BAB IV PENGOLAHAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
MODEL MATEMATIKA WAKTU PENGOSONGAN TANGKI AIR

PENENTUAN PANJANG LENGAN MESIN STANDAR TORSI DEADWEIGHT SEARAH JARUM JAM DAN BERLAWANAN ARAH JARUM JAM MENGGUNAKAN METODE KESETIMBANGAN LENGAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

Penerapan Masalah Transportasi

Persamaan gerak dalam bentuk vektor diberikan oleh: dv dt dimana : (1) v = gaya coriolis. = gaya gravitasi

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

Pergerakan Tanah Pada Lembah Tertimbun Yang Dipengaruhi Gelombang Permukaan Datar

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

XIV. TEORI RELATIVITAS KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

PERPINDAHAN KALOR KONVEKSI DAN ALAT PENUKAR KALOR

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

TUGAS TERSTRUKTUR KALKULUS PEUBAH BANYAK. Dari Buku Kalkulus Edisi Keempat Jilid II James Stewart, Penerbit Erlangga.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

BAB III PEMODELAN DISPERSI POLUTAN

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

TUGAS MAKALAH FISIKA. Disusun Oleh: : Fauzan Fakhrul Arifin. Kelas : X-6. No. Absen : 12

BAB 2 LANDASAN TEORI

Fisika Ebtanas

(x, f(x)) P. x = h. Gambar 4.1. Gradien garis singgung didifinisikan sebagai limit y/ x ketika x mendekati 0, yakni

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

ALJABAR LINEAR (Vektor diruang 2 dan 3) Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.

VEKTOR. Oleh : Musayyanah, S.ST, MT

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB II TEORI DASAR. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKANAN TANAH PADA DINDING PENAHAN METODA RANKINE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

FAKULTAS DESAIN dan TEKNIK PERENCANAAN

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

PENDEKATAN TEORITIS. Prinsip Kerja Oven Surya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mendorong pengembangan yang sukses, dan suatu desain didasarkan kepada

Pemodelan Dinamika Gelombang dengan Mengerjakan Persamaan Kekekalan Energi. Syawaluddin H 1)

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Optimasi Multi Response Surface pada Industri Kemasan Botol Plastik dengan Pendekatan Fuzzy Programming

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

Daya Dukung Tanah LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Bab 7

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

ANALISIS KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA GEDUNG BERTINGKAT KARENA PENGARUH PENGHALANG DI DEPANNYA. Joni Susanto 19, Dafik 20, Arif 21

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa

SIMULASI PADA MODEL PENYEBARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS SRI REJEKI PURI WAHYU PRAMESTHI DOSEN PENDIDIKAN MATEMATIKA IKIP WIDYA DARMA SURABAYA

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

ANALISIS KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA GEDUNG BERTINGKAT KARENA PENGARUH PENGHALANG DI DEPANNYA. Joni Susanto 19, Dafik 20, Arif 21

MODUL PERKULIAHAN. Kalkulus. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecepatan Angin Awal untuk Berputar (m/s)

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

BAB III METODE ELEMEN HINGGA. Gambar 3. 1 Tegangan-tegangan elemen kubus dalam koordinat lokal (SAP Manual) (3.1)

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

Analisa Performasi Kolektor Surya Terkonsentrasi Dengan Variasi Jumlah Pipa Absorber Berbentuk Spiral

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

WALIKOTA BANJARMASIN

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

Hendra Gunawan. 5 Maret 2014

PENGGUNAAN ALGORITMA KUHN MUNKRES UNTUK MENDAPATKAN MATCHING MAKSIMAL PADA GRAF BIPARTIT BERBOBOT

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

PENDUGAAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI KOTA SEMARANG DENGAN METODE SAE

BAB III METODE ANALISIS

JURNAL TEKNIK SIPIL USU

Kontrol Optimum pada Model Epidemik SIR dengan Pengaruh Vaksinasi dan Faktor Imigrasi

by Emy 1 IMAGE RESTORATION by Emy 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH MODEL TURBULENSI DAN PRESSURE-VELOCITY COPLING TERHADAP HASIL SIMULASI ALIRAN MELALUI KATUP ISAP RUANG BAKAR MOTOR BAKAR

PEMODELAN KEBOCORAN TANGKI TEKAN DENGAN PERANGKAT LUNAK MATLAB

Aljabar Linear Elementer

Pertemuan IX, X, XI IV. Elemen-Elemen Struktur Kayu. Gambar 4.1 Batang tarik

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 2

(x- x 1. Contoh soal: jawab: x 2 + y 2 = 2 2 x 2 + y 2 = 4. x 2 + y 2 = 4. jawab: (x 5) 2 + (y 2) 2 = 4 2

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK DESAIN SISTEM KONTROL PESAWAT UDARA MATRA LONGITUDINAL DENGAN METODE POLE PLACEMENT (TRACKING PROBLEM)

GERAK SATU DIMENSI. Sugiyanto, Wahyu Hardyanto, Isa Akhlis

DEFERENSIAL Bab 13. u u. u 2

1. Grafik di samping menyatakan hubungan antara jarak (s) terhadap waktu (t) dari benda yang bergerak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

PERTEMUAN-2. Persamaan Diferensial Homogen. Persamaan diferensial yang unsur x dan y tidak dapat dipisah n. Contoh: 1.

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG DISIPLIN KERJA PEGA WAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh potensi

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini

Transkripsi:

BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Sber Data Peodelan dispersi poltan dari cerobong asap pabrik dengan Gassian Ple Model akan diterapkan pada kondisi nata dengan data ang diperoleh dari PT. KL. Pabrik tersebt bergerak di bidang indstri pebatan kertas di daerah Probolinggo, Jawa Tir. Cerobong asap ang ada di pabrik tersebt berfngsi sebagai salran pebangan poltan hasil pebakaran bat bara. Bat bara dibakar ntk enggerakkan trbin ang berfngsi sebagai peasok listrik di kawasan pabrik, perahan, asjid, sekolah dan fasilitas lain di sekitarna ilik PT. KL. Oleh karena it cerobong asap bekerja selaa 24 ja sehari. Berikt adalah foto dara PT. KL dan kawasan sekitarna ang diabil dari Google Earth. Dari gabar di bawah ini, terlihat bahwa topografi di sekitar cerobong asap adalah daerah rban. 54

Gabar 4.1. Foto dara PT. KL dan kawasan sekitarna dengan Google Earth Pada Gabar 4.1 lokasi cerobong asap ditandai dengan lingkaran erah. Berikt adalah perbesaran dari lokasi cerobong asap ang diaati. Gabar 4.2. Perbesaran lokasi cerobong asap 55

Data ang diperoleh dari PT. KL. Lokasi Pengkran : Cerobong Ketel No. 2 Tinggi (h) : 20 eter Diaeter (d) : 2 eter Wakt Pengkran : Selasa, 1 Mei 2007 Pkl 10.05 10.55 WIB Hasil Pengkran : 1. Faktor Kiia No. Paraeter Rata-rata Kadar Terkr ( ρ : assa jenis) 1. Nitrogen dioksida 42 (NO 2 ) 2. Slfr dioksida (SO 2 ) 28. Total partikel 4 Tabel 4.1. Hasil pengkran assa jenis poltan ang dibang Satan g 2. Faktor Fisik No. Paraeter Sibol Hasil Pengkran Satan 1. Kecepatan aliran gas v pc 16,26 2. Sh gas T pc 160 Celcis. Sh dara T 28 2 Celcis 4. Kecepatan angin * 1,6 2,9 5. Arah angin - Tir Lat - Tabel 4.2. Hasil pengkran karakteristik fisik poltan dan kondisi eteorologis sekitar pabrik (*) Dikr pada ketinggian 10 eter Dari hasil pengkran di atas terlihat bahwa askan ntk persaaan Gassian Ple Model dan persaaan bel sea terpenhi, ait laj eisi poltan ata aliran assa poltan ang dibang per satan wakt (Q) dan tekanan dara sekitar (P a ). Nilai Q dapat diperoleh dari aliran vole poltan ang dibang per satan wakt (V) ang dinatakan dengan V = Av pc (5.1) 56

