BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengunakan ikan nike sebanyak 3 kg, fluktuasi suhu yang diperoleh pada ruang pengering antara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengunakan ikan nike sebanyak 3 kg, fluktuasi suhu yang diperoleh pada ruang pengering antara"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Berdasarkanpenelitian pendahuluan, suhu yang diperoleh dalam alat pengeringan tanpa ikan berfluktuasi antara 35 º C - 41 º C selama 1 jam. Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan mengunakan ikan nike sebanyak 3 kg, fluktuasi suhu yang diperoleh pada ruang pengering antara 40 º C - 58 º C selama 11 jamdengan kelembaban relatif 33% - 64%. Berdasarkanpengamatan pribadibahwa pengeringan 11 jam sudah memberikan hasil yang cukup kering, sehingga lama pengeringan pada penelitian ini diperoleh 9 jam, 11 jam dan 12 jam, sedangkan berdasarkan penelitian Novarisa (2010), tentang studi kadar air hasil perikanan terhadap mutu ikan teri kering yang dihasilkan, bahwa lama pengeringan 5 jam, 7,25 jam dan 8,25 jammemperoleh kadar air sebesar 40%, 30% dan 20% Penelitian Utama Tahap awal yakni persediaan bahan baku, bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari TPI Kota Gorontalo sebanyak 3 kg. Selanjutnya diawalidengan tahap preparasi terhadap ikan nike, kemudianikan nikedikemas ke dalam kantong plastik, dengan ukaran 500 g pada setiap kemasan, setelah dikemas ikandimasukan kedalam cool booxyang sudah diberi es. Jarak yang dibutuhkan dari TPI kota gorontalo sampai ketempat pengolahan selama ± 2 jam. Tahap selanjutnya proses pengolahan nike kering, yang diawali dengan pencucian bahan baku, selesai pencucian ikan diletakkan dalam keranjang atau tirisan untuk menghilangkan sisasisa air dari proses pencucian, kemudian dilanjutkan ke proses penimbanganuntuk mengetahui berat awal ikan sebelum dikeringkan disetiap perlakuan.setelah penimbangan ikan diletakkan pada wadah pengeringan, dan dimasukan ke dalam alat pengering solar dryerdengan lama

2 pengeringan 9, 11 dan 12 jam.setelah pengeringan selesai, ikan ditimbang untuk mendapatkan berat akhir nike kering yang dihasilkan Pengukuran Rendemen Nike Kering Rendemen merupakan suatu parameter yang paling penting untuk mengetahui nilai efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan rendemen berdasarkan persentase perbandingan antar berat akhir dengan berat awal proses (Amiarso 2003). Berat awal bahan baku yang digunakan pada setiap perlakuan sebesar 1 kg atau 1000 g. Setelah pengeringan berat ikan yang diperoleh pada tiap perlakuan yaitu 215 g pada lama pengeringan 9 jam, 204 g pada lama pengeringan 11 jam dan 200 g pada pengeringan 12 jam, sehinggarendemennike kering yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Rendemen akhir nike kering pengeringan 9, 11 dan 12 jam Waktu Pengeringan (Jam) 9 (Jam) 11 (Jam) 12 (Jam) Rendemen (%) 21,5 % 20,4 % 20 % Tabel 3 menunjukan bahwasemakin lama pengeringan maka semakin rendah rendemen yang diperoleh.hal ini disebabkan selama proses pengeringan, terjadi penguapan terhadap kandungan air dalam bahan yang dikeringkan, sehingga bobot akhir yang dihasilkan setelah pengeringan jadi berkurang, semakin lama pengeringan semakin banyak jumlah air yang menguap. Yani dkk (2009), menyatakan bahwa ketika produk basah mengalami proses pengeringan maka pada produk akan terjadi dua proses secara simultan yaitu: (1) Perpindahan panas dari lingkungan untuk menguapkan air pada permukaan produk. Perpindahan massa berupa uap air dari permukaan produk tergantung pada temperatur udara lingkungan,

3 Nilai rata-rata mutu Kenampakan kelembaban, kecepatan aliran udara, luas bidang kontak, tekanan udara dan sifat fisik produk. (2) Perpindahan air dari dalam produk ke permukaan produk dan selanjutnya mengalami proses penguapan seperti pada proses pertama. Perpindahan air dari dalam produk dipengaruhi oleh sifat fisik produk, temperatur dan distribusi kandungan air di dalam produk.hal-hal tersebut yang mempengaruhi rendemen akhir nike kering yang dihasilkan Penentuan Lama Waktu Pengeringan Penentuan lama waktu pengeringan terbaik dilakukan berdasarkan pengujian organoleptik uji mutu hedonik dan proksimat kadar air. Pengujian organoleptik merupakan cara pengujian dengan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap makanan. Sasaran alat indera ditujukan terhadap kenampakan, aroma, tekstur, yang spesifik dalam bentuk score sheetyang dapat dilihat pada (Lampiran 2) Kenampakan Suatu produk akan menarik minat konsumen apabila kenampakannya menarik. Rata-rata nilai mutu organoleptik kenampakan nike kering hasil penelitian ditunjukan pada Gambar ,16 a 6,91 ab 7,35 b 0 9 Jam 11 Jam 12 jam Lama Pengeringan (Jam) Gambar 3 Hasil uji mutu hedonik kenampakan lama pengeringan 9, 11 dan 12 jam. Nilai-nilai pada diagram yang diikuti huruf berbeda (a,b) menunjukan berbeda nyata (p<0,05).

4 Gambar 3 menunjukan bahwa nilai mutu rata-rata kenampakan berada pada kisaran 6,16 sampai 7,35. Hasil mutu hedonik kenampakan lama pengeringan 9 jam berada pada nilai 6 dengan kriteria utuh, kurang bersih, agak kusam, sedangkan 11 dan 12 jam memperolehnilai 7 dengan kriteria utuh, bersih dan agak kusam. Hasil uji Kruskal-Wallis(Lampiran 4), menunjukan bahwalama pengeringan memberikan pengaruh nyata terhadap kenampakan produk nike kering yang dihasilkan. Hasil uji lanjut Multiple Comparision(Lampiran 5), menunjukanbahwa kenampakan yang dihasilkan padalama pengeringan 9 jam tidak berbeda nyata dengan 11 jam tetapi berbeda nyata dengan 12 jam (p< 0,05) sedangkan lama waktu pengeringan 12 jam tidak berbeda nyata dengan 11 jam. Nilai 7 yang diperoleh berdasarkan BSN (Lampiran 3), bahwa nike kering dengan lama pengeringan 11 dan 12 jam berada pada kriteria penerimaan. Pengaruh panas selama pengeringan menyebabkan terjadinya reaksi pencoklatan, akibatnya dapat menurunkan nilai kenampakan produk.proses pencoklatan disebabkan terjadinya reaksi senyawa amino dan gula pereduksi. Gula pereduksi pada ikan merupakan hasil pemecahan glikogen. Reaksi antara asam amino dan gula pereduksi akan membentuk melanoidin. Sedjati (2006), menyatakan bahwapengaruh panas selama pengeringan dapat menyebabkan terjadinya proses tersebut antara senyawa amino dengan gula pereduksi. Gula pereduksi pada ikan merupakan hasil pemecahan glikogen sesaat setelah ikan mati. Reaksi antara asam amino dan gula pereduksi akan membentuk melanoidin, suatu polimer berwarna coklat yang dapat menurunkan nilai kenampakan produk. Kenampakan nike kering dapat dilihat pada Gambar 4.

5 Nilai rata-rata mutu aroma 9 Jam 11 Jam 12 Jam Gambar 4. Kenampakan nike kering lama pengeringan 9, 11 dan 12 Jam Aroma Nilai rata-rata mutu organoleptik aroma berada pada kisaran 6,78 sampai 7,18, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar ,78 a 6,82 a 7,18 a Jam 11 Jam 12 Jam Lama Pengeringan (Jam) Gambar 5 Hasil uji mutu hedonik aroma lama pengeringan 9, 11 dan 12 jam. Gambar 5 menunjukan bahwa, mutu hedonik aroma nike kering yang dihasilkan berada pada nilai 7 dengan kriteriahampir netral, sedikit bau tambahan. Hasil uji statistik Kruskal-Wallis(Lampiran 4), menunjukanbahwa lama pengeringantidak memberikan pengaruh nyata (p>0,05) terhadap nilai mutu hedonik aroma. Nilai 7 yang diperoleh

6 berdasarkan BSN (Lampiran 3), bahwa produk nike kering yang dihasilkan masih memenuhi kriteria penerimaan. Aroma merupakan salah satu parameter terpenting dalam menentukan selera konsumen yang berhubungan dengan indra pencium. Winarno (2008), menyatakan bahwa senyawa beraroma sampai kejaringan pembau dalam lubang hidung, bersama-sama dengan udara. Aroma yang diterima oleh hidung dan otak, merupakan berbagai ramuan atau campuran empat aroma utama yaitu harum, asam, tengik dan hangus. Aroma tambahan yang mempengaruhi nike kering didugaakibat terjadinya reaksi oksidasi lemak, sebab pengeringan dapat memicu terjadinya reaksi tersebut, akan tetapi oksidasi lemak yang terjadi tidak begitu besar karena kandungan lemak yang dimiliki ikan nike segar sebesar 0,76 %.Menurut Bligh et al, (1988) pengeringan dapat mendorong terjadinya oksidasi dan ketengikan sehingga dapat mempengaruhi nilai organoleptik aroma, sebab pengaruh panas yang lebih dapat memberikan tingkat ketengikan yang besar Tekstur Nilai rata-rata penerimaan organoleptik mutu hedonik tekstur berada pada kisaran 6,2 sampai 7,33, lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.

7 Nilai rata-rata mutu Tekstur ,2 a Gambar 6 Hasil uji mutu hedonik teksturlama pengeringan 9, 11 dan 12 jam. Nilai-nilai pada diagram yang diikuti huruf berbeda (a,b) menunjukan berbeda nyata (p<0,05). Gambar 6 menunjukan bahwa,mutu hedonik tekstur lama pengeringan 9 jam berada pada nilai 6 dengan kriteria padat, tidak rapuh, sedangkan 11 dan 12 jam memperolehnilai 7 dengan kriteria terlalu keras, tidak rapuh. 6,74 ab 9 Jam 11 Jam 12 Jam Lama Pengeringan (Jam) Hasil uji Krukal-Wallis(Lampiran 4)menunjukan bahwalama pengeringan memberikan pengaruh nyata (p<0,05) terhadap tekstur nike kering yang dihasilkan. Hasil uji lanjut Multiple Comparision (Lampiran 5), menunjukan bahwatekstur yang dihasilkan pada lama pengeringan 9 jam tidak berbeda nyata dengan 11 jam tetapi berbeda nyata dengan 12 jam (p< 0,05), sedangkan lama waktu pengeringan 12 jam tidak berbeda nyata dengan 11 jam. Hal ini disebakan karena proses pengeringan mengakibatkan kandungan air cepat mengalami perubahan,akibat terjadinya penguapan air pada bahan yang dikeringkan. Seiring dengan lamanya proses pengeringan mengakibatkan terjadinya penyusutan, dengan berkurangnya kadar air maka mempengaruhi bobot yang berdampak pada tekstur nike yang dihasilkan.berdasarkan hal tersebut presentasi kadar air yang dihasilkan pada setiap perlakuankecil. Produk yang 7,33 b

8 dikeringkanselama 9 jam memperoleh kadar air 14,635%, 11 jam memperoleh kadar air 11,85% dan lama pengeringan 12 jam memperoleh kadar air 10,585%. Tekstur merupakan suatu bahan pangan yang erat kaitanya dengan kandungan air. Semakin kecil kandungan airnya maka bahan pangan akan semakin rapuh (Winarno, 2008). Subagio (2006),menyatakan bahwa waktu pengeringan berpengaruh nyata terhadap kadar air. Waktu pengeringan menentukan banyaknya panas yang pindah dari lingkungan ke bahan, sehingga semakin lama pengeringan semakin banyak air yang menguap dari bahan ke lingkungan. Menurut Adawiyah (2006), bahwapenurunan kadar air bahan akan mengubah sifat daging ikan dari bentuk segarnya Pengaruh Lama Pengeringan Terhadap Kadar Air Nike Kering Kadar air merupakan faktor penting yang sangat besar pengaruhnyaterhadap sifat fisik dan daya awet suatu produk hasil olahan. Hal ini terkait dengan sifat air yang dapat mempengaruhi perubahan kimia, mikrobiologi, enzimatis, dan perubahan sifat fisik makanan. Perubahan-perubahan tersebut akan mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa makanan (Winarno, 1992).

9 Nilai rata-rata kadar air % Hasil uji sidik ragam pada kadar air (Lampiran6)menunjukan bahwa lama pengeringan memberikan pengaruh nyata(p< 0,05)terhadapkadar air nike kering yang dihasilkan. Nilai ratarata kadar air yang diperoleh dapatdilihat pada Gambar ,635 a 11,85 ab 9 Jam 11 Jam 12 Jam Lama Pengeringan (Jam) 10,585 b Gambar 7 Kadar air lama pengeringan 9, 11 dan 12 jam. Nilai-nilai pada diagram yang diikuti huruf berbeda (a,b) menunjukan berbeda nyata (p<0,05). Gambar 7 menunjukan bahwa seiring dengan lamanya pengeringan maka nilai kadar air yang dihasilkan semakin kecil. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 7), menunjukan bahwa kadar airproduk dengan lama pengeringan9 jam tidak berbeda nyata dengan 11 jam, akan tetapi 9 dan 12 jam memberikan pengaruh yang berbeda nyata.hal ini disebabkan oleh tingkat penguapan, lamanya proses pengeringan dan jalannya proses pengeringan. Menurut Hamdan dkk (1999), bahwa suhu udara mempunyai pengaruh sangat besar dalam kecepatan perpindahan uap air, karena suhu dapat mengatur tekanan uap jenuh air. Semakin besar perbedaan antara suhu media pemanas dengan bahan yang dikeringkan, semakin besar pula kecepatan pindah panas kedalam bahan, sehingga penguapan air dari bahan akan lebih

10 banyak dan cepat. Hal tersebut sama halnya dengan kelembaban, kelembaban udara pengering dapat mempengaruhi penurunan kadar air. Kelembaban udara yang rendah akan digunakan untuk menaikan suhu ikan teri, sehingga terjadi penguapan air dari dalam kepermukaan ikan teri. Moeljanto (1992), menyatakan bahwa bila kelembaban mencapai 73% proses pengeringan akan terhenti karena tidak terjadi lagi penguapan air dari ikan yang dikeringkan. Adawiyah (2006), menyatakan bahwa pengeringan yang cukup dapat menurunkan kadar air bahan, sehingga bahan lebih awet dan daya simpannya lebih panjang.hasilpenelitian Yunus dkk(2009) terhadap pengembangan paket teknologi pengolahan untuk menghasilkan ikan kering yang bermutu di Kabupaten Takalar,yang menggunakanalat pengeringan ikan berbentuk segi empat berukuran 175 x 60 x 50 cm, dengan suhu 55 º C 65 º C, berkapasitas 30 Kg,selama 4 jam. Menghasilkan produk berkadar air 8,44 % dari kadar air awal 72,40 %.Sedangkan hasil penelitian Wicaksono (2012), terhadappengeringan ikan teri dengan menggunakan sistem rotary,suhu ruang pengering yang dicapai sebesar55,07 0 C, menghasilkan kadar air produkakhir sebesar % dari kadar air awal 85,2 %, pada proses pengeringan ini membutuhkan waktu selama 12 jam sehingga air yang dikeluarkan dari bahan terlihat semakin banyak.

11 4.2.4 Penentuan Produk Terpilih Kriteria yang menjadi penilaian penting dalam penentuan produk terpilih adalah parameter teksturdan kadar air, karena keduanya merupakan karakteristik utama pada produk kering. Karakteristik dan nilai kepentingan nike kering dapat di lihat pada Tabel 4. Tabel 4. Karakteristik dan nilai kepentingan parameter dari ikan nike kering. No Parameter Dasar Pertimbangan kepentingan Nilai 1. Tekstur Tekstur merupakan suatu sifat bahan pangan yang erat kaitannya dengan kandungan air. Air merupakan komponen utama dalam bahan makanan, karena air dapat mempengaruhi rupa, tekstur maupun cita rasa bahan. Jadi tekstur pada produk kering merupakan faktor paling penting pada dasar pertimbangan kepentingan pada produk ikan kering Kadar air Konsistensi/ tekstur erat kaitanya dengan kadar air. Pada pengeringan kadar air merupakan faktor utama terjadinya perubahan akibat terjadinya proses pemanasan. Sehingga kadar air merupakan faktor paling penting pada produk ikan kering 5 3. Kenampakan Kenampakan akan mempengaruhi tingkat penerimaan, hal ini berkaitan dengan tekstur, seperti halnya pada ikan kering. Pengaruh panas selama pengeringan dapat menyebabkan reaksi pencoklatan (Maillard), sehingga kenampakan merupakan faktor penting dalam tingkat penerimaan Aroma Aroma merupakan parameter cukup penting pada produk ikan kering, akibat proses oksidasi dan ketengikan pada lemak dapat mempengaruhi aroma ikan kering. 3 Pemberian nilai kepentingan pada parameter ditentukan oleh ahli, nilai kepentingan dari masing-masing parameter juga ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil pembobotan berdasarkan kriteria kepentingan produk nike kering pada lama pengeringan terbaik dapat dilihat pada Gambar 8.

12 Nilai Bobot ,18 III 1,82 II 2,6 I Jam 11 Jam 12 Jam Lama Pengeringan (Jam) Gambar 8 Nilai bobot lama pengeringan dari perlakuan 9, 11 dan 12 jam berdasarkan uji Bayes. Nilai-nilai angka Romawi (I,II,III) merupakan peringkat nilai bobot yang dihasilkan. Gambar 8 menunjukan bahwa lama pengeringan 12 jam memiliki nilai bobot tertinggi atau peringkat pertama, dengan kadar air rata-rata diperoleh 10,59%, mutu hedonik kenampakan pada nilai 7,35, aroma pada nilai 7,18 dan tekstur 7,33. Data hasil uji Bayes dapat dilihat pada (Lampiran 8). 4.3 Laju Perubahan Mutu Produk Terpilih Penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya disebut deteriorasi. Produk pangan mengalamideteriorasi segera setelah diproduksi. Reaksi deteriorasi diawali oleh hentakan mekanis seperti vibrasi/ getaran, kompresi/ tekanan dan abrasi (Arpah, 2001) Laju Perubahan Kadar Air Air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan, dan merupakan salah satu sebab dalam pengolahan pangan air dikeluarkan atau dikurangi dengan cara penguapan atau pengeringan. Sedjati (2006) menyatakan bahwa keawetan bahan pangan erat kaitannya dengan kadar air yang dikandungnya.

13 Total Kadar Air (%) Jika produk kering terpapar dengan udara pada Rh tertentu, maka reaksi perubahan mutu produk akan terjadi dengan penyerapan (absorb) dan pelepasan (desorb) uap air sampai terjadi kesetimbang antara tekanan uap air di dalam bahan kering dengan udara sekitarnya. Tingkat perubahan nilai kadar air pada produk nike kering selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar y = 0.480x R² = Suhu Ruang Suhu 35 0 C Suhu 45 0 C y = x R² = y = x R² = Lama Penyimpanan (Hari) Gambar 9 Laju perubahan kadar air nike kering selama penyimpanan. Gambar 9 menunjukan bahwa selama penyimpanan pada 3 tingkat suhu yang berbeda terjadi perubahan kadar air. Produk nike yangdisimpan dalamsuhu kamar, secara nyata meningkat seiring waktu penyimpanan ke 0 harisampai 24 hari. Selama penyimpanan, terjadi kenaikan kadar air yang disebabkan oleh kondisi ruangan penyimpanan dan pengemas yang digunakan.nike kering dikemas plastikmenyerap uap air, sehingga mencapai keseimbangan antara kelembaban udara dalam ruang penyimpanan. Proses keseimbangan tersebut terjadi karena plastik yang digunakan dalam penelitian ini jenis polyethylene/ PE yang bersifat permeabel terhadap uap air dan oksigen.

14 Berdasarkan teknik regresi linier, suhu penyimpanan dan laju perubahan mutu kadar air (Lampiran 10), diperoleh sebesar 0,7947. Hal ini menunjukan bahwa hubungan suhu dengan laju perubahan selama penyimpanan sebesar 79,47 %. Koefisien determinasi diperoleh berdasarkan aplikasi ke dalam persamaan Arrhenius, dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Parameter persamaan Arrhenius nike kering penyimpanan pada tiga tingkat suhu Suhu ( º C) T dalam ºK ( º C +237) R K Ln k 1/T Apabila setiap nilai k pada lama waktu pengeringan diplotkan disebuah grafik 1/T dan In k, akan diketahui laju perubahan terhadap kadar air produk nike kering selama penyimpanan.hasil perhitungan dari persamaan Arrhenius untuk laju perubahan kadar air nike kering pada penyimpanan suhu yang berbeda, menunjukan bahwa seiring meningkatnya suhu penyimpanan, reaksi laju perubahan mutu nike kering selama penyimpanan makin cepat terjadi. Dari perhitungan tersebut diperoleh persamaan laju perubahan kadar air berdasarkan suhu penyimpanan yaitu : k = 2,690 x 10-4 e -3289(1/T) Kapang Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian menunjukan bahwa penyimpanan pada suhu ruang terindikasi kapang pada penyimpanan 6 hari sampai penyimpanan

15 24 hari (Lampiran 11). Total pertumbuhan kapang pada nike kering selama penyimpanan diberbagai suhu dapat dilihat pada Gambar Suhu 25 0 C Suhu 35 0 C Suhu 45 0 C Gambar 10 Total kapang selama penyimpanan Gambar 10 menunjukan bahwa jumlah kapang yang diperoleh semakin meningkat seiring dengan lama penyimpanan pada suhu ruang. Penyimpanan dalam suhu 35 º Cdan suhu45 º Ctidak terlihat adanya pertumbuhan kapang sampai pada akhir penyimpanan yang ditetapkan. Hal ini diduga berkaitan erat dengan bahan kemasan dan kondisi di lingkungan tempat penyimpanan. Plastik kemasan yang digunakan untuk pengemas nike kering yaitu dari jenis polyethlene/pe. Plastik PE memiliki ketahanan fisik terhadap uap air yang relatif baik, seiring bertambahnya lama waktu penyimpanan penurunan mutu nike kering tidak dapat dihindari. Selama penyimpanan suhu kamar, kadar air yang diperoleh cukup tinggi, sedangkan pada suhu 35 º C 45 º C kadar air yang diperoleh sangat rendah. Tingginya kadar air memungkinkan nilai Aw semakin tinggi, nilai aw yang tinggi dapat dimanfaatkan kapang untuk tumbuh. Berdasarkan pengamatan selama penyimpanan, kelembaban ruang penyimpanan berkisar antara 50 67% dankelembaban dalam kemasan produk berkisar antara 45 58,3%.

16 Berdasarkan pengamatan yang dilakukan bahwa laju perubahan mutu kapang pada nike kering selama penyimpanantidak dapat disimpulkan kedalam persamaan Arrhenius, sebab penyimpanan pada suhu 35 dan 45 tidak terindikasi adanya kapang. Doe dan Olley (1990) menyatakan bahwa jika kadar air bahan rendah sedangkan kelembaban nisbi (Relative humidity) udara disekitarnya tinggi maka akan terjadi penyerapan uap air dari udara sehingga sehingga bahan menjadi basah. Hal tersebut yang dimanfaatkan mikrobiologi tumbuh, sehingga dalam penelitian ini menunjukan bahwa pertumbuhan kapang pada suhu kamar meningkat seiring dengan lama waktu penyimpanan. Sedjati (2006), pada penelitiannya tentang pengaruh kosentrasi chitosan terhadap mutu ikan teri penyimpanan suhu kamar, bahwapolyethlenebukanlah kemasan yang kedap udara,sehingga tidak mampu mencegah peningkatan kadar air selama penyimpanan, hal ini berdasarkan penelitiannya diperoleh nilai Aw0,625 0,645 dengan kelembabanruang penyimpanan berkisar antara 61,5% 67,0%, dapat mempengaruhi produk ikan teri asin kering dalam kemasan plastik yang berkadar air antara 16,74% - 20,36 %. Perbedaan ini akan menyebabkan uap air dari udara ke dalam kemasan yang mengakibatkan penambahan kadar air. Sehingga hal tersebut yang dapat mengakibatkan produk mengalami kerusakan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Ikan tongkol (Euthynnus affinis) segar diperoleh dari TPI (Tempat Pelelangan Ikan) kota Gorontalo. Bahan bakar yang digunakan dalam pengasapan ikan adalah batok sabut kelapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan melakukan preparasi ikan. Selanjutnya diberi perlakuan penggaraman

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penelitian Pendahuluan Pengamatan suhu alat pengering dilakukan empat kali dalam satu hari selama tiga hari dan pada pengamatan ini alat pengering belum berisi ikan (Gambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering Uji pembedaan segitiga dilakukan untuk melihat perbedaan ikan teri hasil perlakuan dengan ikan teri komersial.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGARUH SUHU DAN WAKTU PENGGORENGAN VAKUM TERHADAP MUTU KERIPIK DURIAN Pada tahap ini, digunakan 4 (empat) tingkat suhu dan 4 (empat) tingkat waktu dalam proses penggorengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. Pelaksanaan proses pengeringan dilakukan di Desa Titidu, Kecamatan Kwandang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur, rasa, dan aroma. Adapun hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur, rasa, dan aroma. Adapun hasil Nilai Organoleptik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Organoleptik Ikan Tongkol Asap Uji organoleptik/mutu hedonik ikan tongkol asap dinilai berdasarkan pada kriteria yaitu warna, kenampakan, tekstur,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tepung Tulang Ikan Tuna 4.1.1 Rendemen Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai ekonomis dan efektivitas suatu produk atau bahan. Perhitungan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Organoleptik Bakso Ikan Nila Merah Uji organoleptik mutu sensorik yang dilakukan terhadap bakso ikan nila merah yang dikemas dalam komposisi gas yang berbeda selama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan Mutu Organoleptik Biskuit Selama Penyimpanan Uji kesukaan dan mutu hedonik merupakan salah satu cara untuk uji sensori suatu produk. Uji kesukaan dan mutu hedonik dilakukan

Lebih terperinci

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN EFEK PENGERINGAN TERHADAP PANGAN HASIL TERNAK PERLAKUAN SEBELUM

Lebih terperinci

Uji Pembedaan Ikan Teri Kering pada Lama Pengeringan Berbeda dengan Ikan Teri Komersial dari Desa Tolotio Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo

Uji Pembedaan Ikan Teri Kering pada Lama Pengeringan Berbeda dengan Ikan Teri Komersial dari Desa Tolotio Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo Uji Pembedaan Ikan Teri Kering pada Lama Pengeringan Berbeda dengan Ikan Teri Komersial dari Desa Tolotio Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo 1.2 Rimin Lasimpala, 2 Asri Silvana aiu 2 Lukman Mile

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengamatan dilakukan terhadap sifat fisik (uji lipat), organoleptik (uji hedonik), uji skoring dan analisis kimia (Pb). 1.1 Uji Lipat Uji lipat (folding test) merupakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parameter sensori sangat penting pada tahap penelitian dan pengembangan produk pangan baru. Produk baru yang dihasilkan harus memiliki penanganan yang tepat agar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Karakteristik teh hijau No Parameter SNI Menurut Nasution dan Tjiptadi (1975) 1 Keadaan - Rasa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISASI PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat terhadap produk teh hijau. Analisis proksimat yang dilakukan adalah kadar air, kadar

Lebih terperinci

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN

PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN PENENTUAN KADALUWARSA PRODUK PANGAN HANDOUT MATA KULIAH : REGULASI PANGAN (KI 531) OLEH : SUSIWI S JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA F P M I P A UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Handout PENENTUAN KADALUWARSA

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengolahan Bumbu Pasta Ayam Goreng Proses pengolahan bumbu pasta ayam goreng meliputi tahapan sortasi, penggilingan, penumisan, dan pengentalan serta pengemasan. Sortasi

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Rata-rata kadar air kukis sagu MOCAL dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil uji lanjut DNMRT terhadap kadar air kukis (%) SMO (Tepung sagu 100%, MOCAL 0%) 0,331"

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tepung Tulang Ikan Rendemen tepung tulang ikan yang dihasilkan sebesar 8,85% dari tulang ikan. Tepung tulang ikan patin (Pangasius hypopthalmus) yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nike di perairan Sungai Bone Gorontalo merupakan schooling dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nike di perairan Sungai Bone Gorontalo merupakan schooling dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nike (Awaous melanocephalus) Ikan nike di perairan Sungai Bone Gorontalo merupakan schooling dari juvenil Awaous melanocephalus. Klasifikasi ikan nike menurut (Saanin,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGERINGAN BEKATUL Proses pengeringan bekatul dilakukan dengan pengering rak karena cocok untuk bahan padat, suhu udara dapat dikontrol, dan terdapat sirkulator udara. Kipas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengasapan Ikan Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan untuk mempertahankan daya awet ikan dengan mempergunakan bahan bakar kayu sebagai penghasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan meliputi pembuatan tepung jerami nangka, analisis sifat fisik dan kimia tepung jerami nangka, serta pembuatan dan formulasi cookies dari

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU Proses penggorengan keripik durian dengan mesin penggorengan vakum dilakukan di UKM Mekar Sari di Dusun Boleleu No. 18 Desa Sido Makmur Kecamatan Sipora Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I. PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bumbu rujak Rujak manis adalah semacam salad. Rujak manis terdiri dari campuran beberapa potongan buah segar dengan dibumbui saus manis pedas. Pada umumnya bumbu rujak manis terbuat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Total Fenolat Senyawa fenolat merupakan metabolit sekunder yang banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan, termasuk pada rempah-rempah. Kandungan total fenolat dendeng sapi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi seseorang di saat mereka dewasa.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PRODUK Karakteristik produk diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobial terhadap produk kopi instan formula. Analisis proksimat yang dilakukan

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN Paper Pendugaan Umur Simpan Produk Kopi Instan Formula Merk-Z Dengan Metode Arrhenius, kami ambil dari hasil karya tulis Christamam Herry Wijaya yang merupakan tugas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Keju Lunak Rendah Lemak Karakterisasi keju lunak rendah lemak dilakukan sesuai dengan parameter atribut mutu yang diamati selama masa penyimpanan. Untuk satu produk,

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING (Laporan Penelitian) Oleh PUTRI CYNTIA DEWI JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PETANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. 4.1 Angka Lempeng Total (ALT) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Angka lempeng total mikroba yang diperoleh dari hasil pengujian terhadap permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6. Tabel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci dengan Berbagai Konsentrasi Garam

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci dengan Berbagai Konsentrasi Garam 44 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Konsentrasi Garam Terhadap Rendemen Kerupuk Kulit Kelinci Hasil penelitian pengaruh konsentrasi garam terhadap rendemen kerupuk kulit kelinci tercantum pada Tabel

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 42 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Permen Jelly Rumput Laut Karakteristik permen jelly rumput laut yang diuji pada optimasi formula meliputi karakteristik sensori, fisik dan kimia. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pengolahan Cookies Tepung Beras 4.1.1 Penyangraian Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan pada wajan dan disangrai menggunakan kompor,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. L Kadar Protein Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan bahwa penambahan gula aren dengan formulasi yang berbeda dalam pembuatan kecap manis air kelapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Tepung Tulang Ikan Tuna terhadap Karakteristik Hedonik Kue Bagea Khas Gorontalo

Pengaruh Penambahan Tepung Tulang Ikan Tuna terhadap Karakteristik Hedonik Kue Bagea Khas Gorontalo Nikè: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume, Nomor, September 0 Pengaruh Penambahan Tepung Tulang Ikan Tuna terhadap Karakteristik Hedonik Kue Bagea Khas Gorontalo Didi Indrawan Bunta, Asri Silvana

Lebih terperinci

Karakteristik mutu daging

Karakteristik mutu daging Karakteristik mutu daging Oleh: Elvira Syamsir (Tulisan asli dalam Kulinologi Indonesia edisi Maret 2011) Mutu merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik dan digunakan konsumen

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Permen Jelly Pepaya Karakteristik permen jelly pepaya diketahui dengan melakukan analisis proksimat dan uji mikrobiologis terhadap produk permen jelly pepaya.

Lebih terperinci

STUDI MUTU PRODUK IKAN JAPUH (Dussumieria acuta C.V.) ASAP KERING INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA TUMPAAN BARU, KECAMATAN TUMPAAN

STUDI MUTU PRODUK IKAN JAPUH (Dussumieria acuta C.V.) ASAP KERING INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA TUMPAAN BARU, KECAMATAN TUMPAAN STUDI MUTU PRODUK IKAN JAPUH (Dussumieria acuta C.V.) ASAP KERING INDUSTRI RUMAH TANGGA DI DESA TUMPAAN BARU, KECAMATAN TUMPAAN Gordianus P Lombongadil, Albert R Reo dan Hens Onibala Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

Pengeringan Untuk Pengawetan

Pengeringan Untuk Pengawetan TBM ke-6 Pengeringan Untuk Pengawetan Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau mengilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan menguapkan sebagian besar air yang di kandung melalui penggunaan

Lebih terperinci

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN

OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN OPTIMASI KECUKUPAN PANAS PADA PASTEURISASI SANTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP MUTU SANTAN YANG DIHASILKAN Oleh : Ermi Sukasih, Sulusi Prabawati, dan Tatang Hidayat RESUME Santan adalah emulsi minyak dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat 20 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen, Jurusan Teknik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air dan Aktivitas Air Kadar air dendeng hasil penelitian adalah 19,33%-23,82% dengan rataan 21,49±1,17%. Aktivitas air dendeng hasil penelitian sebesar 0,53-0,84 dengan nilai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu : 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sensoris Pengujian sensoris untuk menentukan formulasi terbaik kerupuk goring dengan berbagai formulasi penambahan tepung pisang kepok kuning dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Fisik Gelatin Pengujian fisik gelatin meliputi rendemen, kekuatan gel dan viskositas. Pengujian fisik bertujuan untuk mengetahui nilai dari rendemen, kekuatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf 4.1.1 Daya Ikat Air Meatloaf Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang rawan ayam terhadap daya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Buah Kurma Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah kurma dalam bentuk yang telah dikeringkan dengan kadar air sebesar 9.52%. Buah kurma yang

Lebih terperinci

5.1 Total Bakteri Probiotik

5.1 Total Bakteri Probiotik V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Total Bakteri Probiotik Berdasarkan hasil pengamatan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan penambahan bakteri L. acidophilus pada perbandingan tepung bonggol pisang batu

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Pengasapan Yang Berbeda Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Air pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis ) Asap

Pengaruh Lama Pengasapan Yang Berbeda Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Air pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis ) Asap Pengaruh Lama Pengasapan Yang Berbeda Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Air pada Ikan Tongkol (Euthynnus affinis ) Asap 1,2 Kiflin Towadi, 2 Rita Marsuci Harmain, 2 Faiza A. Dali 1 Towadifish@yahoo.co.id

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Suhu dan Kelembaban Ruang Penyimpanan Penyimpanan adalah salah satu tindakan pengamanan yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga kualitas produk. Penyimpanan pakan dalam industri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Pelet Daun Indigofera sp. Pelet daun Indigofera sp. yang dihasilkan pada penelitian tahap pertama memiliki ukuran pelet 3, 5 dan 8 mm. Berdasarkan hasil pengamatan

Lebih terperinci

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kadar Air Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat penting pada

Lebih terperinci

PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh

PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL. Oleh PENDUGAAN MASA KADALUWARSA DENDENG LUMAT IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) PADA KEMASAN ALUMINIUM FOIL Oleh Elita Suryani Gultom 1), Dahlia 2), Suparmi 2) Abstract The research was to estimate the shelf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS SINGKONG 4.1.1. Perubahan Kadar Air Terhadap Waktu Proses pengeringan lapisan tipis irisan singkong dilakukan mulai dari kisaran kadar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Pengeringan Lapisan Tipis Buah Mahkota Dewa 1. Perubahan Kadar Air terhadap Waktu Pengeringan buah mahkota dewa dimulai dari kadar air awal bahan sampai mendekati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KOPI INSTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KOPI INSTAN II. TINJAUAN PUSTAKA A. KOPI INSTAN Kopi instan dibuat dari kopi bubuk yang diekstrak dengan menggunakan air (Clarke, 1988). Di dalam Encyclopedia Britanica (1983), disebutkan bahwa pada pembuatan kopi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah digantikan oleh senyawa lain. Sebuah molekul air terdiri dari sebuah atom

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU DODOL RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii

PENGARUH LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU DODOL RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii 1 PENGARUH LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU DODOL RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii 1 Ahmad Ibrahim, 2 Asri Silvana Naiu, 2 Lukman Mile iahmad301@yahoo.com Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel.

BAB IV ANALISA. Gambar 4.1. Fenomena case hardening yang terjadi pada sampel. BAB IV ANALISA 4.1 FENOMENA DAN PENYEBAB KERUSAKAN KUALITAS PRODUK 4.1.1 Fenomena dan penyebab terjadinya case hardening Pada proses pengeringan yang dilakukan oleh penulis khususnya pada pengambilan data

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah

ABSTRAK. Keripik pisang merupakan makanan ringan yang mudah mengalami ketengikan. Salah 1 KAJIAN LAMA SIMPAN KERIPIK PISANG KEPOK PUTIH (Musa acuminate sp.) BERDASARKAN TINGKAT AROMA, RASA DAN KERENYAHAN ORGANOLEPTIK DALAM BERBAGAI JENIS KEMASAN DENGAN MODEL PENDEKATAN ARRHENIUS Citra Ratri

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN LAJU RESPIRASI Setelah dipanen ternyata sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian masih mengalami proses respirasi oleh karena itu sayuran, buah-buahan dan umbiumbian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Fermentasi Fermentasi merupakan teknik yang dapat mengubah senyawa kompleks seperti protein, serat kasar, karbohidrat, lemak dan bahan organik lainnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini diaksanakan dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2012. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri

Lebih terperinci

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI

II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI II. PENGAWETAN IKAN DENGAN PENGGARAMAN & PENGERINGAN DINI SURILAYANI 1. PENGERINGAN Pengeringan adalah suatu proses pengawetan pangan yang sudah lama dilakukan oleh manusia. Metode pengeringan ada dua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cake beras ketan hitam merupakan salah satu produk bakery dan tergolong sponge cake jika ditinjau dari proses pengolahannya. Cake beras ketan hitam memiliki karakteristik

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. SUSU BUBUK Menurut Chandan (1997), susu segar secara alamiah mengandung 87.4% air dan sisanya berupa padatan susu sebanyak (12.6%). Padatan susu terdiri dari lemak susu (3.6%)

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kendal terkenal dengan sentra pertanian, salah satunya adalah budidaya jambu biji. Jambu biji jenis getas merah (Psidium guajava Linn) merupakan jenis jambu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas perairan, dan mempunyai laut serta potensi perikanan yang sangat besar. Oleh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian

METODE PENELITIAN. Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian III. METODE PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober 2013 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER

BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER BAB IV PENGEMASAN VACUUM DAN CUP SEALER 4.1. Tujuan Tujuan dari materi praktikum Pengemasan Vacuum Dan Cup Sealer adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui cara pengemasan menggunakan vacuum sealer. 2. Mengetahui

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain talas bentul, gula pasir, gula merah, santan, garam, mentega, tepung ketan putih. Sementara itu, alat yang

Lebih terperinci

UMUR SIMPAN. 31 October

UMUR SIMPAN. 31 October UMUR SIMPAN 31 October 2014 1 Outline 1. Pendahuluan 2. Umur Simpan 3. Penentuan Umur Simpan 4. Penutup 31 October 2014 2 Pendahuluan Makanan dan minuman disimpan, holding time mutu menurun. Produk minuman

Lebih terperinci

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI 1 Sebagian besar dikonsumsi dalam bentuk olahan Pengolahan : Menambah ragam pangan Perpanjang masa simpan bahan pangan Bahan Pangan 2 Komponen Utama Penyusun Bahan Pangan

Lebih terperinci

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH

MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH MUTU ORGANOLEPTIK DAN KIMIAWI STIK RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DENGAN FORTIFIKASI TEPUNG UDANG REBON (Mysis sp.) ARTIKEL JURNAL OLEH WINAWANTI S. AMRULLAH NIM. 632 410 030 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

Lebih terperinci

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT (Portulaca oleracea) DENGAN PENAMBAHAN AIR PERASAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: RUSTONI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Warna Dendeng Sapi Warna merupakan salah satu indikator fisik yang dapat mempengaruhi konsumen terhadap penerimaan suatu produk. Derajat warna menunjukkan tingkat warna

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab I akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan Pengeringan yang dilakukan dua kali dalam penelitian ini bertujuan agar pengeringan pati berlangsung secara merata. Setelah dikeringkan dan dihaluskan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN Pada penelitian pendahuluan dilakukan kajian pembuatan manisan pala untuk kemudian dikalengkan. Manisan pala dibuat dengan bahan baku yang diperoleh dari

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PENGERINGAN A. PENDAHULUAN Pengeringan adalah proses pengeluaran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Keripik wortel sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil produksi sendiri yang dilakukan di laboratorium proses Balai Besar Industri

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan

Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan 1 P a g e Menerapkan Teknik Pemanasan Tidak Langsung dalam Pengolahan KD 1: Melakukan Proses Pengasapan Ikan Pengasapan Ikan Menurut perkiraan FAO,2 % dari hasil tangkapan ikan dunia diawetkan dengan cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci