4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

3. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODE KAJIAN. B. Pengolahan dan Analisis Data

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

PERANAN DAN DAMPAK SEKTOR PERIKANAN DAN KELAUTAN TERHADAP PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH

Koppontren. Pengembangan Rami

D. Bambang Setiono Adi, Alfan Jauhari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

PERANAN SEKTOR PERIKANAN DAN PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

III. METODE KAJIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kajian

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

PENDAHULUAN. maka perlu dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang sebagai sarana pokok, melalui suatu perencanaan pengembangan

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

BAB III METODE PENELITIAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembangunan Regional 2.2 Teori Basis Ekonomi

3 METODE PENELITIAN. # Lokasi Penelitian

Gambar 2 Tahapan Studi

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016).

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batu Bara pada ruang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 6 Peta Lokasi Penelitian (Sumber: Bappeda, 2004 dan 2010)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN I. PENDAHULUAN.. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun

BAB III METODE PENELITIAN

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

IV. METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SANTAN KELAPA

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lamongan, Provinsi Jawa Timur. Pengambilan data di lapangan dipusatkan di PPN Brondong dan pusat pemerintahan Kabupaten Lamongan yang dilaksanakan pada bulan April 2010. 4.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode ini merupakan metode yang melakukan penyelidikan dalam memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual. Selain itu, untuk mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap praktik-praktik yang sedang berlangsung. Dalam metode survei juga dilakukan evaluasi serta perbandingan-perbandingan terhadap hal-hal yang telah dilakukan dalam menangani situasi atau masalah yang serupa dan hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa yang akan datang (Nazir 2003). 4.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan bersifat kuantitatif dan kualitatif yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer mengenai komponenkomponen perikanan tangkap baik secara fisik, aktivitas maupun pengelolaannya yang dikumpulkan dengan metode observasi, wawancara dan pengisian kuisioner. Observasi dilakukan terhadap komponen-komponen perikanan tangkap dari segi kondisi fisik, kapasitas, ukuran, pemanfaatan dan pengelolaannya. Wawancara ditujukan kepada stakeholder subsektor perikanan tangkap, diantaranya Dinas Perikanan, pengelola pelabuhan, nelayan dan masyarakat sekitar yang terlibat. Pengisian kuisioner hanya ditujukan kepada nelayan. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka berupa laporan, arsip, internet dan dokumen di lingkungan kampus IPB, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur, Badan Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Kabupaten Lamongan, Badan

22 Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Provinsi Jawa Timur, Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Daerah Kecamatan Brondong. 4.4 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling atau pemilihan responden dengan sengaja (tidak secara acak). Pemilihan responden dilakukan dengan pertimbangan bahwa responden mampu berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuisioner. Adapun cara pengambilan sampel ini adalah dengan memilih sub kelompok dari populasi yang sedemikian rupa, sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang mewakili dengan sifat-sifat populasi berdasarkan pengalaman atau kriteria lain (Singarimbun dan Efendi 1989). Jumlah responden yang diwawancara berjumlah 13 orang yang terdiri atas: Kepala Seksi Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan 2 orang, Staf Bappeda atau Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan 2 orang, Kepala Seksi BPMD 1 orang untuk keperluan analisis SWOT dan nelayan sebanyak 8 orang. Data sekunder terdiri atas data laporan tahunan selama 6 tahun terakhir yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lamongan, Pemerintah Daerah Kabupaten Lamongan, Badan Pusat Statistik Kabupaten Lamongan, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 4.5 Metode Analisis Data 4.5.1 Analisis peranan subsektor perikanan tangkap Peran perikanan dapat dianalisis dengan menggunakan metode kontribusi/shift share dan metode Location Quotient (LQ). Metode shift share/kontribusi merupakan analisis untuk melihat seberapa besar peran atau kontribusi dari subsector perikanan tangkap terhadap PDRB pertanian dan total PDRB. Rumus yang digunakan adalah :

23 Sh = ( P ) PDRB % atau Sh = ( P) ( T ) PDRB ( T ) PDRB t 100 PDRB 100% Keterangan : Sh : Nilai kontribusi PDRB (P) : Nilai PDRB pertanian PDRB (Pt) : Nilai PDRB perikanan tangkap PDRB (T) : Total PDRB Metode Location Quotient (LQ) merupakan analisis untuk mengetahui kondisi PDRB, laju pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja sehingga dapat ditentukan arahan pembangunan selanjutnya. Selain itu, analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya peranan sektor perikanan dalam menunjang pembangunan wilayah Kabupaten Lamongan. Peranan tersebut merupakan kontribusi dari sektor perikanan terhadap pertumbuhan wilayah, dimana dalam metode yang digunakan tersebut kontribusi perikanan berupa kemampuan perikanan dalam penyerapan tenaga kerja. Besar kecilnya peranan sektor perikanan dilihat dari perikanan tersebut sebagai sektor basis atau non basis. (Kadariah 1985) Tenaga kerja dan pendapatan pada sektor basis adalah fungsi permintaan dari luar (exogeneous) yaitu permintaan dari luar yang mengakibatkan terjadinya ekspor dari wilayah tersebut. Untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non-basis dapat digunakan beberapa metode, yaitu : (1) metode pengukuran langsung merupakan sektor basis yang berhubungan langsung dengan dengan pengukuran survei untuk mengidentifikasi sektor manan yang merupakan sektor basis, dan (2) metode pengukuran tidak langsung merupakan kegiatankegiatan sektor pendukung yang dibutuhkan dalam melayani pekerja pada sektor basis itu sendiri (Budiharsosno 2001) Sektor basis adalah sektor yang pertumbuhannya akan mendorong dan menentukan pembangunan wilayah secara keseluruhan. Sektor non basis adalah sektor yang pertumbuhannya hanya merupakan akibat dari pembangunan wilayah secara keseluruhan. Budiharsono (2001) menyatakan bahwa metode Location Quotient (LQ) merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor perikanan pada tingkat wilayah terhadap pendapatan (tenaga kerja) total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor perikanan pada tingkat

24 Kabupaten terhadap pendapatan (tenaga kerja) kabupaten. Hal tersebut secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut: LQ = vi vt Vi V Keterangan : V i : PDRB dan Tenaga kerja sektor perikanan pada kabupaten V t : PDRB dan Tenaga kerja total kabupaten V i : PDRB dan Tenaga kerja sektor perikanan pada tingkat provinsi V t : PDRB dan Tenaga kerja total provinsi t 4.5.2 Analisis dampak subsektor perikanan tangkap Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda (Multilier Effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan (Glasson 1977). Multilier Effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan indikator PDRB dan dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : ΔY M sy = ΔY b Keterangan : M sy : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan ΔY : Perubahan PDRB Kabupaten Lamongan Δy b : Perubahan PDRB subsektor perikanan tangkap Kabupaten Lamongan Perhitungan Multilier Effect berdasarkan indikator tenaga kerja digunakan rumus sebagai berikut : ΔE M se = ΔY e Keterangan : M se : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja ΔE : Perubahan tenaga kerja sektor perikanan Kabupaten Lamongan Δy e :Perubahan tenaga kerja subsektor perikanan tangkap Kabupaten Lamongan 4.5.3 Analisis kebutuhan investasi Hubungan antara peningkatan unsur investasi terhadap PDRB yang dikenal dengan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) yaitu suatu ukuran yang menunjukkan besarnya tambahan investasi baru yang diperlukan untuk meningkatkan output sebesar satu unit. Secara teoritis, terdapat beberapa rumus

