PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UKDW

TESIS PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM KELUARGA DENGAN ORANG TUA BEDA AGAMA DI JEMAAT GKMI SALATIGA

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

TANGGAPAN GEREJA TERHADAP PERMASALAHAN PERNIKAHAN PASANGAN USIA MUDA (Studi kasus di Jemaat GMIH Christianoi Gamnyial) Oleh.

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

Renungan Harian Kampus

TATA GEREJA PEMBUKAAN

PENELAHAAN ALKITAB ANTAR GENERASI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

LITURGI GEREJA KRISTEN JAWA: Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

STUDI TERHADAP PEMAHAMAN JEMAAT SOYA TENTANG SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teologi. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

MAMA RAJA NEGERI ADAT DI MALUKU. (Studi Kasus Terhadap Eksistensi Raja Perempuan di Negeri Rumah Tiga, Soahuku dan Tananahu dalam Perspektif Jender)

PEMAHAMAN MAHASISWA FAKULTAS TEOLOGI ANGKATAN 2007 UKSW TENTANG MISI GEREJA YANG KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGANTAR DAFTAR BACAAN 2017

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

KATEKISASI PRANIKAH (Pelaksanaan Katekisasi Pranikah dan Manfaatnya Bagi Kehidupan Keluarga Kristen di Jemaat GMIT Kota Kupang) Oleh,

Pdt. Dr. Retnowati, M. Si Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th.M

BAB I PENDAHULUAN UKDW

DALANG DALAM GEREJA (Studi kasus Tentang Peranan Seorang Dalang Dalam GPIB ATK Sektor Tambakrejo Ditinjau dari Perspektif Sosio-Teologi) SKRIPSI

MUTASI PENDETA-PENDETA DI GKPB DITINJAU DARI MANAJEMEN GEREJAWI

REKONTRUKSI IDENTITAS PEREMPUAN DALAM 1 KORINTUS 14 : DARI PERSPEKTIF POSKOLONIAL PEREMPUAN KRISTEN JAWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

ANALISIS PASTORAL DAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB JEMAAT PINDAH GEREJA (KAJIAN KASUS JEMAAT GKS NGGONGI DI SUMBA TIMUR) Oleh, IMELDA MARSINTA DIMU

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

2

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Oleh, Yohanes Yuniatika NIM: SKRIPSI

PENALARAN MORAL ANAK USIA 8 HINGGA 11 TAHUN DI SEKOLAH MINGGU LINGKUNGAN KANA JEMAAT EPPATA GKE BANJARMASIN

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Awig-awig pesamuan adat Abianbase, p.1

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Katolik, Hindu, dan Budha. Negara menjamin kebebasan bagi setiap umat bergama untuk

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Seri Kedewasaan Kristen (2/6)

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

LAMPIRAN 1. Padoman Wawancara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini dipaparkan tentang (1) kesimpulan dan (2) saran :

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website:

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Saya Dapat Menjadi Pekerja

Pendidikan Agama Kristen Protestan

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisa Makna Pernikahan di Gereja Bethany Nginden Surabaya. untuk menghasilkan keturunan. kedua, sebagai wujud untuk saling

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

SKRIPSI. untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana

Pendampingan Pastoral Holistik di Megachurch (Sebuah Studi Tentang Pendampingan Pastoral Gereja Jemaat Kristen Indonesia Injil Kerajaan di Semarang)

Tata Ibadah Minggu Paskah IV. Minggu, 07 Mei » Berhimpun «

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN SEMESTER GENAP (II) TAHUN PELAJARAN

Transkripsi:

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan Memperoleh Gelar dalam Dunia Akademik SKRIPSI Oleh : Ni Luh Nugraheni Suyepha NIM: 712007002 UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKULTAS TEOLOGI 2011 i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing Skripsi Pembimbing I Pdt. Dien Sumiyatiningsih, G. D. Th., M.A. Pembimbing II Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th. M ii

Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan limpah kasih-nya penulis dapat menulis skripsi ini sebagai syarat untuk mengakhiri perkuliahan di jenjang Strata 1. Selain itu, alasan yang mendasari penulisan skripsi yang berjudul PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) adalah oleh karena penulis melihat bahwa jemaat membutuhkan definisi yang jelas mengenai makna warna-warna liturgi, akan tetapi tidak ada keberanian dari jemaat untuk bertanya kepada pejabat gerejawi dan pejabat gerejawi juga masih menunggu adanya pertanyaan dari jemaat. Bagi seorang sarjana teologi memberikan informasi bukanlah sesuatu yang salah, karena jemaat juga pasti menyambut baik informasi yang mereka butuhkan. Warna-warna liturgi tidak hanya memiliki peranan dalam gereja. Di luar gereja, warna-warna liturgi merupakan simbol misteri iman dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagaimana diungkapkan oleh Dillinstone dalam buku Daya dan Kekuatan Simbol bahwa simbol memiliki maknanya sendiri atau nilainya sendiri dan bersama dengan ini daya kekuatannya sendiri menggerakkan kita. Dalam kehidupan gereja, warna merupakan bagian yang sentral dalam liturgi. Maksudnya, warna menjadi simbol yang menyatukan jemaat. Misalnya, sebagai bangsa Indonesia, kita mengenal warna merah dan putih. Merah berarti berani dan putih berarti suci. Warna-warna ini menghubungkan serta menyatukan masyarakat Indonesia menjadi sebuah bangsa dan merupakan identitas nasional masyarakat Indonesia. Kemudian, bagaimanakah peranan warna bagi Gereja Kristen Protestan di Bali dan sejauh manakah warna-warna liturgi dipahami oleh gereja? Pembahasan ini akan dibahas pada BAB III. iii

GKPB tidak hanya kontekstual di luar GKPB, tetapi juga ke dalam GKPB. Apa yang dimaksud dengan kontekstual di luar adalah memakai warna-warna yang mirip dengan agama lain (Hindu) atau gereja mula-mula serta menjawab tri panggilan gereja, yakni bersekutu, bersaksi, dan melayani. Sedangkan, menjadi kontekstual ke dalam adalah menjadi kritis terhadap kebudayaan. Tulisan ini penulis persembahkan kepada gereja secara khusus yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi pekerja gereja. Tulisan ini merupakan sumbangan penulis demi terwujudnya pemahaman yang sama akan makna dari warnawarna liturgi. Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan tulisan ini dan masih perlu terus diperlengkapi. Akhirnya penulis ingin mengucapkan terimakasih yang ditujukan kepada: 1. Orang tua yang selalu berusaha agar penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga akhir 2. Gereja yang telah mendukung penulis selama proses perkuliahan, dan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Fakultas Teologi, Universitas Kristen Satya Wacana dan memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di GKPB 3. Fakultas yang telah memberi pendidikan selama penulis menempuh perkuliahan. Secara khusus penulis sampaikan pada dosen pembimbing, yang bersedia membimbing selama penulisan skripsi (Pdt. Dien Sumiyatiningsih, G. D. Th., M.A. dan Pdt. Totok S. Wiryasaputra, Th. M) 4. Keluarga yang telah membantu selama melakukan penelitian. Keluarga yang setia menemani, mengantar, memberikan tempat tinggal selama penelitian. (Om iv

Nyoman, Tante Martin, Tante Wiwik, Tante Luh Artini, Om Luki, Om Ketut, Gideon) 5. Teman-teman angkatan yang telah mendukung selama perkuliahan 6. Kepada teman-teman (keluarga besar Lantis: Delila, Kak Ine, Nansi, Eni, dan Hilda) yang memberikan semangat dan dukungan setiap hari. Penulis menyadari, tanpa adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak di atas, penulis tentu bukanlah apa-apa. Secara akademik, inilah hasil yang bisa penulis sumbangkan. Tulisan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih baik dalam bergereja umumnya dan khususnya dalam beribadah. Salatiga, 11 Februari 2012 Penulis v

Saripati Liturgi dapat dikatakan sebagai pelayanan yang dilakukan oleh jemaat yang diwujudkan dalam tata kebaktian secara khusus dan pelayanan dalam arti umum. Dalam tata kebaktian terdapat beberapa warna sebagai tanda siklus kalender gereja dan peristiwa gerejawi. Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) dalam tata kebaktian gerejawi juga menggunakan liturgi dengan warna-warna liturgi yang hampir sama dengan warna-warna kebudayaan Bali (hasil pemahaman bersama orang Bali), sehingga liturgi terkesan sebagai tr adisi (simbol yang mati). Oleh karena itu, perlu diteliti secara mendalam pemahaman jemaat GKPB mengenai warna-warna liturgis. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan datanya adalah Focused Group Discussion (FGD), wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Terhadap 24 orang nara sumber yang terdiri atas pendeta, penatua, jemaat dan seorang pelukis logo GKPB. Hasil penelitian menunjukan bahwa ayat-ayat minggu GKPB masih dipengaruhi oleh tradisi gerejawi jemaat di Hernhut, Jerman, sehingga jemaat menganggap bahwa warna-warna liturgi adalah tradisi. Tidak semua nara sumber mengetahui tentang jenis warna-warna liturgi. Ada yang tidak tahu sama sekali jenis warna liturgi dan ada juga yang mengatakan bahwa warna liturgi lebih dari 5 jenis dengan menambahkan warna cokelat dan biru. Walaupun ada nara sumber yang tidak mengetahui fungsi warna-warna liturgi, tetapi beberapa nara sumber memahami bahwa fungsi warna liturgi adalah untuk memperingati hari raya, untuk menuntun petugas ibadah supaya tidak bingung siapa yang bertugas berdoa atau membaca ayat-ayat dan untuk membedakan minggu yang satu dengan yang lain. Ada pemahaman yang berbeda di GKPB mengenai makna warna ungu dan hitam. Ada yang menganggap warna ungu digunakan pada saat kedukaan dan penguburan. Ada juga yang menganggap warna hitamlah yang digunakan pada saat kedukaan dan putih pada saat penguburan. Hasil penelitian juga menunjukan tidak dilakukan sosialisasi warna-warna liturgi kepada jemaat. Kesimpulannya, jemaat memahami warna-warna liturgi hanya sebatas tradisi. Kontekstualisasi warna-warna liturgi dilakukan untuk mengkritisi kebudayaan. Maksudnya, gereja memakai warna-warna liturgi yang merupakan simbol peristiwaperistiwa gerejawi, bukan lambang yang memiliki makna profan. Salah satunya logo GKPB yang bercorak khas Bali, akan tetapi tetap memiliki makna gerejawi. Kontekstualisasi diwujudkan dalam tindakan, yang tidak dapat diukur maupun dinilai secara kuantitas. Kesimpulannya, usaha-usaha yang dilakukan GKPB untuk menjadi kontekstual itu juga perlu dipahami dan dihargai oleh pihak mana pun, sebagai tujuan yang mulia dalam menjalin relasi antar denominasi, suku, maupun agama. Rekomendasi kepada sinode agar supaya sinode merumuskan bersama mengenai makna warna-warna liturgi. Rekomendasi kepada gereja (pendeta) adalah agar supaya memberikan sosialisasi kepada pendeta muda mengenai makna warna-warna liturgi. Kepada penatua, agar supaya memberikan sosialisasi kepada jemaat melalui berbagai upaya seperti seminar-seminar, diskusi-diskusidukungan baik soal moril maupun materiil, dan secara teologis dalam menggumuli dan dsb. Kepada fakultas agar supaya memberikan pemakaian warna-warna liturgi. vi

Daftar Isi Halaman Halaman Judul Halaman Persetujuan Pembimbing.... Kata Pengantar.. Saripati Daftar Isi. Daftar Table...... Daftar Gambar.... i ii iv vii ix xii xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Rumusan Masalah. 4 1.3 Tujuan Penelitian.. 4 1.4 Manfaat Penelitian.... 5 1.5 Metodelogi Penelitian... 5 1. Metode Penelitian... 5 2. Teknik Pengumpulan Data. 6 3. Waktu Penelitian... 10 1.6 Sistematika Penulisan.. 10 BAB II LANDASAN TEORI 12 2.1 Liturgi... 13 2.1.1 Sejarah Liturgi... 13 vii

2.1.2 Pengertian Liturgi... 15 2.1.2.1 Liturgi dalam Perjanjian Baru. 16 2.1.2.2 Liturgi dalam Septuaginta... 16 2.1.2.3 Liturgi dalam Gereja Perdana.. 16 2.2 Arti Simbol dan Makna Warna Liturgi... 18 2.3 Kajian Dasar-dasar Teologis Liturgi. 21 2.3.1 Aspek Penyembahan Kepada Allah... 21 2.3.2 Aspek Pengajaran... 21 2.3.3. Yesus Kristus... 22 2.3.4. Alkitab... 22 2.3.5. Keikutsertaan Umat... 23 2.3.6. Perubahan... 23 2.4 Proses Sosialisasi/Pendidikan Warna-warna Liturgi 24 BAB III HASIL PENELITIAN... 29 3.1 Sumber Data Penelitian... 29 3.1.1 Gambaran Umum Sejarah Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB)... 32 3.1.2 Gambaran Umum Warna-warna dalam agama Hindu- Bali... 40 3.2 Dasar-dasar teologis warna-warna liturgi... 44 3.3 Ketidaksetaraan Pemahaman Warna-warna Liturgi dalam Jemaat 61 3.4 Kontekstualisasi Warna-Warna Liturgi dalam Kaitannya dengan Gereja yang Oikumenis... 76 viii

Kesimpulan 90 Rangkuman 92 BAB IV TANGGAPAN KRITIS DAN REFLEKSI TEOLOGIS... 96 4.1 Tanggapan Kritis... 96 4.2 Refleksi Teologis. 97 BAB V PENUTUP... 102 5.1 Kesimpulan. 102 5.2 Saran... 105 5.2.1 Bagi GKPB (pendeta). 105 5.2.2 Bagi penatua... 107 5.2.3 Bagi fakultas... 107 Daftar Pustaka Lampiran-lampiran ix

Daftar Tabel Tabel 3.1.2.1 Nara sumber pendeta...30 Tabel 3.1.2.2 Nara sumber penatua...31 Tabel 3.1.2.3 Nara sumber jemaat....32 x

Daftar Gambar Gambar 3.2.1 Observasi partisipan mengenai Dasar-dasar Teologis Warna-warna Liturgi...47 Gambar 3.2.2 Majelis mempersembahkan pujian.48 Gambar 3.2.3 Stola berwarna hitam bukan simbol kedukaan melainkan sukacita akan hidup yang kekal 50 Gambar 3.2.4 Warna ungu sebagai simbol kesungguhan menyambut Tuhan Yesus...57 Gambar 3.2.5 Warna putih merupakan simbol Tuhan Yesus menjalin hubungan dengan manusia.59 Gambar 3.3.1: Observasi Partisipan Mengenai makna Warna-warna Liturgi menurut Jemaat 66 Gambar 3.3.2 Warna merah sebagai simbol bahwa Roh Kudus menyertai gereja dalam menciptakan makna bersama 69 Gambar 3.4.1 Observasi Partisipan Mengenai Kontekstualisasi Warna-Warna Liturgi dalam Kaitannya dengan Gereja yang Oikumenis...78 Gambar 3.4.2 Kontekstualisasi dalam arti membangun kebersamaan...78 Gambar 3.4.3 Pendeta Memakai Stola Berwarna Hijau Bersama Seorang Misionaris..80 Gambar 3.4.4 Logo GKPB pada stola pendeta.83 Gambar 3.4.5 Pendeta Menggunakan Stola Berwarna Ungu 85 Gambar 3.4.6 Pendeta menggunakan stola pada saat membaptis dan jemaat memakai pakaian adat daerah......86 xi

Gambar 3.4.7 Stola berwarna hitam..88 xii