ANALISIS DAMPAK KEMITRAAN PERIKANAN TANGKAP TERHADAP KONDISI EKONOMI WILAYAH YOISYE LOPULALAN*)

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 12 No. 2, Agustus 2007 Hal: namun sering harganya melambung tinggi, sehingga tidak terjangkau oleh nelayan. Pe

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

Volume 12, Nomor 1, Hal ISSN Januari - Juni 2010

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

sesuaian harga yang diterima dengan cost yang dikeluarkan. Apalagi saat ini,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP JERUK SIAM

VI. ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN SIAM DEDDY FISH FARM

IV. METODE PENELITIAN

MACAM-MACAM ANALISA USAHATANI

ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KENTANG

Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Daya Saing Komoditas Kelapa di Kabupaten Flores Timur

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.5 Teknik Pengumpulan data Pembatasan Masalah Definisi Operasional Metode Analisis Data

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. berupa derasnya arus liberalisasi perdagangan, otonomi daerah serta makin

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITI PADI SAWAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI ABSTRACT

VI. ANALISIS DAYASAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS BELIMBING DEWA DI KOTA DEPOK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang. jagung per musim tanam yang, diukur dalam satuan ton.

ANALISIS DAYA SAING DAN SALURAN PEMASARAN IKAN KEMBUNG (RASTRELLIGER SP.) DI KABUPATEN DEMAK, JAWA TENGAH

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN FLORES TIMUR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN. Kelurahan Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Pemilihan lokasi

Analysis of Competitiveness and Marketing Channels Ikan Kembung ( Rastrelliger sp.) in Rembang Regency, Central Java Effect

III. METODE PENELITIAN

.SIMULASI KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP DAYA SAING TEMBAKAU MADURA. Kustiawati Ningsih

IV. METODE PENELITIAN

DAYA SAING KEDELAI DI KECAMATAN GANDING KABUPATEN SUMENEP

DAYA SAING USAHA TERNAK SAPI RAKYAT PADA KELOMPOK TANI DAN NON KELOMPOK TANI (suatu survey di Kelurahan Eka Jaya)

DAMPAK KEBIJAKAN PEMBATASAN IMPOR BAWANG MERAH TERHADAP USAHATANI BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAYA SAING APEL JAWA TIMUR (Studi Kasus Apel Batu, Nongkojajar dan Poncokusumo)

METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 3. No 2 Desember 2009)

Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Terhadap Beras Organik Ekspor (Suatu Kasus di Gapoktan Simpatik Kabupaten Tasikmalaya)

Analisis usaha alat tangkap gillnet di pandan Kabupaten Tapanuli 28. Tengah Sumatera Utara

Oleh: Tobari dan Budi Dharmawan Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto (Diterima: 11 September 2004, disetujui: 21 September 2004)

STUDI KOMPARATIF USAHA ALAT TANGKAP BUBU KARANG

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

RENTABILITAS USAHA PADA INDUSTRI BAWANG GORENG SAL-HAN DI KOTA PALU SULAWESI TENGAH. Profitability of Sal-Han fried onions in Palu -Central Sulawesi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harga Gula Domestik

III METODE PENELITIAN. Daya saing adalah suatu konsep yang menyatakan kemampuan suatu produsen

Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian (Volume 2. No 1 Juni 2008)

ANALISIS SENSITIVITAS

STUDI KELAYAKAN BISNIS ( Domestic Resource Cost )

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

SELEKSI UNIT PENANGKAPAN IKAN DI KABUPATEN MAJENE PROPINSI SULAWESI BARAT Selection of Fishing Unit in Majene Regency, West Celebes

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAYA SAING KACANG TANAH PRODUKSI KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM

ANALISIS DAYA SAING AGRIBISNIS BAWANG MERAH DI KABUPATEN PROBOLINGGO

ANALYSIS ON COMPETITIVENESS OF ARABICA COFFEE IN NORTH TAPANULI (Case Study: Bahal Batu III Village, Siborong-borong Subdistrict)

DAYA SAING JAGUNG, KETELA POHON, DAN KETELA RAMBAT PRODUKSI LAHAN KERING DI KECAMATAN KUBU, KABUPATEN KARANGASEM PROVINSI BALI

POTENSI BERKELANJUTAN SUMBER DAYA IKAN PELAGIS BESAR DI KABUPATEN MALUKU TENGAH

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS KEDELAI VS PENGUSAHAAN KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI JAGUNG DAN PADI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROPINSI SULAWESI UTARA ZULKIFLI MANTAU

ANALISIS USAHA PURSE SEINE DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA SIBOLGA KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA

IV. METODE PENELITIAN. Fish Farm) dilaksanakan di lokasi usaha yang bersangkutan yaitu di daerah

ANALISIS DAYA SAING KEDELAI DI JAWA TIMUR

ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PRODUKSI KAKAO DI JAWA TIMUR

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

EVALUASI USAHA PERIKANAN TANGKAP DI PROVINSI RIAU. Oleh. T Ersti Yulika Sari ABSTRAK

ANALISIS DAYA SAING DAN EFEK DIVERGENSI USAHA PERIKANAN JARING CUMI DI KECAMATAN JUWANA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

DAMPAK KEBIJAKAN KREDIT DAN SUBSIDI PUPUK TERHADAP KEUNTUNGAN USAHATANI PADI. I Made Tamba Ni Luh Pastini

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN MUKOMUKO (STUDI KASUS DESA BUMI MULYA)

STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN JARING BOBO DI OHOI SATHEAN KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA. Jacomina Tahapary, Erwin Tanjaya

ANALISIS DAYA SAING USAHATANI KOPI ROBUSTA (COFFEA CANEPHORA) DI KABUPATEN REJANG LEBONG

PENENTUAN PRODUK UNGGULAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS DAYA SAING BUAH STROBERI DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH (Studi Kasus di Desa Serang Kecamatan Karangreja Kabupaten Purbalingga)

C E =... 8 FPI =... 9 P

DAYA SAING USAHATANI LADA DI LAMPUNG

Idham: Kajian kritis pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan dalam perspektif otonomi..., USU e-repository 2008

(The analysis of profitability, comparative advantage, competitive advantage and import policy impact on beef cattle fattening in west java)

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF JERUK SIAM DI SENTRA PRODUKSI

DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PENGEMBANGAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

Lampiran 1. Syarat Mutu Lada Putih Mutu I dan Mutu II. binatang

KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN DAMPAK KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI INPUT TERHADAP PENGEMBANGAN KOMODITAS KENTANG DI KOTA BATU

PENDAPATAN NELAYAN YANG MENGGUNAKAN PERAHU MOTOR DAN PERAHU TANPA MOTOR DI DESA PARANGGI, KECAMATAN AMPIBABO, KABUPATEN PARIGI-MOUTONG ABSTRAK

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF USAHATANI PALA (STUDI KASUS: KABUPATEN BOGOR DAN SUKABUMI)

Fishermen's Perceptions About Business Fishing in The Kepenghuluan Parit Aman Bangko Subdistrict Rokan Hilir District Riau province ABSTRACT

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

Sensitivity of Gillnet Fisheries in Tegal City, Central Java Province

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KELAPA DI KABUPATEN KUPANG

ANALISIS DAYA SAING DAN STRUKTUR PROTEKSI KOMODITAS PALAWIJA

3 METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING SERTA DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP INDUSTRI TEMPE DI KABUPATEN BOGOR

III. METODE PENELITIAN. peneliti menggunakan konsep dasar dan batasan oprasional sebagai berikut:

Transkripsi:

ANALISIS DAMPAK KEMITRAAN PERIKANAN TANGKAP TERHADAP KONDISI EKONOMI WILAYAH YOISYE LOPULALAN*) *) Staf pengajar Univ.Pattimura Abstract : The usage of fisheries resources has not been optimum since it is dominated by small scale corporation which is also facing many constraints in capital, institution, management, technology and information aspects. To solve some of the problems partnership is an urgent factor because it touches the needs of the fishermen. The assistance from many stakeholders, both government and private sectors, is needed in the partnership and not only limited for the capital assistance but also consultation and guidance as well as the market. One of the community efforts in captured based fisheries in Nusaniwe sub district needs to be supported and improved through the partnership is the purse seine based fisheries. The utilization of the purse seine tool has good prospectus due to the fact that pelagic resources and productions are high. The development of the effort is sure can improve the income that will have impact on the welfare of the fishermen. The study aimed to investigate the effect of captured based fisheries partnership towards the economic conditions in Nusaniwe sub district. The result is expected can be used as information and consideration for the government in making decisions in fisheries development. Data is collected through a survey and were analyzed using Policy Analysis Matrix from Monke and Pearson (1989). The results shows positive effect in social and economic of the fishermen participants and the community with profitable value of 272.583.549 IDR, social profitable value of 343.689.360 IDR and domestic resources coefficient <1 (DRC = 0.52). Keyword : Partnership, economic conditions, Nusaniwe sub district PENDAHULUAN Belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya perikanan, dikarenakan usaha perikanan masih didominasi oleh usahausaha yang berskala kecil dengan berbagai kendala yang dihadapi menyangkut aspek permodalan, kelembagaan dan manajemen, teknologi, dan informasi. Untuk itu program kemitraan merupakan hal yang urgen, karena program kemitraan dapat secara langsung menyentuh kebutuhan yang diperlukan oleh nelayan. Bantuan dalam bentuk kemitraan usaha yang diberikan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun swasta sangatlah diperlukan, tidak hanya terbatas pada modal usaha tetapi penyuluhan maupun bimbingan dan pengamanan pasar produknya. Dalam program kemitraan yang dilakukan oleh pihak swasta (perusahaan) sering mengedepankan aspek sosial (kesejahteraan nelayan), tetapi pertimbangan keuntungan ekonomi jauh lebih dominan. Sebab misi utamanya adalah meraih keuntungan dari setiap hubungan bisnis yang tercipta, tidak terkecuali pada nelayan kecil. Dengan demikian syarat utama menjamin keberlanjutan usaha adalah nelayan harus memiliki kemampuan yang memadai guna memenuhi harapan pihak perusahaan. Salah satu jenis usaha perikanan rakyat dalam bidang penangkapan yang perlu didukung dan dikembangkan melalui program kemitraan adalah perikanan purse seine. Penggunaan alat tangkap purse seine 56

di Maluku memiliki prospek yang baik, karena didukung oleh potensi sumberdaya pelagis yang cukup tinggi dan memiliki tingkat produksi yang cukup besar. Pengembangan usaha ini dapat meningkatkan pendapatan nelayan, yang berdampak pada meningkatnya kesejahteraan dan taraf hidup nelayan. Kecamatan Nusaniwe merupakan daerah pesisir pulau Ambon dimana sebagian masyarakatnya bermata pencarian sebagai nelayan. Salah satu usaha penangkapan ikan oleh nelayan di daerah ini adalah dengan menggunakan purse seine. Nelayan purse seine pada wilayah kecamatan Nusaniwe memperoleh bantuan modal investasi lewat program kemitraan yang dilaksanakan oleh pihak pemerintah (Dinas Peikanan dan Kelautan Kota Ambon) melalui program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Penelitian ini bertujuan menelaah dampak program kemitraan perikanan tangkap bagi kondisi ekonomi wilayah di Kecamatan Nusaniwe. Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat : sebagai bahan informasi kepada pemerintah dalam mengambil kebijakan di bidang pembangunan perikanan. METODOLOGI Lokasi penelitian pada Kecamatan Nusaniwe Pulau Ambon. Waktu penelitian pada bulan Juni 2008 sampai dengan Januari 2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dimana data diperoleh dengan menggunakan survey. Pengumulan data primer meliputi identitas responden (umur, pengalaman usaha dan pendidikan), diskripsi teknis dan ekonomi. Sedangkan data sekunder meliputi data-data pendukung yang diperoleh dari berbagai publikasi dan instasi yang terkait dengan penelitian ini. Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan purse seine peserta kemitraan di kecamatan Nusaniwe. Penarikan sampel menggunakan metode purposive sampling, yakni sampel untuk nelayan pemilik sebanyak 7 orang (7 unit purse seine), sedangkan ABK sebanyak 87 orang. Untuk menganalisis dampak kemitraan perikanan tangkap terhadap kondisi ekonomi wilayah digunakan kerangka Matriks Analisis Kebijakan (Policy Analysis Matrix) yang dikembangkan oleh Monke dan Pearson (1989). Variabel yang dapat dianalisis dengan model PAM sebagai berikut : keuntungan privat (Private Profit), keuntungan Sosial (Social Profit), 57

Tabel 1. Kerangka Matriks Analisis Kebijakan (PAM) Komponen HP HS PD Penerimaan (Revenue) A E I Biaya (Cost) Input Domestik Tradable Faktor B C F G J K Keterangan: 1. Keuntungan Privat (D) = A-B-C 2. Keuntungan Sosial (H) = E-F-G 3. Transfer Output (I) = A-E 4. Transfer Input (J) = B-F 5. Trasfer Faktor (K) = C-G 6. Transfer Bersih (L) = I-J-K 7. HP = Harga Privat 8. HS = Harga Sosial 9. PD = Pengaruh Divergensi Keuntungan D H L pengaruh Divergensi (Effects of divergences), rasio Biaya Privat (PCR), rasio Sumberdaya Domestik (DRCR), koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI), Koefisien Proteksi Efektif (EPC), Koefisien Keuntungan (PCR), dan Koefisien Subsidi Produsen (SRP). HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Hasil penelitian terhadap nelayan pemilik pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa usia peserta relatif muda yaitu antara 20-69 Tahun. Hal ini disebabkan adanya pandangan dari pihak dinas kelautan dan perikanan Kota Ambon yang dalam hal ini diwakilkan kepada konsultan manajemen kota (KMK) bahwa pada kelompok usia tersebut masih produktif karena memiliki kemampuan fisik dalam melakukan pekerjaan melaut sehingga dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Tingkat pendidikan sebagai salah satu karakteristik individu yang cukup terkait dengan pengetahuan, ketrampilan dan produktivitas. Tingkat pendidikan mempengaruhi kerasionalan seseorang dalam mengambil keputusan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin rasional seseorang dalam mengambil keputusan dan akan semakin mudah untuk mengadopsi teknologi guna meningkatkan produktivitas usahanya. Selain faktor pendidikan nelayan, pengalaman melaut juga mempunyai peranan yang cukup penting di dalam menunjang keberhasilan peserta dalam mengembangkan usaha penangkapannya. Nelayan yang sejak turun temurun berprofesi sebagai nelayan, diyakini lebih mampu mengatasi persoalan-persoalan terkait dengan usaha penangkapan serta memiliki motivasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan nelayan yang sama sekali belum mempunyai pengalaman 58

khususnya dalam usaha penangkapan purse seine. Hasil penelitian mengenai tingkat pendidikan peserta kemitraan yakni ketua kelompok dan anggotanya memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang menyolok. Terlihat bahwa baik ketua kelompok maupun anggotanya telah melewati jenjang pendidikan SD, dan ada yang pernah melewati jenjang pendidikan tinggi. Tabel 25 berikut ini menyajikan ragam tingkat pendidikan peserta kemitraan. Tabel 2. Sebaran tingkat pendidikan nelayan purse seine di Kecamatan Nusaniwe No Tingkat Pendidikan pemilik % ABK % 1 Tidak pernah tamat SD 1 14,29 14 16,09 2 Tamat SD/sederajat 2 28,57 48 46,60 3 Tamat SLTP/Sederajat 3 42,85 22 25,29 4 Tamat SLTA/sederajat 1 14,29 2 2,30 5 Perguruan Tinggi - - 1 1,14 Total 7 100 87 100 Sumber : Data primer diolah (2008) Data pada Tabel 2, memperlihatkan bahwa persentase tertinggi tingkat pendidikan nelayan pemilik peserta kemitran adalah pada jenjang Sekolah Lanjutan Pertama (42,85 %) dan ABK pada jenjang Sekolah Dasar (46,60%). Dengan demikian dalam mengembangkan usaha penangkapan (dari sisi manajemen usaha) masih tergantung kepada pihak lain yakni tenaga pendamping desa (TPD) yang memberikan bimbingan dan pelatihan. Pengalaman melaut nelayan pemilik peserta kemitraan (dari 7 responden yang diwawancarai) menunjukkan bahwa ratarata pengalaman melaut adalah 19 tahun sementara ABK rata-rata pengalaman melautnya adalah 8 tahun. Deskripsi Teknis Purse seine umumnya digunakan untuk menangkap jenis ikan pelagis kecil (layang, tongkol, kembung dan lain-lain). Perahu motor yang digunakan memiliki ukuran dengan panjang 11 19 m, lebar 2,75 4 m, tinggi 1 1,5 m dengan menggunakan 2 unit mesin motor berkapasitas 40 pk. Ukuran jaring yang digunakan umumnya adalah jaring dengan ukuran panjang 300 325 m, lebar 40-50 m. Anak Buah Kapal (ABK) Purse seine terdiri dari seorang nahkoda, seorang masinis dan 10 15 orang Tanase/Masnait. Pemeliharaan atau perawatan alat dilakukan setiap saat bila diperlukan. Jumlah tangkapan yang diperoleh tidak terlepas dari peranan umpan atau alat pengumpul yang disebut rumpon. 59

Rumpon berperan untuk mengumpulkan ikan sehingga mempermudah nelayan dalam proses penangkapan ikan. Deskripsi Ekonomi Investasi Dalam memulai suatu usaha penangkapan diperlukan investasi awal, yang digunakan leh pemilik untuk membeli barang modal berupa perahu motor, motor penggerak, motor lampu, alat tangkap dan peralatan lainnya. Besarnya investasi awal yang dibutuhkan oleh tiap pemilik usaha Purse seine berbeda-beda tergantung jenis barang modal yang digunakan. Rata rata nilai investasi awal usaha Purse seine di Kecamatan Nusaniwe, disajikan pada tabel 9. Tabel 3. Rata rata nilai investasi usaha purse seine peserta kemitraan No 1. 2. 3. 4. 5. Jenis Investasi Perahu Motor Mesin Penggerak Peralatan Penangkapan Peralatan Lampu Nilai Investasi (Rp) 37.000.000 17.600.000 50.000.000 1.900.000 Umur Ekonomis (tahun) 10 10 8 8 Nilai Depresiasi (Rp) 3.700.000 1.760.000 6.250.000 237.500 % 34,6% 16,4% 46,7% 528.000 5 105.600 0,49% Jumlah 107.028.000-12.053.000 100% Sumber : Data primer diolah (2008) 1,8% Tabel diatas menunjukkan bahwa biaya investasi terbesar yang dikeluarkan adalah untuk membeli peralatan penangkapan (jaring) sebesar 46,7%, kemudian perahu/kapal 34,6%, motor penggerak 16,4% dan lampu sebesar 1,8%. Besar biaya investasi tergantung daripada harga yang berlaku di pasaran. Biaya variabel Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam setiap operasi penangkapan yang jumlahnya selalu berubah-ubah sesuai dengan tingkat produksi. Rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan pada usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap purse seine adalah sebesar Rp.115.350. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh nelayan purse seine (KMP) adalah biaya bahan bakar, sedangkan ransum atau perbekalan untuk kegaitan penagkapan jarang dikeluarkan karena daerah penangkapan (fishing ground) yang letaknya hanya pada pesisir pantai dekat lokasi tempat tinggal serta operasi penangkapan dilakukan pada sore hari. Rata-rata biaya operasional pada tiap musim berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh frekuensi melaut (trip) dari nelayan itu sendiri. Perbedaan 60

frekuensi melaut pada tiap musim disebabkan faktor alam, dalam hal ini kondisi alam (angin dan arus) yang mempengaruhi operasi penangkapan nelayan. Biaya Tetap Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh perubahan jumlah produksi yang ditanggung secara tetap oleh pemilik atau juragan tiap tahun. Biaya tetap berupa perawatan, administrasi, dan biaya penyusutan serta potongan pengembalian. Untuk potongan pengembalian pinjaman nelayan harus membayar per tahun, besarnya sesuai dengan apa yang diatur dalam Surat Perjanjian Kerja (SPK) ditambah dengan bunga per tahun sebesar 17%. Jangka waktu pengembalian selama 3 tahun. Biaya tetap dikeluarkan per tahun dengan besar nilai setiap unit berbeda, tergantung besarnya biaya pemeliharaan dan potongan atau cicilan pengembalian pinjaman. Biaya Tetap per unit usaha Purse seine, dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 4. Rata-Rata Biaya Tetap Usaha Purse seine di Kecamatan Nusaniwe Per Tahun No Jenis Biaya Tetap (Rp) Total(Rp) Pemeliharaan Adm. Depresiasi Pengemb. Modal 4.900.000 1.500.000 96.381.000 102.124.687 168.790.187 x 980.000 300.000 19.276.200 20.424.937,4 33.758.037 Sumber : Data Primer, diolah. Total rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan oleh nelayan Purse seine adalah sebesar Rp 33.758.037 yang terdiri dari biaya pemeliharaan, biaya administrasi, biaya penyusutan, dan pengembalian pinjaman. Tabel diatas menunjukan bahwa biaya terbesar yang dikeluarkan yaitu pada biaya pengembalian pinjaman sebesar Rp 20.424.937 kemudian biaya penyusutan sebesar Rp 19.276.200 biaya pemeliharaan sebesar Rp 980.000, dan biaya administrasi sebesar Rp 300.000. Dampak Kemitraan Usaha Perikanan Terhadap Ekonomi Wilayah Pendekatan analisis dengan menggunakan Policy Analysis Matrix terhadap usaha perikanan Purse seine di Kecamatan Nusaniwe adalah dimaksudkan untuk melihat dampak proyek kemitraan terhadap kondisi ekonomi wilayah/masyarakat. Dalam analisa model PAM ini terdapat harga privat atau harga pasar dan harga sosial (social price). Harga privat adalah harga aktual yang diterima 61

nelayan dan didalamnya terdapat kebijakan pemerintah. Sedangkan harga sosial (sosial price) adalah harga yang tidak didistorsi oleh kebijakan pemerintah. Keuntungan sosial dari usaha perikanan rakyat dan diketahui dari harga sosial atau harga bayangan (shadow price) yang menghilangkan dampak distorsi kebijakan pemerintah dan ketidaksempurnaan pasar. Perhitungan harga bayangan dalam penelitian ini sesuai dengan defenisi dari Gittinger (1999) dengan beberapa penyesuaian yang diperlukan harga. Harga bayangan secara umum dilakukan dengan cara mengeluarkan distorsi akibat adanya kebijakan transfer of payment seperti pajak, subsidi serta beberapa bentuk transfer lainnya. Sehingga keuntungan sosial adalah indikator atas keuntungan potensial atau keunggulan komparatif (comparative advantage) dari usaha penangkapan purse seine. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh distorsi kebijakan pemerintah dapat diketahui dengan menghitung selisih antara keuntungan privat dan keuntungan sosial. Hasil Matriks Kebijakan (Model PAM) usaha perikanan Purse seine pada lokasi penelitian dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Perkiraan hasil perhitungan Matriks Analisis Kebijakan (Model PAM) Biaya (Cost) Komponen Penerimaan Keuntungan (profit) Input Tradable Domestic Factor Harga Privat 1029105189 (A) 391440900 (B) 365080740 (C) 272583549 (D) Harga Sosial 1091280000 (E) 391494900 (F) 365086740 (G) 343698360 (H) Pengaruh Divergensi -62174811 (I) -54000 (J) -6000 (K) -71114811 (L) PRC = 0,57 DCR = 0,52 NPCO = 0,94 NPCI = 0.99 EPC = 0.91 PC = 0.79 SPR = 0.07 Tabel 5 memperlihatkan adanya perbedaan besarnya keuntungan nelayan dengan keuntungan sosial. Hal ini disebabkan karena perbedaan harga dari output dan perbedaan biaya dari input yang diperdagangkan (tradable input) dan input 62

yang tidak diperdagangkan (domestic factor) antar negara. Perbedaan tersebut menghasilkan nilai efek divergensi keuntungan atau laba bersih sebesar Rp-71.114.811 Nilai eferk divergensi bersih memberikan makna bahwa nelayan masih belum mampu menarik kelebihan keuntungan yang diterima oleh sosial (masyarakat). Ketidakmampuan nelayan mentransfer keuntungan sosial tersebut sebagai dampak kegagalan pasar dan kebijakan pemerintah. Hal ini ditunjukan oleh rendahnya koefisien keuntungan (PC) yakni kurang dari satu sebesar 0,79. artinya bahwa nelayan mampu menarik keuntungan sebesar 79 persen dari keuntungan yang sebenarnya. Masih ada peluang bagi nelayan untuk dapat menarik keuntungan sebesar 21 persen bila kegagalan pasar dan kegagalan kebijakan pemerintah dapat diatasi. Kegagalan pasar yang dimaksudkan adalah terjadinya pasar monopolistic, dimana pembeli yang berhak menentukan harga (price maker) sementara nelayan hanya sebagai penerima harga (price taker). Pemerintah harus berperan dalam melakukan kontrol terhadap kondisi pasar, dan perlu ada kebijakan pemerintah yang tepat. Kegagalan pasar dalam mentransfer harga output (hasil tangkapan ikan ketingkat nelayan sebagai akibat sifat usaha perikanan yang beresiko terhadap kondisi alam dan belum tersedianya sarana TPI (Tempat Pelelangan Ikan), sehingga mengakibatkan nelayan tidak memiliki bargaining position dalam menentukan harga. Dampak kebijakan pemerintah dapat terlihat dari nilai input tradable. Jika transfer input negatif berarti nelayan mendapat bantuan subsidi dari pemerintah, sehingga dapat membeli input produksi yang lebih murah. Dan sebaliknya jika nilai transfer input positif berarti nelayan membayar harga input lebih besar dari harga sosialnya. Dari hasil analisis juga terlihat bahwa nilai transfer input yang diperoleh adalah negatif (-5,400). Hal ini dapat dipahami oleh karena sebahagian besar input yang digunakan dalam usaha perikanan purse seine adalah bahan bakar minyak yang diperoleh dari subsidi pemerintah. Nilai koefisien rasio subsidi (SPR) terhadap produsen (nelayan) sebesar 0,07 memberikan makna bahwa setiap nilai Rp 1000 yang ditawarkan untuk keperluan pembelian bahan bakar minyak, maka nelayan menerima subsidi sebesar 63

Rp.70.Sementara itu, nilai domestik factor yang negatif (-6000) menunjukan nelayan membayar upah tenaga kerja (ABK) dibawah upah yang ditetapkan pemerintah (UMR) Bila diperhatikan dari besarnya nilai transfer output yang cukup tinggi dan negatif yaitu Rp -62.174.811, maka ketidakmampuan nelayan dalam mentransfer keuntungan sosial menjadi keuntungan privat (nelayan) lebih dominan ditentukan oleh kegagalan pasar (market failure) dan bukan karena kegagalan kebijakan pemerintah. Dari tabel terlihat nilai koefisien proteksi input nominal(npci) paling tinggi yaitu 0,99 kemudian koefisien proteksi efektif (EPC) sebesar 0,91 nilai koefisien rasio sumberdaya domestic (DRCR) sebesar 0,52 dan nilai koefisien proteksi output (NPCO) sebesar juga memiliki nilai 0,94 Nilai NPCI untuk input yang diperdagangkan (tradable input) pada usaha perikanan Purse seine sebesar 0,99 memberikan makna bahwa harga pasar dari input yang digunakan dalam usaha ini juga terkena pengaruh kebijakan. Atau dapat dikatakan nilai NPCI 0,99 mengindikasikan bahwa transfer of payment seperti pajak (taxes),pembatasan perdagangan (trade restriction) dan penentuan nilai tukar yang tidak tepat (inappropriate exchange rate) Nilai koefisien efektf (EPC) sebesar 0,91 atau (mendekati satu) menunjukkan makna bahwa ada insentif bagi nelayan (positif insentif effect). Artinya subsidi yang diberikan kedalam input dan output usaha perikanan purse seine diterima oleh nelayan. Nilai koefisien rasio sumberdaya domestic (DRCR) sebesar 0,52 memberikan indikasi bahwa usaha perikanan purse seine mempunyai keunggulan komparatif intuk dikembangkan di Kecamatan Nusaniwe. Semakin jauh nilai DCRC dari satu memberikan gambaran lebih efisiennya penggunaan sumber daya dalam negeri untuk mengembangkan usaha perikanan Purse seine. Makna lain dari DRCR sebesar 0,52 adalah dengan mengembangkan usaha perikanan purse seine di dalam negeri, maka kita dapat lebih efisien dalam penggunaan sumberdaya sebesar 48 persen dibandingkan bila kita mengimpor ikan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Nilai koefisien nominal output (NPCO) sebesar 0,94 mendekati dari satu. Hal ini berarti telah terjadi transfer output. Oleh karena telah terjadi kebijakan pemerintah menyebabkan harga yang diterima oleh nelayan purse seine Kecamatan Nusaniwe lebih kecil dari pada 64

harga di pasaran dunia (sosial). Kecilnya nilai NPCO ini merupakan dampak dari kebijakan pemerintah seperti subsidi BBM, pajak, distorsi nilai tukar. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Program kemitraan yang dibangun memberikan dampak yang positif secara ekonomi maupun sosial terhadap nelayan peserta maupun masyarakat. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan Policy Analisis Matrix, dimana usaha penangkapan purse seine mempunyai keunggulan komparatif untuk dikembangkan dalam wilayah kecamatan Nusaniwe karena nilai privat profitnya = Rp 272.583.549, nilai sosial profitnya = Rp 343.689.360 dan niai koefisien sumberdaya domestik 1 (DRC = 0,52) 2. Saran 1. Pelatihan manajemen usaha perikanan dan penanganan hasil tangkapan perlu ditingkatkan bagi nelayan peserta kemitraan secara teratur dan berkesinambungan 2. Perlu adanya partisipasi baik dari nelayan dalam pengembalian dana pinjaman sehingga program ini dapat berjalan dengan baik 3. Fungsi pengawasan dari pihak LEPP- M3 maupun instansi terkait perlu ditingkatkan agar program kemitraan dapat menjawab kebutuhan masyarakat nelayan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai DAFTAR PUSTAKA Anwar, A, 1997. Ekonomi Organisasi dan Beberapa Aspek dari Analisis Ekonomi Biaya Transaksi. Materi Kuliah Sistem Organisasi Perdesaan Program Studi PWD. PPS IPB Bogor. Bachriadi, Dianto, 1995. Ketergantungan Petani dan Penetrasi Kapital. Yayasan Akatiga. Bandung. Debertin, David L., 1986. Agricultural Production Economics. New York. MacMillan Publishing Company. Doll, John P dan Orazem Frank, 1984. Production Economics. Theory with Application. 2 nd Edition. John Wiley and Sons Incorporatied. Firth, R, 1966. Malay Fisherman: Their Peasant Economy. Edisi 2 nd. London. Routledge dan Degan Paul. Gittinger, J. Price, 1986. Analisa Proyek- Proyek Pertanian. Edisi Kedua. Universitas Indonesia Press-Joh,s Hopkins. Seri Edisi Dalam Pembangunan Ekonomi. Jakarta. Hannig, W. 1988. Towards a Blue Revolution: Socio-Economic Aspects of Brackish Water Pond Cultivation in Java. Yogyakarta: Gadjah Mada university Press. Hobbs, J. E., 1997. Measuring the Importance of Transaction Cost in Catle Marketing Amer. J. Agr. Econ. 65

Hutabarat, J. 1996. Integrasi Vertikal Strategi Mitra Masa Kini. Manajeme Usahawan Bisnis Indonesia. Prawirokusumo. Soeharto. 1992. Kajian Konsep Kemitraan dan Keterkaitan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Mirza, T.1996. Alliansi Strategi : Konsep Lama Kemasan Baru. Manajemen Usahawan Bisnis Indonesia Monke, Eric A. dan Scot R Pearson, 1998. The Policy Analysis Matrix For Agricultural Development. Cornel University Press. Ithaca and London. Schmid, A. A. 1987. Property, Power and Public Choice. An Inquiry Into Law and Economics. Second Edition. Praeger Publisher. New York. Schofield, John A, 1987. Cost-Benefit Analiysis in Urban and Regional Planning London. Unwin Hyman. 66