25 yang dapat digunakan dalam penghitungan ICOR. Rumus dibawah ini mengasumsikan bahwa investasi yang dilakukan dalam tahun itu langsung dapat menghasilkan PDB/PDRB pada tahun yang bersangkutan I = ICOR x ΔY Keterangan : I : Besarnya kebutuhan investasi pada tahun t ICOR : Angka yang menunjukkan besarnya tambahan investasi yang diperlukan untuk meningkatkan satu unit output pada tahun t ΔY : Besarnya tambahan output (PDB atau PDRB) pada tahun t 4.5.4 Analisis peranan komoditas hasil tangkapan unggulan Untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan, dibuat matrik dari pendekatan Location Quotient (LQ). Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktivitas perikanan tangkap pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Berikut adalah model matematikanya : LQ = Keterangan : LQ q i q t Q i Q t qi qt Qi Q : Location Quotient : produksi ikan jenis ke-i pada Kabupaten Lamongan : produksi total perikanan tangkap Kabupaten Lamongan : produksi ikan jenis ke-i Provinsi Jawa Timur : prosuksi total perikanan tangkap Provinsi Jawa Timur t Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ dibedakan dalam dua kelompok. Kelompok-kelompok tersebut masing-masing terdiri atas 3 kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri, yaitu terpusat (LQ > 1), mendekati terpusat (LQ = 0,80 sampai 0,99) dan tidak terpusat (LQ < 1). Masing-masing kelompok secara berurutan dibobot dengan nilai 3,2, dan 1. Kelompok kedua dilihat dari nilai pertumbuhan LQ, yaitu nilai LQ yang mngalami pertumbuhan positif diberi bobot 3, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan untuk nilai LQ yang mengalami pertumbuhan negatif diberi bobot 1. Dari kedua hasil bobot LQ tersebut, nilai

26 penjumlahan tertinggi dan dengan penentuan rata-rata nilai tertinggi di kurangi nilai terendah pada total nilai bobot LQ yaitu (21-7)/3, selang kelas untuk penetuan komoditas unggulan adalah 21-15 merupakan komoditas unggulan, 14-8 merupakan komoditas netral dan 7-1 merupakan komoditas non unggulan, akan dijadikan prioritas untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Lamongan. 4.5.5 Analisis strategis pengembangan subsektor perikanan tangkap Perencanaan pembangunan wilayah berbasis perikanan tangkap secara terpadu di Kabupaten Lamongan dapat dirumuskan melalui analisis SWOT. Hasil analisis SWOT dapat digunakan untuk menetapkan suatu kebijakan pengembangan perikanan tangkap di wilayah Kabupaten Lamongan dalam jangka pendek. Analisis ini dapat menjawab permasalahan perikanan tangkap dan menghindari permasalahan baru. Pada gilirannya pembangunan terpadu dapat meningkatkan produksi ikan, konsumsi ikan, pemasaran hasil perikanan, pendapatan nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan terhadap pembangunan bidang industri tanpa melupakan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Analisis SWOT adalah identifikasi secara sistematik antara kekuatan dan kelemahan dari faktor internal (seperti keadaan sumberdaya, lingkungan, operasional dan pemasaran) serta kesempatan dan ancaman dari faktor eksternal (seperti analisis pasar, masyarakat, pemerintah, sektor lain di wilayah pesisir dan kelembagaan) yang dihadapai suatu sektor. Analisis SWOT umunya memiliki kelebihan yakni sederhana, fleksibel, menyeluruh, menyatu, mengkolaborasi dan menghasilkan perencanaan terpadu. Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor di dalam dan di luar komponen atau sistem perikanan secara sitematis untuk merumuskan suatu strategi perencanaan terpadu. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan pengembangan tujuan, strategi dan kebijakan pemerintah. Tujuan pembangunan perencanaan perikanan tangkap adalah untuk meningkatkan produksi ikan, komsumsi ikan, pemasaran hasil perikanan,

27 pendapatan nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan terhadap pembangunan bidang industri tanpa melupakan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan serta memperhatikan sektor lain di wilayah Kabupaten Lamongan. Dengan demikian strategi perencanaan terpadu harus menganalisis faktor-faktor strategi perikanan tangkap (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini atau disebut dengan analisis situasi. Faktor-faktor SWOT ini didapatkan dari analisis deskriptif, analisis LQ dan kebijakan yang ada. Semua faktor tersebut diasumsikan berpengaruh terhadap perencanaan perikanan tangkap terpadu, dengan tidak menutup kemungkinan ada faktor-faktor SWOT yang lain yang berpengaruh dan tidak atau belum teramati oleh peneliti. Lalu dibuat suatu alternatif strategi pembangunan. Pemilihan alternatif strategi diberi bobot sebagai berikut : 5 = sangat penting 2 = tidak penting 4 = penting 1 = sangat tidak penting 3 = cukup penting Untuk menyusun faktor-faktor strategi pertumbuhan wilayah tersebut digunakan matrik SWOT. Matrik tersebut dapat menggambarkan secara jelas dengan menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi. Penggambaran yang disusun dengan peluang dan ancaman eksternal yang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang ada (Tabel 2). Tabel 2 Matrik SWOT Internal Eksternal Opportunities (O) Tentukan peluang eksternal Thrests (T) Tentukan ancaman eksternal Sumber : Rangkuti (2001) Strengths (S) Tentukan faktor-faktor kekuatan Internal I. Strategi SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang II. Strategi ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman Weakness (W) Tentukan faktor-faktor kelemahan internal III. Strategi WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang IV. Strategi WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman

28 Matrik SWOT merupakan suatu matching tool yang penting untuk membantu para pengambil keputusan mengembangkan tipe-tipe strategi, antara lain adalah strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT. Bagian yang paling sulit dalam menyusun dan mengembangkan matrik SWOT ini adalah mencocokkan antara faktor-faktor eksternal dan internal untuk menghasilkan strategi SO, WO, ST dan WT sehingga didapatkan alternatif pilihan strategi perencanaan pembangunan perikanan tangkap secara terpadu di Kabupaten Lamongan (Rangkuti 2001). I. Strategi SO; Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perikanan tangkap memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. II. Strategi ST; Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perikanan tangkap masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategis diversifikasi (produksi/pemasaran) III. Strategi WO; Wilayah menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak menghadapi berbagai kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perencanaan adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Misalnya dengan peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk pengolahan. IV. Strategi WT; Merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Strategi yang digunakan adalah strategi defensif. Diagram analisis SWOT diperlihatkan pada Gambar 1. Dari Gambar 2, terlihat ada empat kuadran pada Diagram Analisis SWOT.

29 KELEMAHAN INTERNAL BERBAGAI PELUANG Kuadran 3 Kuadran 1 Mendukung strategi Mendukung strategi turn around agresif Kuadran 4 Kuadran 2 Mendukung strategi Mendukung strategi defensive diversifikasi BERBAGAI ANCAMAN KEKUATAN INTERNAL Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4 Gambar 7 Diagram Analisis SWOT, Rangkuti (1997). : Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Rwonth oriented strategy). : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara stratifikasi diversifikasi (produk/pasar). : Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di pihak lain, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Untuk membuat analisis SWOT, dibutuhkan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi suatu wilayah. Analisis lingkungan internal dan eksternal dilakukan dengan membuat matriks Evaluasi Faktor Internal

30 (Internal Factor Evaluation IFE) dan Evaluasi Faktor Eksternal (External Factor Evaluation EFE). Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE), yaitu : a) Menyusun daftar faktor-faktor yang dianggap berpengaruh penting sebagai faktor internal dan eksternal subsektor perikanan tangkap Kabupaten Lamongan. Faktor strategi internal terdiri dari : kekuatan yaitu (a) memiliki potensi sumberdaya laut yang cukup besar, (b) jumlah kesempatan kerja yang cukup besar di subsektor perikanan tangkap, (c) terdapatnya komoditas hasil tangkapan unggulan, (d) daya beli masyarakat Kabupaten Lamongan yang tinggi, (e) masih besarnya peluang terhadap pemanfaatan potensi sumberdaya laut, (f) kontribusi perikanan tangkap relatif besar terhadap PDRB Kabupaten Lamongan. Untuk kelemahan yaitu (g) keterbatasan sarana dan prasarana, (h) kualitas SDM yang rendah, (i) konflik penggunaan ruang (wilayah) antar nelayan. Untuk faktor startegi eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang yaitu (a) Berada pada jalur perdagangan dunia, (b) Tingkat permintaan dari luar terhadap produk perikanan yang tinggi, (c) Komoditas perikanan tangkap memiliki prospek cerah utnuk ekspor. Untuk ancaman yaitu (d) Konflik penggunaan ruang (wilayah) antar sektor/subsektor, (e) Pencurian ikan dan sumberdaya laut lainnya oleh nelayan asing, (f) Harga suku cadang untuk unit penangkapan ikan yang cukup tinggi, (g) Pengaruh dari era globalisasi, (h) Persaingan pasar dengan daerah lain. b) Penilaian bobot setiap faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal; dalam subsektor perikanan tangkap Kabupaten Lamongan. Pembobotan bertujuan untuk mengkuantifikasi faktor-faktor internal maupun faktorfaktor eksternal yang telah dianalisis. Rentang nilai bobot yang digunakan adalah satu sampai tiga. Aturan yang digunakan dalam pengisian kolom adalah: 1 = jika faktor horizontal kurang penting daripada faktor vertikal 2 = jika faktor horizontal sama penting daripada faktor vertikal

31 3 = jika faktor horizontal lebih penting daripada faktor vertikal Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap ariabel terhadap jumlah keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor 1996 diacu dalam Dewi 2008). X i ai = X i Keterangan : ai Xi i n : Bobot variabel ke-i : Nilai variabel ke-i : A, B, C,...n : jumlah faktor-faktor strategis Penilaian bobot faktor stategis internal dan faktor strategis eksternal masing-masing dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3 Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Strategis Kekuatan Kelemahan Total Bobot Internal A B C D E F G H I J K L Kekuatan Indikator A Xa Indikator B Xb Indikator C Xc Indikator D Xd Indikator E Xe Indikator F Xf Kelemahan Indikator G Xg Indikator H Xh Indikator I Xi Indikator J Xj Indikator K Xk Indikator L Xl Total ΣX

32 Tabel 4 Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Strategis Peluang Ancaman Total Bobot Eksternal A B C D E F G H I Peluang Indikator A Xa Indikator B Xb Indikator C Xc Ancaman Indikator D Xd Indikator E Xe Indikator F Xf Indikator G Xg Indikator H Xh Indikator I Xi Total ΣX c) Selanjutnya adalah membuat matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE). Pemberian bobot pada setiap faktor dimulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Bobot yang diberikan pada suatu faktor menunjukkan seberapa penting faktor tersebut untuk menunjang keberhasilan. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1,0. Pembobotan ditempatkan pada kolom kedua matriks. d) Penentuan peringkat terhadap variabel-variabel hasil analisis situasi dilakukan oleh peneliti dengan skala berikut : Nilai untuk matriks IFE, skala peringkat yang digunakan yaitu : 1 = sangat lemah 3 = sangat kuat 2 = lemah 4 = kuat Nilai untuk matriks EFE, skala peringkat yang dibutuhkan yaitu : 1 = rendah 3 = tinggi 2= sedang 4 = sangat tinggi e) Tiap peringkat dikalikan masing-masing bobotnya untuk setiap variabel, sehingga dapat ditentukan nilai yang dibobot. f) Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan nilai bobot total bagi subsektor perikanan tangkap di Kabupaten

33 Lamongan. Penilaian bobot dapat di lihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut ini. Tabel 5 Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) Kekuatan Faktor Strategi Internal Bobot Nilai A. Memiliki potensi sumberdaya laut yang cukup besar B. Jumlah kesempatan kerja yang cukup besar di subsektor perikanan tangkap C. Terdapatnya komoditas hasil tangkapan unggulan D. Daya beli masyarakat Kabupaten Lamongan yang tinggi E. Masih besarnya peluang terhadap pemanfaatan potensi sumberdaya laut F. Kontribusi perikanan tangkap relatif besar terhadap PDRB Kabupaten Lamongan Kelemahan G. Keterbatasan sarana dan prasarana H. Kualitas SDM yang rendah I. Konflik fishing ground antar nelayan Nilai yang Dibobot Total 1 Peluang Tabel 6 Matriks Eksternal Faktor Evaluation (EFE) Faktor Strategi Eksternal Bobot Nilai A. Berada pada jalur perdagangan dunia B. Tingkat permintaan dari luar terhadap produk perikanan yang tinggi C. Komoditas perikanan tangkap memiliki prospek cerah untuk ekspor Ancaman D. Konflik penggunaan ruang (wilayah) antar sektor/subsektor E. Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dan ilegal fishing. F. Harga suku cadang untuk unit penangkapan ikan yang cukup tinggi G. Pengaruh dari era globalisasi H. Persaingan pasar dengan daerah lain. Total Nilai yang Dibobot 1 - g) Nilai bobot berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Dibawah 2,5 menunjukkan posisi internal dan eksternal yang lemah, sedangkan nilai bobot total diatas 2,5 menunjukkan bahwa posisi internal dan eksternalnya

34 berada pada tingkat yang kuat. Niali bobot yang berada pada nilai 2,5 menunjukkan situasi eksternal dan internalnya berada pada posisi rata-rata. Pemilihan alternatif strategi yang terbaik dilakukan dengan memberikan nilai dan rangking sesuai dengan tingkat kepentingannya. Pemberian nilai ini diberikan kepada setiap unsur SWOT dan pemberian rangking dilakukan dengan cara penjumlahan dari penilaian bobot setiap faktor strategis internal dan eksternal yang didapat dari jawaban para responden. 4.6 Batasan Konsep dan Pengukuran Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan konsep yang penting antara lain : 1) Penelitian ini menganalisis subsektor perikanan tangkap; 2) Peranan subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan adalah kedudukan subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator pendapatam wilayah dan kesempatan kerja; 3) Sektor basis perikanan tangkap adalah perbandingan relatif kemampuan subsektor perikanan tangkap pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administrasi di atasnya (nasional) serta subsektor perikanan tangkap mampu memenuhi kebutuhan komoditas perikanan Kabupaten Lamongan dan mengekspor ke luar Kabupaten Lamongan; 4) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah pendapatan total suatu wilayah dari seluruh kegiatan perekonomian selama setahun. PDRB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan; 5) Kesempatan kerja adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja. Kesempatan kerja subsektor perikanan tangkap adalah jumlah angkatan kerja yang bekerja pada subsektor perikanan tangkap. Kesempatan kerja dinyatakan dalam orang (jiwa); 6) Efek pengganda (PDRB/tenaga kerja) adalah koefisien yang menunjukkan kemampuan setiap peningkatan (pendapatan/tenaga kerja) dalam wilayah terhadap pertumbuhan (PDRB/tenaga kerja) wilayah yang bersangkutan;

35 7) Faktor internal adalah kekuatan yang merupakan keunggulan yang dimiliki oleh subsekor perikanan tangkap serta kelemahan yang merupakan keterbatasan atau kekurangan subsektor perikanan tangkap yang mempengaruhi kinerja pembangunan; 8) Faktor eksternal adalah peluang yang merupakan kesempatan yang dimiliki subsektor perikanan tangkap untuk dimanfaatkan dan ancaman yang merupakan hambatan yang berasal dari luar subsektor perikanan tangkap; 9) Strategi pembangunan adalah rencana pengembangan secara bertahap dan teratur dari kondisi rill saat ini menuju sasaran yang diinginkan.