Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan

Transkripsi

1 Prosiding Pekan Serealia Nasional ISBN : Kajian Perusak Polong Sebagai Hama Utama pada Kacang Gude di Sulawesi Selatan Syahrir Mas ud Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Kendala utama dalam pengembangan budidaya kacang gude di Sulawesi Selatan adalah perusak polong antara lain Maruca testulalis dan Helicoverpa sp. yang merupakan hama utama yang dapat menurunkan hasil kacang gude sebesar 47%. Usaha penanggulangan yang sering dilakukan antara lain pengaturan waktu tanam, penggunaan/galur toleran, tumpangsari serta penggunaan insektisida. Namun pengendalian tersebutnya biasanya masih memadukan dengan komponen lain. Dari hasil percobaan kacang gude di Jeneponto Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa meskipun belum ada waktu tanam yang bebas dari serangan perusak polong, namun waktu tanam bulan Januari dapat menekan serangan perusak polong dengan cukup baik. Varietas/galur introduksi ICPL83006 tahan terhadap serangan penggerek polong dengan bantuan pengendalian insektisida. Penangggulangan dengan tumpangsari dengan tanaman lain, seperti sorgum juga memperlihatkan bahwa serangan perusak polong mampu tertekan dengan baik. Kata kunci : Perusak polong, kacang gude Pendahuluan Kacang gude dibudidayakan di Indonesia sejak abad keenam sebagai tanaman sayuran. Akan tetapi budidaya kacang gude secara luas belum pernah dilaporkan. Daerah pusat pertanaman kacang gude pada umumnya adalah di.lahan kering di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan (Suwasik dan Sumarno, 1989). Kacang gude termasuk tanaman semusim dan mempunyai keunggulan di banding tanaman kacangkacangan lainnya antara lain tahan kekeringan, tahan rebah dan polong tidak mudah pecah, akan tetapi peka terhadap hama khususnya perusak polong (Darmadjati dan Widowati, 1985; Wallis et al., 1985). Umumnnya kacang gude tidak pernah ditanam secara monokultur, pertanaman tidak dilakukan secara intensif, tetapi hanya sebagai tanaman campuran di lahan tegal, pematang sawah atau pekarangan. Kacang gude juga dapat dimanfaatkan dalam mengembangankan pola usahatani terpadu karena dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain seperti sorgum, jagung, kacang tanah dan kapas (Bahar, 1981; Litzenberger, 1974). Pada daerah tertentu seperti Jeneponto Sulawesi Selatan, jagung merupakan salah satu makanan pokok, oleh karena itu penanaman kacang gude dalam pola tanam tidak merupakan saingan yang dapat menurunkan hasil tanaman utama, akan tetapi memberikan nilai tambah atau tambahan pendapatan petani. Sesuai pernyataan Baker dan Norma dalam Wahid et al. (1990) bahwa sistem tumpangsari pendapatan petani pada kedua jenis tanaman yang ditanam secara tumpangsari 62 % lebih tinggi dari tanaman tunggal. Salah satu kendala utama dalam budidaya kacang gude di Sulawesi Selatan adalah serangan hama, khususnya perusak polong antara lain Helicoverpa sp. dan Maruca testulalis. Baik Helicoverpa sp maupun Maruca testu 373

2 Prosiding Pekan Serealia Nasional ISBN : lalis merupakan hama penting yang dapat menurunkan hasil kacang gude (Mas ud et al., 1993). Telah banyak dikenal cara pengendalian hama yang umum dilakukan, antara lain dengan cara bercocok tanam, sanitasi lingkungan, penggunaan varietas dan penggunaan insektisida. Namun kenyataannya bahwa pengendalian hama tersendirisendiri tidak dapat bertahan lebih lama. Sebagai contoh pengendalian hama dengan menggunakan satu jenis insektisida atau pemakaian satu varietas tahan hama suatu ketika akan menimbulkan resisten hama terhadap insektisida atau hancurnya varietas tahan terhadap hama tertentu. Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini dikembangkan konsep pengendalian hama terpadu yaitu komponen pengendalian hama yang dapat dipadukan diaplikasikan bersamasama. Strategi dan Upaya Penanggulangan Upaya pengendalian hama terpadu adalah usaha pengendalian yang di lakukan dengan mempertimbangkan jasad pengganggu dan organisme lain yang ada dalam agroekosistem tersebut dan bukan melihat satu spesies secara tersendiri. Pengendalian hama terpadu ini secara teknis, sosial dapat dilakukan dan diterima oleh petani serta ekonomi menguntungkan. Hasil penelitian pengaturan waktu tanam yang dikaitkan dengan penggunaan insektisida (Decis 2,5 EC) dalam pengendalian perusak polong menunjukan bahwa waktu tanam yang terbaik adalah bulan Januari (Tabel 1.) Penanaman pada bulan tersebut, serangan perusak polong rendah (7,639,80 %) sekalipun tanpa insektisida dibanding dengan pertanaman sebelumnya (Desember). Penerapan waktu tanam yang tepat, atau penggunaan insektisida Deltametri tidak memperlihatkan tingkat serangan perusak polong yang berbeda. Dengan demikian insektisida Deltametrin tidak diperlukan apabila kacang gude di tanam pada waktu dan kondisi yang tepat (Tabel 1). Tertib tanam merupakan salah satu usaha untuk mengurangi serangan perusak polong. Dengan tertib tanam suatu serangga Table 1. Respon waktu tanam dan pemberian insektisida terhadap presentase polong rusak. Jeneponto, Sulawesi Selatan. MH1992/1993 Waktu Tanam 3 Desember Desember Januari Januari 1993 Insektisida I0 I1 I2 I3 30,34 a 29,46 a 21,28 a 12,77 ab 17,63 b 14,15 b 20,56 a 18,23 a 7,63 c 7,41 b 10,37 b 7,38 bc 9,80 bc 7,93 b 7,41 b 3,13 c Ket : I0= Tanpa Insektisida. I1 = Insektisida di berikan satu kali.saat mulai pembentukan polong. I2 = Insektisida di berikan dua kali. saat satu minggu sesudah berbunga (MSB) dan mulai pembentukan polong. I3 = Insektisida di berikan dua kali.saat mulai berbunga dan awal pembentukan polong. Sumber : Mas ud et al. (1994) 374

3 Prosiding Pekan Serealia Nasional ISBN : tidak dapat berkembang biak secara berkesinambungan, sebab masa peka tanaman terhadap suatu jenis hama terdapat dalam kurung waktu yang singkat. Percobaan waktu tanam seperti yang dilakukan di Maros, dan Sidondo menunjukkan bahwa belum ada waktu tanam yang dapat membebaskan tanaman kacang gude dari serangan Helicoverpa sp (Baco et al., 1988). varietas/galur yaitu ICPL83006 dan ICPL dengan masingmasing tingkat serangan 40,98% dan 40,32% dan kedua varietas/ galur masingmasing mampu memberikan hasil 561 dan 575 kg/ha (Tabel 2). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya bahwa dari observasi 43 varietas/galur yang dilakukan di Jeneponto, ternyata ICPL83006 mendapatkan serangan perusak polong 27,62% (Mas ud et al., 1990). Table. 2. Toleransi beberapa varietas/galur kacang gude terhadap perusak polong. Jeneponto, Sulawesi Selatan. MH 1993/1994 Varietas /Galar Polong rendah Biji rusak ICPL ICPL ICPL ICPL Mega ICPL ICPL ICPL 2 ICPL 151 (c) ICPL ICPL ICPL ,75c 78,36c 79,79c 77,28c 55,28c 72,63c 40,98a 57,12b 77,56c 84,03c 71,03c 40,23a 77,64d 76,56d 73,78d 75,37d 51,45bc 71,24d 38,97ab 55,88e 75,87d 81,59d 69,68d 37,01c 234,9ab 229,3ab 195,3a 232,7ab 385,7cd 319,2bc 561,6b 424,8d 234,4ab 152,4a 424,1d 575,e Sumber : Tandiabang et.al.(1994) Dalam upaya mencari varietas toleran terhadap hama merupakan salah satu komponen penelitian di dalam pengendalian hama terpadu, penggunaan varietas toleran lebih murah, relatif stabil, tidak menimbulkan polusi dan kompatibel dengan metode pengendalian yang lain. Salah satu kelemahan galur/ varietas kacang gude adalah peka terhadap serangan kerusakan Helicoverpa sp. Oleh karena itu. perlu diketahui sifat tolerannya setiap varietas. Beberapa hasil penelitian evaluasi/ galur kacang gude yang toleran terhadap perusak polong menunjukkan bahwa ada 2 Hasil penelitian enam varietas/galur kacang gude yang dikaitkan dengan pengendalian insektisida menunjukkan bahwa dari keenam varietas/galur dengan dan tanpa dikendalikan, tingkat serangan mencapai 13,71 hingga 30,21%. Nampak pula bahwa varietas/ galur ICPL83006 mendapat serangan yang paling rendah 13,71% (Tabel 3). Keenam varietas/galur bila dikendalikan dengan insektisida (Deltametrin) secara umum dapat menurunkan tingkat serangan. Hal ini pula menunjukkan bahwa sampai sekarang belum ada perbedaan tingkat serangan pada varietas/ galur yang berbeda. 375

4 Prosiding Pekan Serealia Nasional ISBN : Tabel. 3. Interaksi antara enam galur kacang gude dengan pengendalian dan tanpa pengendalian insektisida terhadap presentase kerusakan polong oleh perusak polong. Jeneponto, Sulawesi Selatan. MH. 1993/1994 Galur ICPL ICPL ICPL ICPL87094 ICPL 151(c) ICPL Sumber : Mas ud et,al. (1994) Tanpa insektisida 28,43 a 22,38 ab 13,17 b 23,95 ab 30,21 a 28,16 a Pengendalian Dengan Insektisida 15,82 16,12 a 14,74 a 24,63 a 26,05 a 16,15 a Selanjutnya hasil penelitian evaluasi galur kacang gude umur genjah yang dilaksanakan di Jeneponto (Tabel 4) menunjukan bahwa tingkat serangan perusak polong mencapai 3,9 hingga 61,5 % dan yang paling rendah tingkat serangan adalah lokal Jeneponto. Sedangkan kacang gude introduksi yang relatif rendah serangannya adalah ICPL87097 dan ICPL Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa ICPL83006 dalam setiap percobaan mendapatkan serangan perusak polong yang relatif rendah. Kepekaan terhadap perusak polong kemungkinan ada hubungannya dengan cara pembungaan yang serempak pada varietas berumur genjah, khususnya yang bunganya mengumpul pada satu tandan bunga (Suwasik dan Sumarno, 1980). Kacang gude yang bunganya tersebar pada tanda bunga, terlihat lebih toleran terhadap hama. Pada percobaan varietas/galur umur genjah nampak bunganya mengumpul pada satu tandan, sedang umur Dalam seperti lokal Jeneponto bunganya tersebar pada tandan bunga. Perkembangan perusak polong seperti Helicoverpa armigera yang ditanam secara monokultur juga dapat dilihat perkembangannya sekalipun ditumpangsarikan dengan tanaman lainnya seperti sorgum. Hasil penelitian tumpangsari antara tanaman sorgum dan kacang gude terhadap perkembagan perusak polong serta kerusakan yang terjadi (Tabel 5), menunjukan bahwa pada tanaman kacang gude baik di Maros maupun di Bulukumba terjadi peningkatan populasi dan kerusakan kacang gude dari 10 mst sampai 12 mst. Semakin tinggi proporsi kacang gude semakin tinggi pula populasi larva H. armigera, begitu pula pada tingkat kerusakannya dan hal ini terjadi pula sebaliknya. Semakin rendah populasi kacang gude semakin rendah pula populasi dan tingkat kerusakannya. Hal ini kemungkinan terjadi karena sebagian besar larva tertarik untuk meletakkan telur dan makan kacang gude yang telah berbunga dan membentuk polong (Tabel 5). 376

5 Prosiding Pekan Serealia Nasional ISBN : Tabel 4. Tinggi tanaman, umur panen dan tingkat serangan penggerek polong pada varietas/galur kacang gude. Jeneponto, Sulawesi Selatan, MH 1989/1990 Varietas/Galur Tinggi tanaman panen ( cm ) Umur panen ( Hari ) Tinggkat serangan penggerek polong ( % ) ICPL ICPL ICPL ICPL ICPL 151 (c) ICPL ICPL 4 (c) ICPL ICPL ICPL ICPL ICPL ICPL Lokasi Jeneponto 95,0 bc 84,7 de 75,7 de 74,0 de 99,0 bc 96,0 bc 87,0 cd 77,0 e 80,0 de 67,0 f 77,0 f 61,0 f 64,0 f 218,0 a 95 a 106 b 106 b 95 a 95 a 160 c 55,2 bc 57,37 bc 44,0 bc 36,9 bc 51,6 bc 61,5 bc 43,4 bc 31,3 b 49,1 bc 54,3 bc 55,1 bc 50,7 bc 53,8 bc 3,9 bc Sumber : Ningsih Widyawati et,al. (1990) Tabel 5. Ratarata populasi H.armigera per 40 rumpun tanaman dan persentase kerusakan polong kacang gude pada tanaman tumpangsari sorgum dan kacang gude. Maros dan Bulukumba, MK Maros Bulukumba Varietas Populasi (ekor) Kerusakan (%) Populasi (ekor) Kerusakan (%) 10 mst 12 mst 10 mst 12 mst 10 mst 12 mst 10 mst 12 mst Sorgum 100% (Monokultur) Sorgum 95%+Kacang Gude 5% Sorgum 90%+Kacang Gude 10% Sorgum 85%+Kacang Gude 15% Sorgum 80%+Kacang Gude 20% Sorgum 75%+Kacang Gude 25% 15,00 tn 15,00 17,00 17,00 18,00a 16,00b 18,00b 18,00b 26,00a 26,00a 26,00e 27,00c 29,64b 32,00a 36,00a 27,00c 30,00c 36,00b 38,00b 44,00a 10,00e 12,00b 12,00b 14,00a 15,00a 9,23e 15,00b 16,97ab 16,00ab 19,00a 15,98e 15,98e 20,20b 21,21b 24,00a 19,00e 18,00c 24,00b 28,01a 28,01a Ket : MST : Minggu setelah tumbuh Sumber ; Djafar Baco et,al.(1997) tn : tidak nyata 377

6 Prosiding Pekan Serealia Nasional ISBN : Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : Belum ada waktu tanam yang tepat untuk dapat membebaskan kacang gude dari serangan perusak polong, namun hanya dapat mengurangi tingkat serangan tersebut Nampak bahwa varietas/galur introduksi relatif tinggi serangannnya terhadap perusak polong dibanding dengan varietas lokal. Alternatif lain untuk menekan serangan perusak polong polong pada varietas/ galur introduksi perlu digunakan insektisida saat mulai berbunga dan pembentukan polong untuk mempertahankan hasil Untuk mengurangi tingkat serangan perusak polong perlu ditumpangsarikan kacang gude dengan tanaman lain seperti sorgum yang juga merupakan inang Helicoverpa sp. Daftar Pustaka Baco, D., Tenrirawe, A., dan M. Slamet Pengaruh waktu tanam varietas dan pemberian insektisida terhadap serangan Helicoverpa sp. Pada kacang gude. Pertemuan kelompok kerja untuk Pengendalian Hama Terpadu pada kacanggude di Bogor. Baco, D., M. Yasin, Masmawati, S. Mas ud dan W. Akib Perkembangan Helicoverpa armigera dan kerusakan yang ditimbulkannya pada tumpangsari sorgum dan kacang gude. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 16(1):41 50 Bahar,F.A Culture practices for Pigeonpea (Cayanus cajan L.) as forage, green manure and grain Crops. Desert. Ph.D. Univ. Florida. Pp.84. Damardjati, A.S. dan S. Widowati, Prospek pengembangan kacang gude di Indonesia. Journal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 4(3):5359. Lizenberg, S.C Pigeonpea (Cajanus cajan L. ) guide fore crops in the tropics and subtropics Washington. P Mas ud, S., J. Tandiabang, dan D. Baco Pengaruh varietas dan tingkat pemeberian insektisida terhadap perusak polong kacang gude (Cajanus cajan L.). Agrikam. Buletin Penelitian Pertanian Maros. 8(1): Mas;ud, S., J. Tandiabang, dan S. Kontong, D. Baco., S. Saenong Pengaturan waktu tanam serta penggunaan insektisida untuk mengendalikan hama perusak polong dan biji kacang gude. Agrikam Buletin Penelitian Pertanian Maros. 9(3): Mas;ud.S, J. Tandiabangdan M.S. Pabbage Interaksi antara enam macam galur kacang gude ( Cajanus cajan L. ) dengan pengendalian insektisida terhadap penggerek polong di Jeneponto. Suwasik,K dan Sumarno Kacang gude. Monograf Buletin Malang. Buletin No p. Tandiabang, J., S. Mas;ud, D. Baco dan S. Saenong Evaluasi tingkat toleransi beberapa varietas/galurgalur kacang gude terhadap penggerek polong ( H. armigera ). Laporan Tahunan Penelitian Kacangkacangan Periode 1993/

7 Prosiding Pekan Serealia Nasional ISBN : Wahid, A.S., Zubachtirodin, Ch.J.S. Momuat, dan Subandi Waktu tanam kacang tanah pada tumpangsari dengan jagung di lahan kering Kupang. Agrikam. Buletin Penelitian Tanaman Pangan Maros. 5(2):4147. Wallis, E.S., D.I. Byth and V.C. Hhighteman He ACIAR University of Queensland Pigeonpea Improvement Program. ACIAR Proceeding Series 8: Widiyawati,N., S. Saenong, dan Mustari Basir Evaluasi beberapa galur kacang gude (Cajanus cajan L) umur genjah. Penelitian kacangkacangan No Balittan Maros p. 379