BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi 1997). Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) Gambar 4.Perbedaan Pertumbuhan benih ikan gurame pada setiap perlakuan ( Sumber : Dokumentasi Pribadi ) Hasil pengamatan terhadap ikan gurame stadia benih fase pendederan keempat selama 50 hari masa pemeliharaan, menunjukkan bahwa perbedaan tingkat penggunaan tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi dalam pakan buatan menghasilkan pertumbuhan benih gurame yang berbeda (Gambar 4). Pertumbuhan individu pada setiap perlakuan menunjukkan bahwa pakan dimakan dan dimanfaatkan oleh ikan gurame. Pertambahan bobot benih gurame mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Pada awal pemeliharaan rata-rata bobot individu berkisar antara 4-10 g, sedangkan pada akhir penelitian rata-rata bobot individu 25

2 26 berkisar antara g (Lampiran 6). Hasil perhitungan pertumbuhan bobot mutlak dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dan menunjukkan bahwa tingkat penggunaan kulit ubi kayu hasil fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak benih ikan gurame. Tabel 3. Rata-rata Pertumbuhan Bobot Mutlak Perlakuan Pertumbuhan Bobot Mutlak (g) A (0%) 12,11 ab ± 0,77 B (5%) 10,49 a ± 1,55 C (10%) 12,30 ab ± 2,24 D (15%) 15,31 b ± 1,31 E (20%) 14,19 b ± 1,83 Keterangan :Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 95% Berdasarkan Tabel 3 bahwa pada perlakuan A (0%) memberikan pertumbuhan bobot mutlak sebesar 12,11 g dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan penggunaan TKUKHF C (10%) sebesar 12,30 g. Perlakuan perlakuan penggunaan TKUKHF D (15%) memberikan pertumbuhan bobot mutlak sebesar 15,31 g dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan E (20%) sebesar 14,19 g, sedangkan pertumbuhan bobot mutlak perlakuan B (5%) memberikan hasil yang paling rendah dan berbeda nyata dengan setiap perlakuan lainnya. Pertumbuhan bobot mutlak beriringan dengan hasil laju pertumbuhan bobot harian. Laju pertumbuhan bobot harian berkisar antara 1,64%-3%. Laju pertumbuhan bobot harian tertinggi terdapat pada perlakuan penggunaan TKUKHF 15% yaitu sebesar 3% sedangkan laju pertumbuhan bobot harian terendah terdapat pada perlakuan penggunaan TKUKHF 5%. Laju pertumbuhan bobot harian dianalisis dengan menggunakan analisis sidik ragam dan hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan TKUKHF memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju pertumbuhan bobot harian.

3 27 Tabel 4. Rata-Rata Laju Pertumbuhan Bobot Harian Perlakuan Laju Pertumbuhan Bobot Harian (%) A (0%) 2,26 b ± 0,31 B (5%) 1,64 a ± 0,39 C (10%) 2,66 bc ± 0,28 D (15%) 3,00 c ± 0,13 E (20%) 2,88 c ± 0,20 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 95% Tabel 4 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan bobot yang diperoleh, perlakuan B (5%), menghasilkan laju pertumbuhan bobot harian yang lebih rendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yaitu 1,64%. Laju pertumbuhan bobot harian yang paling tinggi ditunjukkan perlakuan D (15%) yaitu 3,00%, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan C (10%) sebesar 2,66% dan E (20%) sebesar 2,88%. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa peningkatan laju pertumbuhan yang cenderung mulai naik pada penggunaan TKUKHF sebesar 10% tetapi mulai menurun kembali pada penggunaan TKUKHF sebesar 20%, namun tidak memberikan dampak negatif terhadap laju petumbuhan bobot harian. Berdasarkan parameter pertumbuhan bobot mutlak dan laju pertumbuhan bobot harian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan terendah yaitu pada penggunaan TKUKHF 5% dan pertumbuhan bobot tertinggi pada penggunaan TKUKHF 15%. Rendahnya pertumbuhan bobot,baik pertumbuhan mutlak maupun laju pertumbuhan haian pada perlakuan 5% diduga karena aroma fermentasi tepung kulit ubi kayu pada pakan perlakuan tersebut belum tercium sehingga respon ikan terhadap pakan relatif rendah dibandingkan dengan perlakuan lain. Aroma pakan dengan penggunaan tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi 10%-20% sudah tercium dengan baik sehingga pakan lebih disukai. Gandjar (1983) yang menyatakan bahwa pakan yang difermentasi akan mengalami perombakan zat gizi menjadi molekul sederhana yang mudah dicerna ikan. Efek fermentasi tepung kulit ubi kayu dapat meningkatkan