Q sedangkan V dapat dinatakan dengan V =, sehingga diperoleh ρ dengan A adalah las penapang kelarna poltan = Q = Aρv pc (5.2) 1 4 d. π 2 2 ( ) Dari data pada Tabel 4.1, terlihat bahwa kadar partikel deb ang dibang sangat kecil sehingga diassikan kran partikel deb saa dengan kran olekl-olekl gas. Selain it, diassikan pla bahwa tidak ada reaksi kiia ang terjadi pada poltan selaa berdispersi di dara ang dapat enebabkan jlah poltan berbah. Laj eisi poltan berdasarkan data adalah Q = Q + Q + Q NO2 SO2 partikel ( ) = Av ρ + ρ + ρ =,8 pc NO SO partikel gr 2 2 Tekanan dara di atosfer adalah fngsi dari ketinggian dari perkaan lat. Tekanan akan berkrang dengan bertabahna ketinggian. Tekanan dara pada perkaan lat adalah 101 ilibar dan tekanan dara di atosfer pada ketinggian tertent dapat diperoleh dengan aproksiasi berikt: a = 101 0,96 ( ilibar) (5.) Pa ( ) dengan a adalah ketinggian dari perkaan lat per 1000 kaki ata 04,8 eter. Tekanan dara sebagai askan pada persaaan dikr pada tinggi fisik cerobong asap (h = 20 eter). Seentara it, PT. KL terletak pada ketinggian 48 eter dari perkaan lat sehingga ketinggian 68 eter. Perhitngan dengan (5.) eberikan P a akan dihitng pada Pa ( ) 68 04,8 = 101 0,96 = 1004,5 ilibar 4.2 Lokasi Pengaatan Lokasi pengaatan ang dipilih ntk ditentkan konsentrasina adalah pekian penddk ang paling dekat dengan cerobong asap, pekian penddk di selatan cerobong asap ntk ewakili kondisi di siang hari, dan pekian penddk di sebelah tara cerobong asap ntk ewakili kondisi di ala hari. 57

4.2.1 Pekian Penddk Terdekat dengan Cerobong Asap Kass 1: Kondisi sebenarna Misalkan pekian penddk terdekat dengan cerobong asap disebt dengan Pekian 1. Jarak Pekian 1 (P 1 ) dengan lokasi cerobong asap (O) adalah 140 ang ditandai dengan garis erah seperti pada gabar berikt. Gabar 4.. Pekian penddk terdekat dengan cerobong asap (1) Keterangan: : sb-x positif (OX) : sb- positif (OY) : garis ang enghbngkan cerobong asap dengan pekian penddk (OP 1 = 140 eter) XOP 1 : sdt antara OX dan OP 1 (112 ) YOP 1 : sdt antara OY dan OP 1 (22 ) Pada saat pengkran, angin bertip ke arah tir lat sehingga sb-x positif beripit dengan arah tir lat ang ditandai dengan garis bir dan sb- positif beripit dengan arah barat lat ang ditandai 58

dengan garis hija. Lokasi Pekian 1 ang dinatakan dengan koordinat Cartesis adalah: x OP ( XOP ) ( ) = cos = 140 cos 112 = 52, 4 1 1 OP ( YOP ) ( ) = cos = 140 cos 22 = 129,8 1 1 = 0 (karena berada pada perkaan tanah) Berdasarkan data pada Tabel 4.2, dipilih angin berkecepatan 2,2 bertip ke arah tir lat saat intensitas radiasi sinar atahari adalah sedang (kelas kestabilan B) dan sh dara sekitar pabrik adalah 0 C. Data hasil penghitngan adalah: = 16,61 = 12,91 h = 2,44 h : kecepatan angin pada tinggi fisik cerobong asap ntk enghitng ple rise Besarna ple rise akan dihitng dengan persaaan dan. Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan keda persaaan tersebt adalah: Δ H,5 41,52 H 5,5 61,52 H 2,8 C 2,1.10-20 g 2,89 1,25.10-21 g H : kecepatan angin pada tinggi efektif cerobong asap ntk enghitng konsentrasi poltan dengan Gassian Ple Model Dari tabel di atas terlihat bahwa konsentrasi poltan di Pekian 1 sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh lokasi Pekian 1 ang berlawanan arah dan sangat jah dari pergerakan poltan, ait sepanjang sb-x ang ditandai dengan garis bir pada Gabar 4.. Oleh karena it, konsentrasi poltan di Pekian 1 dapat diabaikan. 59

Kass 2: Arah angin dirbah Misalkan arah angin dirbah sehingga Pekian 1 berada pada kondisi terbrk, ait berada paling dekat dengan lintasan pergerakan poltan. Arah angin dirbah enjadi barat lat seperti pada gabar berikt. Gabar 4.4. Pekian penddk terdekat dengan cerobong asap (2) Lokasi Pekian 1 dala koordinat Cartesis adalah x OP ( XOP ) ( ) = cos = 140 cos 22 = 129,8 1 1 OP ( YOP ) ( ) = cos = 140 cos 68 = 52, 4 1 1 = 0 Untk angin ang bertip ke barat lat, diperoleh = 40,5 =,11 h = 2,44 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: 60

Δ H 61,02 41,52 H 81,02 61,52 H,01 C 6,46.10-6 g 2,89 2,9.10-5 g Nilai x ang berbeda eberikan koefisien dispersi ang berbeda pla. Dari tabel di atas terlihat bahwa ple rise dengan persaaan enjadi lebih besar karena x ang bertabah (ple rise versi adalah fngsi dari x). Hal ini enebabkan tinggi efektif cerobong asap dan kecepatan angin pada H jga enjadi lebih besar. Untk angin ang bertip ke barat lat, konsentrasi poltan enjadi jah lebih besar. Kass : Kelas kestabilan atosfer dirbah Data kecepatan angin pada Tabel 4.2 ennjkkan bahwa kelas kestabilan atosfer ang ngkin terjadi pada saat pengkran adalah kelas A, B, ata C seperti pada Tabel 1.1. Pada da kass sebelna, konsentrasi poltan ditentkan pada kelas kestabilan B. Pada Kass, akan dicoba kelas kestabilan C ntk kondisi ang saa dengan Kass 2 kecali angin bertip dengan kecepatan 2,5 penghitngan adalah: = 27,84 = 25,96 h = 2,87. Data hasil Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 51,86 5,29 H 71,86 55,29 H,71 C 1,65.10-6 g,52 8,.1-6 g 61

Dari tabel di atas, terlihat bahwa konsentrasi poltan enjadi lebih kecil pada kondisi atosfer ang lebih stabil. Selanjtna akan dilihat konsentrasi poltan di Pekian 1 pada ala hari ntk kondisi ang saa dengan Kass 2 tetapi dengan kelas kestabilan F (perhatikan kebali Tabel 1.1) dan sh dara sekitar pabrik adalah 25 C, karena sh dara di ala hari relatif lebih kecil. Data hasil penghitngan adalah: = 1,92 = 9,5 h =,79 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 9,8 27,28 H 59,8 47,28 H 7,1 C 2,56.10-15 g 6,5 4,98.10-12 g Dengan sh dara sekitar ang lebih kecil, selisih antara sh poltan dan sh dara sekitar enjadi lebih besar sehingga poltan akan bergerak naik lebih jah ata ple rise lebih besar. Walapn begit, kondisi atosfer ang lebih stabil eberikan ple rise, nilai koefisien dispersi, tinggi efektif cerobong asap, dan konsentrasi poltan ang lebih kecil. Walapn penghitngan ple rise dengan persaaan tidak eperhitngkan kelas kestabilan atosfer, ple rise versi tidak eberikan hasil ang saa ntk Kass 2 dan Kass. Hal ini dikarenakan konversi kecepatan angin dari ketinggian 10 eter ke tinggi fisik cerobong asap elibatkan kelas kestabilan atosfer. Selain it, kondisi atosfer ang lebih stabil eberikan konversi kecepatan angin enjadi lebih besar dengan bertabahna ketinggian. Hal ini terlihat dari tinggina kecepatan angin pada kelas kestabilan F walapn tinggi efektif cerobong asap pada kelas ini lebih kecil daripada kelas kestabilan C. 62

Kass 4: Kecepatan angin dirbah Pada Kass 4, angin dipilih bertip dengan kecepatan 2,9 dan kondisi lainna saa dengan Kass 2. Data hasil penghitngan adalah: = 40,5 =,11 h =,22 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 46,29 1,5 H 66,29 51,5 H,85 C 1,6.10-5 g,71,12.10-5 g Kecepatan angin ang lebih besar eberikan nilai koefisien dispersi tetap (jelas karena koefisien dispersi adalah fngsi dari x dan kelas kestabilan atosfer). Seentara it, ple rise enjadi lebih kecil karena angin ang lebih kencang akan lebih cepat ebelokkan poltan ang bergerak naik setelah kelar dari cerobong asap. Dengan ple rise ang lebih kecil, pergerakan poltan akan lebih dekat dengan perkaan tanah sehingga konsentrasi poltan di pekian enjadi lebih besar. Kass 5: Sh dara sekitar dirbah Pada Kass 5, sh dara sekitar dipilih sebesar 7 C dengan kondisi lainna saa dengan Kass 2. Sebenarna sh dara tersebt tidak terdapat dala data. Akan tetapi jika dipilih sh seperti dala data, kass ini tidak akan eberikan hasil ang signifikan pada konsentrasi poltan. Data hasil penghitngan adalah: = 40,5 =,11 h = 2,44 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: 6

Δ H 59,9 40,6 H 79,9 60,6 H 2,88 C 7,0.10-6 g 2,56.10-5 g Sh dara ang lebih besar eberikan nilai koefisien dispersi tetap (jelas karena koefisien dispersi adalah fngsi dari x dan kelas kestabilan atosfer). Seentara it, ple rise enjadi lebih kecil karena selisih antara sh poltan dan sh dara lebih kecil, dengan kata lain sh dara ang lebih besar akan engrangi efek sh tinggi poltan saat kelar dari cerobong asap. Dengan ple rise ang lebih kecil, pergerakan poltan akan lebih dekat dengan perkaan tanah sehingga konsentrasi poltan di pekian enjadi lebih besar. 4.2.2 Pekian Penddk di Sebelah Utara Cerobong Asap Misalkan pekian penddk di sebelah tara cerobong asap disebt dengan Pekian 2. Pengaatan di Pekian 2 ini dilakkan ntk ewakili konsentrasi poltan di sat pekian penddk pada ala hari karena pada ala hari angin bertip dari darat ke lat. Letak PT. KL sendiri ckp dekat dengan lat, kira-kira di sebelah selatan Lat Jawa. Selanjtna akan dilihat konsentrasi poltan di Pekian 2 pada ala hari jika angin bertip ke tara dengan kecepatan g dan sh dara sekitar pabrik adalah 2 C dengan kondisi atosfer pada kelas kestabilan F. Kecepatan angin ang tinggi dan sh dara ang rendah diabil ntk ewakili kondisi eteorologis di ala hari. Jarak Pekian 2 (P 2 ) dengan lokasi cerobong asap (O) adalah 416 ang ditandai dengan garis erah seperti pada gabar berikt. 64

Gabar 4.5. Pekian penddk di sebelah tara cerobong asap Lokasi Pekian 2 dala koordinat Cartesis adalah: X OP ( XOP ) ( ) = cos = 416 cos 0 = 416 2 2 Y OP ( YOP ) ( ) Z = cos = 416 cos 90 = 0 = 0 2 2 Untk kondisi eteorologis di atas, diperoleh = 42,7 = 26,12 h = 4,54 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 72,46 22,91 H 92,46 42,91 H 11,9 C 1,81.10-7 g 7,19,92.10-5 g 65

Perhatikan bahwa ple rise versi pada kass ini sangat besar dibandingkan ple rise versi. Hal ini dikarenakan eperhitngkan jarak sepanjang sb-x ntk enentkan ple rise, selain eperhitngkan kelas kestabilan atosfer. Berbeda dengan Pekian 1, selisih antara ple rise versi dan tidak terlal besar karena jarak Pekian 1 dengan cerobong asap tidak sebesar Pekian 2. Seentara it, konsentrasi poltan antara dan eberikan hasil ang berlawanan jika dibandingkan dengan Kass 2. Konsentrasi poltan dengan ple rise versi enjadi lebih kecil seentara dengan ple rise versi konsentrasi enjadi lebih besar. Selanjtna akan dilihat jika atosfer berada dala kelas kestabilan D. Data hasil penghitngan adalah: = 61,6 = 54,91 h =,56 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 92,5 29,2 H 112,5 49,2 H 5,49 C 7,98.10-6 g 4,47 5,.10-5 g Pada kondisi atosfer ang lebih stabil, ple rise akan lebih kecil karena pergolakan dara ang endorong poltan ntk bergerak naik setelah kelar dari cerobong asap lebih sedikit. Selain it, konversi kecepatan angin jga lebih besar. Akan tetapi, keda hal tersebt tidak eberikan konsentrasi poltan ang lebih besar karena ang lebih penting adalah dengan pergolakan dara ang lebih sedikit, tingkat dispersi poltan lebih kecil ata koefisien dispersina lebih kecil. 66

4.2. Pekian Penddk di Sebelah Selatan Cerobong Asap Misalkan pekian penddk di sebelah selatan cerobong asap disebt dengan Pekian. Pengaatan di Pekian ini dilakkan ntk ewakili konsentrasi poltan di sat pekian penddk pada siang hari karena pada siang hari angin bertip dari lat ke darat ata dari tara ke selatan. Akan dilihat konsentrasi poltan di Pekian pada siang hari jika angin bertip ke selatan dengan kecepatan 2,2 g dan sh dara sekitar pabrik adalah 0 C dengan kondisi atosfer pada kelas kestabilan A. Perhatikan kass ini tidak jah berbeda dengan Kass 2. Jarak Pekian (P ) dengan lokasi cerobong asap (O) adalah 440 ang ditandai dengan garis erah seperti pada gabar berikt. Gabar 4.6. Pekian penddk di sebelah selatan cerobong asap Lokasi Pekian dala koordinat Cartesis adalah: x OP ( XOP ) ( ) = cos = 440 cos 0 = 440 OP ( YOP ) ( ) = cos = 440 cos 90 = 0 = 0 67

Untk kondisi eteorologis di atas diperoleh = 129,84 = 126,72 h = 2,44 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 17,68 41,52 H 157,68 61,52 H, C 1,01.10-5 g 2,89 2,25.10-5 g Selanjtna akan dilihat jika atosfer berada dala kelas kestabilan C. Data hasil penghitngan adalah: = 89,26 = 88 h = 2,5 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah: Δ H 12,99 40,1 H 152,99 60,1 H,8 C 8,9.10-6 g,15,85.10-5 g Dari tabel di atas terlihat bahwa konsentrasi poltan dengan ple rise versi lebih besar pada kondisi atosfer ang lebih stabil. Hal ini kontradiksi dengan pebahasan sebelna dan ennjkkan keleahan persaaan ang tidak eperhitngkan kelas kestabilan atosfer dan lokasi pada sb-x. Keleahan ini jga ditnjkkan oleh kass berikt. 68

4.2.4 Perbahan Kondisi Topografi di Sekitar Cerobong Asap Pada ketiga pekian di atas, akan dilihat konsentrasi poltan jika diisalkan daerah di sekitar cerobong asap adalah daerah rral. Pekian 1 Dengan kondisi ang serpa pada Kass 2, diperoleh = 2,94 = 1,20 h = 2,9 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah Δ H 62, 42,9 H 82, 62,9 H 2,8 C 4,48.10-1 g 2,74 1,79.10-9 g Dari tabel di atas terlihat bahwa konsentrasi poltan di daerah rral lebih kecil daripada konsentrasi poltan di daerah rban. Pekian 2 Dengan kondisi ang serpa dengan Pekian 2 pada kelas kestabilan D, diperoleh data hasil penghitngan adalah = 0,4 = 15,54 h =,8 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah Δ H 97,61 0,87 H 117,61 50,87 H 4,56 C 2.10-16 g,96,0.10-6 g 69

Dari tabel di atas terlihat bahwa konsentrasi poltan di daerah rral lebih kecil daripada konsentrasi poltan di daerah rban. Pekian Dengan kondisi ang serpa dengan Pekian pada kelas kestabilan A, diperoleh data hasil penghitngan adalah = 102,22 = 89,09 h = 2,7 Tabel perbandingan hasil penghitngan dengan persaaan dan adalah Δ H 141,55 42,68 H 161,55 62,68 H 2,99 C 8,54.10-6 g 2,69,8.10-6 g Jika ple rise dihitng dengan persaaan, konsentrasi poltan seakin kecil tetapi jika dengan persaaan konsentrasi poltan seakin besar. Seharsna konsentrasi poltan pada daerah rral lebih kecil. Hal ini dikarenakan pergolakan dara di daerah rban lebih besar akibat tabrakan dengan bangnan-bangnan sehingga kondisi atosfer enjadi lebih tidak stabil dibandingkan di daerah rral. Dengan kata lain, tingkat dispersi poltan di daerah rral lebih rendah sehingga nilai di daerah rral akan lebih kecil dan konsentrasi poltan pada daerah tersebt enjadi lebih kecil. Hal ini kontradiksi dengan konsentrasi poltan dengan ple rise versi. Jadi kass ini jga ennjkkan keleahan persaaan. 4. Perbandingan Persaaan dan epblikasikan persaaan ntk enentkan ple rise sekitar tahn 1940. Persaaan tersebt sederhana dan dah dignakan sehingga telah banak dignakan. Akan tetapi, tidak eperhitngkan kestabilan 70

atosfer dan jarak sepanjang sb-x. Kestabilan atosfer epengarhi sejah ana poltan ap bergerak naik setelah kelar dari cerobong asap. Untk atosfer ang stabil, poltan lebih lelasa bergerak naik sehingga lintasan pergerakan poltan akan seakin jah dari perkaan tanah. Seentara it, dengan seakin besar x aka poltan akan bergerak lebih tinggi lagi sebel encapai tinggi aksina dan bergerak horiontal bersaa angin. Seiring berjalanna wakt, engidentifikasi faktor-faktor ang epengarhi ple rise seperti ang dijelaskan pada Bab III. Mlai tahn 1969, encoba engajkan persaaan penentan ple rise ntk entpi kekrangan dengan eperhitngkan kestabilan atosfer dan jarak sepanjang sb-x. Setelah elali serangkaian proses revisi, pada tahn 1972 epblikasikan seperangkat persaaan penentan ple rise ang lebih teliti. Persaaan ini lebih rit dan akan lebih dah dignakan dengan progra kopter karena lebih banak paraeter ang diperhitngkan. Dari berbagai kass penentan konsentrasi sebelna, diperoleh bahwa persaaan dan tidak eberikan ple rise ang saa. Pada berbagai kass di Pekian 1 perbedaanna dapat encapai 20. Hal ini dikarenakan kondisi ang dipilih pada pekian tersebt enangkt kecepatan angin dan kelas kestabilan atosfer. Seentara it, di Pekian 2 dan Pekian perbedaanna encapai 70. Hal ini dikarenakan pekian tersebt berada jah dari cerobong asap. Perbedaan ple rise versi dan akan seakin signifikan ntk jarak ang seakin jah dari cerobong asap dan ntk kondisi atosfer ang lebih tidak stabil. Persaaan eang lebih dah dignakan tetapi lebih aan ntk jarak sepanjang sb-x ang dekat dengan cerobong asap dan pada kondisi atosfer ang stabil. Seentara it, persaaan dapat dignakan pada berbagai kass tetapi lebih rit dan eerlkan tingkat ketelitian an tinggi sehingga akan lebih dah dignakan jika dibat dala progra kopter. Oleh karena it, progra penentan konsentrasi ang dibat dengan MATLAB akan enggnakan persaaan ntk enentkan ple rise. 71

4.4 Konsentrasi Maksi di Sepanjang Lokasi Pengaatan Konsentrasi aksi di sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elewati Pekian 1 dengan angin ang bertip ke barat lat, di Pekian 2, dan di Pekian akan ditentkan dengan progra penentan konsentrasi. Selain it, lokasi terjadina konsentrasi aksi jga dapat diketahi sehingga akan terlihat apakah ketiga lokasi pengaatan tersebt erasakan konsentrasi aksi poltan hasil dispersi cerobong asap pabrik. Berikt adalah gabar tapilan progra penentan konsentrasi ang dibat dengan GUI MATLAB tersebt. Gabar 4.7. Tapilan progra penentan konsentrasi dengan GUI MATLAB Cara penggnaan progra tersebt adalah sebagai berikt. 1. Pada panel Kondisi Sekitar Pabrik dan Kestabilan Atosfer pilih tipe daerah dan kelas kestabilan atosfer pada lokasi pengaatan dengan easkkan angka ang sesai. 2. Pada panel Karakteristik Poltan askkan assa jenis poltan (rho), kecepatan poltan (v_pc) dan sh poltan (T_pc) saat kelar dari cerobong asap.. Pada panel Karakterisitik Cerobong askkan tinggi fisik (h) dan diaeter (d) cerobong asap. 72

4. Pada panel Karakteristik Atosfer askkan sh dara sekitar (T_) dan kecepatan angin (). 5. Pada panel Lokasi askkan jarak cerobong asap dengan lokasi pengaatan ang dipilih (Jarak), sdt antar sb-x dan garis ang enghbngkan cerobong asap dengan lokasi pengaatan (alpha), sdt antar sb- dan garis ang enghbngkan cerobong asap dengan lokasi pengaatan (beta), dan ketinggian lokasi pengaatan dari perkaan tanah (). 6. Tekan tobol Tentkan Lokasi, kedian akan ncl lokasi pengaatan dala koordinat Cartesis. 7. Tekan tobol Hitng, kedian akan ncl besarna ple rise (delta_h), tinggi efektif cerobong asap (H), koefisien dispersi pada sb dan sb- (Siga_ dan Siga_), dan besarna konsentrasi poltan di lokasi pengaatan tersebt. 8. Untk ebat grafik ple rise terhadap x (grafik sebelah kiri) dan konsentrasi poltan terhadap x (grafik sebelah kanan), askkan titik akhir dan interval antar tiap titik kedian tekan tobol Plot. Selain grafik, pada panel Maksi akan ncl konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi. Selanjtna akan dilihat konsentrasi aksi poltan dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang garis ang enghbngkan cerobong asap dan pekian penddk di ketiga pekian penddk ang dipilih. Kass ang dipilih adalah kass ang eberikan konsentrasi poltan ang paling besar, ait Kass 4 ntk Pekian 1, kelas kestabilan D ntk Pekian 2, dan kelas kestabilan A ntk pekian. 7

Gabar 4.8. Grafik ple rise dan konsentrasi poltan terhadap x di Pekian 1 ntk Kass 4 Selain digabarkan dengan grafik, progra penentan konsentrasi ini jga enentkan konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang pergerakan poltan ang elali Pekian 1, ait C ax = 1,6.10-5 g x ax = 150 Seentara it, Pekian 1 terletak pada lokasi 129,8 sepanjang lintasan pergerakan poltan. Jadi lokasi Pekian 1 ckp dekat dengan lokasi terjadina konsentrasi aksi dan akan erasakan pengarh konsentrasi aksi tersebt. Apalagi ditabah dengan kenaikan konsentrasi poltan ag ckp taja seperti pada Gabar 4.8. 74

Gabar 4.9. Grafik ple rise dan konsentrasi poltan terhadap x di Pekian 2 ntk kelas kestabilan D Konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian 2 adalah C ax = 8,25.10-6 g x ax = 50 Seentara it, Pekian 2 terletak pada lokasi 416 sepanjang lintasan pergerakan poltan ang ckp jah dari lokasi terjadina konsentrasi aksi. Oleh karena it, Pekian 2 tidak erasakan konsentrasi aksi poltan tersebt. Perhatikan bahwa ntk kelas kestabilan D ata kondisi atosfer ang netral, grafik konsentrasi poltan terhadap x akan engalai penrnan kedian akan bertabah lagi seperti pada Gabar 4.9. Akan tetapi secara, profil konsentrasi poltan sepanjang sb-x adalah seperti pada Gabar.10 75

Gabar 4.10. Grafik ple rise dan konsentrasi poltan terhadap x di Pekian ntk kelas kestabilan A Konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian 2 adalah C ax = 1,86.10-5 g x ax = 200 Seentara it, Pekian terletak pada lokasi 440 sepanjang lintasan pergerakan poltan ang ckp jah dari lokasi terjadina konsentrasi aksi. Oleh karena it, Pekian tidak erasakan konsentrasi aksi poltan tersebt. Selanjtna, akan ditentkan konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang sb-x dengan etode seperti ang dijelaskan pada sbbab.4 dengan (.45) dan (.46) ntk ebandingkan dengan hasil di atas. (.45) dignakan ntk eperoleh sebagai fngsi dari H, kedian dari dapat diperoleh x dan. Selanjtna konsentrasi aksi poltan dapat diperoleh dengan (.46). Pada Pekian dengan kelas kestabilan D, diperoleh H = 49,2. Dengan etode di atas, diperoleh konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian 2 adalah 76

C ax = 1,78.10-6 g x ax = 258 Seentara it pada Pekian dengan kelas kestabilan A, diperoleh H = 61,52. Selanjtna konsentrasi aksi dan lokasi terjadina konsentrasi aksi sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian adalah C ax = 1,56.10-6 g x ax = 167 Perhatikan bahwa keda hasil di atas ennjkkan sat kontradiksi. Keda hasil tersebt ennjkkan bahwa konsentrasi aksi ang terjadi di sepanjang lintasan pergerakan poltan ang elali Pekian 2 dan Pekian jstr lebih kecil dari konsentrasi poltan di Pekian 2 dan Pekian dengan kelas stabilitas ang dipilih. Hal ini dapat terjadi akibat assi bahwa rasio dan adalah konstan, tidak dapat diterapkan pada kass ini. Akan tetapi kontradiksi ini dapat pla terjadi akibat keleahan persaaan ang tidak eperhitngkan kelas stabilitas atosfer dan jarak x ntk enentkan ple rise. Berbeda dengan penentan konsentrasi aksi dan lokasina elali progra di atas ang eanfaatkan persaaan ntk enentkan ple rise. Jadi hal ini sekali lagi ennjkkan bahwa persaaan lebih dapat dipercaa. 77