BAB II MODEL KOMPUTASI FINITE STATE MACHINE. Pada Bab II akan dibahas teori dasar matematika yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
FINITE STATE MACHINE / AUTOMATA

Matematika Diskrit 1

INF-104 Matematika Diskrit

TEORI HIMPUNAN Penyajian Himpunan

INF-104 Matematika Diskrit

Teori Himpunan Ole l h h : H anu n n u g n N. P r P asetyo

BAB 2 LANDASAN TEORI

TEORI HIMPUNAN. A. Penyajian Himpunan

HIMPUNAN. Arum Handini Primandari, M.Sc Ayundyah Kesumawati, M.Si

Penerapan Graf Transisi dalam Mendefinisikan Bahasa Formal

Himpunan Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed

PERTEMUAN II. Finite State Automata (FSA) Deterministic Finite Automata (DFA) Non Deterministic Finite Automata (NFA)

Teori Komputasi 11/2/2016. Bab 5: Otomata (Automata) Hingga. Otomata (Automata) Hingga. Otomata (Automata) Hingga

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN MODEL SEDERHANA SISTEM KONTROL ELEVATOR. Pada Bab III akan dijelaskan mengenai bagaimana sistem kontrol

Teori Himpunan. Learning is not child's play, we cannot learn without pain. - Aristotle. Matema(ka Komputasi - Teori Himpunan

PERTEMUAN 5. Teori Himpunan

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan peranannya, terutama pada sektor sistem komunikasi dan

Uraian Singkat Himpunan

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SISTEM BILANGAN REAL. 1. Sistem Bilangan Real. Terlebih dahulu perhatikan diagram berikut: Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan Irasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diberikan definisi dan teorema yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. sederhana adalah kelas bahasa reguler (regular languages). Bahasa reguler dapat dengan

Teori Bahasa dan Otomata

Diktat Algoritma dan Struktur Data 2

Kode MK/ Nama MK. Cakupan 8/29/2014. Himpunan. Relasi dan fungsi Kombinatorial. Teori graf. Pohon (Tree) dan pewarnaan graf. Matematika Diskrit

Logika Matematika Himpunan

1.2 PENULISAN HIMPUNAN

TEORI BAHASA DAN OTOMATA PENGANTAR

MATEMATIKA BISNIS. Pendahuluan: 1. Kontrak Perkuliahan 2. Himpunan. Sitti Rakhman, SP., MM. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

9.1 RELATIONS AND THEIR PROPERTIES

Aplikasi Pewarnaan Graf Pada Pengaturan Warna Lampu Lalu Lintas

Aplikasi Teori Graf pada State Diagram

EKSPRESI REGULAR PADA SUATU DETERMINISTIC FINITE STATE AUTOMATA

H i m p u n a n. Himpunan. Oleh : Panca Mudji Rahardjo, ST. MT.

PENDAHULUAN. 1. Himpunan

Urian Singkat Himpunan

Materi 1: Teori Himpunan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2. HIMPUNAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI MANAJEMEN INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Senin, 17 Oktober 2016

HIMPUNAN ARUM HANDINI PRIMANDARI, M.SC AYUNDYAH KESUMAWATI, M.SI

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

Teori Himpunan Elementer

Pengantar Matematika Diskrit

= himpunan tidak-kosong dan berhingga dari simpul-simpul (vertices) = himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul

Pendahuluan [6] FINITE STATE AUTOMATA. Hubungan RE & FSA [5] Finite State Diagram [6] 4/27/2011 IF-UTAMA 1

Matematika Diskret. Mahmud Imrona Rian Febrian Umbara RELASI. Pemodelan dan Simulasi

GRAF BERARAH Definisi, Matriks, dan Relasi

1.1 Pengertian Himpunan. 1.2 Macam-macam Himpunan. 1.3 Relasi Antar Himpunan. 1.4 Diagram Himpunan. 1.5 Operasi pada Himpunan. 1.

H I M P U N A N. 1 Matematika Ekonomi Definisi Dasar

22 Matematika Diskrit

BAB 2 GRAF PRIMITIF. 2.1 Definisi Graf

MATEMATIKA DISKRIT BAB 2 RELASI

Pemanfaatan Algoritma Sequential Search dalam Pewarnaan Graf untuk Alokasi Memori Komputer

TEKNIK KOMPILASI Bahasa Regular

BAB I HIMPUNAN. Contoh: Himpunan A memiliki 5 anggota, yaitu 2,4,6,8 dan 10. Maka, himpunan A dapat dituliskan: A = {2,4,6,8,10}

BAB 2 LANDASAN TEORI

RINGKASAN CATATAN KULIAH PENDAHULUAN TEORI HIMPUNAN

BAB II LANDASAN TEORI

Overview. Pendahuluan. Pendahuluan. Pendahuluan. Pendahuluan. Pendahuluan

Finite State Machine dapat berupa suatu mesin yang tidak memiliki output. Finite State Machine yang tidak mengeluarkan output ini dikenal

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

PENERAPAN KONSEP MATRIKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

2.4 Relasi dan Fungsi

MODUL 4: Nondeterministic Finite Automata

BAB I TEORI BAHASA DAN AUTOMATA

BAB III KONSEP DASAR TEORI GRAF. Teori graf adalah salah satu cabang matematika yang terus berkembang

Relasi dan Fungsi Matematika Diskret (TKE132107) Program Studi Teknik Elektro, Unsoed

MATEMATIKA DISKRIT RELASI

Bab XI, State Diagram Hal: 226

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 1

Teori Dasar Himpunan. Julan HERNADI. December 27, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah, Ponorogo

Teori himpunan. 2. Simbol baku: dengan menggunakan simbol tertentu yang telah disepakati. Contoh:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

DIMENSI PARTISI PADA GRAPH HASIL KORONA C m K n. Oleh : Yogi Sindy Prakoso ( ) JURUSAN MATEMATIKA. Company

Induksi Matematika. Metode pembuktian untuk pernyataan perihal bilangan bulat adalah induksi matematik.

BAB II LANDASAN TEORI

Algoritma Penentuan Graf Bipartit

Ulang Kaji Konsep Matematika

PEMAKAIAN GRAF UNTUK PENDETEKSIAN DAN PENCEGAHAN DEADLOCK PADA SISTEM OPERASI

LANDASAN MATEMATIKA Handout 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bidang matematika yang mempelajari

Menghitung Jumlah Graf Sederhana dengan Teorema Polya

II. LANDASAN TEORI. Ide Leonard Euler di tahun 1736 untuk menyelesaikan masalah jembatan

PENDEKATAN TEORI AUTOMATA UNTUK MENYELESAIKAN APLIKASI-APLIKASI DI BIDANG ILMU KECERDASAN BUATAN

Aplikasi Simulator Mesin Turing Pita Tunggal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I H I M P U N A N

1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan

PENERAPAN REPRESENTASI RELASI DENGAN DIAGRAM PANAH UNTUK MEMBUAT SILSILAH KELUARGA

PERTEMUAN Relasi dan Fungsi

BAB 2 LANDASAN TEORI

Mendeskripsikan Himpunan

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 2

PEMODELAN VISUAL DENGAN UML MUNAWAR

Studi dan Implementasi Struktur Data Graf

Bahan kuliah Matematika Diskrit. Himpunan. Oleh: Didin Astriani P, M.Stat. Fakultas Ilkmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri

NonDeterministic Finite Automata. B.Very Christioko, S.Kom

Transkripsi:

BAB II MODEL KOMPUTASI FINITE STATE MACHINE Pada Bab II akan dibahas teori dasar matematika yang digunakan dalam pemodelan sistem kontrol elevator ini, yaitu mengenai himpunan, relasi, fungsi, teori graf yang akan digunakan untuk membentuk FSM. Adapun definisi-definisi yang terdapat pada bab ini merujuk [5]. 2.1 HIMPUNAN Definisi 2.1 Himpunan adalah koleksi atau kumpulan objek yang tidak berurutan. Objek di dalam himpunan disebut juga elemen atau anggota dari suatu himpunan. Himpunan dikatakan memuat anggotanya. Contoh himpunan adalah himpunan huruf vokal dalam Bahasa Indonesia yaitu a, i, u, e,dan o. Dalam himpunan ini anggota-anggotanya merupakan huruf vokal dalam bahasa Indonesia. Dalam hal ini himpunan dinotasikan dengan huruf kapital yang dicetak miring dan semua anggota himpunan tersebut dinyatakan di dalam tanda kurung kurawal. Sebagai contoh V adalah himpunan huruf vokal dalam bahasa indonesia, maka himpunan tersebut dinotasikan dengan 7

8 V = {a, i, u, e, o}. Selanjutnya akan diberikan notasi suatu objek merupakan anggota dari suatu himpunan. Notasi yang digunakan adalah, dengan menggunakan contoh sebelumnya, a anggota di V, maka dapat ditulis a V. Anggota dari suatu himpunan dapat merupakan suatu himpunan juga, contohnya adalah himpunan A yang anggotanya merupakan himpunan X = {1, 2, 3, 4, 5} dan himpunan Y = {a, b, c, d, e}. Himpunan A dapat ditulis sebagai berikut A = { X, Y} = { {1, 2, 3, 4, 5}, {a, b, c, d, e}}. Terdapat himpunan yang tidak memiliki anggota. Himpunan tersebut dinamakan himpunan kosong yang dinotasikan dengan atau { }. Definisi 2.2 Dua himpunan dikatakan sama jika keduanya memiliki anggota yang sama. Sebagai contoh terdapat dua himpunan {1, 2, 3} dan {3,1, 2}, dua himpunan adalah sama karena keduanya memiliki anggota yang sama yaitu 1, 2 dan 3. Begitu juga halnya dengan {1, 2, 3} dan {2, 3, 1} atau {1, 2, 3} dan {3, 2, 1}. Kedua hal tersebut juga merupakan dua himpunan yang sama. Dalam suatu himpunan mungkin saja anggotanya ditulis beberapa kali. Sebagai contoh terdapat himpunan {1, 1, 2, 2, 2, 3} namun himpunan ini sama saja dengan himpunan {1, 2, 3} karena keduanya memiliki anggota yang sama. Definisi 2.3 Himpunan A dikatakan subhimpunan dari B jika setiap anggota di A juga merupakan anggota di B.

9 Subhimpunan dinotasikan dengan, A subhimpunan dari B dapat ditulis dengan A B. Sebagai contoh terdapat himpunan X = {a, e} dan himpunan V = {a, i, u, e, o}, karena setiap anggota di X merupakan semua anggota di V (a dan e merupakan anggota di V) maka X subhimpunan dari V, oleh karena itu dapat ditulis X V. Definisi 2.4 Misalkan S himpunan. Jika terdapat n anggota yang berbeda dengan n adalah bilangan bulat non negatif (lebih besar sama dengan nol), maka S merupakan himpunan berhingga dan n merupakan kardinalitas dari S. Kardinalitas dari S dinotasikan dengan S. Sebagai contoh himpunan huruf vokal dalam bahasa Indonesia V = {a, i,u, e, o} memiliki lima anggota yang berbeda, berarti V merupakan himpunan berhingga dan V = 5. 2.2 RELASI Sebelum diberikan definisi relasi, akan diperkenalkan terlebih dahulu definisi-definisi yang akan mengacu pada definisi relasi.

10 Definisi 2.5 Ordered n-tuple (a 1, a 2,...,a n ) adalah koleksi berurutan yang memiliki a 1 sebagai anggota ke-1, a 2 sebagai anggota ke-2,..., dan a n sebagai anggota ke-n. Definisi 2.6 Dua Ordered n-tuple dikatakan sama jika dan hanya jika setiap anggota dari kedua Ordered n-tuple yang bersesuaian sama. Dengan kata lain, (a 1, a 2,...,a n ) = (b 1, b 2,...,b n ) jika dan hanya jika a i = b i untuk i = 1, 2,..., n. Himpunan dan ordered n-tuple memiliki persamaan bahwa keduanya merupakan koleksi dari suatu objek, yang menjadi perbedaan adalah dalam keterurutan anggotanya. Sebagai contoh terdapat dua himpunan {a, b} dan {b, a} dan dua ordered n-tuple (a, b) dan (b, a) maka berdasarkan Definisi 2.3 {a,b} = {b,a} dan berdasarkan Definisi 2.6 (a, b) (b, a). Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa keterurutan anggota berpengaruh dalam ordered n-tuple sedangkan di dalam himpunan tidak memperhatikan keterurutan anggotanya. Definisi 2.7 Misalkan A dan B himpunan. Produk Kartesian dari A dan B, dinotasikan dengan A x B, himpunan semua pasangan berurut (2-tuple) (a,b) dengan a A dan b B. Sehingga dapat ditulis sebagai berikut A x B = {(a, b) a A dan b B}. Sebagai contoh terdapat dua himpunan A = {1, 2} dan B = {a, b, c},

11 maka A x B = {(1, a), (1, b), (1, c), (2, a), (2, b), (2, c)} Sekarang akan didefinisikan produk kartesian untuk banyak himpunan Definisi 2.8 Produk kartesian dari himpunan A 1, A 2,...,A n, dinotasikan dengan A 1 x A 2 x...x A n adalah himpunan dari ordered n-tuple (a 1, a 2,...,a n ), dengan a i anggota di A i untuk i = 1, 2,...,n. Dengan kata lain A 1 x A 2 x...x A n = {(a 1, a 2,...,a n ) a i A i untuk i = 1, 2,...,n} Definisi 2.9 Subhimpunan dari produk kartesian dinamakan relasi. Contoh 2.1 Misalnya A = {1, 2, 3} dan B = {a, b, c} maka A x B = {(1, a), (1, b), (1, c), (2, a), (2, b), (2, c), (3, a), (3, b), (3, c)} Contoh relasi dari produk kartesian tersebut adalah sebagai berikut: {(1, a), (1, b), (1, c)}, {(1, b), (1, c), (2, a)} dan {(3, b), (3, c)}. Himpunan-himpunan tersebut masing-masing merupakan relasi karena {(1, a), (1, b), (1, c)}, A x B, {(1, b), (1, c), (2, a)} A x B, dan {(3, b), (3, c)} A x B. Relasi dapat dikatakan juga sebagai hubungan antara dua himpunan, sebagai contoh himpunan A yang merupakan himpunan mahasiswa Departemen Matematika Universitas Indonesia dan himpunan B yang merupakan himpunan mata kuliah di Departemen Matematika Universitas

12 Indonesia. Salah satu contoh relasi dari A ke B adalah mahasiswa yang mengambil mata kuliah Matematika Diskrit I. 2.3 FUNGSI Definisi 2.10 Misalkan A dan B himpunan. Fungsi f dari A ke B yang dinotasikan dengan f : A B adalah relasi dari A ke B dengan setiap anggota di A dihubungkan dengan tepat satu anggota di B. Jika b adalah anggota di B yang unik dihubungkan oleh f dengan a anggota di A maka dapat dinotasikan dengan f(a) = b. Gambar 2.1 merupakan cara penyajian fungsi secara diagram Gambar 2.1 Penyajian fungsi secara diagram Fungsi merupakan relasi yang mempunyai dua syarat yang harus dipenuhi yaitu: 1. Setiap anggota di A akan mempunyai pasangan di B.

13 Dengan kata lain, untuk setiap a A terdapat b B sehingga (a, b). 2. Setiap anggota di A tidak akan mempunyai dua pasangan atau lebih di B. Dengan kata lain, misalkan a A dan b 1, b 2 B jika (a, b 1 ) dan (a, b 2 ) maka b 1 = b 2. Contoh 2.2 Dengan menggunakan himpunan A, B dan A x B pada Contoh 2.1 diberikan tiga contoh relasi: a. R 1 = {(1, a), (3, c)} bukan merupakan fungsi, karena terdapat anggota di A yang tidak mendapat pasangan yaitu 2, dengan ini melanggar syarat pertama. b. R 2 = {(1, a), (1, c), (2, a), (3,b)} bukan merupakan fungsi, karena terdapat anggota di A yang mempunyai dua pasangan atau lebih yaitu 1 dengan a dan c, dengan ini melanggar syarat kedua. c. R 3 = {(1, c), (2, a), (3, b)} ini merupakan fungsi karena relasi ini memenuhi kedua syarat fungsi, yaitu setiap anggota di A mendapatkan pasangan di B dan tidak ada anggota A yang mempunyai dua pasangan atau lebih. Gambar 2.2 Relasi R 1, R 2 dan R 3

14 Berikut ini akan diberikan mengenai dasar-dasar pada teori graf. Dengan graf dapat digambarkan model sistem kontrol elevator secara diagram. 2.4 GRAF Dasar teori graf yang digunakan yaitu graf sederhana dan multigraf berarah yang akan dijelaskan sebagai berikut: Definisi 2.11 Graf sederhana G = (V, E) terdiri dari himpunan V dan himpunan E. V merupakan himpunan tidak kosong yang anggotanya dinamakan verteks. E merupakan himpunan pasangan yang tak berurut dari anggota yang berbeda di V, anggota di E dinamakan edge. Sebagai contoh terdapat graf G = (V, E) dengan V = {1, 2, 3, 4, 5} dan E = {{1, 2}, {1, 3}, {2, 4}, {4, 5}, {2, 5}}. 1, 2, 3, 4, dan 5 merupakan verteks sedangkan {1, 2}, {1, 3}, {2, 4}, {4, 5}, {2, 5} merupakan edge. Graf G = (V, E) tersebut dapat digambarkan sebagai berikut

15 Gambar 2.3 Penyajian secara diagram graf sederhana G = (V, E) Berikutnya akan diberikan definisi multigraf berarah, yaitu graf yang dapat memuat dua atau lebih edge berarah pada sepasang verteks dan juga dapat memuat loop. Loop adalah edge yang pasangan verteksnya merupakan verteks yang sama. Definisi 2.12 Multigraf berarah G = (V, E) terdiri dari himpunan verteks V dan himpunan edge E dan sebuah fungsi f dari E ke {(u, v) u, v V }. Edge e 1 dan e 2 dikatakan multiple edges atau parallel edges jika f(e 1 ) = f(e 2 ). Edge dikatakan loop jika f(e) = (u, u) untuk u V Sebagai contoh diberikan graf sebagai berikut Gambar 2.4 Penyajian secara diagram multigraf berarah G = (V, E) Graf pada Gambar 2.4 dapat dinyatakan dengan G = (V, E) dengan V = {1, 2, 3, 4, 5}, E = {e 1, e 2, e 3, e 4, e 5, e 6, e 7, e 8, e 9 } dan sebuah fungsi f dengan f(e 1 ) = (1, 2), f(e 2 ) = (1, 2), f(e 3 ) = (2, 1), f(e 4 ) = (1, 3), f(e 5 ) = (2, 4), f(e 6 ) = (2, 5), f(e 7 ) = (5, 2), f(e 8 ) = (4, 5), f(e 9 ) = (5, 5). Edge e 1, e 2 dan e 3 dinamakan multiple edges karena f(e 1 ) = f(e 2 ) = (1, 2), dan e 9 dinamakan loop karena f(e 9 ) = (5, 5).

16 Berikutnya akan dibahas mengenai jenis model yang akan digunakan dalam skripsi ini. 2.5 FINITE STATE MACHINE FSM adalah model yang memperlihatkan perilaku dari sistem dengan keadaan-keadaan. Model ini memberikan keadaan-keadaan yang mungkin dijalani oleh sistem, apa yang harus dilakukan sistem pada keadaan-keadaan tersebut, serta jika diberikan suatu input maka sistem akan melakukan atau menghasilkan sesuatu. FSM terdiri dari dua jenis yaitu FSM beroutput dan FSM tidak beroutput. FSM tidak beroutput (biasanya disebut automata hingga) digunakan untuk pengenalan bahasa dalam komputer, dengan input-input yang dimasukkan akan diperoleh apakah input tersebut dikenal oleh bahasa komputer atau tidak. Salah satu penggunaan FSM tidak beroutput adalah program compiler, yaitu program untuk memeriksa apakah perintah yang diberikan pengguna benar atau salah. Sementara untuk FSM beroutput digunakan untuk merancang sebuah sistem atau mesin. FSM yang digunakan dalam skripsi ini adalah FSM yang beroutput, dan untuk selanjutnya FSM yang beroutput akan dituliskan FSM saja.

17 Berikut ini adalah definisi dari FSM: Definisi 2.13 FSM M = (S, I, O, f, g, s 0 ) terdiri dari: 1. Himpunan berhingga keadaan S. 2. Himpunan berhingga input I. 3. Himpunan berhingga output O. 4. Fungsi transisi f yang memasangkan pasangan keadaan dan input pada keadaan. Dinotasikan f : S I S. 5. Fungsi output g yang memasangkan keadaan pada output. Dinotasikan g : S O. 6. s 0 merupakan keadaan awal, s 0 S. Fungsi transisi merupakan fungsi yang menunjukan jika sistem pada suatu keadaan dan diberikan suatu input maka sistem tersebut akan bertransisi menjadi keadaan yang baru. Sedangkan fungsi output menunjukan sistem melakukan suatu aksi pada suatu keadaan. Contoh 2.2 Sebagai contoh diberikan FSM M dengan S = {s 0, s 1 }, I = {0, 1}, O = {0, 1} dengan fungsi transisi f(s 0,1) = s 1 dan f(s 1,0) = s 0 dan fungsi output g(s 0 ) = 0 dan g(s 1 ) = 1. Contoh 2.2 merupakan FSM untuk mesin saklar lampu, keadaannya adalah lampu mati (s 0 ) dan lampu hidup (s 1 ). Keadaan awalnya adalah lampu mati. Saat lampu dalam keadaan mati kemudian ditekan saklar lampu untuk hidup (input 1) maka terjadi transisi keadaan

18 menjadi lampu hidup (f(s 0,1) = s 1 ) dan menyalakan lampu tersebut (g(s 1 ) = 1). Saat lampu dalam keadaan hidup kemudian ditekan saklar lampu untuk mati (input 0) maka terjadi transisi keadaan menjadi lampu mati (f(s 1,0) = s 0 ) dan mematikan lampu yang sedang hidup (g(s 0 ) = 0). FSM pada contoh 2.2 dapat digambarkan dengan diagram transisi. Diagram tersebut merupakan multigraf berarah yang verteksnya merupakan keadaan sedangkan edgenya merupakan representasi dari fungsi transisi, dan label dari edgenya merupakan input yang menyebabkan transisi. Sedangkan outputnya adalah tulisan di bawah keadaan. Tanda panah yang menunjuk ke s 0 merupakan s 0 adalah keadaan awal. Diagram transisi dari FSM M pada contoh 2.2 adalah sebagai berikut: Gambar 2.5 Diagram transisi keadaan untuk mesin M