BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1 Latar Belakang Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat sebagai hari ibadah. 1 Namun secara keseluruhan hari Minggu yang sudah menjadi hari libur internasional dan merupakan hari ibadah bagi umat kristen. Dasar teologis yang dikemukakan banyak ahli untuk praktek peribadahan hari Minggu ini diringkaskan oleh Bacchiocchi sebagai peringatan hari kebangkitan Yesus Kristus, inagurasi terhadap hari penciptaan dan harapan eskatologis tentang dunia baru melalui simbolisasi hari kedelapan. 2 Dengan dasar tersebut, maka sampai saat ini hari Minggu menjadi hari ibadah bagi Umat Kristen. Artinya setiap hari Minggu orang-orang Kristen akan mengunjungi gereja-gereja untuk melaksanakan ibadah. Secara ideal setiap gereja (jemaat) mengalami pertumbuhan dari waktu ke waktu. Pertumbuhan itu dapat dilihat dari jumlah anggota terdaftar di suatu gereja tetapi juga dapat dilihat dari jumlah pengunjung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan termasuk pada kebaktian hari minggu. Terkait dengan pengunjung kebaktian hari Minggu pada gerejagereja, ada beberapa kemungkinan yang biasa terjadi. Ada gereja yang kecenderungan pengunjung kebaktian hari Minggunya mengalami penurunan. Ada gereja yang terlihat seperti stagnan, dimana dalam beberapa tahun pengunjung kebaktian hari Minggunya terlihat tetap. Tetapi ada juga gereja yang mengalami perkembangan. 1 Kelompok ini adalah kelompok Advent Hari Ketujuh yang biasa disebut Sabbatarianisme, karena menekankan hari Sabat sebagai hari ibadah orang Kristen. Berkembang pada abad-abad pertengahan terutama di Inggris. Dikutip dari tulisan Pdt. Ferdy Suleeman, Th.M, Hari Minggu Sebagai Hari Ibadah Kristen, dalam Jurnal Penuntun Vol. 5. No. 18 Tahun 2002, p Dikutip dari Rewah Auriani Handayani, S. Th., Bedah Buku: Praktek Dan Dasar Hari Minggu Sebagai Hari Ibadah, dalam Jurnal Penuntun vol.5 NO.18, 2002, p

2 2 Salah satu gereja yang pengunjung kebaktian hari Minggunya terlihat mengalami perkembangan signifikan adalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gejayan Yogyakarta. Walaupun jemaat ini masih relatif muda karena baru menjadi jemaat dewasa yang mandiri sejak tanggal 3 Maret 2000, namun saat ini sudah menyelenggarakan tujuh kali kebaktian hari Minggu. Kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan dimulai pada tahun 1993 (saat menjadi Pos PI Gejayan GKI Ngupasan) dengan satu kali kebaktian yang dihadiri rata-rata 80 orang. Pada waktu jemaat ini ditingkatkan menjadi jemaat dewasa tahun 2000, kebaktian sudah dilaksanakan empat kali dengan rata-rata pengunjung 1000 orang. Saat ini, setelah enam tahun menjadi jemaat dewasa, GKI Gejayan telah menyelenggarakan tujuh kali kebaktian yaitu hari Sabtu jam WIB, hari Minggu jam WIB, WIB, WIB, WIB, WIB dan sekali kebaktian di Pos PI Hotel Quality jam WIB dengan rata-rata dihadiri pengunjung sekitar orang pada bulan Oktober Ini menunjukkan bahwa pengunjung kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan mengalami pertumbuhan yang pesat. Kalau dibandingkan dengan jumlah anggota jemaat yang terdaftar yaitu orang, maka jumlah pengunjung jemaat pada kebaktian hari Minggu menjadi sangat tinggi. Dari kenyataan ini maka menarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi warga jemaat sehingga memilih GKI Gejayan sebagai tempat beribadah pada hari Minggu. I.1.2 Permasalahan Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa jumlah warga jemaat yang hadir pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan sangat tinggi. Mereka yang hadir ini di antaranya adalah anggota jemaat yang terdaftar sebagai anggota jemaat, baik anggota sidi maupun anggota baptis, tetapi juga para simpatisan yang aktif atau sekedar sebagai pengunjung kebaktian biasa. Kenyataan itu tentu menimbulkan suatu pertanyaan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi atau menarik sehingga warga jemaat hadir dalam kebaktiankebaktian yang dilaksanakan oleh GKI Gejayan. 3 Lih. Diagram 1 di hal Data ini diperoleh dari Buku Daftar Anggota GKI Gejayan yaitu jumlah seluruh anggota yang pernah terdaftar sebagai anggota jemaat dikurangi jumlah anggota yang atestasi keluar dan meninggal dunia. (841 (60+24) = 757).

3 3 Ada berbagai kemungkinan yang dapat diduga sebagai faktor yang mempengaruhi tingginya kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Faktorfaktor itu antara lain : (1) letak strategis, yaitu perkembangan kota Yogyakarta yang cenderung ke daerah Utara dimana GKI Gejayan ada dan letaknya yang berdekatan dengan lembaga-lembaga pendidikan seperti universitas-universitas besar dan sekolahsekolah yang ada di Yogyakarta; (2) corak ibadah/ liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan yang menggunakan empat versi kebaktian sehingga setiap orang dapat memilih beribadah sesuai dengan corak ibadah yang disukainya; (3) pembangunan jemaat yang integral seperti dikemukakan oleh Jan Hendrik yaitu iklim, kepemimpinan, struktur, tujuan dan konsepsi identitas 5 yang telah di lakukan di GKI Gejayan; (4) citra GKI Gejayan sebagai gereja kaum muda; atau faktor yang lainnya. Faktor-faktor di atas diduga berpengaruh terhadap tingkat kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Untuk membuktikan pengaruh faktor-faktor itu maka akan dilakukan penelitian agar dapat diketahui sejauh mana faktor-faktor itu berpengaruh pada kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu. Karena menyadari bahwa tidak mungkin meneliti secara menyeluruh semua faktor itu dalam sebuah skripsi, maka dalam pembahasan ini penulis hanya akan membahas tentang pengaruh faktor liturgi terhadap kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Sehubungan dengan pembahasan itu, maka akan dibahas masalah di sekitar liturgi GKI dan juga liturgi yang dipakai pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Juga akan dibahas tentang pengelolaan empat versi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan memperhatikan kategori liturgi 6 menurut James F. White dalam pelaksanaanya; dan 5 Jan Hendriks, Jemaat Vital dan Menarik, 2002, p Kategori liturgi adalah istilah yang dipakai James F.White untuk menjelaskan bentuk-bentuk lahiriah dan kelihatan yang mengitari ibadah atau liturgi Kristen. Ibadah Kristen telah menggunakan bentuk-bentuk itu secara tetap dalam ibadahnya. Bentuk-bentuk lahiriah dan kelihatan yang dimaksud yaitu umat, iman, waktu, ruang, doa, khotbah dan musik. Sebenarnya sakramen juga merupakan bentuk yang termasuk dalam ibadah Kristen, tetapi karena sakramen bukan menjadi fokus utama sebagian besar ibadah Protestan, maka sakramen tidak dimasukkan dalam bahasan ini.

4 4 2. Sejauh manakah liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan berpengaruh terhadap kehadiran warga jemaat. Di sini liturgi kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan akan dinilai berdasarkan tujuh kategori liturgi protestan menurut James F. White. I.2. Alasan Pemilihan Judul I.2.1. Rumusan Judul Berkaitan dengan permasalahan yang sudah dikemukakan diatas, maka penulis akan membahasnya dibawah judul : Pengaruh Liturgi Terhadap Tingkat Kehadiran Warga Jemaat Pada Kebaktian Hari Minggu di GKI Gejayan. Dengan judul ini diharapkan dapat membantu penulis memberi arah pembahasan skripsi ini secara sistematis. Di dalam kalimat judul ini ada dua istilah yang perlu dijelaskan Yang pertama adalah istilah liturgi mempunyai arti yang sangat luas. Pada pembahasan ini pemakaian kata liturgi diartikan sebagai persekutuan orang Kristen yang beribadah kepada Allah. Menurut G. Riemer, Istilah ini selain sudah menjadi istilah teknis dalam ilmu Teologi yang merujuk kepada berkumpulnya jemaat untuk beribadah, tata kebaktian dan sebagainya, juga gereja masa kini biasa menamakan ibadahnya suatu liturgi ; kebiasaan ini terdapat pada banyak gereja 7. Istilah ini juga dikatakan White, dekat dengan bahasa Inggris modern liturgy 8 peribadahan. Liturgi dalam pengertian ini atau 7 G. Riemer, Cermin Injil, Edisi 2, 2002, p James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, 2002, p. 13.

5 5 adalah pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang demi manfaat orang lain. Dengan kata lain, liturgi adalah contoh sejati dari imamat semua orang percaya yang didalamnya seluruh komunitas imamat Kristen mengambil bagian. Menyebut suatu ibadah bermakna liturgis adalah untuk mengindikasikan bahwa kegiatan itu adalah sedemikaian rupa sehingga semua orang yang beribadah itu ambil bagian secara aktif dalam menyajikan ibadah mereka bersama-sama 9. Jadi pengertian liturgi dalam bahasan ini sama dengan ibadah secara keseluruhan. Yang kedua adalah istilah kebaktian. Kebaktian disini diartikan sebagai perkumpulan orang Kristen yang beribadah. Jadi kebaktian merupakan wahana dimana ibadah atau liturgi sedang dilaksanakan oleh warga jemaat yang berkumpul. I.2.2. Alasan Pemilihan Judul Alasan mengapa judul ini dibahas adalah karena fakta kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu mengalami pertumbuhan yang signifikan beberapa tahun ini. Salah satu hal yang diduga sebagai faktor yang berpengaruh adalah karena kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan dilakukan dengan empat versi yaitu : kebaktian umum biasa (dilaksanakan pada kebaktian hari Minggu jam WIB, WIB dan WIB di Pos PI Hotel Quality), kebaktian inovatif (dilaksanakan pada kebaktian hari Sabtu jam WIB), kebaktian ekspresif (dilaksanakan pada kebaktian hari Minggu jam WIB), dan kebaktian impresif (dilaksanakan pada kebaktian hari Minggu jam WIB dan WIB). Selain itu pemakaian liturgi GKI yang diputuskan pada Persidangan Majelis Sinode GKI XIV di Bali yang resminya akan diberlakukan disemua aras GKI mulai Minggu Advent I tahun 2006, namun sudah dipakai pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan sejak bulan Pebruari 2006 dengan berbagai penyesuaian di jemaat. Karena fakta ini maka tentu masalah ini menarik untuk diteliti. Penelitian terhadap masalah ini selain menarik, juga belum pernah dilakukan, sehingga merupakan bahasan yang baru apalagi dengan melihat menggunakan tujuh kategori liturgi menurut James F. White. 9 James F. White, Pengantar Ibadah Kristen, 2002, p. 14.

6 6 Penulis juga menyadari bahwa pengetahuan tentang liturgi sangatlah penting karena liturgi merupakan salah satu hal yang sentral dalam kehidupan bergereja sehingga masalah ini penting untuk dibahas. Pembahasan masalah ini juga akan membantu penulis mempersiapkan diri menjadi seorang pelayan di gereja nantinya dan bagi pihak lain yang mau meningkatkan pelayanan di jemaatnya dalam hal liturgi. I.3. Metode Penulisan I.3.1. Metode Penulisan Karena penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif maka penulisannya akan dilakukan dengan memaparkan data berupa diagram dan tabel frekuensi. Data pada diagram dan tabel frekuensi akan dijelaskan dengan menerangkan permasalahan yang ada pada angka presentase yang menonjol. Setelah itu akan diberi penafsiran terhadap data itu sehingga penjelasan mengapa persentase itu tinggi dapat diketahui. Teknis analisis data yang digunakan adalah deskriptif, yaitu dengan memakai data yang diolah dari angket yang berhasil dikumpulkan selama penelitian dilakukan, kemudian dianalisis dengan metode persentase. Penyajian data dalam bentuk persentase selanjutnya di deskripsikan dan diambil kesimpulan sesuai dengan hasil interpretasinya terhadap masing-masing komponen dan indikator berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Dengan analisis terhadap kecenderungan persentase yang tinggi maka kesimpulan dapat diambil. 10 I Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah warga jemaat GKI Gejayan Yogyakarta. Warga Jemaat yang dimaksud adalah mereka yang datang pada setiap kebaktian yang dilaksanakan di GKI Gejayan pada hari Sabtu/Minggu yaitu pada hari Sabtu jam 16.00WIB, dan hari Minggu jam 06.30WIB, 09.00WIB, 11.00WIB, WIB, WIB serta jam 10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (ed.rev.v), 2002, pp ; 30; 212.

7 WIB di Pos Kebaktian Quality Hotel. Karena yang dimaksud dengan warga jemaat dalam penelitian ini adalah mereka yang datang dalam kebaktian hari Sabtu/Minggu, maka mereka adalah anggota baptisan, anggota sidi 11 dan simpatisan. 12 Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain : a. Data sekunder yang dimiliki oleh jemaat, berupa dokumen-dokumen, warta jemaat, daftar anggota, daftar kehadiran warga jemaat dalam setiap kebaktian hari Sabtu/Minggu dan dokumen lain yang dimiliki oleh GKI Gejayan berkaitan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. b. Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh penulis yang dilakukan dengan penyebaran kuisioner dan wawancara. Data ini akan dikumpulkan selama penelitian dilaksanakan. I.3.3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data, akan dilakukan dengan teknik sebagai berikut : Pertama, untuk mendapatkan data sekunder berupa daftar anggota jemaat, daftar kehadiran warga jemaat sebelum dan selama penelitian dilaksanakan, sejarah dan liturgi, dilakukan dengan studi literatur dan statistik dari data yang dimiliki oleh GKI Gejayan, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah-masalah atau data yang ingin diketahui. Untuk mendapatkan data primer, maka dilakukan dengan 2 (dua) cara. Pertama, dengan penyebaran kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diisi oleh responden. Responden merupakan sampel dari seluruh populasi. Sampel ini didapatkan dengan teknik random 13 (dipilih secara acak). Jumlah sampel yang diperlukan adalah 5 % dari populasi. Karena jumlah pengunjung rata-rata pada tahun 2006 sekitar 2962 orang, maka sampel yang dibutuhkan adalah 5/100 x Tata Gereja GKI, Tata Dasar pasal 8, ayat 1.b. 12 Tata Gereja GKI, Tata laksana Bab XIX pasal 65, p.100. (Mereka yang aktif atau hadir dalam kegiatankegiatan jemaat termasuk kebatian hari Minggu, tetapi bukan anggota jemaat yang terdaftar di dalam buku keanggotaan serta tidak memiliki nomor induk anggota GKI Gejayan). 13 Drs. H. Nursal Luth dan Drs. Daniel Fernandez, MA, Panduan Belajar Sosiologi 2,, 1996, p.196.

8 8 = 148,10. Karena pada bulan tertentu kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan mengalami peningkatan yang tinggi misalnya bulan Oktober 2006 bisa mencapai 3599 orang maka sampel yang dibutuhkan diusahakan lebih dari 150 responden. Dengan jumlah sampel ini dapat dianggap mewakili populasi dengan asumsi bahwa warga jemaat yang hadir beribadah pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan adalah relatif homogen karena warga jemaat adalah sama. Jadi walau sampel yang relatif sedikit namun sudah dianggap dapat mewakil populasi. Kedua, untuk memperoleh informasi tentang siapa yang terlibat dalam rangkaian liturgi hari Minggu, siapa yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaannya maka akan dilakukan wawancara kepada beberapa orang yang dianggap mengetahui hal itu. I Teknik Analisa Data dan Pengolahan Data Karena penelitian ini ingin melihat bagaimana liturgi di GKI Gejayan menarik warga jemaat hadir dalam kebaktian hari Minggu, maka teknik analisa yang digunakan adalah gabungan antara kuantitatif dan kualitatif. Kuantitatif karena menyajikan data hasil penelitian berupa diagram dan tabel frekuensi dari hasil kuisioner tentang kategori-kategori liturgi pada kebaktian Hari Sabtu/Minggu di GKI Gejayan. Tetapi juga kuantitatif karena memaparkan hasil studi literatur dan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden yang dianggap mengetahui permasalahan yang dibahas. Dari Analisa yang dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif penulis akan membuat refleksi teologis dengan menggunakan kategori liturgi James F. White sebagai alat untuk mendialogkan hasil penelitian ini. Yang terakhir akan ditarik suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian. Pengolahan data kuantitatif pada tabel frekuensi dilakukan dengan dua cara. Cara yang pertama adalah membuat tabel frekuensi dari pertanyaan semi terbuka yaitu pertanyaan nomor 1 sampai nomor 13 pada kuisioner, dilakukan dengan menghitung frekuensi jawaban responden ke dalam pilihan yang sudah disediakan

9 9 termasuk jawaban yang berasal dari responden sendiri, kemudian menghitung persentase setiap pilihan itu. Cara yang kedua adalah membuat penilaian terhadap pilihan jawaban responden yang ada pada nomor 14 sampai nomor 49 kuisioner. Penilaian ini menggunakan kriteria penilaian sederhana. Pada setiap pertanyaan telah disediakan jawaban berdasarkan Skala Lima. Cara pengukurannya ialah dengan menghadapkan seorang responden dengan pertanyaan di dalam kuisioner dan responden memberikan jawaban Sangat., Membantu/Menarik/Mempengaruhi, Cukup.., Kurang, Tidak... Jawaban tersebut diberi skor 5, 4, 3, 2, 1. Sehingga pemberian skor dilakukan dengan cara sebagai berikut : Skala Lima Skor 1. Sangat (membantu/menarik/mempengaruhi) 5 2. Membantu/Menarik/Mempengaruhi 4 3. Cukup (membantu/menarik/mempengaruhi) 3 4. Kurang (membantu/menarik/mempengaruhi) 2 5. Tidak (membantu/menarik/mempengaruhi) 1 Untuk memudahkan pemberian nilai pada skor rata-rata Skala Lima, dibuat beberapa kategori, yaitu : Kategori Skala Lima Kualitas Pernyataan 4,21 5,00 Sangat (membantu/menarik/mempengaruhi) 3,41 4,20 Membantu/Menarik/Mempegaruhi 2,61 3,40 Cukup (membantu/menarik/mempengaruhi) 1,81 2,60 Kurang (membantu/menarik/mempengaruhi) 1,00 1,80 Tidak (membantu/menarik/mempengaruhi)

10 10 Untuk menghitung nilai setiap pertanyaan digunakan rumus : ( 5 x a ) + ( 4 x b ) + ( 3 x c ) + ( 2 x d ) + ( 1 x e ) N Keterangan : - a,b,c,d,e adalah jumlah frekuensi setiap kategori jawaban - N adalah jumlah sampel. Tahap selanjutnya adalah melihat pengaruh liturgi terhadap kehadiran warga jemaat dengan kerangka berfikir sebagai berikut: Liturgi kebaktian hari Minggu dapat mempengaruhi tingkat kehadiran warga jemaat pada kebaktian hari Minggu jika setiap kategori liturgi dirasakan membantu, menarik dan mempengaruhi warga jemaat. Semakin tinggi kategori-kategori liturgi dirasakan oleh warga jemaat akan semakin berpengaruh terhadap kehadiran mereka pada kebaktian hari Minggu. Dan sebaliknya, semakin rendah kategori liturgi dirasakan oleh warga jemaat akan semakin tidak berpengaruh terhadap kehadiran warga jemaat. Mengenai kategori liturgi James F. White yang berkaitan dengan kerangka berfikir ini akan dibahas pada bab II. I.4. Sistematika Penulisan Setelah penelitian ini selesai maka akan dibuat laporan dalam bentuk skripsi dengan komposisi sebagai berikut : Bab I. Pendahuluan Pada bagian ini akan dipaparkan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, Alasan pemilihan judul yang terdiri atas rumusan judul dan alasan pemilihan judul. Juga akan dikemukakan tentang metode penulisan yang terdiri atas metode penulisan dan metode pengumpulan data. Yang terakhir adalah sisematika penulisan.

11 11 Bab II. Dimensi-Dimensi Ibadah Menurut Pandangan James F. White Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tujuh kategori liturgi protestan menurut James F. White yang digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Masing-masing kategori akan dijelaskan secara singkat. Bab III. Liturgi dan Pengunjung Kebaktian Hari Minggu di GKI Gejayan Dalam bab ini akan di bahas sekilas tentang sejarah liturgi GKI dan juga liturgi GKI yang baru. Juga akan membahas liturgi kebaktian hari Minggu yang dipakai pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan dan empat versi kebaktian yang dilaksanakan di GKI Gejayan. Bab IV. Pengaruh Liturgi terhadap Kehadiran Warga Jemaat pada Kebaktian Hari Minggu di GKI Gejayan Pada bagian ini akan berisi tentang hasil penelitian yang dipaparkan dengan tabel frekuensi dan juga penilaian warga jemaat terhadap liturgi yang ada pada kebaktian hari Minggu di GKI Gejayan. Bab V. Penutup Pada bagian ini akan dilakukan refleksi teologis dan juga berisi kesimpulan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah etnik merupakan salah satu bentuk ibadah yang memberi ruang bagi kehadiran unsurunsur budaya. Kehadiran unsur-unsur budaya yang dikemas sedemikian rupa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan di kota saat ini mulai dipenuhi dengan aktivitas yang semakin padat dan fasilitas yang memadai. Kenyataan tersebut tidak dapat dipungkiri oleh gereja-gereja

Lebih terperinci

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. PERMASALAHAN I.1.1. Latar Belakang Masalah Gereja adalah perwujudan ajaran Kristus. AjaranNya tidak hanya untuk diucapkan, melainkan juga untuk diperlihatkan secara nyata di dalam

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer, BAB I PENDAHULUAN I. PERMASALAHAN I.1. Masalah Ibadah adalah salah bentuk kehidupan bergereja yang tidak terlepas dari nyanyian gerejawi. Nyanyian di dalam sebuah ibadah mempunyai beberapa fungsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap manusia memerlukan orang lain untuk saling memberi dan menerima. Hal itu menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja

BAB I PENDAHULUAN. 1986, h Afra Siauwarjaya, Membangun Gereja Indonesia 2: Katekese Umat dalam Pembangunan Gereja BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang dan Kerangka Teori. Gereja, dalam ekklesiologi, dipahami sebagai kumpulan orang percaya yang dipanggil untuk berpartisipasi dalam perutusan Kristus yaitu memberitakan

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika sebuah jemaat 1 akan mengadakan kegiatan, entah itu kebaktian umum, persekutuan kategorial, persekutuan wilayah maupun berbagai pembinaan tentulah didasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang sejati seperti yang ditegaskan oleh Rasid Rachman 1 sebagai refleksinya atas Roma 12:1, adalah merupakan aksi dan selebrasi. Ibadah yang sejati tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Berbicara mengenai gereja tentu saja ada berbagai permasalahan yang terdapat dalam setiap jemaat-jemaat, bukan hanya soal perkembangan jumlah anggota jemaat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Secara umum gereja berada di tengah dunia yang sedang berkembang dan penuh dengan perubahan secara cepat setiap waktunya yang diakibatkan oleh kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.2 Keadaan Umum Gereja Saat Ini Gereja yang dahulu hanya berfungsi dan dianggap jemaat sebagai tempat bersekutu, merasa tenang, menikmati liturgi yang menarik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja sebagai suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada Yesus Kristus 1 hadir di dunia untuk menjalankan misi pelayanan yaitu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Masalah Jemaat GKSBS Lembah Seputih merupakan jemaat yang sebagian besar pekerjaan warganya adalah di bidang pertanian. Sekelompok atau sekumpulan orang yang hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm. Bab I Pendahuluan 1. 1 Latar Belakang Masalah Selama ini di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dilakukan Perjamuan Kudus sebanyak empat kali dalam satu tahun. Pelayanan sebanyak empat kali ini dihubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tugas panggilan Gereja adalah memelihara iman umat-nya. 1 Dengan mengingat bahwa yang menjadi bagian dari warga Gereja bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah Memberitakan Injil dalam wacana kekristenanan dipandang sebagai tugas dan tanggung jawab melanjutkan misi Kristus di tengah dunia. Pemahaman

Lebih terperinci

UKDW. Bab I Pendahuluan

UKDW. Bab I Pendahuluan Bab I Pendahuluan I. A. Latar Belakang Perbedaan merupakan hal yang selalu dapat kita temukan hampir di setiap aspek kehidupan. Beberapa perbedaan yang seringkali ditemukan misalnya perbedaan suku bangsa,

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Indonesia (GKI) adalah sebuah gereja Kristen Protestan yang sudah lama berkembang dan tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Menurut pengamatan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pada umumnya dipahami bahwa warga gereja terdiri dari dua golongan, yaitu mereka yang dipanggil penuh waktu untuk melayani atau pejabat gereja dan anggota jemaat biasa.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Masyarakat Karo terkenal dengan sikap persaudaraan dan sikap solidaritas yang sangat tinggi. Namun ironisnya sikap persaudaraan dan kekerabatan yang mewarnai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Permasalahan. Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Gereja Kristen Protestan di Bali, yang dalam penulisan ini selanjutnya disebut Gereja Bali atau singkatannya GKPB, adalah salah satu dari sedikit gerejagereja

Lebih terperinci

PELAYANAN GEREJA TUHAN

PELAYANAN GEREJA TUHAN PELAYANAN GEREJA TUHAN CATATAN SISWA No. Tanggal Kirim Tulislah dengan huruf cetak yang jelas! Nama Saudara............................ Alamat. Kota,. Propinsi. Umur....... Laki-laki/perempuan............

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI) lahir pada tanggal 30 Mei 1959 di Tanjung Lapang, Kecamatan Malinau, Kabupaten Bulungan, Propinsi Kalimantan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini, di berbagai tempat di dunia, terkhusus di Indonesia, terjadi perubahan yang cukup mencolok dalam partisipasi jemaat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk

BAB I. Pendahuluan UKDW. atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk BAB I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Gereja ada dan eksis di dunia ini bukan untuk dirinya sendiri, juga bukan atas kemauannya sendiri. Namun, gereja dihadirkan oleh Allah untuk melaksanakan misi-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika Tuhan Yesus naik ke surga, Ia memberikan mandat kepada seluruh murid untuk pergi ke seluruh dunia dan menjadikan semua bangsa menjadi muridnya (Matius

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti

Lebih terperinci

Minggu, 19 November 2017

Minggu, 19 November 2017 Minggu, 19 November 2017 SALAM KASIH DALAM KRISTUS YESUS Segenap Pengurus Gereja mengucapkan Selamat datang dan selamat beribadah kepada seluruh Jemaat Kami menyambut dengan penuh sukacita bagi Saudara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seperti diketahui bersama bahwa dalam kehidupan orang Kristen saat ini, gereja adalah sebuah identitas yang sangat penting bagi orang-orang percaya kepada

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dilihat secara objektif, gereja merupakan suatu institusi yang di dalamnya terjadi perjumpaan antara manusia dengan Allah. Manusia berjumpa dengan keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan Kristiani (PK) merupakan suatu proses pengajaran tentang kekristenan. 1 Dalam prosesnya, PK membutuhkan ruang untuk menjalankan aktivitasnya.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia tentunya memiliki keunikan di dalam kepribadian dan karakternya masingmasing. Di dalam kepelbagaian kepribadian yang unik dan berbeda, disitulah

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Agama Kristen merupakan salah satu agama yang berkembang di Indonesia. Perkembangan agama Kristen dapat kita lihat dari pertumbuhan gereja-gereja yang semakin banyak

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

1. LATAR BELAKANG MASALAH

1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia dalam kehidupannya memiliki banyak kebutuhan, antara lain : kebutuhan untuk diperhatikan, mendapatkan bimbingan, pemeliharaan, asuhan, penghiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung. BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Gereja 1 dipahami terdiri dari orang-orang yang memiliki kepercayaan yang sama, yakni kepada Yesus Kristus dan melakukan pertemuan ibadah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang terpanggil dan dihimpun oleh Allah Bapa, keluar dari kegelapan menuju kepada Yesus Kristus

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja merupakan kepanjangan tangan dari Allah di dunia ini. Dunia memiliki konteks dimana ia hidup, sehingga kenyataan ini membuat Gereja harus memperhatikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

2

2 Pk. 17.00 WIB 2 3 4 5 6 7 8 9 PELAYANAN BAPTISAN KUDUS DEWASA, BAPTIS ANAK, PENGAKUAN PERCAYA (SIDI), PENERIMAAN ANGGOTA & PEMBARUAN PENGAKUAN PERCAYA PENGANTAR PF : Dalam kebaktian hari ini akan dilayankan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

UKDW BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada jaman sekarang, tidak dapat dipungkiri bahwa Gereja berada di tengah-tengah konteks yang kian berubah dan sungguh dinamis. Hal tersebut tampak jelas

Lebih terperinci

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah (Suatu Kajian Sosio-Teologis mengenai Pemahaman Jemaat GMIT Kota Baru tentang Himne GMIT) Bagian I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja dalam melaksanakan tugas dan panggilannya di dunia memerlukan beberapa alat pendukung, contohnya: kepemimpinan yang baik, organisasi yang ditata dengan

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat-syarat dalam Menyelesaikan Stratum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah 9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE

BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA. Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE BAB I PENGORGANISASIAN BAGIAN PERTAMA GEREJA Pasal 1 LOGO, MARS, DAN HYMNE (1) Logo GKJ adalah hasil keputusan Sidang Sinode XIX GKJ tahun 1989 di Manahan, Surakarta. (gambar dan makna Logo terlampir).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tentunya memiliki masalah dan pergumulannya masing-masing. Persoalan-persoalan ini mungkin berkaitan dengan masalah orang per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam organisasi 1 setiap individu mendapatkan peranan. Paling tidak ada dua peran individu dalam organisasi, yaitu peran sebagai pemimpin dan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum Emeritasi merupakan istilah yang tidak asing di telinga kita. Dalam dunia pendidikan kita mengetahui adanya profesor

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sejak manusia pertama (Adam) jatuh ke dalam dosa, seperti dikisahkan pada kitab Kejadian dari Alkitab Perjanjian Lama, maka pintu gerbang dunia terbuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terciptanya kepuasan dari konsumen dapat memberikan beberapa. manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan konsumen menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Terciptanya kepuasan dari konsumen dapat memberikan beberapa. manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan konsumen menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Terciptanya kepuasan dari konsumen dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dan konsumen menjadi harmonis, memberikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Republik Indonesia mengakui ada 6 (enam) agama di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Keenam agama tersebut juga merupakan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda Bab I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar belakang masalah Dalam kehidupan sosial, akan terdapat keberagaman di dalam masyarakat. Ada keberagaman golongan, suku, dan agama. Keberagaman bukanlah sebuah

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah

Bab I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut juga berimbas kepada Gereja. Menurut Tata Gereja GKJ, Gereja adalah 1 Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pemikiran dan ilmu pengetahuan selalu mengalami perubahan. Dunia di sekitarnya juga turut merasakan perubahan tersebut, terutama mempengaruhi pola pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

Menjadi Anggota Masyarakat Gereja

Menjadi Anggota Masyarakat Gereja Menjadi Anggota Masyarakat Gereja Chee Kim adalah seorang anak yatim piatu. Meskipun ia baru berusia enam tahun, ia hidup sebagai gelandangan di kota Hong Kong. Ia tidak mempunyai keluarga. Pada suatu

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Umum Metodologi penelitian merupakan suatu cara peneliti bekerja untuk memperoleh data yang dibutuhkan yang selanjutnya akan digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan Bab 4 Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan 4.1. Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil tinjauan kritis atas penelitian yang dilakukan di GKMI Pecangaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Jemaat merupakan bidang yang baru dalam kekristenan, baik Protestan maupun Katolik dan masuk ke dalam ranah teologi praktis, di mana terjadi adanya perpindahan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pendampingan dan konseling pastoral adalah alat-alat berharga yang melaluinya gereja tetap relevan kepada kebutuhan manusia. 1 Keduanya, merupakan cara

Lebih terperinci

TATA GEREJA PEMBUKAAN

TATA GEREJA PEMBUKAAN TATA GEREJA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya gereja adalah penyataan Tubuh Kristus di dunia, yang terbentuk dan hidup dari dan oleh Firman Tuhan, sebagai persekutuan orang-orang percaya dan dibaptiskan ke

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN

BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN BAB 4 TINJAUAN TEOLOGIS GEREJA TERHADAP SISTEM HIERARKI GEREJA BALA KESELAMATAN Dalam Bab IV ini penulis akan memaparkan analisa berkaitan dengan teori-teori yang sudah dikemukakan dalam Bab II dan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode atau cara penelitian guna pendekatan yang nantinya akan digunakan untuk memecahkan masalah. Adapun metode

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Katekisasi merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan kristiani yang dilakukan oleh gereja. Istilah katekisasi berasal dari kerja bahasa Yunani: katekhein yang

Lebih terperinci

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian BAB III Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB 1. Sejarah Singkat GPIB GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian dari GPI (Gereja Protestan Indonesia) yang dulunya bernama

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar belakang permasalahan

BAB I. A. Latar belakang permasalahan BAB I A. Latar belakang permasalahan Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia mendambakan dirinya selalu sehat agar bisa melakukan segala aktivitasnya tanpa adanya

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Nama Tsang Kam Foek (untuk seterusnya penyusun akan menyebut beliau dengan nama Tsang To Hang 1 ) tentunya tidak dapat dilepaskan dari sejarah pekabaran Injil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menaklukkan Jayakarta dan memberinya nama Batavia 1. Batavia dijadikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Belanda datang ke Indonesia pertama kali pada tahun 1569 dan melabuhkan kapalnya di pelabuhan Banten. Pada tahun 1610 mereka membangun benteng sebagai tempat pertahanan

Lebih terperinci

GEREJA HKBP DI SEMARANG

GEREJA HKBP DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA HKBP DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : JOSUA B. SIHOTANG L2B 005

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci