarta Kelompok 2008 Umur L P L+P ,34 30,40 32,22 32,20 45,93 39, ,33 71,81 67,23 78,62 64,71 71, ,57 69,51 70,39 93,51 59,72 76, ,93 70,71 67,72 94,41 55,52 75, ,55 68,87 68,75 93,59 47,87 70, ,93 69,80 70,68 93,24 51,56 72, ,26 69,36 63,33 91,98 50,26 70, ,82 66,04 60,06 83,71 39,81 61, ,60 51,81 50,00 73,34 40,00 57, ,18 34,26 31,23 44,35 23,45 33,98 DKI Jakarta 63,08 62,72 61,04 80,92 51,42 65,92 Sumber : Sakernas 2008, BPS Provinsi DKI Jakarta Ditinjau menurut tungkat partisipasi angkatan kerja tercatat bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tahun 2008 sebesar 65,92 persen, dimana laki-laki memilki TPAK yang jauh lebih tinggi dibanding TPAK perempuan. Pada tahun 2008, TPAK laki-laki tercatat 80,92 persen, sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 51,42 persen. Dari sisi struktur umur, tingkat partisipasi angkatan kerja baik laki-laki maupun perempuan mengikuti pola umum, yaitu rendah pada usia muda (15-19 tahun), kemudian tinggi pada usia lebih tua (20-49 tahun), dan mulai menurun setelah melewati usia 50 tahun. IV-5

6 4.5 Kondisi dan Karakteristik Tenaga Kerja Konstruksi Karakteristik Penduduk Bekerja Pada umumnya analisis data mengenai kegiatan ekonomi penduduk menitikberatkan pada alokasi angkatan kerja menurut sektor lapangan usaha, tren perpindahan dari satu sektor ke sektor lainnya dan penyebab perpindahan tersebut serta struktur angkatan kerja baik menurut jenis pekerjaan maupun status pekerjaan. Selain itu untuk melihat kualitas sumber daya manusia (SDM) yang masuk dalam angkatan kerja, salah satunya dapat dilihat dengan menganalisis tingkat pendidikan angkatan kerja tersebut Penyerapan Tenaga Kerja Pada umumnya data mengenai kegiatan ekonomi penduduk menitikberatkan pada alokasi penduduk yang bekerja menurut sektor ekonomi (lapangan pekerjaan), status pekerjaan dan jenis pekerjaan. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pada bagian ini diulas secara singkat mengenai komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan, status pekerjaan dan jenis pekerjaan, dalam ekonomi perkotaan seperti DKI Jakarta, penduduk yang bekerja di sektor sekunder dan tersier biasanya menempati porsi yang cukup besar. Sektor konstruksi merupakan sektor ekonomi yang berkontribusi cukup besar dalam penyerapan tenaga kerja nasional. Sebagai gambaran, jumlah karyawan tetap yang diserap pada tahun 2003 mencapai 378 ribu IV-6

7 orang dan pada tahun 2007 turun menjadi 372 ribu orang atau turun rata-rata 0,4 % pertahun. Disamping tenaga kerja tetap, penyerapan tenaga kerja harian lepas, seperti tukang batu dan tukang kayu juga berkontribusi sangat besar. Jika pada tahun 2003 penyerapan tenaga kerja harian lepas sebesar 158 juta orang-hari pada tahun 2007 mencapai 384,7 juta orang/ hari. Sumber : Statistik Konstruksi, BPS, 2008 Gambar 4.1 Jumlah Karyawan Tetap dan Hari-orang Pekerja Harian Lepas Tahun Tingkat Pendidikan Karyawan Komposisi penduduk yang bekerja menurut jenjang pendidikan yang ditamatkan dapat menggambarkan kualitas SDM yang masuk dalam angkatan kerja, sekaligus menunjukkan seberapa besar Human Capital yang ada di IV-7

8 wilayah tersebut. Semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk yang bekerja, diasumsikan semakin baik kualitas tenaga kerja tersebut. Secara umum, penduduk yang bekerja di DKI Jakarta memiliki bekal pendidikan yang relatif baik jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Indonesia. Lebih dari setengah penduduk yang bekerja, berpendidikan SLTA ke atas (55,70 persen). Jika dibandingkan dengan keadaan nasional pada kelompok pendidikan yang sama, sangat jauh perbedaannya (hanya 22 persen). Dengan demikian tampak bahwa Human Capital penduduk DKI Jakarta jauh lebih unggul dibandingkan wilayah lain di Indonesia. Tabel 4.4 Jumlah Karyawan Tetap dan Hari-orang Pekerja Harian Lepas Pendidikan yang Ditamatkan L P L+P Maksimal SD 22,08 22,00 24,18 18,33 27,57 22,02 SLTP 21,14 20,65 20,11 20,60 21,93 21,13 SLTA 42,60 41,95 40,57 44,30 29,54 38,41 D1 Keatas 14,19 15,40 15,13 16,77 20,96 18,44 Jumlah 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber : Sakernas, BPS Provinsi DKI Jakarta, 2008 Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator kualitas tenaga kerja. Pada tahun 2003 jumlah tenaga kerja tetap berpendidikan akademi dan universitas sebesar 124,8 ribu orang, pada tahun 2007 naik menjadi sekitar 148,4 ribu IV-8

9 orang. Ini berarti pekerja tetap berpendidikan perguruan tinggi tumbuh sekitar 4,4 % pertahun. Di lain pihak, jumlah tenaga tetap berpendidikan dasar dan menengah sebesar 253,1 ribu orang pada tahun 2003 turun menjadi 223,5 ribu orang pada tahun 2007 atau menurun sekitar 3,1 % per tahun. Sumber : Statistik Konstruksi, BPS, 2008 Gambar 4.2 Tingkat Pendidikan Karyawan Tetap Tenaga Kerja Bekerja menurut Sektor Formal dan Informal Kemampuan tumbuh sektor formal tidak dapat mengimbangi pertumbuhan angkatan kerja, sektor informal menjadi penanggung beban menampung kelebihan tenaga kerja masa datang. Sektor informal membuktikan mampu menciptakan lapangan kerja, telah banyak berjasa membentuk pendapatan IV-9

10 masyarakat. Bank Dunia tahun 1999 merekomendasikan bagaimana memberi perhatian serius membangun kota yang menjadi mesin pertumbuhan dinamis dan tempat tinggal nyaman bagi penduduknya berkait sektor informal, hal ini betul-betul menjadi tantangan. Kelemahan dan keunggulan sektor informal, sektor informal mampu menyerap tenaga kerja kelas apapun dengan mudah, ini memicu migrasi desakota kuat, memunculkan persoalan pelik di kota. Bila lingkungan buruk, seperti lalu lintas semrawut, mendorong berkembang lingkungan pemukiman kumuh dan lingkungan berpendapatan rendah. Dipadukan dengan fasilitas pelayanan umum dapat mengakibatkan permasalahan baru di kota, ini bagian kelemahan sektor ini. Tabel 4.5 Pekerja Formal dan Informal menurut Jenis Kelamin, 2008 Jenis Pekerjaaan Pekerja Formal Pekerja Informal Jumlah Presentase Informal Laki - laki Perempuan Jumlah Sumber : Sakernas, BPS Provinsi DKI Jakarta, 2008 IV-10

11 4.5.5 Kualifikasi Tenaga Kerja Konstruksi Berdasarkan Statistik Profesi Lembaga Jasa Konstruksi Tahun 2009, kualifikasi tenaga ahli sebagian besar berkualifikasi Muda (69 %), dan berturut-turut semakin kecil adalah kualifikasi madya (24 %), Pemula (5 %) dan Utama (2 %). Hal ini menunjukkan bahwa komposisi tenaga ahli, kurang proposional berdasarkan hierarki kualifikasi tenaga ahli. Sumber : Statistik Profesi, LPJK, 2009 Gambar 4.3 Persentase Tenaga Ahli Berdasarkan Kualifikasi Tahun 2009 Komposisi tenaga terampil menurut Statistik Profesi LPJK tahun 2009, sebagian besar berkualifikasi Tingkat (Tk) I (40%) dan dikuti Tk II (36%), SKT-P (14%) dan Tk-III (10%). IV-11

12 Sumber : Statistik Profesi, LPJK, 2009 Gambar 4.4 Persentase Profesi Tenaga Terampil Berdasarkan Kualifikasinya Hal ini ditunjukan oleh arah pembangunan nasional dan pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan sektor konstruksi. Akan tetapi kuantitas tenaga kerja konstruksi yang berkualitas masih perlu ditingkatkan, agar dapat memanfaatkan peluang kerja di sektor konstruksi. Untuk itu diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja konstruksi melalui pembinaan kompetensi dan pelatihan tenaga kerja konstruksi yang didukung oleh kelembagaan serta peraturan perundang-undangan yang dapat mendorong usaha tersebut. 4.6 Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan Angka-angka dalam Tabel 4.6 di bawah ini menjelaskan bahwa angkatan kerja di Indonesia masih didominasi oleh pekerja dengan tingkat pendidikan dasar. Proporsi tenaga kerja dengan basis pendidikan dasar ini mencapai 94,58%. Sektor konstruksi IV-12

13 dengan karakteristik pekerjaan adalah kasual dan manual akan banyak menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan dasar lebih besar. Tabel 4.6 ini juga menjelaskan bahwa proporsi tenaga semi profesional ternyata memiliki proporsi lebih rendah (2,26%) dibanding tenaga profesional (3.13%). Hal ini menengarai bahwa banyak angkatan kerja dengan latar belakang pendidikan Sarjana (S1). Proporsi tenaga kerja Indonesia berdasarkan latar belakang pendidikan ini selanjutnya dimanfaatkan untuk menjustifikasi proporsi tenaga kerja konstruksi yaitu pekerja, semi profesional dan profesional. Jenis Tenaga Kerja Pekerja Semi Profesional Tabel 4.6 Persentase Jumlah Penduduk yang Bekerja menurut Pendidikan Tingkat pendidikan Tahun Tdk/blm tamat SD 131,7 127,2 154,4 234,9 SD 761,7 751,9 775,9 246,0 SLTP Umum/SMP 862,9 826,1 837,6 944,1 SLTA Umum/SMU 1.108, , ,5 998,3 SLTA Kejuruan/SMK 740,5 696,5 593,9 818,584 Diploma I/II 51,5 53,1 53,4 64,5 Akademi/Diploma III 186,8 187,6 179,5 192,2 Profesional Universitas 337,6 374,8 367,8 560,2 Total 4.181, , , ,1 Sumber : BPS Provinsi DKI Jakarta, 2008 Pendidikan merupakan proses terhadap suatu pemahaman materi yang dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Pendidikan yang diadakan di Indonesia dibagi menjadi pendidikan formal yang terdiri dari pendidikan strata dan diploma IV-13

14 sedangkan pendidikan non formal dilakukan melalui pendidikan-pendidikan profesional, Lembaga Pendidikan Ketrampilan. Perkembangan industri jasa konstruksi yang melaju dengan pesat dan cepat, seiring dengan perkembangan teknologi dan kondisi krisis serta tantangan yang muncul, seperti kecenderungan perekonomian yang berbasis informasi dan kecenderungan teknologi, secara global yang pasti menuntut pengembangan perguruan tinggi di Indonesia untuk dapat berperan aktif dalam memanfaatkan peluang, yaitu dengan mengisi kebutuhan tenaga kerja di pasar global melalui lulusan-lulusannya yang berdedikasi tinggi, berkualitas serta berwawasan global. Kecenderungan adanya suatu tuntutan dari pasar kerja global tentang penentuan kualifikasi seorang lulusan untuk berpartisipasi di dunia kerja, dari tahun ke tahun semakin selektif dan ketat. Oleh karena itu semua institusi pendidikan tinggi di Indonesia sejak awal sudah harus mampu mengantisipasi dengan melakukan pembenahan diri, mulai dari penguatan program studi, yaitu menggunakan Kurikulum berbasis kompetensi, memberikan perhatian terhadap peningkatan kualitas mahasiswa (skilled improvement) hingga penempatan kerja lulusannya (job placement). IV-14

15 4.7 Faktor Pendukung Penciptaan Lapangan Kerja Sektor Konstruksi Pertumbuhan Ekonomi Kinerja perekonomian DKI Jakarta tahun menujukkan prestasi yang cukup menggembirakan setelah dalam lima tahun sebelumnya sempat terpuruk akibat krisis multidimensional yang berkepanjangan. Keberhasilan ini tidak terlepas dari kondisi politik nasional yang relatif stabil pasca krisis. Sebagai pintu gerbang negara, Jakarta memiliki peran yang cukup besar terhadap Perekonomian Nasional. Dilihat dari nilai Produksi Domestik Regional Bruto (PDRB), peranan Jakarta terhadap Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai persen. dengan demikian, Jakarta menjadi penyumbang terbesar PDB dibanding provinsi-provinsi lain di Indonesia. Oleh karenanya kondisi perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Jakarta. Pertumbuhan ekonomi nasional 2007 ditunjukkan oleh PDB atas dasar konstan tahun 2000 meningkat, yaitu sekitar 6,3 % jika dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 5,5%. Pertumbuhan PDB tanpa migas di tahun 2007 yaitu 6,9 % dari 6,1 % pada tahun Pertumbuhan tanpa migas sebesar 6,9 % tersebut, lebih tinggi dari PDB total. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya sektor-sektor di luar migas dalam perekonomian nasional. IV-15

16 Sumber : Pendapatan Nasional Indonesia , BPS, 2009 Gambar 4.6 Grafik Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Harga Konstan Tahun Perbandingan dengan Negara lain, Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Berdasarkan laporan Sekretariat ASEAN, beberapa Negara anggota ASEAN memperlihatkan perkembangan yang cukup mengembirakan. Pertumbuhan ekonomi lima Negara anggota ASEAN, yaitu : Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand secara keseluruhan mencapai 6 % pada tahun 2006, meningkat bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sekitar 5,6%. Dibandingkan Negara industri tergabung dalam Grup 8 (G8) berdasarkan laporan Bank Dunia, Indonesia memiliki pertumbuhan relative tinggi padat tahun 2006 dalam angka persentase. Jepang merupakan Negara industri IV-16

17 terbesar di kawasan Asia pada tahun 2006 hanya tumbuh 2,2 %, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya 1,9 %. Amerika Serikat yang merupakan Negara industri maju dan pasar terbesar bagi ekspor semua Negara di dunia memiliki pertumbuhan relatif rendah yaitu sekitar 3,2 % pada tahun 2005 dan 2,9 % tahun Sumber : Pendapatan Nasional Indonesia , BPS, 2008 Gambar 4.7 Pertumbuhan Ekonomi Dunia Tahun Perkembangan PDRB Sektor Konstruksi Pertumbuhan sektor konstruksi pada tahun 2007 cukup tinggi yaitu mencapai 8,6 %, lebih tinggi bila dibanding dengan pertumbuhan tahun 2006 yaitu sekitar 8,3 %. Prospek sektor ini dimungkinkan cukup bagus, terutama dengan proyek baru dalam pembangunan infrastruktur di berbagai sektor. Besar IV-17

18 sumbangan sektor konstruksi terhadap PDB sekitar 7,5 % di tahun 2006 dan naik menjadi 7,1 % pada tahun 2007 (dapat dilihat pada Gambar 4.8). Sumber : Pendapatan Nasional Indonesia , BPS, 2008 Gambar 4.8 PDRB dan Distribusi Sektor Konstruksi Berdasarkan Harga Konstan Tahun Pertumbuhan ekonomi nasional 2007 ditunjukkan oleh PDB atas dasar konstan tahun 2007 meningkat, yaitu sekitar 6,3 % jika dibandingkan dengan tahun 2006 yaitu 5,5%. Pertumbuhan PDB tanpa migas di tahun 2007 yaitu 6,9 % dari 6,1 % pada tahun Pertumbuhan tanpa migas sebesar 6,9 % tersebut, lebih tinggi dari PDB total. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya sektor-sektor di luar migas dalam perekonomian nasional, termasuk sektor konstruksi (Pertumbuhan ekonomi Nasional dapat dilihat pada Gambar 4.7) IV-18

19 4.7.3 Pendapatan Bruto dan Pengeluaran Sektor Konstruksi Nilai pendapatan bruto sektor konstruksi sejak tahun 2003 sampai tahun 2007 selalu mengalami peningkatan. Pada periode tersebut rata-rata pertumbuhan pertahun mencapai 20,1%. Pada tahun 2003 pertumbuhan pendapatan bruto meningkat mencapai 11.4 %, tahun 2004 terjadi peningkatan sangat cepat sebesar 48 %, tahun 2005 meningkat sebesar 18,4 %, dan data sementara tahun 2007 diperkirakan meninkat 4,1 %. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.9. Sumber : Statistik Konstruksi, BPS, 2008 Gambar 4.9 Pendapatan Bruto dan Pengeluaran Perusahan Konstruksi IV-19

20 4.7.4 Sumber Pembiayaan Pekerjaan Konstruksi Sejalan dengan diperlakukan otonomi daerah, sejak tahun 2003 proyekproyek konstruksi yang dibiayai dari APBD cenderung meningkat. Pada tahun 2003 APBD berkontribusi sebesar 44,1 % dan pada tahun 2007 menurun menjadi 29,9%. Sumber : Statistik Konstruksi, BPS, 2008 Gambar 4.10 Sumber Dana Pekerjaan Konstruksi tahun IV-20

21 4.8 Distribusi SDM Konstruksi Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa adanya potensi dari SDM pelaku jasa konstruksi untuk dapat bersaing secara global dan sehat. Secara performance menunjukkan keinginan untuk meningkat dan dapat bekerja secara professional dibidangnya. Beberapa kondisi dan situasi yang terjadi yang mungkin juga sudah menjadi suatu sistem yang justru menghambat perkembangan SDM pelaku jasa konstruksi di daerah. Berdasarkan data statistik asosiasi pembinaan jasa konstruksi prosentase pengusaha pada kelas kecil lebih mendominasi persaingan. Jumlah tenaga ahli yang menangani dalam proyek hanya sekitar 30% dan sisanya merupakan seseorang yang berkiprah pada usaha jasa konstruksi tanpa dasar atau latar belakang teknis. Persaingan yang terjadi merupakan persaingan tidak sehat dimulai dari sistem kualifikasi yang kurang memenuhi standar dan sistem pelelangan yang tidak transparan. Sifat perusahaan kecil bisa dilihat dari modal yang terbatas, kurang tersedianya tenaga ahli dan terampil, membuat penawaran yang tidak komplit serta banyak mengandalkan kolusi, korupsi dan nepotisme supaya memperoleh proyek. Tidak profesionalnya pengusaha-pengusaha tersebut menyebabkan adanya dugaan banyak bangunan gedung, irigasi dan jalan cepat rusak yang merugikan masyarakat. IV-21

22 Sistem otonomi daerah membawa dampak pada perkembangan jasa konstruksi, yakni proyek-proyek berkumpul dan dikelola oleh daerah. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan rawan akan kegiatan manipulasi. Keberadaan tenaga teknis di lapangan, bisa dinilai sangat kurang. Hal ini dikarenakan kontraktor tidak bersedia mengalokasikan biaya untuk tenaga ahli. No. Tabel 4.7 Jumlah Tenaga Sektor Konstruksi Berdasarkan Jenis Kelamin PROVINSI Tiap Provinsi wilayah DKI Jakarta Tenaga Kerja Konstruksi Laki - Laki Pencari Kerja Perempuan 1 DKI Jakarta Sumber : Statistik Profesi, LPJK, 2009 IV-22

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2011 SEBESAR 10,83 PERSEN No. 19/05/31/Th XIII, 5 Mei 2011 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2012 SEBESAR 10,72 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 9,84 PERSEN No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013 BPS PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2013 SEBESAR 9,94 PERSEN No. 25/05/31/Th. XV, 6 Mei 2012 Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan dan jumlah komposisi tenaga kerja tersebut akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/05/31/Th. XVI, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 8,36 PERSEN Jumlah angkatan kerja di DKI Jakarta

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 30/05/12/Th. XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,41 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 27/05/Th.XVIII, 5 Mei 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,73 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 33/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,10 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th. XI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk usia 15

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Th. XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,49 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.53/11/TH.XIX, 7 November 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,57 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 71 /11/76/Th.IX, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,35 PERSEN Jumlah penduduk usia kerja di Sulawesi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 19/05/31/Th.XI, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2009 SEBESAR 11,99 PERSEN angkatan kerja pada Februari 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan di setiap wilayah maupun negara. Ini adalah tentang bagaimana negara membangun sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.25 /05/TH.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,39 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh pada Februari 2017 mencapai 2,330

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam proses globalnya membutuhkan sarana dan prasarana guna menunjang proses pembangunan yang seutuhnya.

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010 BADAN PUSAT STATISTIK No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010 AGUSTUS 2010: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Periode RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 beserta semua capaian kinerjanya

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 65/11/12/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,84 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 74/11/Th. XIV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 31/5/13/Th XVIII, 05 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,99 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sumatera Barat pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.24/05/TH.XIX, 4 Mei 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,13 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Aceh

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.29 /05/17/XI, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2017 sebanyak

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 34/05/35/Th.XII, 5 Mei 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,02 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 29,38

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,00 PERSEN Jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No.57/11/TH.XVIII, 5 November 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 35/05/21/Th. VIII, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,39 PERSEN

Lebih terperinci

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Junaidi, Junaidi; Z,Zulfanetti; Hardiani, Hardiani ABSTRAK Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi ketenaga kerjaan di Provinsi Jambi yang mencakup

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 04/01/31/Th. XI, 5 Januari 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008 Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada Agustus 2008 mencapai 4,77 juta orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 35/05/12/Th XVIII, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SUMATERA UTARA SEBESAR 6,39 PERSEN. angkatan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 28/05/61/Th. XIV, 7 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT 2012: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sebesar 3,4 persen Jumlah angkatan kerja pada 2012

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 33/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,14 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Keadaan Ketenagakerjaan di DKI Jakarta Februari 2017 No. 27/05/31/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di DKI Jakarta pada Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 No. 22/5/Th.XVII, 5 Mei 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,75 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian.

Laporan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang ketenagakerjaan pertanian, rumah tangga pertanian dan kondisi pengelolaan lahan pertanian. BAB I PENDAHULUAN Sasaran pembangunan jangka panjang di bidang ekonomi adalah struktur ekonomi yang berimbang, yaitu industri maju yang didukung oleh pertanian yang tangguh. Untuk mencapai sasaran tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,16 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,70 PERSEN No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36

Lebih terperinci

STRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA. Nugraha Setiawan

STRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA. Nugraha Setiawan STRUKTUR UMUR SERTA TINGKAT PENDIDIKAN PENGANGGUR BARU DAN TINGKAT PENGANGGURAN DI INDONESIA Nugraha Setiawan PUSAT PENELITIAN KEPENDUDUKAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi perkembangan penyerapan tenaga kerja. Biasanya semakain tinggi pertumbuhan ekonomi cenderung semakin membuka penyerapan tenaga

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

BPS PROVINSI DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 52/11/31/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 6,12 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 54/11/31/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015 TPT DKI JAKARTA BULAN AGUSTUS 2015 SEBESAR 7,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 23/05/31/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2016 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 5,77 PERSEN Jumlah angkatan kerja pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 BADAN PUSAT STATISTIK No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 FEBRUARI 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No. 66/11/13/Th XVIII, 05 November 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,89 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Agustus 2015 sebanyak 2,35

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 71/11/12/Th. XVIII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,71 PERSEN angkatan kerja di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius

I. PENDAHULUAN. menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sampai era tahun 1980-an, para analis ketenagakerjaan pada umumnya menganggap pengangguran bukan masalah ketenagakerjaan yang serius (Depnakertrans, 2004a).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan pencapaian kesejahteraan tersebut dapat diukur dengan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA BARAT FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA BARAT FEBRUARI 2017 No. 23/05/91/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA BARAT FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,52 PERSEN Keadaan Angkatan Kerja Februari 2017 dibanding Februari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2008 SEBESAR 6,04 PERSEN No. 17/05/34/Th. X, 15 Mei 2008 Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 53/11/TH XVI, 6 November 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 10,3 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI DKI JAKARTA

BPS PROVINSI DKI JAKARTA BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 55/11/31/Th.XVI, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan situasi global dan lokal bagi dunia bisnis, perusahaanperusahaan dewasa ini dituntut agar lebih inovatif dan kreatif dalam bersaing agar mampu memenangkan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015 No. 67/11/15/Th.VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,34 PERSEN Angkatan kerja Provinsi Jambi pada Agustus 2015 sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja yang mampu menyerapnya. Masalah pengangguran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran adalah kondisi saat seseorang tidak bekerja dalam usia produktif antara 15 hingga 65 tahun. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tabel 1.1 menunjukkan data statistik mengenai total pendapatan (PDB), jumlah populasi dan pendapatan per kapita negara-negara anggota ASEAN. Dimana, Indonesia memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci