Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 USAHA PERBAIKAN PASCAPANEN SEBAGAI TEKNOLOGI ALTERNATIF DALAM RANGKA PENGELOLAAN HAMA KUMBANG BUBUK PADA JAGUNG DAN SORGUM S. Mas ud Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Perbaikan teknologi pascapanen suatu komoditas penting artinya dan terkait erat sekali dengan pengelolaan hama gudang khususnya bagi tahap pemanenan. Hama pascapanen komoditas jagung dan sorgum yang paling signifikasi merusak biji adalah hama kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch, yang dapat menurunkan kualitas dan merusak biji hingga mencapai hingga %. Upaya perbaikan teknologi pascapanen dapat dikaji lebih jauh sebagai suatu langkah altenatif penanganan komoditas jagung dan sorgum dari infestasi hama pada perbaikan penyimpanan proses penyimpanan bahan. Konsepsi perbaikan teknologi pascapanen difokuskan pada perbaikan penyimpanan bahan melalui penurunan kadar air awal, perbaikan penyimpanan biji untuk menghindari serangan hama dengan pemberian perlakuan beberapa bahan nabati yang mudah didapat dan harga murah, penyimpanan bahan pada ruang kedap udara, pengaturan waktu pemanenan biji dengan maksud untuk menghindari serangan awal dari hama, khususnya hama kumbang bubuk. Alternatif perbaikan teknologi tersebut akan memberi arah dan masukan bagi perbaikan teknologi pengelolaan hama pada periode penyimpanan bahan. Kata Kunci : Pascapanen, hama kumbang, jagung, sorgum PENDAHULUAN Hama gudang yang sering menimbulkan kerusakan serius pada produk bahan simpan untuk komoditas jagung dan sorgum adalah hama kumbang bubuk Sitophilus zea mais Motsch (Osman 979), dan bahkan Melchor (98) mencatat bahwa hama ini sudah dapat menginfeksi sejak biji masih berada di lapangan. Selanjutnya Melchor 98, Bedjo 99) mencatat bahwa beberapa faktor fisik seperti varietas, kondisi air awal bahan, jenis wadah, lama penyimpanan, kelembaban dan suhu sangat mempengaruhi proses perkembangan dan potensi reproduksi serangga. Upaya pengendalian hama kumbang sebenarnya telah lama dilakukan baik secara kimiawi maupun secara fisik. Secara fisik misalnya upaya penyimpanan bahan pada wadah yang kedap udara yang diberi urea sedikit kadar air dapat dipertahankan antara - 4% dalam kurun waktu bulan. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh serangga dengan perlakuan seperti ini nampaknya relatif (Sumardi 98). Pada percobaan Bedjo dan Ginting (99) ditemukan bahwa pemanfaatan daun dringo sebanyak % dari total berat bahan dapat menekan tingkat kerusakan serangga dan pertumbuhan populasinya selama bulan penyimpanan. Pada wadah yang terbuka, pertumbuhan hama kumbang bubuk akan meningkat berbanding lurus dengan waktu penyimpanan. Peningkatan tersebut disebabkan karena adanya peningkatan kadar air bahan sebagai akibat meningkatnya tingkat kelembaban udara yang ada disekitar bahan (Pabbage et al. 99). Kondisi yang demikian akan menyebabkan perkembangan populasi berlangsung cepat apalagi bila kondisi air melebihi 5% (Kalshoven 98). Mas ud et al. (98) mencatat adanya fenomena yang sama yakni mortalitas serangga menurun dengan menurunnya 47
Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 kadar air bahan, sebaliknya mortalitas akan meningkat dengan meningkatnya kadar air bahan. Penemuan-penemuan tersebut mengisyaratkan bahwa pengelolaan serangga hama kumbang bubuk dapat dilakukan melalui upaya penyempurnaan perbaikan teknologi pascapanen. Penelitian mengenai pengaruh kadar air, peranan wadah simpan, pemanfaatan senyawa bahan nabati alami perlu dikembangkan agar teknologi yang dihasilkan dapat menjawab problematika pengelolaan hama kumbang bubuk. Pengelolaan hama kumbang bubuk dapat dilakukan melalui upaya perbaikan teknologi pascapanen. UPAYA PERBAIKAN YANG DILAKUKAN Identifikasi Sifat Fisikokimia Biji Kajian pengaruh sifat fisiko-kimia sorgum dilakukan terhadap varietas introduksi dan lokal masing-masing ICSV, ICSV88, SPVF4, BataraTojeng Eja (BTE), Batar Tojeng Bea (BTB), dan Batara Tojeng. Indikator fisika seperti warna biji, struktur biji, dan bobot biji diamati, sedangkan komposisi bahan uji yang diukur adalah kandungan lemak, protein, amilosa, tanin, abu, dan serat kasar. Tingkat pertumbuhan populasi serangga diamati dari interval,4, dan bulan sampai generasi ke tiga (Tabel ). Pada pengamatan sifat fisikokimia biji nampak bahwa warna biji hampir semua varietas relatif seragam, berwarna krem dan coklat merah muda. Demikian pula penutupan biji dan struktur biji, 4 varietas dengan penutupan terbuka, varietas bersekam, 4 varietas berstruktur yang keras, varietas licin, dan varietas lagi kasar berbulu. Bobot g biji bervariasi antara 8,9-,9 g. Pada pengamatan persentase kimia biji, kandungan lemaknya relatif hampir sama, demikian pula yang tercatat pada protein, kadar abu, dan serat kasar. Akan tetapi persentase kadar amilosa agak besar yakni terendah,% dan tertinggi,9%. Demikian pula pada pengamatan kadar tanin variasinya agak besar antara,-9,%. Biasanya varietas yang mempunyai persentase kadar tanin yang tinggi relatif tahan terhadap infestasi hama kumbang bubuk, karena senyawa tanin yang pahit dapat bersifat repellent terhadap serangga hama. 47
Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 Tabel. Pertumbuhan tiga generasi hama kumbang bubuk yang dibiakkan pada varietas galur sorgum Uraian I Sifat Fisik. Warna biji. Penutupan biji. Struktur biji 4. Bobot biji II. Komposisi Kimia (%). Lemak. Protein. Amilosa 4. Tanin 5. Abu. Serat kasar III. Perkembangan Populasi pada interval. Bulan. 4 bulan. bulan IV.Perkembangan populasi pada generasi. Generasi I -KP -PP. Generasi II -KP -PP. Generasi III -KP -PP Varietas ICSV ICSV88 SPV4 BTE BTB BT Krem Terbuka,, 8,,,8,8,5 48 5 7 44 78 Krem Terbuka 8,9, 7,9,,,, 5 44 7 5 Krem Terbuka 8,,,4,9,,,9 4 4 8 4 Merah Sekam 4,7 4, 9,, 9,,8 4, 84 55 74 CMM Sekam Licin 7,8,7 8,5,9,5,5 5, 4 4 8 CMH Tetbuka KB,9,4 7,5,4,5, 4, 8 4 9 4 4 4 Ket : - CMM = COKLAT Muda Mengkilat CMH= COKLAT Muda Hitam BTB = Batara Tojeng Bae BT = Batara Tojeng KB = Kasar Berbulu BTE = Batara Tojeng Eja PP = Pertumbuhan Populasi KP = Kepadatan Populasi Sumber : Pabbage et al. 997, data diolah Dari pengamatan sifat fisikokimia biji dapat disimpulkan bahwa varietas lokal Jeneponto (Batara Tojeng) lebih peka terhadap hama gudang dibandingkan varietas lokal Batara Tojeng Eja dan Batara Tojeng Bae serta ICSV, ICSV88 dan SPV4. Faktor fisik biji yang paling dominan menentukan pertumbuhan dan perkembangan hama kumbang bubuk pada biji sorgum, yakni varietas yang mempunyai kulit/sekam lebih tahan dibandingkan varietas/galur introduksi yang tidak bersekam. Komposisi kimia yang dikandung biji ternyata tidak nyata mempengaruhi pertumbuhan hama kumbang bubuk. 47
Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 Pemberian bahan Nabati Preferensi hama kumbang bubuk pada jagung yang disimpan akan menurun bila biji jagung disimpan pada kondisi kadar air rendah (Kalshoven 98, Mas ud et al., 99). Selain itu, penggunaan bahan nabati dan pengasapan juga akan menurunkan preferensi serangga terhadap sumber makanan (Bedjo 99, Erliana 99). Kajian pengaruh bahan nabati telah dilakukan oleh Abdul Fattah dan Sjafaruddin (99) dengan menggunakan daun sereh, daun bawang, daun cengkeh, daun dringo, abu dapur, dan abu sekam. Data intensitas serangan, jumlah populasi mati, populasi terakhir dan berat jagung terakhir dapat dilihat pada Tabel. Pengamatan terhadap intensitas serangga nampak bahwa semua perlakuan bahan nabati yang dicobakan berbeda nyata dibanding kontrol kecuali pada perlakuan daun bawang. Pada pengamatan jumlah populasi yang mati, juga semua perlakuan berbeda nyata dibanding kontrol kecuali pada perlakuan daun bawang, sedangkan pada pencatatan jumlah populasi terakhir yang hidup, semua perlakuan signifikan dibandingkan kontrol. Pada pengamatan terhadap biji, data terlihat berfluktuasi. Dari fenomena tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan arang halus dan daun dringo adalah yang terbaik dan dapat menekan intensitas serangan masing-masing,5% dan,7% dibanding perlakuan bahan nabati lainnya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya jumlah populasi serangga yang mati pada kedua perlakuan tersebut cukup tinggi dan signifikan dibanding kontrol. Perkembangan populasi serangga yang tercatat pada kedua perlakuan tersebut juga rendah dibandingkan perlakuan lainnya. Tabel. Rata-rata populasi terakhir intensitas serangan jumlah populasi mati, dan berat jagung terakhir perlakuan Kontrol Abu dapur Arang halus Daun sereh Daun bawang Daun cengkeh Daun dringo Abu sekam Intensitas serangan 7, a 8,4 b,5 c 4,5 bc.a,5 b,7 c 5,8 b Jumlah Populasi yang Mati, e 5, c 8,7 a 7, b 8,4 e 9,7 c, ab Populasi Terakhir a 45 c 5 e 5 d 8 b de e 9 de Bobot Jagung terakhir 97 a 7 b 5 b 89 ab 9 a 84 ab 7 b 88 a,5 c KK (%),5,4 8,4 9,7 Sumber : Abdul Fattah dan Sjafaruddin, 99. Pengaturan Kadar Air Awal Faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap laju infestasi terhadap bahan simpanan adalah suhu waktu disimpan, tinggi rendahnya kualitas bahan, kelembaban udara dan kadar air awal (Bedjo 99). Dari keempat faktor tersebut, kadar air merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat kekerasan kulit yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kualitas serangan. Pengamatan dalam interval bulan nampak bahwa biji yang disimpan dengan kadar air rendah walaupun perkembangan populasi serangga tidak terlalu signifikan, akan tetapi peningkatan kadar air awal bahan menjadi lebih besar antara -4%. Temuan ini 47
Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 sejalan denagn hasil penelitian Santhony dan Rejesus (97) yang menyimpulkan bahwa kadar air antara-4% merupakan kondisi yang kondusif untuk perkembangan hama kumbang bubuk pada komoditas sorgum (Tabel ). Pencatatan sebaliknya meningkat dengan meningkatnya kadar air awal bahan. Pada kadar air awal -4% rata-rata mortalitas selama pengamatan - bulan relatif rendah antara 8-4%. Perkembangan cenderung rendah pada kadar air awal %. Pada pengamatan kerusakan biji, nampak bahwa kecenderugan kerusakan biji semakin rendah dengan rendahnya kadar air awal, hal ini tercatat pada perlakuan, 8, dan % (Tabel ). Tabel. Populasi imago, mortalitas dan kerusakan biji, penelitian perkembangan populasi yang disimpan selama bulan kadar air awal (%) Periode simpan (bulan) 4 5 I.Populasi Imago (ekor) 8 4 ab b ab ab 8 a ab 7c 59ab 7 ab 9 a 4bc c 4 b 94 ab 4 ab 4 a 47 a ab 8 c a 9abc 99 bc 5 a 99bc 7 c ab 7 a 8 bc 4ab 8bc 55 c 49 bc 9 bc 9 a 77 bc ab II. Mortalitas 8 4 7 a b b b 4 b 5 a abc 8 c 8 c ab 59 a ab b b 8 a 5 b 7 b b 7 c a 57ab 9 a 44 a a ab 9 b 7 ab 44 ab 47 ab III Kerusakan Biji 8 4,8 ab,57 ab,7 ab,9 ab,9 ab,9 ab,7 cd,55 d,8 bc,7 a,4 bc,55 b,8 ab,4 b,7 b 4,7 a,85 a,5 ab, c 8,78 b 5,7 bc 9, b 5,4 a 9,5 b 5, c 5,8 c,74 b,8 c,8 a 5,5 c,75 b 8, b 5, b,45 a.9 ab 4, ab Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom pada angka romawi (item) yang sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan 5 % Sumber : Mas ud et.al. 99, data diolah Pengaturan Waktu Panen Pada kajian kehilangan hasil oleh penundaan waktu panen dipilih umur panen I (9 hari sesudah tanam) yakni pada kondisi jambul dan klobot sebagian daun telah kering (cuaca hujan gerimis), panen II ( hari) pada kondisi jambul dan klobot semua daun kering (cuaca hujan gerimis), panen (8 hari) pada kondisi semua daun kering (cuaca kering tanpa hujan), panen IV (5 hari) pada kondisi seluruh tanaman kering (cuaca 474
Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 kering tanpa hujan). Pada pengamatan perlakuan penyimpanan dalam bentuk pipilan sudah di temukan populasi awal pada perlakuan panen III dan IV masing-masing dan ekor dengan kondisi kerusakan biji awal,5 dan,%. Setelah disimpan selama bulan, jumlah populasi adalah 4,5 ekor (panen I) dengan kerusakan biji 54,7%, 49,7 ekor (panen II) dengan kerusakan biji,% dan 7,7 ekor (panen IV) dengan kerusakan biji 5,95%. Pada pengamatan perlakuan penyimpanan dalam bentuk klobot, populasi awal serangga per 5 tongkol telah ditemukan pada perlakuan III dan IV masing-masing ekor dan 45 ekor dengan persentase tongkol terserang 5,8% dan,4%. Setelah disimpan bulan, populasi serangga untuk perlakuan panen I ekor dengan persentase tongkol rusak 54,58 %, panen II ekor dengan persentase tongkol rusak 4,47% panen III 49 ekor dengan tongkol rusak 5,8% dan panen IV 544 ekor dengan tongkol rusak,4%. Kondisi kadar air meningkat sekitar 5% setelah disimpan bulan terjadi pada perlakuan penyimpanan bentuk pipilan, sedangkan bentuk klobot hanya sekitar 5%. Fenomena yang tercatat pada pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa panen yang terlambat (-4) minggu sesudah masak fisiologi tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan biji bila jagung disimpan dalam bentuk pipilan. Kadar air biji jagung pipilan sebelum disimpan memegang peranan penting. Jika jagung disimpan dalam bentuk klobot, panen yang terlambat dapat meningkatkan kerusakan biji ( Tabel 4) (Tandiabang et al.99) Tabel 4. Matriks kajian kehilangan hasil oleh penundaan waktu panen terhadap tingkat serangan hama kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch yang disimpan dalam bentuk pipilan dan klobot. Maros, 99. Uraian Waktu panen (hari) Bentuk Pipilan Populasi awal/tongkol Populasi bulan Kerusakan awal (%) Kerusakan bulan (%) Kada air awal (%) Kadar air bulan (%) 4a 54b 8d 4 a 7a 9d ab c 7 9 c 7 b d 7 Bentuk Klobot Populasi awal/tongkol Populasi bulan Keruaskan awal (%) Kerusakan bulan (%) Kadar air awal (%) Kadar air bulan (%) b 8 8 49 b 7 9 45 544 a 7 9 Angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam jalur tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5% Sumber : Tandiabang et al., 99 data diolah 475
Prosiding Seminar Nasional Serealia 9 ISBN :978-979-894-7-9 KESIMPULAN Rekayasa teknologi yang diarahkan dalam rangka perbaikan penanganan bahan dalam simpanan/gudang sesudah panen diharapkan akan banyak memberi sumbangan pemikiran dan solusi dalam pengelolaan serangga perusak pada periode penyimpanan bahan. Informasi teknologi yang berkaitan dengan pemahaman aspek-aspek teknis di lapang khusus yang sengaja difokuskan ke arah upaya penciptaan teknologi pengelolaan serangga/hama gudang, misalnya teknologi penyimpanan bahan dengan menurunkan kadar air awal, pemberian beberapa bahan nabati yang dicampur dengan biji, penyimpanan pada wadah yang kedap udara, melakukan pengaturan waktu pemanenan biji akan menghindari bahan simpanan dari infestasi hama kumbang bubuk. Hal yang tidak kalah penting adalah upaya mengindentifikasi sifat fisikokimia biji untuk mencari informasi biji yang tahan (sumber ketahanan secara fisikokimia). DAFTAR PUSTAKA Abdul Fattah dan Sjafruddin. 99. Pengeruh bahan nabati, arang dan abu sekam dan abu dapur terhadap intensitas serangan hama Sitophilus sp. Prosiding Seminar dan Pertemuan Tahunan X PEI, PFI, dan HPTI Komda Sul-Sel. Maros Januari 99. p 7-75 Bedjo. 99. Pengaruh kadar air awal biji jagung terhadap laju infestasi kumbang Bubuk dalam Astanto et al (ed). Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang Tahun 99. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. P.94-98 Bedjo. 99. Pengaruh Pengasapan kayu Albizziz terhadap infestasi hama gudang Sitophilus sp. Pada penyimpanan jagung. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Balittan Malang Bedjo dan E. Ginting. 99. Pengaruh racun serangga alami terhadap populasi Sitophilus sp. Pada jagung. Risalah Seminar hasil Penelitian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Erliana, L.E. 99. Pengaruh bahan nabati, arang dan abu dapur terhadap kerusakan biji jagung dalam penyimpanan. Hasil Penelitian Tanaman Pangan Malang. Balittan Malang Kalshoven, L.E. 98. The pest of crops in Indonesia. Rivised and translated by P.A. Vander Laan with the assistance of G.L.H. Rothsild. PT. Ikhtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta Mas ud, S., M. Yasin., D. Baco., S.Saenong. 99. Pengaruh kadar air awal biji sorgum terhadap perkembangan kumbang bubuk Sitophilus zeamais. Hasil-hasil Penelitian hama dan penyakit Tanaman tahun 995/99. Badan Litbang Pertanian, Balitjas Maros. P.5-44 Pabbage, MS., S.Saenong, dan D. Baco. 99. Pengeruh wadah penyimpanan benih jagung dengan primifos terhadap populasi Sitophilus zeamais dan viabilitas benih. Agrikam.Vol. 5. No.. 99. Pabbage,MS., Suarni, N.Nonci, dan D. Baco. 997. Analisis komposisi kimia dan fisik beberapa varietas/galur sorgum terhadap pertumbuhan populasi hama gudang. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit 99/997. Badan Litbang Pertanian. Balitjas. Hal. 9-95 Tandiabang, J., S. Mas ud dan M.S. Pabbage. 99. Kehilangan hasil jagung oleh kumbang bubuk Sitophilus zeamais dengan penundaan panen. Hasil-hasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman tahun 995/99. Badan Litbang Pertanian, Balitjas. P. 8-4 47