BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik (Uji skoring) Produk yang Diuji : Baso Kerang Darah Nama Panelis : Tanggal Uji :

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

PERAN CHITOSAN SEBAGAI PENGAWET ALAMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK BAKSO AYAM SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Penulis berharap agar tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan informasi didalamnya.

Lampiran 1. Skema Pembuatan Tepung Ikan Nila menurut Dwiyitno (1995), yang dimodifikasi

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

4. PEMBAHASAN Analisa Sensori

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Daya Ikat Air Bakso Ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman dalam Air Perasan Jeruk

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Total Bakteri Probiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

Pengaruh Penambahan Tepung Tulang Ikan Tuna terhadap Karakteristik Hedonik Kue Bagea Khas Gorontalo

Lampiran 1. Produksi dan Nilai Ikan Jangilus per Bulan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Tahun 2012

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Cempedak Terhadap Kualitas Fisik Dan Organoleptik. Proses fermentasi tempe dimulai dari fase pertumbuhan cepat (0-30 jam

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Parameter

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengunakan ikan nike sebanyak 3 kg, fluktuasi suhu yang diperoleh pada ruang pengering antara

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Mi Kering Non Terigu Cooking Time

PENGARUH PEMBERIAN TELUR ITIK DENGAN KONSENTRASI BERBEDA TERHADAP MUTU BAKSO BELUT (Monopterus albus) ELITA

I. PENDAHULUAN. dan dikenal dengan nama latin Cucurbita moschata (Prasbini et al., 2013). Labu

Ulangan 1 Ulangan 2 (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENAMBAHAN TELUR IKAN NILEM TERHADAP TINGKAT KESUKAAN PRODUK OLAHAN STICK. The Addition of Sharkminow s Eggs on Preference of Stick Product

I. PENDAHULUAN. dan bumbu-bumbu yang dibentuk bulat seperti kelereng dengan bera gram

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang diijinkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. nucifera ) Terhadap Jumlah Total Bakteri (TPC) dan Kadar Protein pada Ikan Gurami (Ospronemus gouramy)

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit pada konsumen (Silalahi, 2006). Salah satu produk yang. makanan ringan, jajanan atau cemilan. Makanan ringan, jajanan atau

31 untuk perhitungan rendeman memiliki berat sebesar gram. Rendemen ikan tubuh layaran dihitung dengan cara persentase perbandingan dari bagian

Pengaruh Lama Pengasapan Yang Berbeda Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Air pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis ) Asap

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air

POTENSI TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DALAM PEMBUATAN KUKIS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TEMPE. Riau. Riau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

Keywords : Fish Protein Concentrate, Pangasius hypophthalmus, Hump Banana Nugget, Consumer Acceptance and Chemical Composition

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

PENGARUH LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU DODOL RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb). 1.1 Uji Lipat Uji lipat (folding test) merupakan bentuk pengujian fisik untuk mengetahui tingkat kekenyalan suatu produk. Kekenyalan merupakan gaya yang diperlukan untuk kembali ke bentuk semula (Ranggana 1986 dalam Afriwanty 2008) dan merupakan salah satu parameter penentu mutu baso kerang darah. Muljanah et al. (1986) mengatakan bahwa baso ikan yang disukai konsumen umumnya memiliki tingkat kekenyalan dengan kriteria cukup kenyal sampai sangat kenyal. Berdasarkan Tabel 7 berikut, nilai rata-rata kekenyalan baso kerang darah yang ditambahkan tepung tapioka, berkisar antara 2 hingga 4 yang berarti kekenyalan baso tersebut berkisar antara kurang kenyal hingga kenyal. Nilai ratarata terendah, yaitu 2 terdapat pada baso kerang darah yang ditambahkan tepung tapioka 5%, sedangkan nilai rata-rata tertinggi, yaitu 4 terdapat pada baso kerang darah yang ditambahkan tepung tapioka 15%. Tabel 1. Nilai Rata-rata Kekenyalan Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka Penambahan Tepung Tapioka (%) Rata-rata 5 2 c 7,5 3 b 10 3 b 12,5 3 b 15 4 a menunjukkan ada perbedaan yang nyata menurut uji perbandingan pada tingkat kesalahan 15%.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa penambahan tepung tapioka berdasarkan uji lipat baso kerang darah, penambahan 15% berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil pengamatan menunjukan bahwa dalam penelitian yang dilakukan pada penambahan 5% hingga 15% menghasilkan penambahan 15% adalah yang paling baik. Hal ini disebabkan tepung tapioka memiliki komponen amilosa yang berfungsi dalam daya serap air dan kesempurnaan proses gelatinisasi produk (Hidayat dkk. 2007). Fungsi penggunaan tepung tapioka dalam pembuatan baso adalah sebagai bahan pengental dan pengikat adonan, sehingga akan terbentuk tekstur baso yang baik. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wibowo (1999) yang menyatakan bahwa untuk menghasilkan baso yang lezat dan bermutu tinggi, maka jumlah tepung yang digunakan sebaiknya paling banyak adalah 15%. Berdasarkan sifat fisiokimia dan reologinya dapat memperkuat penjelasan bahwa jumlah tepung tapioka rendah memiliki tingkat kerapuhan yang tinggi. 1.2 Uji Organoleptik Karakteristik organoleptik merupakan salah satu parameter yang penting untuk mengetahui tingkat penerimaan panelis terhadap suatu produk makanan. Uji organoleptik dilakukan dengan menggunakan uji hedonik didukung juga dengan metode bayes dan uji skoring. Adapun parameter karakteristik organoleptik yang diamati adalah kenampakan, aroma, tekstur dan rasa. 1.2.1 Uji Hedonik a) Kenampakan Kenampakan merupakan karakteristik pertama yang dapat dinilai pertama kalinya oleh konsumen. Penilaian kenampakan ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan panelis yang dinilai dari kenampakan permukaan, keutuhan, kerapihan, dan warna baso. Nilai rata-rata uji hedonik terhadap kenampakan baso kerang darah disajikan pada Tabel 8.

Tabel 2. Nilai rata-rata kesukaan terhadap Kenampakan Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka Penambahan Tepung Tapioka(%) Median Rata-rata 5 7 6,33 a 7,5 7 5,93 a 10 7 6,87 a 12,5 7 6,33 a 15 7 5,80 a menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada tingkat kesalahan 15%. Penilaian panelis pada kenampakan baso kerang darah mempunyai nilai rata-rata berkisar antara 5,80 hingga 6,87. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap kenampakan baso kerang darah terendah sebesar 5,80 pada perlakuan penambahan tepung tapioka 15%, sedangkan penilaian tertinggi sebesar 6,87 pada perlakuan penambahan tepung tapioka 10%. Tingginya angka rata-rata kesukaan terhadap baso kerang darah dengan penambahan tepung tapioka 10% disebabkan oleh adanya titik temu antara kecerahan dan kepadatan produk. Hasil perhitungan statistik dengan nilai rata-rata tersebut pada taraf 15% tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dari semua perlakuan dengan nilai median 7 (suka) yaitu warna cokelat, agak cerah bentuk bulat agak beraturan, berongga halus dikarenakan kenampakan baso yang tidak terlalu berbeda jauh. Hal ini disebabkan tapioka memberikan warna terang pada produk. Tapioka telah banyak digunakan sebagai sumber karbohidrat atau sebagai pengental (Somaatmadja 1984). Tapioka sering digunakan dalam pembuatan baso ikan karena disamping harganya yang murah juga memberikan warna transparan/netral pada produk (Redley 1976 dalam Erdiansyah 2006), sehingga dari semua perlakuan penambahan tepung tapioka hingga 15% menunjukan kenampakan warna yang tidak berbeda nyata.

b) Aroma Aroma merupakan parameter yang mempengaruhi mutu suatu produk olahan. Aroma atau bau makanan dapat menentukan kelezatan bahan makanan tersebut. Pada umumnya, bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan perpaduan empat bau utama yaitu harum, asam, tengik, dan hangus (Winarno 1997). Nilai rata-rata uji hedonik terhadap aroma baso kerang darah disajikan pada Tabel 9. Tabel 3. Nilai Rata-rata Kesukaan Terhadap Aroma Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka Penambahan Tepung Tapioka(%) Median Rata-rata 5 5 5,27 a 7,5 5 5,40 a 10 5 6,20 a 12,5 7 6,20 a 15 5 5,67 a menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada tingkat kesalahan 15%. Penilaian panelis pada aroma baso kerang darah mempunyai nilai rata-rata berkisar antara 5,27 hingga 6,20. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma baso kerang darah terendah sebesar 5,27 pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5%, sedangkan penilaian tertingi sebesar 6,20 pada perlakuan penambahan tepung tapioka 10% dan 12,5%. Hasil uji statistik tidak menunjukan perbedaan yang nyata tehadap tingkat kesukaan panelis pada taraf 15% walaupun nilai median berkisar anatara 5 (biasa) hingga 7 (suka). Nilai median tertinggi terdapat pada perlakuan penambahan tepung tapioka 12,5%. Penambahan tepung tapioka 5% memberikan aroma yang tidak terlalu spesifik bau khas kerang darah pada baso yang dihasilkan, sedangkan penambahan tepung tapioka 12,5 % memberikan aroma harum yang spesifik khas kerang darah. Hal ini bertolak belakang dengan teori Redley yang menyatakan

bahwa tepung tapioka memberi aroma yang tidak berbau (netral) (Redley 1976 dalam Erdiansyah 2006). c) Rasa Rasa merupakan parameter penting untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu produk. Setinggi apapun kandungan gizi suatu produk, jika rasanya tidak disukai maka produk tersebut akan ditolak oleh panelis dan tujuan peningkatan gizi dalam produk tidak tercapai (Maharani 2009). Hasil uji hedonik parameter rasa baso kerang darah disajikan pada Tabel 10. Penilaian panelis pada rasa baso kerang darah mempunyai nilai rata-rata berkisar antara 4,47 hingga 7,27. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa baso kerang darah terendah sebesar 4,47 berada pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5%, sedangkan penilaian tertinggi sebesar 7,72 terdapat pada perlakuan penambahan tepung tapioka 12,5%. Hal ini disebabkan oleh interaksi konsentrasi penambahan tepung tapioka, kerang darah dan komponen rasa lain yang seimbang sehingga menghasilkan rasa yang paling disukai panelis. Tabel 4. Nilai Rata-rata Kesukaan Terhadap Rasa Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka Penambahan Tepung Tapioka(%) Median Rata-rata 5 3 4,47 a 7,5 5 5,40 ab 10 7 6,20 ab 12,5 7 7,27 b 15 5 6,20 ab menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada tingkat kesalahan 15%. Hasil statistik menunjukan bahwa penambahan tepung tapioka sebesar 5%, memiliki perbedaan yang nyata dibandingkan dengan penambahan tepung tapioka sebesar 12,5%. Hal ini berbeda dengan hasil uji skoring panelis yang

menyatakan bahwa penambahan tepung tapioka tidak memberikan pengaruh yang nyata. Perbedaan yang nyata terjadi disebabkan rasa dipengaruhi suhu, konsentrasi dan interaksi dengan komponen rasa yang lain (Winarno 1988). Menurut Haryadi (1993), pangan berpati umumnya menjadi enak dan dikatakan sudah masak setelah pati mengalami gelatinisasi, pada keaadaan tersebut rasa bahan berpati menjadi dapat diterima secara inderawi. d) Tekstur Tekstur merupakan salah satu faktor yang menentukan penerimaan suatu produk. Penilaian tekstur bertujuan untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap tingkat elastisitas atau kekenyalan suatu produk yang dapat dinilai menggunakan indera peraba, yaitu lewat rangsang sentuhan. Hasil uji hedonik mengenai tekstur baso kerang darah disajikan pada Tabel 11. Tabel 5. Nilai Rata-rata Kesukaan Terhadap Tekstur Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka Penambahan Tepung Tapioka(%) Median Rata-rata 5 3 3,27 a 7,5 5 4,73 ab 10 5 6,07 b 12,5 7 7,53 c 15 7 7,00 bc menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada tingkat kesalahan 15%. Penilaian panelis pada tekstur baso kerang darah mempunyai rata-rata berkisar antara 3,27 hingga 7,53. Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur baso kerang darah terendah sebesar 3,27 pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5%, sedangkan penilaian tertinggi sebesar 7,53 pada perlakuan penambahan tepung tapioka 12,5%.

Hasil uji statistik menunjukan bahwa penambahan tepung tapioka 12,5% berpengaruh nyata dengan perlakuan 5%, 7,5%, dan 10% hal ini disebabkan tepung tapioka memiliki komponen amilosa yang berfungsi dalam daya serap air dan kesempurnaan gelatinisasi produk. Komponen amilosa yang terdapat dalam tepung tapioka berfungsi dalam daya serap air dan kesempurnaan proses gelatinisasi produk (Hidayat dkk. 2007). Fungsi penggunaan tepung tapioka dalam pembuatan baso adalah sebagai bahan pengental dan pengikat adonan, sehingga akan terbentuk tekstur baso yang baik. 1.2.2 Uji Skoring a) Kenampakan Kenampakan merupakan karakteristik pertama yang dapat dinilai pertama kalinya oleh konsumen. Penilaian kenampakan ini bertujuan untuk mengetahui penerimaan panelis yang dinilai dari kenampakan permukaan, keutuhan, kerapihan, dan warna baso. Nilai rata-rata uji skoring terhadap kenampakan baso kerang darah disajikan pada Tabel 12. Tabel 6. Nilai Rata-rata kenampakan Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka Penambahan Tepung Tapioka% Median Rata-rata 5 5 4,20 a 7,5 5 5,13 ab 10 5 5,13 ab 12,5 7 6,73 b 15 7 6,20 ab menunjukkan adanya perbedaan yang nyata menurut uji perbandingan pada tingkat kesalahan 15%. Penilaian panelis pada kenampakan baso kerang darah memiliki median berkisar antara 5 (biasa) hingga 7 (suka). Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap kenampakan baso kerang darah tertinggi sebesar 6,73 (warna cokelat agak cerah bentuk bulat agak beraturan, berongga halus) pada perlakuan

penambahan tepung tapioka 12,5%, sedangkan penilaian terendah sebesar 4,20 (warna cokelat, agak kusam, bentuk bulat agak beraturan, agak seragam dan berongga halus dan sedikit) pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5%. Hasil perhitungan statistik diperoleh bahwa penambahan tepung tapioka memberikan perbedaan yang nyata terhadap kenampakan baso, ditunjukan dari hasil pengamatan pada perlakuan penambahan tepung tapioka sebesar 5% dengan penambahan tepung tapioka 12,5%, hal ini disebabkan tapioka memberikan warna terang pada produk. Tapioka sering digunakan dalam pembuatan baso ikan karena disamping harganya yang murah juga memberikan citarasa netral serta warna terang pada produk (Redley 1976 dalam Erdiansyah 2006). b) Aroma Aroma merupakan parameter yang banyak menentukan mutu suatu produk olahan. Aroma atau bau makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut. Pada umumnya, bau yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak merupakan perpaduan empat bau utama yaitu harum, asam, tengik, dan hangus (Winarno 1997). Nilai rata-rata uji skoring terhadap aroma baso kerang darah disajikan pada Tabel 13 di bawah. Tabel 7. Nilai Rata-rata Aroma Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka Penambahan Tepung Tapioka% Median Rata-rata 5 7 6,87 a 7,5 7 6,07 a 10 7 6,87 a 12,5 7 6,33 a 15 7 5,93 a menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada tingkat kesalahan 15%.

Penilaian panelis pada aroma baso kerang darah memiliki nilai median 7 (suka). Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma baso kerang darah tertinggi sebesar 6,87 (agak amis, tercium spesifik aroma kerang darah lembut) berada pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5% dan 10%, sedangkan penilaian terendah sebesar 5,93 terdapat pada perlakuan penambahan tepung tapioka 15%. Hasil analisis statistik uji Friedman menunjukkan bahwa perlakuan penambahan tepung tapioka pada baso kerang darah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap aroma baso kerang darah, hal ini di sebabkan tepung tapioka memberikan aroma netral terhadap produk. (Redley 1976 dalam Erdiansyah 2006). c) Rasa Rasa merupakan parameter penting untuk menentukan diterima atau tidaknya suatu produk. Setinggi apapun kandungan gizi suatu produk, jika rasanya tidak disukai maka produk tersebut akan ditolak oleh panelis dan tujuan peningkatan gizi dalam produk tidak tercapai (Maharani 2009). Hasil uji skoring parameter rasa baso kerang darah disajikan pada Tabel 14. Tabel 8. Nilai Rata-rata Rasa Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka Penambahan Tepung Tapioka% Median Rata-rata 5 5 4,73 a 7,5 5 5,00 a 10 5 5,53 a 12,5 7 6,47 a 15 7 6,33 a menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada tingkat kesalahan 15%.

Penilaian panelis pada rasa baso kerang darah memiliki median berkisar antara 5 (biasa) hingga 7 (suka). Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa baso kerang darah tertinggi sebesar 6,47 (enak, rasa kerang darah agak dominan) berada pada perlakuan penambahan tepung tapioka 12,5%, sedangkan penilaian terendah sebesar 4,73 (agak enak, rasa kerang darah sedikit) terdapat pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5%. Berdasarkan hasil analisis Friedman, semua perlakuan penambahan tepung tapioka tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap rasa baso kerang darah. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan tepung tapioka tidak mempengaruhi rasa pada baso kerang darah karena kandungan pati yang terdapat dalam tepung tapioka menyebabkan rasa baso menjadi netral (Redley 1976 dalam Erdiansyah 2006). d) Tekstur Tekstur merupakan salah satu faktor yang menentukan penerimaan suatu produk. Penilaian tekstur bertujuan untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap tingkat elastisitas atau kekenyalan suatu produk yang dapat dinilai menggunakan indera peraba, yaitu lewat rangsang sentuhan. Hasil uji skoring mengenai tekstur baso kerang darah disajikan pada Tabel 15. Tabel 9. Nilai Rata-rata Tekstur Baso Kerang Darah Berdasarkan Penambahan Tepung Tapioka Penambahan Tepung Tapioka% Median Rata-rata 5 5 4,60 a 7,5 5 5,67 a 10 5 6,07 ab 12,5 7 6,60 b 15 7 6,47 b menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji perbandingan pada tingkat kesalahan 15%.

Penilaian panelis pada tekstur baso kerang darah memiliki median berkisar antara 5 (biasa) hingga 7 (suka). Rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur baso kerang darah tertinggi sebesar 6,60 (agak padat, agak kompak, kenyal) berada pada perlakuan penambahan tepung tapioka 12,5%, sedangkan penilaian terendah sebesar 4,60 (agak padat, agak kompak, agak kenyal) terdapat pada perlakuan penambahan tepung tapioka 5%. Hasil uji statistik menunjukan bahwa penambahan tepung tapioka sebanyak 5% berbeda nyata dengan perlakuan penambahan tepung tapioka sebanyak 12,5% dan 15%. Penambahan tepung tapioka menyebabkan nilai tekstur baso kerang darah cenderung bertambah dan meningkat. Kelebihan yang dimiliki oleh tepung tapioka adalah larutannya yang jernih, kekuatan gel nya yang bagus, mempunyai rasa yang netral mempunyai daya rekat yang baik, dan menghasilkan warna yang mengkilap pada produk yang dihasilkannya (Radley 1976 dalam Erdiansyah 2006). 1.3 Uji Bayes Tabel 10. Nilai Bobot Kriteria Baso Kerang Darah Kriteria Penilaian Bobot Kenampakan 0,328 Aroma 0,210 Rasa 0,162 Tekstur 0,300 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai bobot kriteria tertinggi baso kerang darah sebesar 0,328 terdapat pada kriteria kenampakan, diikuti oleh kriteria tekstur sebesar 0,300, kriteria aroma sebesar 0,210 dan terakhir kriteria rasa sebesar 0,162. Hal ini menunjukkan bahwa kenampakan merupakan kriteria terpenting yang menentukan keputusan akhir panelis dalam memilih produk baso kerang darah.

Tabel 11. Matriks Keputusan Penilaian Baso Kerang Darah Penambahan Tepung Tapioka Kenampakan Aroma Rasa Tekstur Nilai Alternatif Rank (5%) 6,33 5,27 4,47 3,27 4,83 0,164 (7,5%) 5,93 5,40 5,40 4,73 5,37 0,182 (10%) 6,87 6,20 6,20 6,07 6,33 0,214 (12,5%) 6,33 6,20 7,27 7,53 6,83 0,231 (15%) 5,80 5,67 6,20 7,00 6,17 0,209 Bobot Kriteria 0,328 0,210 0,162 0,300 29,53 1 Berdasarkan hasil perhitungan uji Bayes didapatkan hasil baso kerang darah yang ditambahkan tepung tapioka sebanyak 12,5% memiliki nilai alternatif tertinggi, yaitu sebesar 6,83, diikuti oleh penambahan tepung tapioka 10% sebesar 6,33, penambahan tepung tapioka 15% sebesar 6,17, penambahan tepung tapioka 7,5% sebesar 5,37, dan terakhir penambahan tepung tapioka 5% sebesar 4,83. Berdasarkan semua parameter yang diamati, penggunaan tepung tapioka sebesar 12,5% merupakan perlakuan yang memiliki karakteristik terbaik, disukai panelis, dan mempunyai nilai alternatif tertinggi. 1.4 Hasil Analisis Kimia Analisis kimia terhadap sampel kerang darah yang digunakan dalam pembuatan baso dilakukan dengan metode APHA di Pusat Penelitian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Padjadjaran Bandung dengan hasil kandungan timbal (Pb) sebesar 0.0558 ppm. Hal ini bahwa kerang darah masih layak untuk dikonsumsi dan layak sebagai bahan baku untuk pembuatan baso.

Menurut BPOM no. 00.06.1.52.4011 penetapan batas maksimum cemaran mikroba dan kimia dalam makanan sebesar 1,5 ppm. 1.5 Hasil Pengamatan Hasil seluruh pengamatan penambahan tepung tapioka pada baso kerang darah disajikan pada Tabel 18. Tabel 12. Hasil Keseluruhan Pengamatan Terhadap Baso Kerang Darah Pengamatan Perlakuan (%) 5 7,5 10 12,5 15 Uji lipat 2c 3b 3b 3b 4a Uji hedonik Hasil Uji Bayes Kenampakan 6,33a 5,93a 6,87a 6,33a 5,80a 0,328 Aroma 5,27a 5,40a 6,20a 6,20a 5,67a 0,210 Rasa 4,47a 5,40ab 6,20ab 7,27b 6,20ab 0,162 Tekstur 3,27a 4,73ab 6,07b 7,53c 7,00bc 0,300 Nilai alternatif 4,83 5,37 6,33 6,83 6,17 29,53 Hasil uji elastisitas dengan uji lipat menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan tepung tapioka 12,5%, menghasilkan baso yang cukup kenyal dan agak padat. Perlakuan penggunaan tepung tapioka 15% cenderung kenyal dan padat. Perlakuan penggunaan tepung tapioka 5% cenderung kurang kenyal dan lunak. Perbedaan ini diakibatkan pengaruh daya serap air dengan tingkat penambahan tepung tapioka pada produk, sehingga menyebabkan tingkat kekenyalan yang berbeda. Hasil uji organoleptik (hedonik) dengan uji Bayes untuk pengambilan keputusan dari panelis menunjukan kriteria kenampakan merupakan pertimbangan utama dalam memilih produk baso kerang darah kemudian diikuti oleh tekstur, aroma dan rasa. Berdasarkan hasil nilai alternatif menunjukan bahwa perlakuan

penambahan tepung tapioka 12,5% lebih disukai dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Berdasarkan semua parameter yang diamati, terutama jika dilihat dari hasil uji organoleptik yang dilakukan dari seluruh perlakuan maka penggunaan tepung tapioka 12,5% mengahasilkan baso kerang darah yang lebih disukai dibandingkan dengan perlakuan lainnya.