BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.
|
|
- Sri Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, satu sama lain seperti: tingkat pendapatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan. Kemiskinan terus menjadi masalah sosial yang fenomenal sepanjang sejarah di Indonesia. Di negara ini, nampaknya tidak ada persoalan yang lebih besar, selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa mengenyam pendidikan yang berkualitas, kesulitan membiayai kesehatan, kurangnya tabungan dan tidak adanya investasi, kurangnya akses ke pelayanan publik, kurangnya lapangan pekerjaan, kurangnya jaminan sosial dan perlindungan terhadap keluarga, menguatnya arus urbanisasi ke kota, dan yang lebih parah, kemiskinan menyebabkan jutaan rakyat memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan papan secara terbatas. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta (16,58 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,13 juta. Penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,20 juta, sementara di daerah perkotanan berkurang 0,93 juta orang. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
2 (perusemahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2007, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 74,38 persen. Data BPS menginformasikan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 sebanyak 37,17 juta (16,58 persen dari jumlah penduduk) turun menjadi 34,96 juta (15,42 persen) pada tahun 2008 (BPS, 2009). Kemudian pada tahun 2009, jumlah penduduk miskin menurut BPS tercatat sebanyak 32,5 juta jiwa (14,15 persen). Jumlah tersebut menurun pada Maret 2010 yang mencapai 31,02 juta (13,33 persen dari totatl jumlah penduduk). Penurunan jumlah penduduk miskin di tahun 2010 dikarenankan oleh rata-rata upuh buruh tani dan upah buruh bangunan yang naik sebesar 3,2 persen dan 3,86 persen selama periode Penurunan jumlah penduduk kemiskinan kembali terjadi pada periode September 2011 sebesar 29,89 juta (12,36 persen). Hal ini dikarenakan pada periode tersebut terjadi inflasi umum yang relatif rendah yaitu sebesar 2,25 persen. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP (Nilai Tukar Petani) sebesar 1,79 persen juga menjadi faktor pengurang jumlah penduduk miskin yang yang signifikan (Menkokesra.go.id/02/01/2012 diakses pada tanggal 3 juni 2013 pukul WIB ). Sementara itu, keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Agustus 2011 menunjukkan adanya sedikit perbaikan yang digambarkan dengan adanya penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja mencapai 117,4 juta orang turun sekitar 2,0 juta orang dibanding keadaan Februari Penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 berkurang sebesar 1,6 juta orang dibanding keadaan Februari 2011, terutama disebabkan penurunan pada sektor pertanian. Jumlah pengangguran pada
3 Agustus 2011 mengalami penurunan sekitar 420 ribu orang jika dibanding keadaan Februari Selama periode satu tahun terakhir terjadi kenaikan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,62 persen. Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 mengalami kenaikan terutama di Sektor Industri sebesar 840 ribu orang (6,13 persen) dan Sektor Konstruksi sebesar 750 ribu orang (13,42 persen). Sedangkan sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah Sektor Pertanian sebesar 3,1 juta orang (7,42 persen) dan Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi sekitar 500 ribu orang (8,96 persen), dan Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 370 ribu orang (2,17 persen). Jika dibandingkan dengan Agustus 2010 hampir semua sektor mengalami kenaikan jumlah pekerja, kecuali Sektor Pertanian dan Sektor Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, masing-masing mengalami penurunan jumlah pekerja sebesar 5,21 persen dan 9,61 persen. Sektor Pertanian, Perdagangan, Jasa Kemasyarakatan dan Sektor Industri secara berurutan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja pada bulan Agustus 2011 ( diakses pada tanggal 3 juni 2013 pukul WIB). Secara sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Agustus 2011 sekitar 41,5 juta orang (37,83 persen) bekerja pada kegiatan formal dan 68,2 juta orang (62,17 persen) bekerja pada kegiatan informal. Dari 109,7 juta orang yang bekerja pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak
4 sebagai buruh/karyawan sebesar 37,8 juta orang (34,44 persen), diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 19,7 juta orang (17,93 persen), dan berusaha sendiri sejumlah 19,4 juta orang (17,70 persen). Sedangkan status pekerjaan utama yang terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap sebesar 3,7 juta orang (3,39 persen) ( diakses pada tanggal 3 juni 2013 pukul WIB). Kemiskinan merupakan masalah individual, masalah keluarga, masalah sosial, masalah nasional sekaligus masalah internasional. Disebut sebagai masalah individu karena setiap orang menginginkan kehidupan yang sejahtera. Tidak seorangpun yang menginginkan dirinya miskin. Sebaliknya, merupakan cita-cita setiap orang untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup dan dapat hidup secara layak sebagai seorang manusia yang memiliki harkat martabat. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup secara mandiri bagi setiap orang merupakan suatu masalah serius, khususnya bagi orang dewasa dan secara jasmani dan rohani (Siagian, 2011:137). Seluruh upaya dan kebijakan afirmatif untuk mempercepat dan memperluas upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia sejak tahun 2012 diintegrasikan ke dalam MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia). Kebijakan ini mencakup seluruh program penanggulangan kemiskinan yang selama ini telah ada, meliputi: Bantuan dan Perlindungan Sosial, Pemberdayaan Masyarakat, Pengembangan Usaha Kecil dan Mikro, dan yang terakhir Program Pro Rakyat Melalui Penyediaan Prasaran/Sarana Murah. Untuk mendukung berbagai program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan pada MP3KI, dalam RAPBN 2013 direncanakan alokasi anggaran Rp106,8 Triliun, meningkat lebih dari dua kali
5 lipat dibanding anggaran tahun 2007 (Rp53,1 T) ( depkeu.go.id /RAPBN diakes pada tanggal 4 juni 2013 pukul WIB). Asuransi sosial sebagai teknik jaminan sosial dasar, yang disusun menurut bentuk aslinya sebagai sebuah kontrak antara individu dan masyarakat, juga agar dapat benar-benar menjamin kondisi kehidupan minimum bagi setiap orang terutama kepada penduduk miskin di Indonesia. Negara harus terus menyediakan kerangka kerja dasar bagi asuransi sosial wajib yang membutuhkan partisipasi keuangan dari seluruh warganya dalam sebah skema, yang dapat melindungi mereka dari konsekuensi terjadinya resiko sosial yang besar. Kemiskinan dan jaminan sosial merupakan salah satu bentuk persoalan masyarakat akibat terjadinya ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk, keterbatasan ketersediaan lapangan kerja, kebutuhan akan jaminan sosial, kebutuhan akan cara kerja yang profesional, serta berbagai tekanan yang ditimbulkan. Disamping itu, faktor keterbatasan terhadap akses informasi, akses perbankan, akses mendapatkan sumber-sumber pendapatan, akses mendapatkan sumber-sumber kesehatan juga menjadi penyebab utama kemiskinan (depdagri.go.id/09/10/2011 diakses pada tanggal 4 juni 2013 pukul WIB). Sejalan dengan landasan konstitusi (UUD 1945) dalam Undang-Undang R.I. Nomor: 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (pasal 1) dijelaskan bahwa jaminan sosial merupakan salah satu perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Dalam Undang-Undang R.I. No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan Sosial (Pasal 9, ayat 1) juga dijelaskan bahwa jaminan sosial untuk menjamin fakir miskin. Sementara itu,
6 dalam misi dan prioritas pembangunan nasional ( ) digariskan, tentang pentingnya dikembangkan sistem perlindungan sosial nasional. Pemerintah dan masyarakat memiliki peran strategis dalam mewujudkan Sistem Jaminan Sosial sesuai dengan amanat UUD 1945 Pasal 27 Ayat (2) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerajaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal 28 Ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindugan dan kepastian hukum yagn adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum (Dit. Jamkesos, 2010:1). Di Indonesia, pentingnya jaminan sosial telah menjadi perhatian mendasar dan telah menjadi hak konstitusional setiap warga negara. Sejak beberapa dekade yang lalu, Indonesia telah menjalankan berbagai program jaminan sosial melalui berbagai peraturan perundang-undangan. Kenyataan menunjukkan, sistem jaminan sosial di Indonesia masih menjangkau kelompok masyarakat tertentu saja, yang pada umumnya bekerja di sektor formal. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) diperuntukan bagi pekerja di sektor industri, Asuransi kesehatan (Askes), Tabungan Pensiun (Taspen), dan Asuransi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) yang diperuntukan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan angggota Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hal itu diperkuat dengan kajian Sistem Perlindungan dan Jaminan Sosial (SPJS) yang dilakukan oleh Deputi bidang SDM dan Kebudayaan Badan perancang Pembangunanan Nasional (2003) bahwa asuransi sosial masih terbatas bagi pekerja sektor formal (PNS, TNI/POLRI, dan perusahaan). Bahkan menurut Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Bidang Koordinasi Kesejahteraan Sosial (2006), peserta program jaminan sosial di Indonesia, masih terlalu sedikit
7 yakni sekitar 20% dibanding dengan negara lainnya ( download/pdf/evaluasi-program-jaminan-kesejahteraan-sosial.pdf diakses pada tanggal 5 juni 2013 pukul WIB ). Pada umumnya jaminan sosial itu adalah jaminan pemeliharaan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua dan jaminan kematian dan diselenggarakan berdasarkan kontribusi peserta (contributory basis). Namun pada kenyataannya berbagai program tersebut baru mencakup sebagian kecil masyarakat saja. Dari 95 juta angkatan kerja baru 24,6 juta jiwa yang memperoleh jaminan sosial atau baru 12% dari jumlah penduduk. Sedangkan bila kita banding dengan negara lain, seperti Thailand dan Malaysia mereka mencapai masing-masing 50% dan 40% dari total penduduk (Achir, Yaumil Ch. Agoes, 2008). Pemerintah, dalam mengupayakan kesejahteraan sosial rakyat terutama masyarakat tergolong rentan seperti penduduk miskin, lajut usia, anak penyandang cacat ganda (fisik dan mental), seta penduduk yang tinggal di kawasan terpencil, telah menyelenggarakan beberapa bentuk perlindungan sosial. Namun hingga saat ini penduduk rentan serta yang bekerja di sektor informal pada umumnya belum tersentuh oleh skema-skema tersebut sehingga mereka pada posisi sangat rentan terhadap ketidakstabilan perekonomian yang terjadi baik di lingkungannya mapun di Indonesia secara umum. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang dapat memberikan perlindungan dan jaminan sosial bagi mereka dalam menghadapi ketidakstabilan ekonomi maupun sosial.
8 Untuk mengatasi dan menyelesaikan permasalahan tersebut, dan sebagai bentuk perwujudan dari amanat UUD 1945 Pasal 34 ayat (2), Pemerintah bermitra dengan masyarakat dalam memberikan jaminan sosial bagi msayarakat berisiko tersebut melalui program Asuransi Kesejahteraan Sosial (ASKESOS). Resiko dan ketidakpastian yang mungkin terjadi dapat diminimalisir melalui program ini. Askesos sebagai program substitutif bagi penurunan dan atau kehilangan pendapatan keluarga diharapkan dapat memberi jaminan, baik dalam arti mencegah, mempertahankan, maupun mengembangkan usaha masyarakat peserta dapat dipertahankan dan sekaligus mencegah terjadinya kemiskinan (depsos.go.id/11/06/2013). Asuransi Kesejahteraan sosial (Askesos) diterapkan secara nasional sejak tahun 2007, yang uji cobanya sudah dilakukan sejak tahun Hingga september 2008 Askesos telah menjangkau kepala keluarga (KK) dengan 671 lembaga pelaksana (depsos.go.id/07/11/2011). Dalam situasi krisis yang memungkinkan terjadinya perubahan kondisi pencari nafkah utama dalam keluarga baik karena sakit, kecelakaan, kematian, maka Askesos adalah salah satu sistem jaminan kesejahteraan sosial yang mampu memberikan bantuan atau perlindungan terhadap kondisi tersebut. Askesos menjadi harapan masyarakat terutama pekerja sektor informal. Melalui Askesos diharapkan mampu mengganti, memelihara dan mengembangkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan sosial yang ada (Dit. Jamkesos, 2010:12). Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia (YAKMI) merupakan salah satu lembaga yang memenuhi persyaratan dan dipercaya oleh
9 Kementerian Sosial untuk menyelenggarakan program Asuransi Kesejahteraan Sosial (Askesos). Wilayah Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli merupakan wilayah yang terdaftar sebagai wilayah program Askesos. Mayoritas penduduk di kelurahan ini berprofesi di sektor informal yang rentan akan kemiskinan. Program Askesos ini tentunya sangat penting untuk diikuti oleh seluruh masyarakat pekerja sektor informal di wilayah Kelurahan Mabar Hilir. Selain mengajak masyarakat untuk terbiasa menabung, program ini bertujuan untuk memberikan rasa aman bagi peserta Askesos yang bekerja di sektor informal yang karena suatu hal tidak dapat bekerja. Melalui program ini, peserta yang mengalami musibah dapat menerima pertanggungan dalam bentuk dan pengganti penghasilan selama tidak bekerja sehingga keluarga tetap dapat terbantu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selama pencari nafkah utama sakit. Menurut data yang diperoleh dari lembaga pengelola Askesos, sampai pada saat ini tercatat sebanyak 146 orang pekerja informal yang telah menajadi peserta Askesos di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti Bagaimana Evaluasi Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Yayasan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli. Maka penulis menyusun penelitian ini dengan judul Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli.
10 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli?. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Evaluasi Pelaksanaan Program Asuransi Kesejahteraan Sosial Oleh Lembaga Pelayanan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia di Kelurahan Mabar Hilir Kecamatan Medan Deli Manfaat penelitian 1. Bagi penulis sendiri menambah wawasan dan pengetahuan tentang Program Asuransi Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan oleh pemerintah 2. Bagi FISIP USU, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan sebagai bahan kajian perbandingan bagi mahasiswa yang tertarik terhadap masalah Evaluasi Program Askesos 3. Memberikan masukan dalam pelaksanaan program yang akan datang dan tindakan koreksi bagi pemerintah
11 1.4 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat peneltian serta sistematika penelitian. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian.
12 BAB V : ANALISIS DATA Bab ini bersikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Bab ini merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran sehubungan dengan penelitian yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha sumber daya manusia yang diarahkan pada tujuan meningkatkan harkat, martabat dan kemampuan manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita bangsa tersebut, pembangunan nasional disemua bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada satu negara di muka bumi ini yang melewatkan pembangunan. Pembangunan sudah menjadi bagian dari proses terbentuknya peradaban manusia. Tujuan dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut pemerintah berupaya secara maksimal untuk memberikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar) dijelaskan bahwa salah satu tujuan Negara Indonesia adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Lebih terperinciBAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial
BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial Jaminan sosial adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat bagi anggota-anggotanya untuk resiko-resiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi magnet bagi penduduk perdesaan untuk berdatangan mencari pekerjaan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun menjadi 5,2%
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 77/12/Th. XIII, 1 Desember 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010 AGUSTUS 2010: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 74/11/Th. XIV, 7 November 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011 AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XX, 05 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,22 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang layak.pada umumnya mereka belum tersentuh oleh megahnya
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kondisi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di desadesa terpencil sampai saat ini masih belum dapat dikatakan memiliki kondisi kehidupan yang
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015
No. 28/5/94/Th.VII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,72 PERSEN. Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2015 mencapai 1.709.668
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
1 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL I. UMUM Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diamanatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembangunan dilaksanakan melalui berbagai penyempurnaan, namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi. Ketimpangan ini
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009
BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.
BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan. Jumlah penganggur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang cukup serius dihadapi Indonesia dewasa ini adalah masalah pengangguran. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang saat ini
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016
KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2016 No. 26/05/94/Th.VIII, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,97 PERSEN. Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2016 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 33/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2011 FEBRUARI 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya jaminan sosial ketenagakerjaan terus berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. Pada era tahun dua ribuan sistem penjaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja telah menjadi salah satu modal utama dan menduduki peranan yang sangat penting untuk memajukan pembangunan nasional Indonesia. Tanpa didukung tenaga kerja
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke IV yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita Negara didirikan adalah mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan sosial. Indonesia merupakan Negara kesejahteraan sebagaimana tercantum dalam pembukaan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No. 28/05/33/Th.VI, 07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,88 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2012 mencapai 17,12 juta
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XIX, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,58 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah kemiskinan masih tetap menjadi masalah fenomenal yang masih belum dapat terselesaikan hingga
Lebih terperinciBAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.
BAB IV KEPENTINGAN INDONESIA DALAM PERUMUSAN KEBIJAKAN PERBURUHAN Fakta bahwa Indonesia tidak meratifikasi konvensi ILO No.131 dan No. 95 memang terkait dengan tidak mewajibkan meratifikasi konvensi tersebut.
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012
No.28/05/63/Th XVI/07 Mei 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.
1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014
BADAN PUSAT STATISTIK KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,70 PERSEN No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia. Masalah kemiskinan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 19/05/31/Th.XI, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009 TPT DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI 2009 SEBESAR 11,99 PERSEN angkatan kerja pada Februari 2009
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki tugas untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Salah satu syarat yang dapat memenuhinya adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia masalah tentang keselamatan kerja belum menjadi sebuah isu yang serius dibicarakan dalam dunia industri. Masih banyak pengusaha yang belum memikirkan
Lebih terperinciEduard Marpaung KSBSI
Eduard Marpaung KSBSI Menurut data BPS 2014 Buruh Informal pada tahun 2014 sekitar 59,38%. Pertumbuhan sektor informal ini tidak banyak berubah dari 10 tahun sebelumnya. Yang hanya terjadi adalah berpindahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional disegala bidang, salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan. Pelaksanaan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th. XI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk usia 15
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65/11/61/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di abad 21 ini tidak bisa dipungkiri bahwa pembangunan dimana-mana sudah semakin cepat dan kompleks, guna memenuhi kebutuhan manusia yang juga semakin banyak. Namun
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN
No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Papua Agustus 2017 No. 64/11/94/Th. VIII, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Papua Agustus 2017
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/ LEMBAGA : KEMENTERIAN KOORDINATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT I. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011
No.027/05/63/Th XV, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2011 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2011 sebesar 1,840 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 0,36
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki
Lebih terperinciBPS PROVINSI DKI JAKARTA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 55/11/31/Th.XVI, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting untuk dapat hidup layak dan produktif. Keterjaminan pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak dasar
Lebih terperinciKementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah pembangunan dapat mendatangkan dampak berupa manfaat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan-perubahan dalam aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 33/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,14 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013
No.29/05/63/Th XVII/06 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013 Jumlah penduduk angkatan kerja pada 2013 sebesar 1.937.493 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,65
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015
KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No. 66/11/13/Th XVIII, 05 November 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,89 PERSEN Angkatan kerja Sumatera Barat pada Agustus 2015 sebanyak 2,35
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sebagai suatu proses berencana dari kondisi tertentu kepada kondisi yang lebih baik dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan. Pembangunan tersebut bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan terus menunjukkan perbaikan. Pada bulan Agustus 211, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Aceh tercatat 7,43% sementara Tingkat
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016
No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.37/05/33/Th.IX, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2015 yang sebesar 18,29 juta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menuju Indonesia Sehat 2010 adalah merupakan visi dari Departemen Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju Indonesia Sehat 2010,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu di antara sejumlah daftar negaranegara berkembang di dunia. Hal yang paling mendasar yang umum dijumpai dalam suatu negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja merupakan faktor strategis dalam upaya mewujudkan pembangunan nasional Indonesia. Peran negara dalam mewujudkan upaya pembangunan nasional adalah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 32/05/61/Th. XVIII, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,78 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara berkembang, mencakup lebih dari satu milyar penduduk dunia, baik itu di daerah pedesaan maupun di perkotaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu kewajiban Negara serta tanggung jawab pemerintah kepada masyarakat dalam memberikan perlindungan sosial
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,99 PERSEN.
No. 63/11/94/Th.VII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,99 PERSEN. Jumlah angkatan kerja di Papua pada Agustus 2015 mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang ekonomi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan telah membawa dampak pada keterlantaran, ketunaan sosial hingga masalah sosial lainnya. Krisis global membawa dampak di berbagai sektor baik di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan
41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan terus menunjukkan perbaikan. Pada bulan ruari 2011, TPT Aceh tercatat 8,27%, sementara TPAK juga menunjukkan peningkatan
Lebih terperinciKetua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI
PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
No.33/05/52/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,86 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2017 mencapai
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016
No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.sekitar tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Di era teknologi seperti saat ini banyak sekali muncul inovasi dari layanan keuangan yang bermanfaat bagi berbagai lapisan masyarakat.sekitar tahun 2012Bank Indonesia
Lebih terperinciCATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,
CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015
No. 67/11/15/Th.VIII, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAMBI AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,34 PERSEN Angkatan kerja Provinsi Jambi pada Agustus 2015 sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 33/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,10 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2017
No. 28/05/94/Th.VIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PAPUA FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,96 PERSEN. Ringkasan Jumlah angkatan kerja di Papua pada Februari 2017
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.81 /11/33/Th.IX, 05 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,99 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2015 sebanyak 17,30 juta orang,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH
No.35 /05/33/Th.X, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,20 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2016 sebanyak 17,91 juta orang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi, ditandai dengan cepatnya perkembangan teknologi yang baru, yang juga sangat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilahirkan serta dididik sampai menjadi dewasa. Kewajiban suami selain menafkahi ekonomi keluarga, juga diharapkan menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat yang mempunyai kedudukan cukup sentral dan penting dalam pembentukan struktural sosial kemasyarakatan.
Lebih terperinci