BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa (PPAGKJ) dinyatakan bahwa keberadaannya merupakan buah penyelamatan Allah. Dengan penyelamatan Allah itu memungkinkan manusia untuk memiliki kembali hubungan yang benar dengan Allah. Hubungan dengan Allah ini sering disebut juga dengan istilah keselamatan. 1 Selanjutnya, untuk mengungkapkan apa yang menjadi dasar keberadaannya itu, GKJ melakukan suatu tindakan yang disebut dengan istilah ibadah. Segala sesuatu yang terdapat di dalam ibadah tersebut dipahami menjadi gambaran pertemuan dan percakapan timbal balik antara umat dengan Allah. Dari pihak umat terdapat sembah sujud, pujian, pengakuan dosa, permohonan ampun, kesanggupan, persembahan, dan pengakuan iman. Sedangkan dari pihak Allah adalah pengampunan, penyampaian sabda, berkat, serta perintah-perintah ataupun hukum Tuhan. Karena itu, 1 Sinode GKJ, Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa (Salatiga: Percetakan Sinode GKJ, 1998), 18, 36. 1

2 ibadah bagi GKJ dipandang sebagai tindakan dramatis simbolis. 2 Adapun pokok-pokok yang ada di dalam pertemuan dan percakapan di atas pada akhirnya juga menjadi garis besar dan sekaligus dasar perumusan tata peribadahan (liturgi) yang tersusun secara urut dan teratur, yaitu adiutorium (pertolongan Allah, yang terjadi dalam ibadah) atau votum (seruan pengabsahan terjadinya ibadah, oleh karena pertolongan Allah) dan salam, introitus (pengantar untuk memulai ibadah) dan pujian, pengakuan dan penyesalan dosa, berita anugerah dan petunjuk hidup baru, kesanggupan, doa syukur dan syafaat, persembahan, pelayanan sabda, pengakuan iman, pengutusan, dan berkat. 3 Karena liturgi di dalam ibadah GKJ berisikan gambaran pokok-pokok pertemuan dan percakapan antara umat dengan Allah, maka liturgi di sini sesungguhnya dapat dipahami pula sebagai gambaran yang menghadirkan kembali ingatan akan pusat sekaligus sumber ibadah dari GKJ itu sendiri, yaitu penyelamatan yang telah dilakukan oleh Allah dengan berpuncak pada pengorbanan Yesus Kristus. Menurut PPAGKJ ada dua makna penting dalam pengorbanan Yesus Kristus untuk keselamatan umat. Pertama adalah penebusan umat dari hukuman dosa oleh Allah. Adapun yang kedua adalah pembasuhan atau pentahiran umat dari dosa. Makna-makna pengorbanan Yesus Kristus tersebut merupakan satu kesatuan dari karya penyelamatan Allah bagi umat dengan lambang perjamuan dan baptisan sebagai sakramen Sinode GKJ, Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, Sinode GKJ, Liturgi Gereja Kristen Jawa (Salatiga: Percetakan Sinode, 1996), 10-2

3 Sebagaimana dinyatakan pada PPAGKJ bahwa makna yang terdapat pada Sakramen Perjamuan dan Sakramen Baptisan sebagai inti dari liturgi menjadi sesuatu yang dikuduskan (Jawa, kang sinengker) untuk dipersembahkan kepada Allah yang berguna di dalam pekerjaan penyelamatan Allah, khususnya sisi pemeliharaan iman umat. 4 Pemahaman itu dipertegas pula dalam PPAGKJ Edisi 2005 yang menyatakan bahwa sakramen adalah alat pelayanan yang dikhususkan di dalam pekerjaan penyelamatan Allah, yaitu sebagai penyataan dan pemeliharaan iman. 5 Sebagai lambang dari inti pengungkapan dasar keberadaannya, kedua sakramen tersebut di atas memperlihatkan adanya makna penting bagi GKJ yang mengendap dalam tugas panggilan dirinya. Menurut PPAGKJ, tugas panggilan yang pertama adalah bersaksi atau memberitakan tentang penyelamatan Allah kepada yang belum mendengar, dan yang kedua adalah memelihara keselamatan orang-orang yang telah diselamatkan. Dengan kata lain, kedua tugas panggilan itu memberikan penegasan sekaligus arah makna liturgi dalam ibadah GKJ yang bersifat ke dalam maupun ke luar sebagai keutuhan keberadaan diri terkait dengan keterlibannya pada karya penyelamatan Allah bagi umat di dunia. 6 Dengan seluruh pemahaman di atas, maka liturgi dalam ibadah GKJ dapat dimengerti bukan sekedar tindakan upacara keagamaan (ritual) belaka. Liturgi di dalam peribadahan sesungguhnya merupakan jiwa 4 Sinode GKJ, Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, Sinode GKJ, Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa Edisi 2005 (Salatiga: Percetakan Sinode GKJ, 2009), Sinode GKJ, Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, 37-8,

4 kepercayaan rohani atau keimanan GKJ yang memiliki hubungan erat dan tidak terpisahkan dengan karya tanggung jawab agung dari Illahi dalam kehidupan nyata di dunia ini. Malcolm Brownlee menyatakan bahwa peribadatan yang terdapat di dalam Alkitab dengan segala unsurnya tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hubungan erat tersebut nampak dari beberapa istilah yang dipakai oleh Alkitab, yaitu sharath dan abodah dalam Perjanjian Lama, serta latreia dan leitourgia dalam Perjanjian Baru, yang artinya kebaktian, pelayanan, kerja, yang artinya mirip dengan makna kata pengabdian. 7 Brownlee juga menegaskan bahwa peribadatan orang Kristen tidak terbatas kepada upacara-upacara tertentu, melainkan dilakukan di dalam semua segi kehidupan. Segenap bentuk kehidupan perlu dipersembahkan kepada Tuhan sebagai wujud kesediaan untuk ikut serta di dalam pekerjaannya yang mengubah dan menyelamatkan dunia di berbagai bidang kehidupan dunia ini. Selain pengertian dari sisi jiwa kepercayaan rohani atau spiritualitas, liturgi dalam ibadah GKJ juga mengandung pengertian adanya sisi karya tugas penting yang diemban umat sebagai pengutusan bagi kehidupan di tengah dunia ini. Sebagaimana dijelaskan oleh Rasid Rachman, bahwa berdasarkan liturgi yang ada dalam tradisi gereja kuno maka ibadah bagi Gereja bukanlah semata-mata tujuan, melainkan juga 7 Malkolm Brownlee, Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan: Dasar Teologis bagi Pekerjaan Orang Kristen dalam Masyarakat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), 19. 4

5 sebuah pengutusan. 8 Karena itu, sebagaimana dinyatakan oleh PPAGKJ tentang sisi lain dari keberadaan GKJ, maka liturgi dalam ibadah memiliki makna yang berguna untuk memampukan Gereja agar dapat menampakkan tanda-tanda Kerajaan Allah yang hadir di tengah dunia, sebagai wujud penyelamatannya secara nyata. 9 Dengan kata lain, liturgi dapat dipahami sebagai sarana yang menggerakkan Gereja untuk terlibat secara langsung dalam karya penyelamatan Allah yang menjadi tugas panggilannya secara utuh di berbagai bidang kehidupan. Bukan hanya pada diri sendiri ataupun orang luar semata-mata, tetapi untuk semua kalangan secara serempak. Demikian pula bukan hanya pekerjaan yang terbatas pada sisi batiniah ataupun rohaniah saja, tetapi juga pekerjaan yang bersifat jasmaniah. Berdasarkan pengamatan tersebut di atas, perlu dipertanyakan lebih lanjut, sejauh manakah praktik liturgi dalam ibadah GKJ dapat terlaksana secara baik sesuai dengan kegunaannya. Apakah liturgi yang selama ini ada dan berlaku dalam ibadah GKJ telah dapat menjadi sarana penghayatan umat untuk beribadah sebagaimana mestinya, meskipun bentuknya sederhana? 8 Rasid Rachman, Pembimbing ke dalam Sejarah Liturgi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), 5. 9 Sinode GKJ, Pokok-Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa, 37. 5

6 Sebagaimana yang berlaku di dalam peribadatan sejak tahun 1961 dan dirumuskan kembali pada tahun 1991 dalam Sidang Kontrakta Sinode GKJ, 10 GKJ selama ini menggunakan liturgi baku atau liturgi awal yang kemudian dikembangkan menjadi tiga formula. 11 Bahkan pada beberapa tahun terakhir ini, secara sinodal GKJ sedang menambahkan formula liturgi baru yang terkait dengan penerapan sistem leksionari di dalam pelayanan peribadahan. Formula leksionari yang selanjutnya disebut dengan Liturgi Leksionari GKJ 12 tersebut memiliki tata susunan yang cukup berbeda dengan bentuk liturgi ibadah GKJ formula I yang merupakan bentuk awal dan disebut dengan Liturgi Minggu I, beserta dengan pengembangannya dalam liturgi ibadah GKJ formula II dan III yang disebut dengan Liturgi Minggu II dan Liturgi Minggu III. 13 Keberadaan beberapa formula litrugi tersebut di dalam pelaksanaannya tidak mudah. Liturgi ibadah GKJ formula I maupun formula II dan formula III hingga kini pelaksanaannya belum semuanya dapat diterima oleh umat. Bahkan, dalam pengantar buku Liturgi GKJ dinyatakan adanya persoalan bahwa umat pada akhirnya cenderung kembali hanya menggunakan liturgi formula I. 14 Karena itu, ketika muncul formula Liturgi Leksionari dimungkinkan semakin menambah persoalan liturgi dalam peribadahan GKJ itu sendiri. Persoalan tersebut secara langsung ataupun 10 Sinode GKJ, Liturgi GKJ, i-ii. 11 Sinode GKJ, Liturgi GKJ, Tim Liturgi GKJ, Menuju Pembaruan Liturgi Gereja Kristen Jawa (Salatiga: Percetakan Sinode, 2011), Lihat Lampiran Liturgi Ibadah Minggu I, II, III, dan Macam Liturgi Leksionari. 14 Sinode GKJ, Liturgi GKJ, i. 6

7 tidak langsung memiliki hubungan dengan persoalan-persoalan penting lainnya yang tidak bisa dipisahkan dari tindakan penerimaan di atas, yaitu menyangkut tata susunan serta pemahaman makna berbagai unsur yang terdapat pada liturgi dalam ibadah GKJ, maupun penghayatannya sendiri di dalam dan di luar kehidupan umat. Sebagaimana tersirat jelas pula dalam pendahuluan yang terdapat pada buku Liturgi GKJ dinyatakan bahwa keterangan yang dibuat pada bagian awal buku tersebut berguna untuk memberikan pengetahuan kepada umat akan pengertian ibadah beserta dengan unsur-unsur yang tersusun dalam liturgi. Liturgi bukan sebuah tindakan kebiasaan yang diulang-ulang pada kesempatan waktu dan tempat tertentu, akan tetapi memiliki pengertian penting bagi kehidupan iman umat di tengah dunia ini. 15 Karena itu, dari persoalan di atas dimungkinkan bahwa di dalam pelaksanaannya, unsur-unsur yang ada di dalam liturgi cenderung masih banyak dipahami sebagai tata urutan di dalam peribadahan yang tidak lebih dari sebatas tata perilaku rohani atau ritual umat di tengah ruangan tertentu yang kurang, atau bahkan tidak memiliki hubungan serta berbeda dengan kehidupan dunia sehari-hari. Suasana ini terasa pada ketegangan yang terdapat di dalam perjumpaan kehidupan kultural umat sehari-hari berdasarkan nilai-nilai yang berlaku di tengah Gereja sebagai komunitasnya dengan berbagai bentuk tata nilai masya-rakat maupun adat istiadat yang merupakan gambaran 15 Sinode GKJ, Liturgi GKJ, i. 7

8 pandangan budaya di mana umat tersebut hidup dan tumbuh di dalamnya. Peribadahan dengan liturgi yang dijalankan seakan menjadi tidak bersentuhan dan tidak tersentuh sama sekali oleh tata nilai kehidupan sesungguhnya dari masyarakat yang menjadi kenyataan hidup sehari-hari umat Alasan Pemilihan Judul Persoalan peribadahan umat di gedung Gereja yang tidak bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari maupun dengan tata kehidupan dan adat masyarakat di atas menyiratkan arti bahwa anugrah keselamatan umat yang diterima dari Allah belum mampu diungkapkan dan dinikmati secara penuh. Sebab untuk mengungkapkan dan menikmati keselamatan yang dilakukan oleh umat melalui peribadahan yang disusun menggunakan liturgi masih ada keterbatasan di dalam kecenderungan yang hanya untuk perhimpunan (komunitas) yang dimilikinya sendiri. Sedangkan untuk mengungkapkan dan menikmati keselamatan dari umat yang menjangkau atau merambah di tengah ranah perjumpaan kehidupan sehari-hari belum mampu diwujudnyatakan. Dengan kata lain, bahwa pengungkapan dan menikmati keselamatan melalui peribadahan yang ditata di dalam liturgi masih menjadi sesuatu yang asing di ranah kehidupan nyata umat. Bahkan, liturgi yang dijalankan oleh umat di dalam peribadahannya tersebut dapat dikatakan tidak memiliki jiwanya sendiri sebagai bagian dari pribadi masyarakat yang hidup dan tumbuh mengakar di dalam budaya Jawa. 8

9 Persoalan di dalam mengungkapkan dan menikmati anugerah keselamatan dari Allah di tengah kehidupan umat yang tidak utuh inilah memungkinkan dan sekaligus dapat diasumsikan bahwa liturgi peribadahan GKJ kurang menyentuh maupun tersentuh konteks budaya umat. Akhirnya, Dengan beberapa uraian alasan yang dipaparkan di atas, di dalam penelitian ini penulis memilih judul: Liturgi Gereja Kristen Jawa: Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ 1.2. Batasan Istilah Ada beberapa pengertian mendasar yang perlu untuk dijelaskan secara singkat mengenai istilah-istilah yang digunakan di dalam pemilihan judul tulisan ini Liturgi Gereja Kristen Jawa Yang dimaksud dengan Liturgi Gereja Kristen Jawa adalah tatanan dalam ibadah yang dimiliki oleh Gereja Kristen Jawa dengan berbagai unsur pokok beserta dengan susunan dan pengertiannya sebagai suatu rumusan yang berlaku. Sebagaimana dinyatakan dalam buku Liturgi GKJ, bahwa liturgi dan ibadah adalah satu kesatuan arti yang tak terpisah. Liturgi adalah ibadah, dan ibadah adalah liturgi. Namun demikian, tata ibadah timbul dari 9

10 ibadah, bukan sebaliknya. Karena itu, ibadah ada terlebih dulu kemudian baru tatanan atau cara peribadahannya Gereja Kristen Jawa Seperti dinyatakan pada Tata Gereja dan Tata Laksana GKJ, yang dimaksudkan dengan Gereja Kristen Jawa adalah kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus di suatu tempat tertentu, yang dipimpin oleh majelis gereja dan yang telah mampu mengatur diri sendiri, mengembangkan diri sendiri, serta membiayai diri sendiri berdasarkan Alkitab, Pokok-Pokok Ajaran, serta Tata Gereja mau-pun Tata Laksana GKJ Teologi Kontekstual Adapun yang dimaksudkan dengan teologi kontekstual di sini adalah teologi Kristen yang dipandang ataupun dibangun dari situasi dan kondisi konteks tertentu. Sebagaimana dinyatakan oleh Huang Po Ho, bahwa teologi kontekstual atau yang disebutnya juga dengan istilah teologi situasional, adalah sebuah teologi yang mengambil konteks, situasi dan kondisi suatu tempat, sejarah, dan budaya umat di tengah masyarakat di mana Gereja ada, sebagai sumber refleksi teologi dan pengakuan iman, serta untuk mem- 16 Sinode GKJ, Liturgi GKJ, Sinode GKJ, Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Jawa (Salatiga: Percetakan Sinode GKJ), 8. 10

11 bangun suatu teologi yang mampu membentuk identitas orang Kristen yang relevan dengan konteksnya Budaya Jawa Maksud dari Budaya Jawa adalah seperangkat tindakan atau perilaku dari masyarakat yang memiliki faham Jawa (Kêjawen), beserta dengan segala hasil dan bentuknya. Seperti yang dikatakan oleh Moh Yana, bahwa Kêjawen adalah faham yang didasarkan pada konsep harmonisasi antara makrokosmos (jagad gêdhe) dengan mikrokosmos (jagad cilìk), sebagai asas keselamatan dan kehidupan orang Jawa Rumusan Masalah Berangkat dari asumsi bahwa liturgi peribadahan GKJ kurang tersentuh maupun menyentuh konteks budaya umat, maka di dalam tulisan ini memunculkan rumusan masalah dalam pertanyaan berikut ini: Apakah dasar pemahaman liturgi peribadahan yang diberlakukan oleh GKJ sehingga masih terdapat kesulitan bagi umat di dalam mengungkapkan dan menikmati keselamatannya di dalam perjumpaan dengan kehidupan sehari-hari berdasarkan konteks budayanya? 18 Huang Po Ho, No Longer a Stranger: Towards the Construction of Contextual Theo-logies (Kottayam: Wigi Printers, 2007), Moh Yana H., Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa (Yogyakarta: Absolut, 2010),

12 Pertanyaan ini merupakan hal yang penting di dalam tulisan penelitian untuk menjawab sebab kesulitan yang terjadi di dalam mengungkapkan dan menikmati keselamatan umat di dalam ranah perjumpaan kehidupan seharihari di tengah konteks budaya yang dimilikinya Tujuan Penulisan Tujuan utama yang hendak dicapai dari tulisan penelitian ini adalah untuk melakukan analisa kritis dengan menggunakan pendekatan teologi kontekstual terhadap tata peribadahan GKJ berbasis budaya Jawa seperti apa yang ada di dalam dokumen gerejawi secara sinodal terkait dengan liturgi Manfaat Penelitian Berdasarkan pokok tujuan yang dinyatakan di atas, tulisan ini secara umum diharapkan dapat menjadi wacana teologi praktika mengenai liturgi peribadahan terkait dengan konteks budaya umat. Adapun secara khusus, tulisan ini diharapkan juga dapat menjadi salah satu pandangan alternatif di dalam upaya menyelesaikan persoalan liturgi peribadahan di GKJ supaya makin membumi dan mengakar di dalam jiwa kehidupan setiap umat yang memiliki konteks budayanya yang khas, sehingga GKJ dapat terus-menerus menjalani kehidupannya di tengah berbagai arus gaya hidup dan persoalan yang selalu berkembang. 12

13 1.6. Metode Penelitian Jenis Penelitian Upaya untuk menjawab asumsi yang terumuskan di dalam rumusan masalah maupun tujuan di atas, metode yang dipergunakan di dalam tulisan ini adalah deskriptif analitis. Artinya, di dalam penelitian diskriptif dilakukan kajian yang lebih mendalam. Adapun menurut Mohammad Nazir, penelitian diskriptif sendiri adalah suatu usaha dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, kondisi, suatu pemikiran ataupun peristiwaperistiwa. 20 Menurut-nya, tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sehubungan dengan itu, yang akan menjadi objek di dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen sejarah pandangan dan pemahaman yang menjadi sumber ataupun yang berhubungan dengan rumusan liturgi yang dipergunakan di dalam peribadatan umat GKJ. Karena itu pula, jenis penelitian yang dilakukan di dalam tulisan ini adalah penelitian kepustakaan. Menurut Nazir, penelitian kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelaahan atau penelitian terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan sebagai objek yang ada hubungannya dengan masalah yang sedang dikaji Mohammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), Nazir, Metode Penelitian,

14 Sumber dan Pengumpulan Data Penelitian Adapun dokumen yang menjadi data analisa di sini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi dokumen-dokumen artikel-artikel akta Sidang Sinode GKJ yang pertama (1931) hingga terakhir (2012), buku-buku liturgi beserta dengan rumusan teologis yang dimiliki oleh GKJ. Sedangkan data sekunder di dalam penelitian ini adalah buku-buku kajian sejarah mengenai GKJ, catatancatatan lain seputar sejarah beserta issu-issu penting terkait persidangan sinode yang dilakukan oleh GKJ. Adapun data sekunder lain sebagai pendukung atau pelengkap adalah hasil wawancara dari narasumber yang berhubungan dengan rumusan liturgi GKJ itu sendiri. Setelah diadakan pemilahan terhadap dokumen-dokumen tersebut, data yang didapatkan dirangkai dalam bentuk susunan menurut jenis-jenis atau pokok-pokok permasalahan masing-masing sehingga menjadi kerangka objek penelitian yang jelas Kerangka Penulisan Akhirnya, di dalam penyajian tulisan ini akan disusun dengan kerangka penulisan secara berurutan sebagai berikut: Pada bagian awal akan disampaikan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metode penelitian maupun sistematika penulisan. Bagian ini dipaparkan di dalam Bab I. 14

15 Selanjutnya, sebagai dasar pengkajian persoalan yang terumuskan di dalam rumusan masalah tersebut akan disampaikan di dalam Bab II yang berisikan tentang kajian teoritis mengenai makna, sejarah, dan dasar-dasar liturgi peribadatan, serta pemahaman budaya Jawa sebagai faham beserta dengan pengungkapannya dalam tata upacara kepercayaan yang dimilikinya, sebagai keberadaannya yang khas atau kontekstual. Bagian teori tersebut disusul dengan bagian Bab III yang memaparkan data kajian yang diperoleh dari dokumen-dokumen, buku-buku sejarah dan kajian, serta hasil wawancara dengan narasumber yang berkaitan dengan perumusan liturgi peribadatan GKJ beserta dengan pandangan teologisnya. Untuk mengetahui sejauh mana persoalan yang telah dirumuskan di dalam bagian awal berdasarkan teori dan data yang ditemukan pada proses perumusan liturgi peribadatan GKJ, maka di dalam Bab IV akan dilakukan analisa sesuai dengan metode penelitian yang dipilih di dalam tulisan ini. Akhirnya, sebagai penutup pada Bab V akan disampaikan kesimpulan-kesimpulan hasil analisa yang dilakukan di dalam bagian sebelumnya (Bab IV), beserta dengan usulan-usulan dalam rangka untuk menjawab persoalan dan memenuhi tujuan maupun manfaat penelitian di dalam tulisan ini. 15

16 16

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Secara historis, Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ) sedikit banyak terkait dengan buah pekerjaan Zending der Gereformeerde Kerken in Nederland

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah Tingkat/Semester Pokok Bahasan Pertemuan Ke Waktu Pertemuan : Agama Kristen : Ns.A.1.1.1 : I/I : Agama : 1 (satu) : 2X60 menit A. Kompetensi 1. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46. BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya yang dipanggil dan ditempatkan di dunia ini mempunyai tugas. Tugas gereja adalah untuk menyatakan hakekatnya sebagai tubuh

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

LITURGI GEREJA KRISTEN JAWA: Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ

LITURGI GEREJA KRISTEN JAWA: Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ LITURGI GEREJA KRISTEN JAWA: Suatu Studi Teologi Kontekstual Berbasis Budaya Jawa Terhadap Tata Ibadah GKJ TESIS Diajukan kepada Program Pasca Sarjana Magister Sosiologi Agama untuk memperoleh gelar Magister

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN TATA IBADAH MINGGU, 23 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH II) KEBANGKITAN-NYA MENGOBARKAN KEBERANIAN DAN PENGHARAPAN Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS TATA IBADAH MINGGU, 30 APRIL 2017 (MINGGU PASKAH III) BERELASI DENGAN TUHAN YESUS KRISTUS Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang sejati seperti yang ditegaskan oleh Rasid Rachman 1 sebagai refleksinya atas Roma 12:1, adalah merupakan aksi dan selebrasi. Ibadah yang sejati tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

RABU ABU SEBAGAI MOMENTUM AWAL MENGGANTUNGI DOA BAPA KAMI Oleh: Nurcahyo Teguh Prasetyo

RABU ABU SEBAGAI MOMENTUM AWAL MENGGANTUNGI DOA BAPA KAMI Oleh: Nurcahyo Teguh Prasetyo RABU ABU SEBAGAI MOMENTUM AWAL MENGGANTUNGI DOA BAPA KAMI Oleh: Nurcahyo Teguh Prasetyo Pengantar Singkat tentang Kalender Gerejawi Allah telah berkarya atas umatnya di dalam rangkaian waktu. Umat Allah

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sebagai jemaat dewasa di GKJ, pasti mengenal tentang istilah pamerdi. 1 Jemaat awam menganggap bahwa pamerdi adalah semacam perlakuan khusus yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang permasalahan Dalam diri manusia terdapat dua element dasar yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian manusia. Element tersebut adalah rasio dan rasa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Peribadatan dalam gereja serta perayaan sakramen-sakramen adalah jembatan bagi warga jemaat untuk mengalami persekutuan dengan Tuhan dan seluruh warga jemaat. Sehingga

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang

BAB IV TINJAUAN KRITIS. budaya menjadi identitasnya. Apabila manusia dicabut dari budayanya, ia bukan lagi orang BAB IV TINJAUAN KRITIS Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya kita dapat melihat bahwa manusia selalu menyatu dengan kebudayaannya dan budaya itu pun menyatu dalam diri manusia. Karena itu budaya menjadi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR JEMAAT BERHIMPUN LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 23 JULI 2017 Tema: ALLAH SANG PENYABAR PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN (Jemaat Berdiri) PANGGILAN

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2 Tata Ibadah Minggu GKI Kebayoran Baru 27 AGUSTUS 2017 PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan Bab 4 Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan 4.1. Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil tinjauan kritis atas penelitian yang dilakukan di GKMI Pecangaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah (Suatu Kajian Sosio-Teologis mengenai Pemahaman Jemaat GMIT Kota Baru tentang Himne GMIT) Bagian I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Paham Dosa Kekristenan Dosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 20 NOVEMBER 2016 (MINGGU KRISTUS RAJA) YESUS KRISTUS RAJA SURGAWI SEJATI

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 20 NOVEMBER 2016 (MINGGU KRISTUS RAJA) YESUS KRISTUS RAJA SURGAWI SEJATI TATA IBADAH MINGGU, 20 NOVEMBER 2016 (MINGGU KRISTUS RAJA) YESUS KRISTUS RAJA SURGAWI SEJATI PERSIAPAN Saat Teduh/Doa Pribadi Latihan Lagu & Pembacaan Warta Lisan Saat Hening Pnt. : Jemaat, marilah kita

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,

Lebih terperinci

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka

BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS. istilah orang Jawa wong jowo iku nggoning semu artinya orang Jawa itu peka BAB IV CAWAN DAN SLOKI DALAM PERJAMUAN KUDUS Dalam bagian ini akan mengemukakan pengaruh perubahan penggunaan cawan menjadi sloki dalam Perjamuan Kudus dalam kehidupan jemaat masa modern dengan melihat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dengan sengaja ditulis Calvinis, bukan Kalvinis, karena istilah ini berasal dari nama Johannes Calvin. BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di lingkungan gereja-gereja Protestan sedunia, aliran atau denominasi Calvinis 1 (lebih sering disebut Reformed ataupun Presbyterian) hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Permasalahan Dalam lingkup pendidikan di sekolah, istilah Pendidikan Agama Kristen (PAK) sudah sangat lazim digunakan. PAK adalah usaha menumbuhkembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu di dalamnya tentu memiliki BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Kehidupan manusia yang seiring berjalan waktu semakin berkembang, dalam kenyataannya ada berbagai macam hal yang membawa pengaruh positif maupun negatif dalam perkembangan

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 26 FEBRUARI 2017 (MINGGU TRANSFIGURASI) KEMULIAAN TUHAN MEMULIHKAN KEHIDUPAN

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 26 FEBRUARI 2017 (MINGGU TRANSFIGURASI) KEMULIAAN TUHAN MEMULIHKAN KEHIDUPAN TATA IBADAH MINGGU, 26 FEBRUARI 2017 (MINGGU TRANSFIGURASI) KEMULIAAN TUHAN MEMULIHKAN KEHIDUPAN Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah Salah satu ciri khas dari semua agama adalah berdoa. Semua agama yang ada di Indonesia mengajarkan kepada umat atau pengikutnya untuk selalu berdoa. Doa diyakini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan BAB V PENUTUP Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan keluarga di Jemaat GPIB Immanuel Semarang, maka penulis membuat suatu kesimpulan berdasarkan pembahasan-pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO

PENDADARAN. HOSANA : berilah kiranya keselamatan! PERJAMUAN KUDUS PASKAH. Minggu, 5 April 2015 GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO PENDADARAN PERJAMUAN KUDUS PASKAH Minggu, 5 April 2015 HOSANA : berilah kiranya keselamatan! GEREJA KRISTEN JAWA JOGLO Kompleks Taman Alfa Indah Blok A No. 9 Joglo Jakarta Barat I. PENDAHULUAN Jemaat yang

Lebih terperinci

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017

TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017 Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Jemaat GIDEON Kelapadua Depok TATA IBADAH PENUTUPAN KEGIATAN BULAN PELKES 25 Juni 2017 h a l, 1 PERSIAPAN Doa pribadi warga jemaat Pengenalan lagu-lagu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu TRINITAS

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu TRINITAS TATA IBADAH HARI MINGGU Minggu TRINITAS 27 Mei 2018 TATA IBADAH PERSIAPAN Pengenalan / Latihan lagu-lagu untuk beribadah Doa para Presbiter di Konsistori Ucapan Selamat Datang P.2 Jemaat yang terkasih

Lebih terperinci

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata:

Pnt. : Biarlah orang yang takut akan TUHAN berkata: Tema : Keluarga : Bersatu Kita Teguh, Terpisah Pun Kita Kuat (1 Timotius 1 : 5) Sub Tema : Menghidupi Kasih Ibadah ini dikemas dalam bentuk ibadah keluarga. Oleh karena itu mohon diusahakan agar masing-masing

Lebih terperinci

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW. Bab I PENDAHULUAN Bab I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perusakan lingkungan hidup di planet bumi yang paling nyata adalah pengeksploitasian sumber daya alam berupa pembabatan hutan, baik untuk tujuan perluasan

Lebih terperinci

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik RESENSI BUKU Judul : Keselamatan Milik Allah Kami Penulis : Christopher Wright Penerbit : Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur Tahun : 2011 Halaman : 225 halaman Dalam buku ini Christopher Wright berupaya

Lebih terperinci

3. VOTUM PL : Ibadah ini berlangsung dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. J : (Menyanyikan) A----min, amin, a---min.

3. VOTUM PL : Ibadah ini berlangsung dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. J : (Menyanyikan) A----min, amin, a---min. TATA IBADAH MINGGU, 04 FEBRUARI 2018 (MINGGU SESUDAH EPIFANI V - HIJAU) TUHAN HADIR DI TENGAH HIDUP YANG GETIR Latihan Lagu-Lagu WARTA LISAN Pnt. : Jemaat yang terkasih, selamat pagi/siang/sore Selamat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN I Allah Tritunggal Kami percaya kepada satu Allah yang tidak terbatas, yang keberadaan-nya kekal, Pencipta dan Penopang alam semesta yang berdaulat; bahwa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 18 JUNI 2017 (MINGGU BIASA) BERSEDIA DIPILIH DAN DIUTUS

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 18 JUNI 2017 (MINGGU BIASA) BERSEDIA DIPILIH DAN DIUTUS TATA IBADAH MINGGU, 18 JUNI 2017 (MINGGU BIASA) BERSEDIA DIPILIH DAN DIUTUS Latihan Lagu-Lagu. Pembacaan Warta Lisan. Saat Hening. A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,

Lebih terperinci

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP 32. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS: VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN. A.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 Latar Belakang Permasalahan Keberadaan gereja tidak bisa dilepaskan dari tugas dan tanggung jawab pelayanan kepada jemaat dan masyarakat di sekitarnya. Tugas dan tanggung

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

Tata Ibadah Adven III

Tata Ibadah Adven III Tata Ibadah Adven III Minggu, 11 Desember 2016 Persiapan (Latihan lagu-lagu). Pembacaan warta lisan dan saat hening. Penyalaan 3 lilin Adven.» B e r h i m p u n «Ajakan Beribadah / umat duduk Menanti adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan BAB IV ANALISA DATA Ritual Jumat Agung merupakan ritual yang dilaksanakan pada hari Jumat dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan mempunyai tujuan untuk memperingati hari

Lebih terperinci

Tata Ibadah Penutupan Kegiatan Bulan Pelkes GPIB Minggu, 25 Juni 2017

Tata Ibadah Penutupan Kegiatan Bulan Pelkes GPIB Minggu, 25 Juni 2017 Persiapan Doa konsistori Tata Ibadah Penutupan Kegiatan Bulan Pelkes GPIB Minggu, 25 Juni 2017 Ungkapan Situasi & Ajakan Beribadah P.2.: Pelayanan dan Kesaksian (Pelkes) yang diwujudnyatakan melalui tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Gereja merupakan lembaga keagamaan yang ada dalam dunia ini. Sebagai sebuah lembaga keagamaan tentunya gereja juga membutuhkan dana untuk mendukung kelancaran

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI KUNCI MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI BAGI MEREKA YANG MEMBUAT KEPUTUSAN Saudara yang terkasih, pada waktu Saudara menerima Yesus Kristus menjadi Juruselamat pribadi,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 02 April 2017

GPIB Immanuel Depok Minggu, 02 April 2017 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU II PRAPASKAH Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah di hari Minggu

Lebih terperinci

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen...

.. prosesi Alkitab dibawa masuk ke dalam ruang Ibadah diiringi instrumen... TATA IBADAH HARI MINGGU XVIII SESUDAH PENTAKOSTA PERSIAPAN : Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 14 Agustus 2016

GPIB Immanuel Depok Minggu, 14 Agustus 2016 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XIII SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

Pnt. : Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? J : TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan! Sela

Pnt. : Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan? J : TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan! Sela TATA IBADAH MINGGU, 09 JULI 2017 (MINGGU BIASA) TERBUKA PADA CARA KERJA ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Setelah Penayangan Warta Lisan, Penatua mengajak Jemaat bersaat teduh dan mendaraskan

Lebih terperinci

---saat teduh--- AJAKAN BERIBADAH P2 Jemaat. Marilah berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengah-tengah persekutuan kita.

---saat teduh--- AJAKAN BERIBADAH P2 Jemaat. Marilah berdiri untuk menyambut Firman Tuhan hadir di tengah-tengah persekutuan kita. TATA IBADAH MINGGU I SESUDAH EPIFANIA Minggu, 07 Januari 2018 ----------------------------------------------------- PERSIAPAN *. Sebelum ibadah dimulai mohon HP di non aktifkan *. Doa Pribadi Warga Jemaat

Lebih terperinci

GPIB Immanuel Depok Minggu, 13 Nopember 2016

GPIB Immanuel Depok Minggu, 13 Nopember 2016 PERSIAPAN : TATA IBADAH HARI MINGGU XXVI SESUDAH PENTAKOSTA Doa Pribadi Latihan Lagu-lagu baru Doa para Presbiter di Konsistori (P.1.) UCAPAN SELAMAT DATANG P.2. Selamat pagi/sore dan selamat beribadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah

Lebih terperinci