BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI NOVEMBER 2011

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

PRESENSI DOSEN DIPEKERJAKAN KOPERTIS WILAYAH V

BAB IV PENGUMPULAN DATA

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

PERTUMBUHAN SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

3 METODOLOGI. 3.3 Pengumpulan Data

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI FEBRUARI 2012

Lampiran 1 : Data keuangan dan Permintaan (Data Skunder)

PERTUMBUHAN SIMPANAN *) BANK UMUM POSISI APRIL 2012

BAB II LANDASAN TEORITIS

DATA DISTRIBUSI SIMPANAN PADA BPR DAN BPRS

JUDUL : GKM PERKASA MENURUNKAN KONSUMSI PEMAKAIAN LISTRIK PADA PJU KAWASAN INDUSTRI KRAKATAU I CILEGON PROFIL GKM PERKASA PT KIEC

ANALISIS PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE MARVIN E. MUNDEL DI PTPN IV PKS PABATU, TEBING TINGGI

BAB V ANALISIS. Total Waktu (menit)

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISA. Value added time Leadtime. = 3,22jam. 30,97 jam x 100% = 10,4%

PEMAKAIAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK OPERASI BOILER, GENERATOR SET DAN FORKLIFT SELAMA TAHUN Atam Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. data yang diperoleh pada bab ini akan digunakan untuk mengukur nilai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Bahan baku di dalam banyak industri perlu disediakan pada waktu, tempat, dimungkinkan dengan pemeliharaan inventori yang baik.

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BINTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. Saldo Ratarata. Distribusi Bagi Hasil. Januari 1 Bulan 136,901,068,605 1,659,600, % 1,078,740, %

BAB I PENDAHULUAN. tepat waktu dan pelayanan yang lebih baik dari pada persaingnya. Selain itu

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

PENGUKURAN KINERJA PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN DENGAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX)

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2012

Media Infokom, CV Neraca per 31/12/00

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JUNI 2013

Penyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR AGUSTUS 2012

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tantangan yang dihadapi dunia industri saat ini menuntut peningkatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan kapasitas produksi dan ketersediaan bahan.

BAB V ANALISA HASIL. mengetahui kondisi perusahaan dari waktu ke waktu selama pengukuran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triyana, (2006:2) Mangkunegara (2008 : 67), Rivai dan Basri (2005:50)

BAB V ANALISA HASIL 5.1 ANALISA KONDISI YANG ADA. Untuk menemukan suatu masalah yang mempengaruhi afkir label pada produk

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan

Perkembangan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada sektor - sektor perekonomian yang strategis, salah satunya adalah

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) PADA PT. PERKEBUNAN LEMBAH BHAKTI ACEH SINGKIL

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA JAWA TIMUR JULI 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

SURVEI PENJUALAN ECERAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DILANTAI PRODUKSI BERDASARKAN PENGUKURAN METODE OBJECTIVE MATRIX (OMAX) (Studi Kasus di CV. Panyileukan)

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

PENGARUH JUMLAH UANG YANG BEREDAR TERHADAP INFLASI

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai sebagai sumber daya manusia dalam organisasi memiliki peran

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

BAB IV PEMBAHASAN MASALAH. 4.1 Sistem Pengadaan Perlengkapan Produksi pada PT. Indomo Mulia

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL (TPK) KALIMANTAN SELATAN BULAN DESEMBER 2011

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. BPR Nusamba dalam definisi UU Perbankkan adalah salah satu jenis

Analisis Peningkatan Produktivitas Di Lantai Produksi dengan Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) *

Analisis Pengukuran Produktivitas Menggunakan Metode Objective Matrix (OMAX) Di PT YPMI

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. orang yang terbagi menjadi karyawan direktorat, non- direktorat, proyek dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan ditempatkannya sumber daya manusia pada urutan pertama unsur-unsur

BAB l PENDAHULUAN. memiliki pegawai cukup banyak sehingga data-data pegawai tersebut harus

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Alokasi Biaya Overhead Menggunakan Metode Tradisional. 1. Departemen Operasi. 2. Departemen Permeliharaan

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

BAB V HASIL DAN ANALISA

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

Pada dasarnya setiap perusahaan melakukan aktivitas untuk mencapai. tujuannya melalui kombinasi sumber daya yang dimiliki.

Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas, Komponen Mutu dan HPP di Tingkat Petani di Indonesia,

Update BoM/POAMA NCEP/NOAA. Jamstec J ul (Prediksi BMKG (Indonesia. La Nina. La Nina.

SURVEI PENJUALAN SURVEI KONSUMEN ECERAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Data Atribut Menganalisis CTQ ( Critical to Quality) Mengidentifikasi Sumber-sumber dan Akar Penyebab Kecacatan

dari tahun pada stasiun pengamat yang berada di daerah Darmaga, Bogor.

Kondisi Perekonomian Indonesia

Transkripsi:

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN Langkah pengumpulan dan pengolahan data telah selesai dilakukan dan telah disajikan dalam bab sebelumnya yaitu bab 4 (empat), maka proses selanjutnya adalah proses analisa dan pembahasan. Data yang sudah diolah akan dianalisa dan untuk setiap kriteria atau variabel-variabel yang dinilai mampunyai pengaruh paling dominan. Pembahasan ini dilakukan untuk memberikan suatu gambaran dan pandangan serta penjelasan yang tepat mengenai situasi dan kondisi yang dialami oleh perusahaan selama periode pengukuran. Dengan demikian akan memudahkan untuk melakukan pengendalian untuk mencapai tingkat produktivitas yang diharapkan. 5.1. Analisa Kriteria Produktivitas. Proses pembahasan ini dimulai dari hasil pengukuran masing-masing kriteria produktivitas yang diperoleh dari tabel matriks OMAX setiap bulannya. Hasil pengukuran masing-masing kriteria kemudian dibandingkan dengan nlai standar dari kriteria tersebut untuk mengetahui apakah kriteria tersebut mengalami kenaikan atau penurunan. Nilai standar adalah perkalian 85

86 antara nilai skor 3 (tiga) dengan bobot masing-masing kriteria atau rasio produktivitas. Pembahasan ini digunakan sebelum dibahas mengenai hasil pengukuran produktivitas totalnya. Dengan demikian pembahasan dari masing-masing kriteria ini hendaknya memberikan gambaran kepada manajemen mengenai performa masing-masing kriteria yang diukur yang nantinya dapat dijadikan dasar guna menentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan. 5.1.1. Analisa Produktivitas Rasio 1 (Total Produksi / Jumlah Karyawan). Pada kriteria produktivitas ini, semakin besar nilai rasio produktivitas maka dikatakan semakin baik. Semakin tinggi nilai rasio dapat dikatakan bahwa penggunaan tenaga kerja lebih efisien. Pada kriteria ini, nilai rasio yang paling tinggi adalah terjadi pada bulan Mei 2011. Pada bulan ini, nilai yang diperoleh adalah 100 yang merupakan hasil kali dari skor 10 dengan bobot rasio yakni 10. Hal ini disebabkan karena pada bulan Mei 2011 tersebut jumlah total produksi mencapai jumlah paling tinggi jika dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain sedangkan jumlah karyawan tetap jika dibandingkan dengan bulanbulan sebelumnya. Sedangkan nilai rasio yang paling rendah terjadi pada bulan Februari 2011 dengan nilai 0 yang diperoleh dari hasil kali dari skor 0 dengan bobot 10. Hal ini disebabkan oleh jumlah total produksi yang lebih rendah

87 karena jumlah akumulasi produk pada bulan Februari hanya 28 hari produksi. Berikut adalah tabel pencapaian Rasio 1 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.1 Indikator Pencapaian Rasio 1 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 January 2011 90-2 February 2011 0 90 3 March 2011 90 0 4 April 2011 20 90 5 May 2011 100 20 6 June 2011 10 100 7 July 2011 10 10 8 August 2011 10 10 9 September 2011 40 10 10 October 2011 90 40 11 November 2011 20 90 12 December 2011 80 20

88 Gambar 5.1 Indikator Pencapaian Rasio 1 5.1.2. Analisa Produktivitas Rasio 2 (Total Produksi / Waktu Tenaga Kerja) Rasio 2 merupakan kriteria produktivitas dari perbandingan antara Total Produksi dengan Jumlah Waktu Tenaga Kerja dalam waktu 1 (satu) bulan. Pada Raio 2 ini, semakin tinggi nilai rasionya maka produktivitas semakin baik. Semakin tinggi nilai rasio dapat dikatana bahwa penggunaan waktu tenaga kerja semakin efisien. Pada kriteria produktivitas ini, pencapaian nilai yang paling tinggi terjadi pada bulan Maret 2011. Pada kedua bulan tersebut nilai yang diperoleh adalah 110 yang merupakan hasil kali dari skor 10 dengan bobot 11. Hal ini disebabkan karena pada bulan tersebut tingkat produksi yang

89 dicapai cukup tinggi dengan pemakaian waktu tenaga kerja yang cenderung rendah. Sedangkan pencapaian nilai yang paling rendah terjadi pada bulan April 2011 dengan nilai 0 yang merupakan hasil kali dari skor 0 dengan bobot 11. Rendahnya nilai rasio pada bulan April disebabkan karena pemakaian waktu tenaga kerja karyawan yang tinggi. 2011: Berikut tabel dari pencapaian nilai pada Rasio 2 sepanjang tahun Tabel 5.2 Indikator Pencapaian Rasio 2 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari 2011 22-2 Februari 2011 66 22 3 Maret 2011 110 66 4 April 2011 0 110 5 Mei 2011 22 0 6 Juni 2011 22 22 7 Juli 2011 22 22 8 Agustus 2011 22 22 9 September 2011 77 22 10 Oktober 2011 66 77 11 Nopember 2011 11 66 12 Desember 2011 66 11

90 Gambar 5.2 Indikator Pencapaian Rasio 2 5.1.3. Analisa Produktivitas Rasio 3 (Total Produksi / Jumlah Konsumsi Energi Listrik) Rasio 3 adalah kriteria produktivitas yang merupakan perbandingan antara Total Produksi dengan Jumlah Energi Listrik yang digunakan dalan kurun waktu 1 bulan. Semakin tinggi nilai rasionya semakin tinggi nilai produktivitasnya, karena jumlah produk yang dihasilkan untuk tiap Megawatt Hour Listrik semakin tinggi. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 3 terjadi pada bulan September 2011 dengan nilai 150 yang diperoleh dari perkalian antara skor 10 dengan bobot 15. Hal ini disebabkan oleh konsumsi listrik yang cenderung rendah sedangkan pihak perusahaan dapat mempertahankan jumlah produksi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

91 Sedangkan nilai terrendah untuk rasio 3 ini adalah terjadi pada bulan Agustus 2011 dengan skor 0 yang diperoleh dari perkalian antara skor 0 dengan bobot 15. Rasio yang rendah pada bulan Agustus 2011 ini disebabkan oleh output produksi yang rendah yang disebabkan oleh halhal yang bersifat force majour. Berikut tabel pencapaian nilai Rasio 3 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.3 Indikator Pencapaian Rasio 3 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari 2011 90-2 Februari 2011 30 90 3 Maret 2011 60 30 4 April 2011 45 60 5 Mei 2011 105 45 6 Juni 2011 105 105 7 Juli 2011 15 105 8 Agustus 2011 0 15 9 September 2011 150 0 10 Oktober 2011 75 150 11 Nopember 2011 135 75 12 Desember 2011 45 135

92 Gambar 5.3 Indikator Pencapaian Rasio 3 5.1.4. Analisa Produktivitas Rasio 4 (Total Produksi / Konsumsi LNG) Rasio 4 adalah kriteria produktivitas yang merupakan perbandingan antara Total Produksi dengan jumlah konsumsi LNG (Liquid Natural Gas) per bulan. Semakin tinggi nilai rasionya maka tingkat produktivitasnya semakin baik. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 4 terjadi pada bulan Februari 2011 dengan nilai 150 yang merupakan hasil kali skor 10 dengan bobot 15. Tingginya rasio 4 pada bulan terjadi karena rendahnya konsumsi LNG pada bulan tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena tingginya nilai kalori dari LNG yang disalurkan oleh Perusahaan Gas Negara (PGN), sehinggal volume penggunaan dapat dikurangi.

93 Sedangkan pencapaian terrendah terjadi pada bulan Agustus 2011 denga skor 0 yang diperoleh dari hasil kali skor 0 dengan bobot 15. Hal ini disebabkan oleh karena pada bulan Agustus 2011 supply LNG dari PGN sering mengalami hambatan seperti turunnya tekanan gas yang diakibatkan kebocoran pipa dibeberapa lokasi, selain itu juga terdapat penurunan kalori dari gasnya. Berikut tabel pencapaian nilai Rasio 4 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.4 Indikator Pencapaian Rasio 4 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari 2011 75 2 Februari 2011 150 75 3 Maret 2011 30 150 4 April 2011 105 30 5 Mei 2011 105 105 6 Juni 2011 60 105 7 Juli 2011 0 60 8 Agustus 2011 0 0 9 September 2011 15 0 10 Oktober 2011 30 15 11 Nopember 2011 60 30 12 Desember 2011 0 60

94 Gambar 5.4 Indikator Pencapaian Rasio 4 5.1.5. Analisa Produktivitas Rasio 5 Rasio 5 adalah kriteria produktivitas yang merupakan rasio antara Total Produksi dengan Rencana Produksi dalam satu bulan. Semakin tinggi nilai dari kriteria ini maka tingkat produktivitasnya semakin tinggi. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 5 terjadi pada bulan Juni 2011 dengan nilai 130 yang diperoleh dari skor 10 dan bobot 13. Pencapaian ini merupakan hasil kerja keras dari seluruh karyawan di Seksi Produksi. Hal ini menurut pihak manajemen berkaitan erat dengan naiknya moral karyawan setelah pencairan bonus pada tanggal 05 Juni 2011 sehingga meningkatkan semangat kerja seluruh karyawan di PT, PNR. Sedangkan pencapaian paling buruk terjadi pada bulan Agustus 2011 dengan nilai 0 yang merupakan hasil kali dari skor 0 dengan bobot rasio

95 13. Rendahnya jumlah produksi pada bulan Agustus 2011 disebabkan oleh turunnya pasokan LNG sehingga perusahaan menurunkan kecepatan produksi untuk mengamankan kualitas. Penurunan pasokan LNG mulai terjadi dari pertengahan Juli 2011 sehingga ikut mempengaruhi produksi bulan Juli 2011. Berikut tabel pencapaian nilai Rasio 5 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.5 Indikator Pencapaian Rasio 5 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari 2011 91 2 Februari 2011 65 91 3 Maret 2011 78 65 4 April 2011 91 78 5 Mei 2011 104 91 6 Juni 2011 130 104 7 Juli 2011 13 130 8 Agustus 2011 0 13 9 September 2011 117 0 10 Oktober 2011 78 117 11 Nopember 2011 26 78 12 Desember 2011 13 26

96 Gambar 5.5 Indikator Pencapaian Rasio 5 5.1.6. Analisa Produktivitas Rasio 6 (Produk Bagus / Produk Cacat) Rasio 6 adalah kriteria produktivitas yang merupakan rasio antara produk bagus (Finish Goods) dengan Produk cacat (Reject). Semakin tinggi nilai rasio, maka dapat dikatakan bahwa produktivitasnya semakin baik. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 6 terjadi pada bulan April 2011 dengan nilai 140 yang merupakan hasil kali skor 10 dengan bobot rasio 14. Pada bulan April 2011 tersebut perusahaan mencapai tingkat keefektifitasan tertinggi dengan turunnya angka produk defect walaupun jumlah Finish Goods-nya tidak mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain.

97 Sedangkan pencapaian terrendah untuk Rasio 6 terjadi pada bulan Nopember 2011 dengan nilai 0 (nol). Pada bulan ini terjadi beberapa trouble (masalah) yang menyebabkan naiknya jumlah produk reject. Berikut tabel pencapaian nilai Rasio 6 sepanjang tahun 2011: Tabel 5.6 Indikator Pencapaian Rasio 6 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari 2011 84 2 Februari 2011 0 84 3 Maret 2011 112 0 4 April 2011 140 112 5 Mei 2011 14 140 6 Juni 2011 14 14 7 Juli 2011 42 14 8 Agustus 2011 14 42 9 September 2011 0 14 10 Oktober 2011 0 0 11 Nopember 2011 0 0 12 Desember 2011 0 0

98 Gambar 5.6 Indikator Pencapaian Rasio 6 5.1.7. Analisa Produktivitas Rasio 7 (Waktu Kerja Normal / Jam Lembur) Rasio 7 adalah kriteria produktivitas yang merupakan rasio antara Waktu Kerja Normal dengan Waktu Kerja Lembur karyawan. Semakin tinggi jumlah jam lembur menunjukkan inefisiensi dalam penggunaan sumber daya terutama sumber daya manusia. Semakin tinggi jumlah jam lembur makan akan menurunkan nilai dari Rasio 7. Sehingga semakin tinggi nilai Rasio 7 semakin baik. Pencapaian tertinggi untuk Rasio 7 terjadi pada bulan April 2011 dengan nilai 120 Pencapaian tertinggi untuk Rasio 7 terjadi pada bulan April 2011 dengan nilai 120 yang merupakan hasil kali dari skor 10 dengan bobot

99 rasio 12. Hal ini dapat terjadi karena pada bulan tersebut, proses produksi relatif tidak bermasalah sehingga aktifitas-aktifitas tambahan sedikit berkurang yang mengakibatkan turunnya jumlah jam lembur. Sedangkan pencapaian terrendah terjadi pada bulan September 2011. Pada bulan ini terjadi banyak aktifitas tambahan yang diakibatkan beberapa masalah yang terjadi di lini produksi sehingga mengakibatkan naiknya jumlah jam lembur karyawan. Tabel 5.7 Indikator Pencapaian Rasio 7 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari 2011 12 2 Februari 2011 0 12 3 Maret 2011 48 0 4 April 2011 120 48 5 Mei 2011 60 120 6 Juni 2011 36 60 7 Juli 2011 72 36 8 Agustus 2011 0 72 9 September 2011 0 0 10 Oktober 2011 0 0 11 Nopember 2011 0 0 12 Desember 2011 0 0

100 Gambar 5.7 Indikator Pencapaian Rasio 7 5.1.8. Analisa Produktivitas Rasio 8 (Hari Kerja Normal / Absensi) Rasio Rasio 8 adalah kriteria produktivitas yang merupakan rasio antara Jumlah Hari Kerja Normal dengan jumlah absensi yang terjadi dalam kurun waktu 1 (satu) bulan. Semakin tinggi jumlah absensi karyawan maka akan menurunkan nilai dari rasio yang berarti menurunkan nilai produktivitas. Pencapaian tertinggi Rasio 8 terjadi pada bulan Januari 2011 dengan nilai 100 yang diperoleh dari skor 10 dengan bobot rasio 10. Hal ini disebabkan rendahnya tingkat absensi pada bulan tersebut yaitu hanya 6 (enam) hari saja.

101 Sedangkan pencapaian terrendah terjadi pada bulan Nopember 2011 dengan nilai. Pada bulan Nopember ini jumlah absensi mencapai titik tertinggi dalam kurun waktu tahun 2011 yaitu mencapai 29 hari. Tabel 5.8 Indikator Pencapaian Rasio 8 No Periode Indikator Pencapaian Nilai Sekarang Sebelumnya 1 Januari 2011 100 2 Februari 2011 40 100 3 Maret 2011 10 40 4 April 2011 30 10 5 Mei 2011 20 30 6 Juni 2011 10 20 7 Juli 2011 10 10 8 Agustus 2011 0 10 9 September 2011 0 0 10 Oktober 2011 30 0 11 Nopember 2011 0 30 12 Desember 2011 20 0

102 Gambar 5.8 Indikator Pencapaian Rasio 8 5.2. Analisa Indeks Produktivitas. Setelah dilakukan analisa terhadap kriteria produktivitas, maka selanjutnya dilakukan analisa produktivitas secara keseluruhan. Pada analisa ini akan ditentukan seberapa besar tingkat perubahan indikator performa tiap bulan terhadap nilai indicator bulan sebelumnya. Jika terjadi perubahan menunjukkan nilai positif, maka dapat dikatakan telah terjadi kenaikan performa. Begitu juga sebaliknya, apabila perubahan menunjukkan nilai negative, maka dapat dikatakan terlah terjadi penurunan performa. Berikut adalah tabel Indeks Performa Indikator pada pengukuran bulan Januari sampai dengan Desember 2011:

103 Tabel 5.9 Indikator Pencapaian per bulan Bulan Indikator Pencapaian INDEX Saat Ini Sebelum (%) Jan 2011 564 - - Feb 2011 351 564-37,77 Mar 2011 538 351 53,28 Apr 2011 551 538 2,42 Mei 2011 530 551-3,81 Jun 2011 387 530-26,98 Jul 2011 184 387-52,45 Agust 2011 46 184-75,00 Sep 2011 399 46 767,39 Okt 2011 369 399-7,52 Nop 2011 252 369-31,71 Des 2011 224 252-11,11 Rata-rata 366,25 379,18 52,43 Tertingi 564,00 564,00 767,39 Terrendah 46,00 46,00-75,00.

104 Gambar 5.9 Index Performa Indikator 5.2.1. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Januari 2011 Pada bulan Januari 2011 ini, nilai Indikator Performa mencapai 564. Nilai ini adalah nilai tertinggi dari pencapaian Indikator Performa selama tahun 2011. Tingginya nilai Indikator Performa ini terjadi karena pada bulan ini hampir semua Kriteria Produktivitas atau Rasio masuk pada kriteria sedang dan baik. Dari ke-delapan kriteria produktivitas yang diukur, hanya terdapat 2 (dua) kriteria yang buruk, yaitu Rasio 2 (Total Produksi per Waktu Tenaga Kerja) dengan nilai 2 dan masuk kategori buruk dan Rasio 7 (Waktu Kerja Normal per Waktu Kerja Lembur) dengan nilai 1 dan masuk kategori buruk).

105 5.2.2. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Februari 2011 Pada bulan Februari 2011 Indikator Performa mencapai 351, turun 213 poin jika dibandingkan pencapaian bulan sebelumnya. Hal ini menyebabkan indeks berada di bawah angka 0 (nol) yaitu -37.8%. Hal ini mengindikasikan bahwa performa bulan Februari 2011 turun sebesar 37.8% dari bulan Januari 2011. Jika ditelisik lebih lanjut, penurunan performa ini terjadi karena dari 8 (delapan) Kriteria Produktivitas, terdapat 3 (tiga) yang masuk kategori sangat buruk, yaitu Rasio 1, Rasio 6 dan Rasio 7. Sedangkan rasio yang masuk kategori sangat baik hanya Rasio 4 dengan nilai 150. Buruknya nilai Rasio 1 disebabkan oleh turunnya jumlah total produksi bulan Februari karena jumlah harinya yang hanya 28 hari. Rasio 6 masuk kategori sangat buruk disebabkan oleh tingginya jumlah produk Reject yang muncul karena beberapa masalah yang terjadi pada lini produksi. 5.2.3. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Maret 2011 Pada bulan Maret 2011, terjadi kenaikan Indikator Performa yang cukup signifikan mencapai 53.3% dari bulan sebelumnya. Pada bulan ini Indikator Performanya adalah 538 poin yang artinya terjadi kenaikan indeks sebesar 53.3% jika dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan Indeks ini disebabkan oleh meningkatnya performa beberapa kriteria produktivitas. Pada bulan ini tidak ada satupun kriteria yang masuk kategori sangat buruk dan hanya terdapat satu kriteria yang masuk

106 kategori buruk, sedangkan kriteria lainnya masuk kategori sedang hingga sangat baik. Kriteria yang masuk kategori buruk pada bulan ini adalah Rasio 8 dengan skor 1 dan nilai 10. 5.2.4. Analisa Indeks Produktivitas Bulan April 2011 Pada bulan April 2011 masih terjadi kenaikan Indeks walaupun kecil sebesar 2% dari bulan sebelumnya dengan Indikator Performa 551 atau naik 13 poin. Pada bulan ini terdapat enam dari delapam kriteria produktivitas yang bernilai sedang hingga sangat baik. Sedangkan dua kriteria masuk kedalam kategori buruk dan sangat buruk. Rasio 2 mendapat nilai buruk karena tingginya jumlah waktu tenaga kerja yang digunakan. Hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah jam kerja lembur (overtime) pada lini produksi. 5.2.5. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Mei 2011 Pada bulan Mei 2011terjadi penurunan indeks sebesar 3.8 % dari bulan sebelumnya. Dengan indikator performa sebesar 530 poin, turun 21 poin dari bulan April 2011. Pada bulan Mei ini hanya ada 3 kriteri produktivitas yang masuk kategori buruk dan yang lainnya masuk kategori sedang hingga sangat baik. Ketiga rasio tersebut adalah Rasio 2 denga skor 2, rasio 6 dengan skor 1 dan rasio 8 dengan skor 2.

107 5.2.6. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Juni 2011 Penurunan indeks terjadi lagi pada bulan Juni 2011 yaitu sebesar 27% dari bulan sebelumnya. Pada bulan ini Indikator Performanya adalah 387 poin atau turun 143 poin dari bulan Mei 2011. Dari delapan kriteria, terdapat lima kriteria yang nilainya turun. Sedangkan kriteria yang naik hanya satu yaitu rasio 5. Penurunan paling banyak terjasi pada rasio 1 sebesar 90 poin dan rasio 4 sebesarr 45 poin. Penurunan jumlah produksi pada bulan Juni menjadi penyebab yang paling signifikan atas penurunan performa ini. 5.2.7. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Juli 2011 Pada bulan Juli 2011 ini indeks kembali turun sebesar 52.5% dari bulan sebelumnya. Dengan Indikator Performa hanya mencapai 184 poin atau turun sebesar 203 poin dari bulan Juni 2011 yang mencapai 387 poin. Pad bulan ini terdapat 1 kriteria yang masuk dalam kategori sangat buruk, 5 kriteria masuk kategori buruk, 1 kriteria masuk kategori sedang dan hanya 1 kriteria yang masuk kategori baik. Penurunan performa terjadi hampir disemua rasio yang ada. Hanya terdapat 2 kriteria yang naik skornya yaitu rasio 6 dan rasio 7. Akan tetapi kenaikan tersebut tidak dapat mendorong kenaikan Indikator Performa bulan ini karena penurunan skor pada kriteria yang lain lebih besar.

108 5.2.8. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Agustus 2011 Pada bulan Agustus 2011 ini nilai Indikator Performa mencapai titik terrendah sepanjang tahun 2011. Dengan penurunan indeks sebesar 75% dari bulan sebelumnya sehingga Indikator Performa pada bulan Agustus ini hanya mencapai 46 poin. Penurunan terjadi di semua kriteria produktivitas. Bahkan terdapat 5 kriteria produktivitas yang mendapatkan skor 0 (nol) dan masuk kategori sangat buruk sedangkan 3 sisanya masuk kategori buruk. 5.2.9. Analisa Indeks Produktivitas Bulan September 2011 Pada bulan September 2011 terjadi kenaikan indeks tertinggi sepanjang tahun 2011 yaitu sebesar 767.4%. Indikator Performa pada bulan ini mencapai 399 poin atau naik 353 poin dari bulan sebelumnya. Kenaikan tertinggi terjadi pada Rasio 3 dan Rasio 5. Akan tetapi kenaikan ini belum cukup untuk menyamai nilai Indikator Performa awal tahun yang mencapai 564 poin. 5.2.10. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Oktober 2011 Pada bulan ini, indeks kembali turun walaupun tidak terlalu signifikan. Penurunan terjadi sebesar 7.5% dari bulan sebelumnya sehingga Indikator Performa turun 30 poin dari 399 menjadi 369 poin. Penurunan terjadi pada Rasio 2, Rasio 3, Rasio 4 dan Rasio 5. Sedangkan kenaikan terjadi pada Rasio Rasio 1 dan Rasio 8. Turunnya indeks ini

109 disebabkan oleh naiknya konsumsi Listrik, LNG dan naiknya jumlah jam lembur karyawan. 5.2.11. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Nopember 2011 Indeks kembali turun pada bula Nopember 2011 ini sebesar 31.7% yang menyebabkan Indikator Performa turun sebesar 117 poin dari 369 ke 252. Pada bulan ini terdapat 2 kriteria produktivitas yang naik skornya, akan tetapi kenaikan tersebut tidak dapat menolong indeks untuk bertahan karena terjadi penurunan yang lebih besar pada kriteria produktivitas yang lain. Kriteria prodiktivitas yang mengalami kenaikan adalah Rasio 3 sebesar 60 poin dan Rasio4 sebesar 30 poin. Sedangkan penurunan terjadi pada Rasio 1, Rasio 2, Rasio 5 dan Rasio 8. 5.2.12. Analisa Indeks Produktivitas Bulan Desember 2011 Pada bulan terakhir di tahun 2011 ini nilai Indikator Performa mecapai 224 poin. Yang artinya kembali turun sebesar 28 poin dari bulan sebelumnya. Hal ini yang membuat nilai indeks juga kembali turun sebesar 11.1%. Hal ini mengindikasikan bahwa pada bulan ini terjadi penurunan performa. Pada bulan ini hanya terdapat 3 kriteria produktivitas yang mengalami penurunan skor. Akan tetapi penurunannya lumayan signifikan sehingga mempengaruhi indeks secara keseluruhan dalam waktu 1 bulan. Penurunan terjadi pada Rasio 3, Rasio 4 dan Rasio 5. Pada bulan ini bahkan terjadi kenaikan pada Rasio 1, Rasio Rasio 2 dan Rasio 8,

110 akan tetapi tidak terlalu signifikan sehingga tidak dapat menolong untuk mempertahankan indeks. 5.3. Langkah-langkah Usaha Peningkatan Produktivitas. Setelah dilakukan analisa pembahasan dan interpretasi dari produktivitas yang dihasilkan, makan dilakukan analisa untuk mencari penyebab atau akar masalah dan kemudian dicari langkah-langkah untuk melakukan perbaikan untuk meningkatkan produktivitas. Langkah-langkah yang diambil hendaknya dapat dilakukan secara terus-menerus atau Continuous Improvement agar tingkat produktivitas dapat terus ditingkatkan terus-menerus. Langkah awal dari usaha perbaikan yang dilakukan adalah mencari penyebab utama atau factor yang paling berpengaruh dalam naik atau turunnya tingkat prodiktivitas di tahun 2011. Dari 8 kriteria produktivitas yang dihitung, akan diambil 3 kriteria yang mempunyai pengaruh terbesar dalam perhitungan tingkat produktivitas. Tabel 5.10 Tabel Penurunan Nilai Kriteria Produktivitas Jan/2011 Feb/2011 Mar/2011 Apr/2011 Mei/2011 Jun/2011 Jul/2011 Agust/2011 Sep/2011 Okt/2011 Nop/2011 Des/2011 Total Rasio 1-90 -70-90 -70-320 Rasio 2-110 -11-55 -176 Rasio 3-60 -15-90 -15-75 -90-345 Rasio 4-120 -45-60 -60-285 Rasio 5-26 -117-13 -39-52 -13-260 Rasio 6-84 -126-28 -14-252 Rasio 7-12 -60-24 -72-168 Rasio 8-60 -30-10 -10-10 -30-150

111 Dari tabel diatas, maka dengan menggunakan diagram pareto dapat diketahui Rasio-rasio yang paling besar mengalami penurunan selama tahun 2011. Tabel 5.11 Tabel Akumulasi Penurunan Nilai Kriteria Produktivitas Rasio Total Penurunan Prosentase Akumulasi Rasio 3-345 17,6% 17,6% Rasio 1-320 16,4% 34,0% Rasio 4-285 14,6% 48,6% Rasio 5-260 13,3% 61,9% Rasio 6-252 12,9% 74,7% Rasio 2-176 9,0% 83,7% Rasio 7-168 8,6% 92,3% Rasio 8-150 7,7% 100,0% Gambar 5.10 Pareto Diagram

112 Dari gambar 5.10 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Rasio 3, Rasio 1 dan Rasio 4 adalah kriteria produktivitas yang paling besar penurunannya. Berdasarkan analisa tersebut, maka langkah-langkah perbaikan produktivitas akan fokus kepada ketiga kriteria tersebut. Tabel 5.12 Daftar Kriteria Poduktifitas Prioritas No. Kriteria Produktivitas Prosentase (%) 1. Rasio 3 (Total Produksi / Jumlah Konsumsi Listrik (MWh) 17,6% 2. Rasio 1 (Total Produksi / Jumlah Karyawan) 16,4% 3. Rasio 4 (Total Produksi / Jumlah Konsumsi LNG (KNm 3 ) 14,6% Dari ketiga Kriteria Produktivitas di atas, jika kita perhatikan semuanya ada kaitannya dengan jumlah produksi yang dihasilkan dalam sebulan. Dengan berdasarkan data di atas dan atas pertimbangan dari Manajemen PT. PNR, penulis akan fokus untuk mencari akar masalah yang berkaitan dengan turunnya jumlah produksi yang mempunyai kontribusi terbesar dalam turunnya tingkat produktivitas. Salah satu metode yang efektif untuk mencari akar masalah yaitu dengan Fish Bond Diagram atau biasa disebut Diagram Tulang Ikan.

113

114 Analisa menggunakan Diagram Tulang Ikan dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan menemukan penyebab dari masalah yang timbul yang kemudian dijadikan dasar untuk menentukan cara untuk menyelesaikan masalahnya. Pada penelitian ini dan juga dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan, factor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah turunnya jumlah produksi adalah sebagai berikut: 1. Faktor Manusia. Masalah yang timbul pada faktor manusia yang teridentifikasi adalah perilaku kurang disiplin dari para pekerja, terutama pada level operator. Salah satu contoh perilaku kurang disiplin adalah mengabaikan jadwal patrol lapangan yang seharusnya dilakukan 1 (satu) kali tiap shift yaitu pada jam 07:00 ~ 08:00 untuk shift pagi, 15:00 ~ 16:00 untuk shift siang dan 23:00 ~ 24:00 untuk shift malam. Pada kenyataannya, patrol seringkali dilakukan di luar jadwal yang ditentukan. Alasannya patrol dilakukan bersamaan dengan jadwal pengambilan sample proses agar menghemat waktu dan tenaga. Hal ini jelas merupakan perilaku yang kurang disiplin mengingat jadwal patrol dan jadwal pengambilan sample tidak bersamaan. Akibatnya jika ada masalah yang terjadi pada salah satu instrument yang terletak di lapangan, maka akan terlambat terdeteksi sehingga tidak bisa melakukan counter measure dengan cepat. Perilaku seperti ini terjadi karena disebabkan oleh rendahnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Para atasan cepat merasa puas hanya dengan melihat dan membaca laporan patrol yang dibuat oleh para operator

115 lapangan. Alasan lain mengapa perilaku kurang disiplin ini terjadi yaitu tidak ada semacam Reward and Punishment terhadap Karyawan, sehingga menyebabkan para karnyawan kurang motivasi dalam melakukan tugasnya. 2. Faktor Material Material merupakan salah satu factor penting dalam kegiatan industry untuk menciptakan nilai tambah bagi produknya. Berbicara material, tentu saja bukan hanya berbicara mengenai bahan baku utama yang dipakai di dalam industrinya tetapi juga utilitas atau bahan pendukung yang digunakan untuk memperlancar jalannya operasi pabrik. Di PT. PNR sebagian besar prosesnya adalah proses pemanasan untuk merubah sifat fisika maupun sifat kimia dari bahan baku utamanya. Pemananasan dilakukan dengan menggunakan Heating Medium (HM) berupa minyak khusus dengan titik didih tinggi. HM sendiri dipanaskan dalam suatu bangunan yang disebut Furnace dengan membakar aliran LNG yang disuplai oleh PT. PGN. Di PT. PGN sendiri seringkali terjadi ketidak-konsistenan yang mengakibatkan suplai LNG untuk para pelanggannya terganggu bahkan seringkali terhenti. Di PT. PNR hal ini merupakan sebuah kondisi yang tidak diinginkan, karena turunnya suplai LNG berarti proses pemanasan HM akan terganggu yang mengakibatkan suhu HM tidak dapat mencapai titik yang diinginkan. Turunnya suhu HM jelas mempengaruhi mutu dari material yang terdapat di dalam reactor proses. Satu-satunya cara untuk mempertahankan agar

116 mutunya tetap terjaga adalah dengan mengurangi load atau kecepatan produksi hingga titik aman yang dapat dicapai oleh kondisi tersebut. Jika langkah ini terlambat dilakukan, maka akan terjadi produk reject yang tidak memiliki nilai tambah. 3. Faktor Metode Permasalahan pada faktor Material di atas diperparah dengan be;lum tersedianya SOP yang benar untuk mengantisipasi turunnya suplai LNG. Sehingga apabila terjadi penurunan suplai secara tiba-tiba, operator di lapangan hingga Foreman (kepala shift) tidak memiliki panduan yang jelas mengenai bagaimana cara mengantisipasinya. Terlebih lagi, kejadian serupa seringkali terjadi bukan hanya siang hari pada jam kantor, tapi juga terjadi pada malam hari, dimana operator yang bertugas berjumlah pas-pasan sehingga akan kesulitan untuk menghadapi kondisi tersebut. Untuk itu perlu dibuatkan panduan baku tentang bagaimana cara mengatasi masalah turunnya supplai LNG dalam bentuk prosedur ataupun SOP. 5.4. Saran Perbaikan Untuk melakukan perbaikan guna meningkatkan produktivitas terkait masalah di atas, maka perlu disusun langkah-langkah yang sistematis agar tujuan dari perbaikan dapat tercapai. Pada tahap ini, atas masukan dari manajemen PT. PNR penulis menggunakan langkah yang disebut dengan 5W + 1H yaitu:

117 1. Why : Mengapa dilakukan perbaikan, 2. What : Hal apa yang perlu diperbaiki, 3. Where : Dimana yang perlu perbaikan, 4. When : Kapan waktu yang tepat untuk perbaikan, 5. Who : Siapa yang melakukan perbaikan, dan 6. How : Bagaimana cara melakukan perbaikan. Langkah-langkah 5W + 1H dilakukan terhadap masih-masing faktor yang telah disebutkan di atas secara rinci. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

118