III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

dokumen-dokumen yang mirip
Teori Dasar Medan Gravitasi

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Fisika Dasar I (FI-321)

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

Gambar 4.3. Gambar 44

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

II. KINEMATIKA PARTIKEL

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

INTERPRETASI BAWAH PERMUKAAN SISTEM PANAS BUMI DIWAK DAN DEREKAN BERDASARKAN DATA GRAVITASI

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

Gerak melingkar beraturan

PEMODELAN ZONA SESAR OPAK DI DAERAH PLERET BANTUL YOGYAKARTA DENGAN METODE GRAVITASI

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

Talk less... do more...!!!!!

Fisika Dasar I (FI-321)

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB II METODA GEOLISTRIK

Konsep energi potensial elektrostatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dari r = ke r = r A Seperti digambarkan sbb :

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

Studi Pemrosesan dan Visualisasi Data Ground Penetrating Radar

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

Fisika Dasar I (FI-321)

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

FIsika KTSP & K-13 HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI. K e l a s A. HUKUM GRAVITASI NEWTON

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

Gelombang Elektromagnetik

1 Sistem Koordinat Polar

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah.

Mekanika Fluida 1. (Courtesy of Dr. Yogi Wibisono)

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

MODUL FISIKA SMA IPA Kelas 11

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb:

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi

MEDAN LISTRIK STATIS

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

HUKUM GRAVITASI NEWTON

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III RANCANGAN PENELITIAN. tujuan utama yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

III. METODE PENELITIAN

BAB 7 Difraksi dan Hamburan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor

USAHA DAN ENERGI USAHA DAN ENERGI. Usaha. r r. Usaha dalam pengertian di Fisika sebanding dengan gaya dan perpindahan

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Integral Garis

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Transkripsi:

14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel yang mempunyai massa m1 dan m dengan jaak antaa kedua titik pusat patikel tesebut adalah (Gant, 1965): dimana : m1m F( ) G ˆ (1) F = Gaya antaa benda m1 dan m G = konstanta gavitasi = (6,67 x 10-11 m 3 /kg s ) = jaak antaa m1 dan m m1 F1 F1 m Gamba 5. Gaya taik menaik antaa dua benda (Sutopo, 008) Gaya pesatuan massa dai m1 tehadap suatu patikel yang mempunyai jaak dai m1 disebut medan gaya beat dai patikel m1 yang besanya:

15 m1 E( ) G ˆ () dimana : G = Konstanta gavitasi = 6,67 x 10-11 Nm /kg Gaya pesatuan massa pada sembaangan titik bejaak dai m1, didefinisikan sebagai kuat medan gavitasi m1, dan diungkapkan : E Gm 1 ˆ Jika m1 adalah massa bumi (M), gavitasi yang disebabkan oleh bumi (gayabeat di pemukaan bumi) adalah pecepatan gavitasi bumi, yang biasa dibei simbol g, maka: g E M R ˆ G dimana : M R = massa bumi = jai-jai bumi Medan gavitasi adalah medan konsevatif dan dapat dinyatakan sebagai gadien dai suatu fungsi potensial skala U() : E VU dimanau GM adalah meupakan potensial gavitasi m1 R Potensial gavitasi di suatu titik pada uang besifat penjumlahan, sedang potensial gavitasi dai suatu distibusi massa yang kontinu di suatu titik P di lua distibusi massa tesebut meupakan suatu bentuk integal. Jika massa tedistibusi secaa kontinu dengan densitas di dalam bentuk volume V, maka potensial gavitasi pada sembaang titik P di lua benda adalah :

16 U P 0 G d 0 3 0 (3) dengan o z 0 0 0 cos x x y y0 z 0 0 = vekto posisi elemen masa = vekto posisi pengamat Jika integal volume pada pesamaan diatas diambil untuk seluuh bumi, maka akan dipeoleh potensial gayabeat bumi diuang bebas, sedang medan gavitasinya dipeoleh dengan mendifeensialkan potensial gayabeat tesebut. E U P Untuk pecepatan gayabeat bumi : g z E U G P z U P 3 0 z0 zd 0 x x y y z z v 0 0 0 3/ Dai pesamaan di atas tampak bahwa pecepatan gayabeat g dipemukaan bumi bevaiasi dan haganya tegantung pada distibusi massa di bawah pemukaan. Sebagaimana ditunjukkan oleh fungsi densitas dan bentuk bumi yang sebenanya sebagaimana ditunjukkan oleh batas integal.satuan g dalam CGS adalah gal (1 gal = 1 cm/s ). Dalam kenyataannya bentuk bumi tidak bulat sempuna, tetapi bebentuk elipsoid (agak pepat pada kutubnya). Dengan demikian vaiasi gayabeat di setiap titik pemukaan bumi dipengauhi oleh 4 fakto yaitu:

17 1. Lintang. Topogafi 3. Pasang suut 4. Vaiasi apat massa bawah pemukaan B. Potensial Gayabeat Potensial pada suatu titik dalam suatu medan gayabeat didefinisikan sebagai enegi yang digunakan untuk memindahkan satu satuan massa dai suatu titik (titik awal) ketitik lainnya (titik akhi). Lintasan yang diambil tidak mepengauhi keja yang dilakukan atau besifat konsevatif sehingga hanya begantung pada titik awal dan titik akhinya saja. Potensial gayabeat dapat dinyatakan sebagai fungsi pontensial skala U() yaitu: E() U( ) (4) dengan U() meupakan potensial medan gayabeat dan potensial total gayabeat di suatu titik dapat didefinisikan sebagai beikut: U( ) gd Gm 1 d m G 1 (5) Potensial total gayabeat besifat penjumlahan sedangkan potensial gayabeat oleh distibusi massa yang kontinu atau benda bedimensi yaitu dalam uang bevolume V dengan apatmassa yang konstan ditunjukkan pada Gamba 6.

18 Z P (x,y,z) dm Y X Gamba 6. Potensial dan kuat medan massa tiga dimensi (Sutopo, 008) Gamba 6 menujukkan sebuah massa tiga dimensi dengan bentuk sembaang, dimana potensial dan kuat medan gayabeat di titk P dapat dihitung dengan jalan membagi massa m menjadi elemen-elemen kecil dm kemudian diintegasikan untuk mempeoleh efek totalnya. Besanya potensial pada sembaang titik P di lua benda bevolume V adalah potensial dai elemen massa dm bejaak dai titik P, yaitu: du dm Gdxdydz G (6) dimana : = densitas = x y z Potensial di titik P kaena pengauh massa total m adalah: U G 1 dxdydz (7) x y z

19 Dai pesamaan tesebut, medan gayabeat g di pemukaan bumi mempunyai nilai yang bevaiasi tegantung pada distibusi massa di bawah pemukaan sepeti yang dinyatakan dalam fungsi densitas dan batas integasi yang beupa volume. C. Koeksi-koeksi Gayabeat C.1 Koeksi pasang suut Pecepatan gavitasi di pemukaan bumi di samping dipengauhi oleh adanya gaya taik bumi juga dipengauhi oleh gayataik matahai dan bulan, sehingga untuk mendapatkan pecepatan gayabeat yang akuat haus mempehitungkan pengauh dai gaya taik bulan dan matahai yang seing disebut dengan koeksi pasang suut. Besanya koeksi pasang suut dapat diuku langsung dengan menggunakan Gavimete secaa peiodik maupun hitungan dengan menggunakan kompute bedasakan peumusan Longman (1969). C. Koeksi dift (Apungan) Koeksi dift adalah koeksi yang dilakukan sebagai akibat adanya pebedaan pembacaan haga gayabeat dai stasiun yang sama pada waktu yang bebeda yang disebabkan oleh adanya goncangan pada pegas selama poses pengukuan dai stasiun satu ke stasiun lain. Jadi koeksi dift dapat diatikan sebagai koeksi yang disebabkan kaena sifat alat itu sendii yang selalu menunjukkan peubahan haga setiap waktu. Secaa matematik koeksi dift dapat dinyatakan sebagai beikut:

0 t DA t A t t t 0 0 x( C C ) 0 t (8) dimana : DA ta t0 tt C0 = koeksi dift pada titik pengamatan (station) A = waktu pembacaan pada titik pengamatan (station) A = waktu pengukuan awal di Base Station = waktu pengukuan akhi di Base Station = Haga pembacaan (counte eading) pengukuan awal di Base Station Ct = Haga pembacaan (counte eading) pengukuan akhi di Base Station C.3 Koeksi lintang (Latitude Coection) Telah diketahui bahwa bentuk bumi tidaklah bulat sempuna akan tetapi bebentuk sfeoid dengan pepat pada kedua kutubnya, sehingga besanya haga gavitasi di kutub dan di khatulistiwa tidak sama. Dengan adanya pebedaan ini maka, koeksi lintang sangat mempengauhi besa gayabeat di suatu daeah.dalam penelitian ini digunakan koeksi lintang dai Intenational Assosiation of Geodesy System (IAG.1967) dengan umusan (Blakely, 1955) yaitu: g 978031.846 1 0.005304sin 0.0000058sin (9) n a Kutub b Gais nomal Equato l Gamba 7. Elipsoid sebagai bentuk bumi (Sutopo, 008)

1 C.4 Koeksi udaa bebas (Fee Ai Coection) Koeksi udaa bebas adalah koeksi yang digunakan untuk menghilangkan pebedaan haga gayabeat yang disebabkan oleh pengauh ketinggian antaa pengamatan dengan titik datum efeensi.pada koeksi udaa bebas hanya mempehitungkan elevasi antaa titik pengamatan dengan titik datum efeensi dengan mengabaikan massa di antaanya. Besa koeksi udaa bebas ini adalah: KUB = 0,3086 h mgal (10) dimana : h KUB = ketinggian titik amat = koeksi udaa bebas P h Po Geoid Gamba 8. Titik amat P pada ketinggian h tehadap pemukaan acuan (Sutopo, 008) C.5 Koeksi Bougue (Bougue Coection) Setelah dikoeksi oleh udaa bebas maka pengauh tinggi endah bisa dihindai, namun dengan adanya bukit dan juang yang tesusun oleh mateial, maka pengauh massa dai mateial tesebut haus dipehitungkan. Pehitungan ini disebut koeksi bougue. Koeksi ini mempehitungkan efek massa yang ada di

atas maupun di bawah bidang efeensi. Misalkan, jika suatu titik amat beada di atas slab (bidang data) yang luas maka distibusi massa luasan tesebut akan mempebesa pengukuan gayabeat di titik tesebut. Untuk menuunkan koeksi bougue didekati dengan anggapan bahwa slab suatu luasan hoizontal yang tak behingga dengan apat massa dan ketebalan yang unifom. KB = G z mgal (11) = 0.04193 h (mgal) dimana : = apat massa (densitas) Bougue (kg/m 3 ) z = ketinggian titik amat (mete) G = konstanta gaya beat (6.67 x 10-11 m 3 /kg s ) KB = Koeksi Bougue (mgal) C.6 Koeksi medan (Teain Coection) Pada koeksi bougue kita menganggap pemukaan lempeng di atas bidang acuan adalah ata, akan tetapi pada kenyataannya tidak demikian melainkan belembah dan begunung-gunung sehingga tidak mewakili keadaan yang sebenanya. Adanya lembah akan, menguangi nilai pecepatan gayabeat di titik uku, demikian dengan adanya bukit mengakibatkan bekuangnya pecepatan gayabeat di titik uku kaena pengauh adanya massa bukit. C.7 Anomali Bougue (Bougue Anomaly) Anomali Bougue di suatu titik amat dapat didefinisikan sebagai penyimpangan haga gayabeat pengamatan (gobs) tehadap gayabeat nomal teoitis. Besanya haga gayabeat nomal di titik tesebut dipekiakan dai haga gayabeat nomal

3 dengan memasukkan nilai koeksi udaa bebas, koeksi ketinggian dan koeksi medan. Jika seluuh koeksi tesebut telah dihitung maka besanya anomali Bouguenya adalah: dimana: g g ( g KUB KB KM ) (1) obs n g gobs gn = Anomali Bougue = Pecepatan gayabeat teamati = Pecepatan gayabeat setelah dikoeksi lintang KUB = Koeksi udaa bebas KB KM = Koeksi Bougue = Koeksi Medan Nilai anomali ini meupakan haga anomali Bougue di titik pengamatan pada ketinggian h dan meupakan anomali kumulatif akibat semua penyebab anomali yang beada di bawah ketinggian titik amat. D. Analisis Spektum Analisis spektum dilakukan untuk mengestimasi leba jendela (digunakan pada moving aveage) seta estimasi kedalaman anomali gayabeat. Analisis spektum dilakukan dengan caa mentansfomasi Fouie lintasan yang telah ditentukan pada peta kontu Anomali Bougue Lengkap. Secaa umum, suatu tansfomasi Fouie adalah menyusun kembali/menguai suatu bentuk gelombang sembaang ke dalam gelombang sinus dengan fekuensi bevaiasi dimana hasil penjumlahan gelombang-gelombang sinus tesebut adalah bentuk gelombang aslinya (Kadi,

4 00). Untuk analisis lebih lanjut, amplitudo gelombang-gelombang sinus tesebut didisplay sebagai fungsi dai fekuensinya. Secaa matematis hubungan antaa gelombang s(t) yang akan diidentifikasi gelombang sinusnya (input) dan S(f) sebagai hasil tansfomasi Fouie dibeikan oleh pesamaan beikut : j ft S( f ) s( t) e dt (13) dimana j 1 Pada metoda gayabeat, spektum dituunkan dai potensial gayabeat yang teamati pada suatu bidang hoizontal dimana tansfomasi Fouienya sebagai beikut (Blakely, 1996) : 1 F( U) F dan dimana, U = potensial gayabeat = konstanta gayabeat ' k z0 z 1 e F (14) k = anomali apat massa = jaak sehingga pesamaannya menjadi : ' k z0 z e F( U) (15) k Bedasakan pesamaan 1, tansfomasi Fouie anomali gayabeat yang diamati pada bidang hoizontal dibeikan oleh : 1 F( g z ) F z 1 F z k z0 z ' F( g z ) e (16) dimana gz = anomali gayabeat z 0 = ketinggian titik amat

5 k = bilangan gelombang z = kedalaman benda anomali Jika distibusi apat massa besifat andom dan tidak ada koelasi antaa masingmasing nilai gayabeat, maka = 1, sehingga hasil tansfomasi Fouie anomali gayabeat menjadi : A k z ' 0 z C e (17) dimana A = amplitudo dan C = konstanta Estimasi leba jendela dilakukan untuk menentukan leba jendela yang akan digunakan untuk memisahkan data egional dan esidual. Untuk mendapatkan estimasi leba jendela yang optimal dilakukan dengan caa menghitung logaitma spektum amplitudo yang dihasilkan dai tansfomasi Fouie pada pesamaan 1 sehingga membeikan hasil pesamaan gais luus. Komponen k menjadi bebanding luus dengan spektum amplitudo. Ln A ( z 0 z' ) k (18) Dai pesamaan gais luus di atas, melalui egesi linie dipeoleh batas antaa ode satu (egional) dengan ode dua (esidual), sehingga nilai k pada batas tesebut digunakan sebagai penentu leba jendela. Hubungan panjang gelombang () dengan k dipeoleh dai pesamaan (Blakely, 1996): k ( N 1) x (19) dimana N = leba jendela, maka didapatkan nilai estimasi leba jendela.

6 Zona egional Ln A Zona esidual Zona noise Batas zona egional-esidual k Gamba 9. Kuva Ln A tehadap k (Blakely, 1996) Untuk estimasi kedalaman didapatkan dai nilai gadien pesamaan gais luus dai masing-masing zona. E.Teknik Gadien Intepetasi anomali gayabeat membeikan hasil yang tidak unik yaitu untuk satu penampang anomali gayabeat dapat membeikan hasil yang beagam (sifat ambiguity). Untuk menguangi ambiguitas dai hasil intepetasi anomali gayabeat maka dikembangkan bebeapa teknik. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai teknik gadien yaitu gadien vetikal dan hoizontal dai anomali gayabeat untuk membantu analisis dan intepetasi anomali gayabeat. E.1 Gadien Hoisontal Gadien hoisontal anomali gayabeat adalah peubahan nilai anomali gayabeat dai satu titik ke titik lainnya secaa hoisontal dengan jaak tetentu. Gadien hoisontal cendeung memiliki kaakteistik yang baik untuk menunjukkan tepi

7 dai suatu benda anomali, sehingga teknik gadien hoisontal sangat baik untuk mendeteksi batas hoisontal dai data gayabeat. Teknik gadien hoisontal ini dapat digunakan untuk mendeteksi stuktu geologi dalam maupun dangkal. Amplitudo dai gadien hoisontal adalah sebagai beikut (Codell and Gauch, 1985): HG g x g y (0) Fist Hoizontal Deivative (FHD) dan Second Hoizontal Gadien (SHD) menggunakan umus sebagai beikut : g g FHD (1) x y Untuk model dalam bentuk penampang hanya dalam aah x, maka umus FHD menjadi lebih paktis, yaitu : g FHD () x dan SHD : g SHD x (3) dimana g x dan g y meupakan tuunan hoizontal gayabeat pada aah x dan y.

8 Gamba 10. Anomali gayabeat dan gadien hoisontal pada model tabula (Blakely, 1996) E. Gadien Vetikal Analisis stuktu menggunakan second vetical deivative dapat digunakan untuk mendeteksi jenis stuktu cekungan atau intusi dan patahan tuun atau patahan naik. Secaa teoitis teknik second vetical deivative dituunkan dai pesamaan Laplace s untuk anomali gayabeat di pemukaan yang dibeikan sebagai beikut : g = 0 atau g g g + + = 0 x y z (4) sehingga second vetical deivative dibeikan oleh : g g g z x y (5) Untuk data 1-D (data penampang) pesamaannya menjadi : g g z x (6)

9 Pesamaan (5) menunjukkan second vetical deivative (SVD) dai suatu anomali gayabeat pemukaan adalah sama dengan negatif dai second hoizontal deivative (SHD). Gamba 11. Analisis stuktu cekungan dan intusi menggunakan SVD dai anomali gayabeat (Reynold, 1997) Dai espon pada Gamba 11 didapatkan kaakteistik : 1. Untuk cekungan atau patahan tuun belaku : g g z z maks min. Untuk intusi atau patahan naik belaku : g g z z maks min (7) (8)