4 28 aroma pada pakan ikan sehingga dapat merangsang konsumsi benih ikan gurame karena adanya aroma yang disukai ikan. Sebagaimana menurut Shurtleff et al. (1979) fermentasi dapat menyebabkan rasa dan aroma yang tidak disukai menjadi disukai. Tingginya pertumbuhan bobot pada perlakuan penggunaan TKUKHF 15% disebabkan proses fermentasi terhadap tepung kulit ubi kayu. Fermentasi bahan pakan yang berasal dari nabati akan mudah dicerna oleh ikan karena terjadinya perombakan protein menjadi asam amino. Menurut Jay (1978) fermentasi mampu mengubah molekul komplek seperti protein, lemak dan karbohidrat menjadi molekul yang lebih sederhana sehingga bahan yang telah difermentasi lebih mudah dicerna oleh organisme. Terjadinya fermentasi dapat menimbulkan bahan pangan yang lebih mudah dicerna, lebih aman dan dapat memberikan rasa yang lebih baik, serta memberikan tekstur tertentu pada produk akhir (Marliyati dkk. 1992). Penggunaan TKUKHF 15% dapat dikatakan sebagai formulasi yang ideal terhadap pertumbuhan ikan gurame. Menurut Alava dan Lim (1983) menyatakan bahwa makanan yang komponennya terdiri dari dua atau lebih sumber protein dapat memacu pertumbuhan ikan selama penggabungan itu saling melengkapi akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada satu sumber protein. Penurunan pertumbuhan bobot terjadi pada perlakuan penggunaan TKUKHF 20%, hal tersebut karena kandungan serat kasar kulit ubi kayu setelah fermentasi sebesar 6,36% sehingga semakin tinggi penggunaan TKUKHF dalam pakan maka kandungan serat kasarnya pun semakin meningkat. Kandungan serat kasar pada penggunaan TKUKHF 20% yaitu sebesar 8,56% yang merupakan kandungan serat kasar tertinggi jika dibandingkan dengan perlakuan penggunaan TKUKHF yang lainnya. Menurut Cowey dan Sargent (1972) kandungan serat kasar pada pakan buatan yang terlalu besar dapat mengakibatkan turunnya kualitas pakan dan penggunaan tepung dedaunan perlu dibatasi sampai tingkat 10%, sehubungan dengan adanya kandungan serat kasar, meskipun pada dasarnya ikan gurame memiliki enzim selulase.

5 29 Penelitian mengenai pemanfaatan kulit ubi kayu hasil fermentasi sebagai salah satu sumber karbohidrat pada paka ikan gurame menunjukkan bahwa seiring bertambahnya ukuran ikan maka pemanfaatan kulit ubi kayu oleh tubuh ikan juga semakin meingkat. Penelitian Romadona (2012) yang meneliti tentang tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi pada ikan gurame ukuran 3 cm memberikan laju pertumbuhan berkisar antara 1,74% - 2,25%, sedangkan pada penelitian ini menggunakan benih ikan gurame ukuran 4-6 cm dengan laju pertumbuhan berkisar antara 1,64% - 3% dan menunjukkan laju pertumbuhan lebih tinggi. Tingginya laju pertumbuhan tersebut diduga karena rasio energi protein pada pakan mencukupi kebutuhan ikan, pada penelitian ini rasio e/p beriksar antara 8,00 8,02 DE Kkal/g (Andriani 2011). Menurut Gusrina (2008) rasio energi protein pada pakan yang optimal untuk ikan yaitu berkisar antara 8 10 DE Kkal/g. Cahyoko (1995) menyatakan bahwa pertumbuhan ikan cenderung dipengaruhi oleh jumlah energi pakan yang diberikan, sehingga energi pakan digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ikan. Faktor lain yang mempengaruhi tingginya laju pertumbuhan adalah kandungan protein pada pakan. Kandungan protein pada pakan penelitian ini berkisar antara 32% 32,06%, berdasarkan SNI (2009) mengenai pakan buatan untuk ikan gurame bahwa benih ikan gurame ukuran 5 15 cm membutuhkan protein sebesar 32%. Mujiman (1984) bahwa protein diperlukan oleh tubuh ikan untuk menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan. 4.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak dan Laju Pertumbuhan Panjang Harian Pengukuran panjang tubuh ikan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjukkan pertumbuhan ikan. Menurut Effendi (2002) pola pertumbuhan pada organisme dibedakan menjadi dua yaitu petumbuhan isometrik dan pertumbuhan allometrik. Pertumbuhan isometrik terjadi jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan rata-rata sama dengan pertumbuhan organ tubuh lainnya. Pertumbuhan allometrik yaitu jika suatu organ tumbuh dengan kecepatan berbeda dengan kecepatan pertumbuhan tubuh lainnya.

6 30 Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tingkat penggunaan kulit ubi kayu hasil fermentasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak benih ikan gurame (Tabel 5). Tabel 5. Pertumbuhan Panjang Mutlak Perlakuan Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) A ( 0%) 2,04 a ± 0,20 B ( 5%) 2,30 ab ± 0,06 C (10%) 2,00 a ± 0,27 D (15%) 3,06 b ± 0,78 E (20%) 2,18 ab ± 0,22 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 95% Pertumbuhan panjang mutlak perlakuan kontrol 0% (A) tidak berbeda nyata dengan penggunaan TKUKHF 10% (C), penggunaan TKUKHF 5% (B) dan 20% (E) cenderung mengalami peningkatan tetapi tidak berbeda nyata. Peningkatan pertumbuhan panjang yang berbeda nyata yaitu pada perlakuan penggunaan TKUKHF 15% (D) dengan nilai 3,06 cm. Penggunaan TKUKHF 15% memiliki pertumbuhan mutlak yang paling tinggi, hasil ini sejalan dengan pengukuran laju pertumbuhan panjang harian yang menghasilkan nilai tertingi pula yaitu sebesar 0,78%. Adapun perlakuan lain menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata, sebagaimana dapat dilihat pada tabel (Tabel 6 ). Tabel 6. Laju Pertumbuhan Panjang Harian Perlakuan Laju Pertumbuhan Panjang Harian (%) A (0%) 0,56 a ± 0,05 B (5%) 0,61 a ± 0,01 C (10%) 0,54 a ± 0,05 D (15%) 0,78 b ± 0,17 E (20%) 0,58 a ± 0,05 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 95%

7 31 Pertumbuhan panjang perlakuan penggunaan TKUKHF 15% menghasilkan nilai yang paling tinggi (Lampiran 7). Hal ini disebabkan oleh kandungan energi dalam pakan yang dikonsumsi oleh ikan melebihi kebutuhan energi maintenance seperti untuk respirasi, dan pengaturan suhu serta aktivitas fisik dan tubuh lainnya, seperti yang dikemukakan oleh Lovell (1989), artinya bahwa kebutuhan energi untuk maintenance harus dipenuhi terlebih dahulu, dan apabila berlebih maka kelebihannya akan digunakan untuk pertumbuhan baik pertumbuhan bobot maupun pertumbuhan panjang. Kadar Karbohidrat dalam pakan mencukupi kebutuhan sehingga terjadi proses protein sparing effect yaitu pemanfaatan sumber energi alternatif dari karbohidrat sebagai penyedia energi non-protein sehingga protein yang digunakan efektif untuk pertumbuhan.walaupun kadar karbohidrat dalam pakan diperlukan dalam jumlah yang rendah namun apabila kekurangan atau kelebihanakan mempengaruhi keseimbangan energi sehingga pemanfaatan protein dan lemak untuk pertumbuhan terganggu (Wilson 1994). Peningkatan pertumbuhan terbaik pada semua parameter pertumbuhan yaitu pada perlakuan D dengan penggunaan tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi sebesar 15%. Hal ini disebabkan dengan adanya proses fermentasi, bahan pakan yang berasal dari protein nabati akan mudah dicerna karena terjadinya perombakan protein menjadi asam amino. Sejalan dengan pendapat Andriani dkk. (2010) yang menyatakan bahwa jumlah komponen komposisi yang seimbang dalam pakan akan bersinergi sehingga akan menghasilkan pertumbuhan ikan yang maksimal. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif pada system penyerapan zat makanan dalam tubuh ikan yang mengkonsumsinya.

8 Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk mempertahankan hidupnya. Tingat kelangsungan hidup merupakan perbandingan antara jumlah organisme yang hidup pada akhir periode dengan jumlah organisme yang hidup pada awal periode (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil pengamatan selama 50 hari didapatkan data kelangsungan hidup tertinggi dicapai pada perlakuan 15% yaitu 98% dan terendah pada perlakuan 5% yaitu 90% (Lampiran 8). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi pada pakan buatan benih ikan gurame tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan gurame, seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) A (0%) 94 ± 5,13 B (5%) 90 ± 2,08 C (10%) 95 ± 2,52 D (15%) 98 ± 0 E (20%) 97 ± 1,15 Keterangan: Nilai yang tidak diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata (Non Signifikan) pada taraf kepercayaan 95% Menurut Effendi (1997) kelangsungan hidup ikan gurame dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi adalah kompetitor, parasit, umur, kepadatan, populasi, serta kemampuan adaptasi dari hewan dan penanganan manusia. Faktor abiotik yang mempengaruhi adalah sifat fisika dan kimia dari suatu lingkungan perairan. Kualiatas air dan media pemeliharaan ikan selama penelitian berlangsung sudah sesuai dengan standar kebutuhan ikan sehingga tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup benih ikan gurame (Lampiran 10) Mortalitas yang terjadi pada awal penelitian juga disebabkan oleh terserangnya benih ikan gurame oleh jamur, dan ikan mengalami stress tetapi masalah ini cepat tertanggulangi dengan treatment yang dilakukan yaitu pemberian methilene

9 33 blue dan garam sebagai obat anti fungi sedangkan pemberian daun sente sebagai tempat berlindung serta pengobatan secara alami. Pakan merupakan kebutuhan utama bagi ikan sebagai sumber energi untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Energi bukanlah suatu bentuk nutrien,melainkan bagian dari nutrien-nutrien yang dilepaskan selama oksidasi metabolikprotein, karbohidrat dan lemak (Webster dan Lim, 2002). Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup benih ikan gurame tidak berbeda nyata untuk setiap perlakuan dan berada pada kisaran nilai kelangsungan hidup yang cukup tinggi dapat disebabkan oleh reaksi positif ikan terhadap pakan. Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa kelangsungan hidup tertinggi terdapat perlakuan penggunaan TKUKHF 15%, hal ini menunjukkan bahwa tingkat survival dari benih ikan gurame yang didukung dari komposisi pakan yang ideal akan menunjukkan hasil yang tinggi. Hal ini dikarenakan pada saat penggunaan energi pakan berlangsung secara optimal maka tingkat adaptasi dan kemampuan hidup benih ikan gurame akan semakin tinggi termasuk kemampuan menghadapi gangguan penyakit. Hasil kelangsungan hidup ini berbeda dengan hasil penelitian Triana (2008) yang menggunakan bungkil inti sawit yang difermentasi dalam pakan buatan ikan mas yang memberikan nilai kelangsungan hidup tertinggi pada perlakuan 15% yaitu 73,33%. Sementara itu terlihat pada perlakuan B, formulasi pakan dengan menggunakan kulit ubi kayu hasil fermentasi sebesar 5%, menunjukkan hasil kelangsungan hidup yang rendah. Hal ini dapat diduga karena komposisi pakan tersebut belum mendukung secara optimal kebutuhan energi benih ikan gurame untuk membantu adaptasi dan kemampuan hidup dalam lingkungan pemeliharaan. Nilai kelangsungan hidup dalam penelitian ini sama halnya dengan penelitian Ferdiana (2012), bahwa penambahan kulit ubi kayu hasil fermentasi tidak berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, nilai tertinggi kelangsungan hidup yaitu pada penambahan kulit ubi kayu sebesar 15% yaitu 90%.

10 Konversi Pakan Konversi pakan menunjukkan perbandingan total jumlah pakan yang diberikan dengan pertambahan bobot yang dihasilkan yang menginterpretasikan kemampuan ikan dalam memanfaatkan pakan yang diberikan. Nilai konversi pakan berbanding terbalik dengan pertumbuhan bobot ikan, sehingga semakin rendah nilainya maka semakin baik kualitas pakan dan makin efisien ikan dalam memanfaatkan pakan yang dikonsumsinya untuk pertumbuhan (Mudjiman 1989). Menurut Schmittou (1991) konversi pemberian pakan berhubungan dengan beberapa faktor seperti kualitas pakan, kuantitas pakan, spesies ikan, ukuran ikan, kebiasaan makan ikan dan kualitas air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi 15% menghasilkan konversi pakan terendah yaitu 1,77 sedangkan pakan dengan tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi 5% menghasilkan konversi pakan tertinggi yaitu 2,94 (Lampiran 9). Pengaruh pemberian tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi dalam pakan buatan terhadap konversi pakan benih ikan gurame diketahui dengan melakukan analisis ragam. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan konversi pakan benih ikan gurame disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Konversi Pakan Perlakuan Konversi Pakan A (0%) 2.29 ab ± 0,11 B (5%) 2.85 b ± 0,66 C (10%) 2.09 ab ± 0,29 D (15%) 1.77 a ± 0,17 E (20%) 1.82 a ± 0,21 Keterangan : Nilai yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 95%

11 35 Berdasarkan tabel analisis ragam menunjukkan bahwa konversi pemberian pakan antar perlakuan berbeda nyata, Perlakuan penggunaan TKUKHF 5% (B) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A yang tidak menggunakan TKUKHF (kontrol), Begitupun perlakuan penggunaan TKUKHF 15% (D) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20% (E), sedangkan pada perlakuan penggunaan TKUKHF 5% (B) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga menunjukkan bahwa peningkatan kadar karbohidrat sebagai penyedia energi yang meningkat dalam pakan memberikan sumbangan yang relatif berpengaruh terhadap konversi pemberian pakan. Penambahan tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi terhadap pakan buatan berpengaruh, dengan terbuktinya hasil penelitian ini bahwa penambahan tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi sebanyak 5% menghasilkan nilai konversi pemberian pakan terbesar yaitu 2,85 dan perlakuan penggunaan TKUKHF 15% menghasilkan nilai konversi pemberian pakan paling rendah 1,77 meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 20% yaitu 1,82. Dilihat dari hasil data perlakuan penggunaan TKUKHF 5%, 10% membuktikan bahwa kedua perlakuan tersebut mempunyai nilai konversi pakan yang tinggi atau sama dengan memiliki efisiensi pakan yang rendah. Rendahnya efisiensi pakan dalam penelitian ini dikarenakan beberapa faktor seperti diungkapkan Brown dan Bratzek (1980) bahwa efisiensi pakan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain ukuran ikan, fungsi-fungsi fisiologi dari ikan, kualitas pakan, dan laju makan. Ikan yang digunakan pada penelitian ini masih kecil atau masih stadia benih sehingga cenderung memiliki kemampuan fisiologis yang belum optimal terutama organ pencernaan. Konversi pakan yang diberi tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi mempunyai keunggulan untuk saling melengkapi kebutuhan nutrien pakan. Nilai konversi pakan yang paling rendah pada perlakuan 15% yaitu 1,77 menunjukkan bahwa penggunaan pakan untuk pertumbuhan digunakan secara optimal. Pertambahan bobot tubuh dan panjang akan tinggi apabila zat-zat nutrisi protein, lemak dan karbohidrat berada dalam jumlah paling seimbang. Pada perlakuan 15%, diperkirakan zat gizinya sudah

12 36 terombak menjadi molekul-molekul sederhana yang mudah dicerna oleh benih ikan gurame. Konversi pakan yang lebih kecil menunjukkan bahwa ikan lebih baik memanfaatkan pakan untuk meningkatkan bobot tubuhnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Djarijah (1995) dalam Ferdiana (2012) bahwa semakin kecil perbandingan antara jumlah total pakan yang diberikan dengan pertambahan bobot tubuh yang dihasilkan maka semakin baik nilai konversi pakannya. Nilai konversi pakan yang paling rendah dalam penelitian ini yaitu 1,77. Pascual (1984) menjelaskan bahwa semakin rendah nilai konversi pakan, semakin baik karena jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan berat tertentu adalah sedikit. Semakin kecil nilai konversi pakan maka semakin efisien tingkat penggunaan pakan dalam menghasilkan pertumbuhan. Rendahnya nilai konversi pakan tersebut diduga karena ikan dapat mencerna pakan yang menggunakan TKUKHF 15% dengan baik, sehingga mampu mengubah pakan secara optimal untuk diubah menjadi daging. Menurut Sasaminingsih (2000) ikan gurame dewasa sebagai jenis ikan herbivor membutuhkan serat kasar sebanyak 5% sampai dengan 10% untuk mempertinggi gerak peristaltik. Oleh karena kandungan serat kasar yang terkandung dalam pakan melewati batas, sehingga enzim dimiliki ikan gurame tersebut tidak bekerja dengan optimal. Hasil nilai konversi pakan dalam penelitian ini sejalan dengan Ferdiana (2012) bahwa penambahan kulit ubi kayu hasil fermentasi memiliki nilai konversi terkecil adalah penambahan sebanyak 15%. Hal ini sesuai dengan pendapat Subarna (2005) yang menyatakan bahwa pakan yang difermentasi menghasilkan konversi pakan yang lebih baik daripada tanpa fermentasi.

13 37 Tabel 9. Tabulasi data penelitian penggunaan kulit ubi kayu hasil fermentasi terhadap benih ikan gurame fase pendederan keempat Perlakuan Pertumbuhan bobot mutlak (g) Laju pertumbuhan bobot mutlak (%) Pertumbuhan panjang mutlak (g) Laju pertumbuhan panjang harian (%) SR (%) Konversi pemberian pakan A (0%) 12,11 ab ±0,77 2,26 b ± 0,31 2,04 a ± 0,20 2,26 b ± 0,31 94 ± 5, ab ± 0,11 B (5%) 10,49 a ±1,55 1,64 a ± 0,39 2,30 ab ± 0,06 1,64 a ± 0,39 90 ± 2, b ± 0,66 C (10%) 12,30 ab ±2,24 2,66 b ± 0,28 2,00 a ± 0,27 2,66 bc ± 0,28 95 ± 2, ab ± 0,29 D (15%) 15,31 b ±1,31 3,00 c ± 0,13 3,06 b ± 0,78 3,00 c ± 0,13 98 ± a ± 0,17 E (20%) 14,19 b ±1,83 2,88 c ± 0,20 2,18 ab ± 0,22 2,88 c ± 0,20 97 ± 1, a ± 0,21 Berdasarkan Tabel 9 perlakuan pemberian tepung kulit ubi kayu hasil fermentasi sebesar 15 % memberikan laju pertumbuhan harian, pertumbuhan mutlak serta kelangsungan hidup yang tertinggi, sedangkan konversi pemberian pakan terendah.

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) merupakan ikan air tawar yang memiliki gizi tinggi dan nilai ekonomis penting. Ikan gurame juga banyak digemari oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perubahan Kualitas Gizi Kulit Kopi Keterbatasan pemanfaatan bahan baku yang berasal dari limbah agroindustri yaitu keberadaan serat kasar yang tinggi dan zat anti nutrisi,

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih

Gambar 2. Grafik Pertumbuhan benih ikan Tagih BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan terkait dengan faktor luar dan dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata ikan, sedangkan biomassa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Proses Fermentasi Substrat Padat Tepung Kulit Ubi Kayu

Lampiran 1. Proses Fermentasi Substrat Padat Tepung Kulit Ubi Kayu LAMPIRAN 45 44 Lampiran 1. Proses Fermentasi Substrat Padat Tepung Kulit Ubi Kayu Tepung Kulit Ubi Kayu + air Dengan perbandingan 1 : 2 Dikukus ± 30 menit Didinginkan dan diinokulasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Penelitian Pakan penelitian terbagi menjadi dua yaitu pakan untuk pengujian kecernaan dan pakan untuk pengujian pertumbuhan. Pakan untuk pengujian kecernaan dibuat berdasarkan

Lebih terperinci

0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00% Perlakuan Daun Kayu Manis

0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00% Perlakuan Daun Kayu Manis Biomassa (gram) 250 200 150 100 50 226,45 209,82 212,90 211,08 210,93 74,96 79,07 73,83 74,82 79,61 Biomassa Awal Biomassa Akhir 0 0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00% Perlakuan Daun Kayu Tabel 3 pengamatan selama

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis proksimat bahan uji sebelum dan sesudah diinkubasi disajikan pada Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji ditunjukkan pada Tabel 3. Sementara kecernaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Hasil analisa proksimat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kualitas nutrien bahan pakan dan dalam menghitung komponen nutrien karena kualitas nutrien bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7. 22 A. Kecernaan Protein Burung Puyuh BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Nilai Kecernaan Protein

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan budidaya air tawar di Indonesia memiliki prospek yang cerah, terutama setelah terjadinya penurunan produksi perikanan tangkap. Permintaan produk akuakultur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Perubahan kandungan nutrisi daun mata lele Azolla sp. sebelum dan sesudah fermentasi dapat disajikan pada Gambar 1. Gambar1 Kandungan nutrisi daun mata lele Azolla

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Pertumbuhan Bobot dan Panjang Ikan Selais (Ompok hypophthalmus) Setelah 112 hari pemeliharaan benih ikan selais (Ompok hypophthalmus) didapatkan

Lebih terperinci

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo adalah jenis ikan hibrida hasil silangan antara Clarias gariepinus dengan C. fuscus dan merupakan ikan introduksi yang pertama

Lebih terperinci

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp)

JURNAL. THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp) JURNAL PENGARUH PEMBERIAN KULIT KECAMBAH KACANG HIJAU PADA PAKAN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp) THE EFFECT OF GIVEN SKIN SEED IN GREEN BEANS ON GROWTH RATE OF CATFISH (Clarias sp) Oleh:

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kinerja Pertumbuhan Data hasil pengamatan penggunaan pakan uji terhadap kinerja pertumbuhan ikan nila disajikan dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Data kinerja

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar 37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Kecernaan adalah banyaknya zat makanan yang tidak dieksresikan di dalam feses. Bahan pakan dikatakan berkualitas apabila

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan selama penelitian. Performa ayam petelur selama penelitian disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rataan Performa

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis unggas lokal yang berpotensi sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh masyarakat terutama yang bertempat

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengembangan Produksi Benih Ikan Air Tawar ( BBPBAT ) Singaparna Tasikmalaya unit Ceungceum. Penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Gambar 2 menunjukkan adanya penambahan biomass dari masing-masing ikan uji. Biomass rata-rata awal ikan uji perlakuan A (0 ml/kg) adalah sebesar 46,9 g sedangkan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian Kandungan Nutrisi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi pakan tergantung pada bahan pakan yang digunakan dalam pakan tersebut. Kandungan nutrisi pakan penelitian dari analisis proksimat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan

TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan Protein Pakan TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan Protein Pakan Protein adalah salah satu nutrien yang sangat diperlukan oleh ikan. Protein dibutuhkan untuk pemeliharaan tubuh, pembentukan jaringan, penggantian jaringan tubuh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo 1.2 Robi Hendrasaputro, 2 Rully, dan 2 Mulis 1 robihendra40@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang Ikan lele merupakan salah satu hasil perikanan budidaya yang menempati urutan teratas dalam jumlah produksi yang dihasilkan. Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP),

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, selain

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan 145 PEMBAHASAN UMUM Peranan mikroflora dalam fungsi fisiologis saluran pencernaan ikan bandeng telah dibuktikan menyumbangkan enzim pencernaan α-amilase, protease, dan lipase eksogen. Enzim pencernaan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Pertumbuhan biomassa ikan selama 40 hari pemeliharaan yang diberi pakan dengan suplementasi selenium organik berbeda dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini: 250,00

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) Klasifikasi Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Lukito (2002), adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Kelas : Pisces

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph

HASIL DAN PEMBAHSAN. 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph IV HASIL DAN PEMBAHSAN 4.1 Pengaruh Tingkat Peggunaan Probiotik terhadap ph Derajat keasaman (ph) merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan pada saat proses fermentasi. ph produk fermentasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Karkas Rataan bobot potong, bobot karkas dan persentase karkas itik cihateup jantan umur 10 minggu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan Bobot Potong, Bobot Karkas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) Perubahan bobot rata-rata individu ikan (g) 16 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Hasil penelitian terhadap empat jenis pakan uji dengan kadar protein berbeda

Lebih terperinci

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Hasil penelitian mengenai pengaruh biokonversi biomassa jagung oleh mikroba Lactobacillus plantarum, Saccharomyces cereviseae,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Ransum Terhadap Bobot Potong Ayam dan Lemak Abdominal Persentase lemak abdominal ayam perlakuan cenderung didapatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan ayam pembanding.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing 37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing perlakuan selama penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman, dkk., 1998). Zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat menunjang kegiatan usaha budidaya perikanan, sehingga pakan yang tersedia harus memadai dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kegiatan pemeliharaan ikan, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah pemberian pakan. Pakan merupakan faktor penting dalam usaha budidaya ikan intensif dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Retensi Bahan Kering Rataan konsumsi, ekskresi dan retensi bahan kering ransum ayam kampung yang diberi Azolla microphyla fermentasi (AMF) dapat di lihat pada Tabel 8.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepiting bakau merupakan salah satu hasil perikanan pantai yang banyak disenangi masyarakat karena rasa dagingnya yang enak, terutama daging kepiting yang sedang bertelur,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 1 Oktober 2013 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG DAGING DAN TULANG SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER PROTEIN HEWANI PADA PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat

PENDAHULUAN. Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang. manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat PENDAHULUAN Latar Belakang Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat konsumsi ikan juga meningkat. Sebagai bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil pengamatan kelangsungan hidup larva ikan Nilem selama 15 hari dengan pemberian Artemia yang diperkaya dengan susu bubuk afkir 0,3 g/l, 0,5 g/l,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan harga daging ayam selalu fluktuatif. Menurut Prayugo

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beras Analog Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras. Disebut beras analog karena bentuknya yang oval menyerupai beras, tapi tidak terproses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking dikategorikan sebagai tipe pedaging yang paling disukai baik di Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN Rataan hasil penelitian pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam air minum terhadap konsumsi air minum dan ransum dan rataan pengaruh pemberian bakteri asam laktat dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Ransum Komplit Karakteristik fisik silase diamati setelah silase dibuka. Parameter yang dilihat pada pengamatan ini, antara lain: warna, aroma silase, tekstur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan. Pakan merupakan campuran berbagai macam bahan organik

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa

METODE PENELITIAN. Penelitian Tahap 1: Uji Efektivitas Enzim Cairan Rumen Domba Terhadap Penurunan Kandungan Serat Kasar Bungkil Kelapa 17 METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam dua tahapan. Tahap 1 adalah uji efektivitas enzim cairan rumen domba terhadap penurunan kandungan serat kasar bungkil kelapa. Uji Tahap 2 adalah mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebutuhan Energi dan Makronutrien Kerapu Bebek 2.1.1. Sumber dan Pemanfaatan Energi oleh Ikan Pada ikan, sumber energi diperoleh dari pakan, dimana pada pakan ikan ini mengandung

Lebih terperinci

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu

Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Nutrisi Pakan pada Pendederan kerapu Oleh: Ibnu Sahidhir Kementerian Kelautan dan Perikanan Ditjen Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Payau Ujung Batee 2011 Biologi Benih Kerapu Pemakan daging Pendiam,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC

PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC Prosiding Seminar Antarabangsa Ke 2 Ekologi, Habitat Manusia & Perubahan Persekitaran 53 PEMANFAATAN FERMENTASI AMPAS TAHU DALAM PAKAN IKAN UNTUK PERTUMBUHAN IKAN GURAMI OSPHRONEMUS GOURAMY LAC IDASARY

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Banyaknya pakan yang dikonsumsi akan mempengaruhi kondisi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan dapat ditentukan banyaknya zat makanan yang masuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udang galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang sangat potensial karena memiliki nilai ekonomis tinggi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam budidaya perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari biaya produksi. Pakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pengaruh Penggunaan Ampas Kecap Sebagai Substitusi Bungkil Kedelai dalam Ransum Terhadap Nilai Kecernaan Bahan Kering (KcBK) Pengolahan ataupun peracikan bahan

Lebih terperinci

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Efektivitas Cairan Rumen Domba Penelitian Tahap 1 dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui volume enzim cairan rumen domba dan lama waktu inkubasi yang tepat untuk penurunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembentukan Organisme Bioflok 4.1.1 Populasi Bakteri Populasi bakteri pada teknologi bioflok penting untuk diamati, karena teknologi bioflok didefinisikan sebagai teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG

PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG 18 PERTUMBUHAN DAN EFISIENSI PAKAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN BUATAN BERBASIS KIAMBANG (Growth and feed efficiency Tilapia (Oreochromis niloticus) with Salvinia Based Feed) Rina

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci