BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BAB 6 : KESEJAHTERAAN

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

Kajian Ekonomi Regional Banten

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN KABUPATEN WONOGIRI

No Lokasi Jenis Sapi Jumlah. 1 Pulau Timor Sapi Bali Pulau Flores Sapi Bali Pulau Sumba Sapi Onggol

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

SURVEI PERSEPSI PASAR

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

SURVEI PERSEPSI PASAR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

SURVEI PERSEPSI PASAR

Halaman ini sengaja dikosongkan.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN

SURVEI PERSEPSI PASAR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

SURVEI PERSEPSI PASAR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

1. Tinjauan Umum

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Transkripsi:

BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran yang telah ditentukan pada APBDP-2011. Sementara untuk pencapaian realisasi penerimaan daerah cukup baik. Penerimaan daerah berada di atas target anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 4.1 PENDAPATAN DAERAH Dari komponennya, hampir seluruh pos penerimaan realisasinya mampu mencapai target yang ditetapkan pada APBDP-2011. Realisasi di bawah target anggaran hanya terjadi pada pos Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak. Secara nominal, realisasi pendapatan triwulan IV-2011 sebesar Rp 680,62 Miliar dengan capaian terhadap target anggaran sebesar 100,54%. Hal ini terutama didukung oleh hasil pencapaian pada pos Pendapatan Asli Daerah yang mampu menghimpun pendapatan sebesar Rp 151,49 Miliar atau sebesar 104,54% dari target anggaran. Peningkatan PAD terbesar masih bersumber pada pajak kendaraan bermotor yang kontribusinya mencapai 92,57% dari total penghimpunan PAD. Realisasi PAD pada tahun 2011 meningkat 21 Miliar dibandingkan tahun sebelumnya. Tabel 4.1 Anggaran Induk dan Realisasi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo Sementara itu di sisi dana perimbangan, realisasi DAU dan DAK mencapai 100%. Penurunan realisasi terjadi pada pos bagi hasil pajak/bukan pajak, yaitu pada Bagi Hasil Pajak Pasal 21. Secara nominal penerimaan dana perimbangan pada triwulan IV-2011 sebesar Rp 510,22 Miliar mencapai 99,43% terhadap target anggaran sebelumnya. Realisasi dana perimbangan tersebut meningkat Rp 70 Miliar dibandingkan tahun sebelumnya. IV-2010 IV-2011 Nominal Pencapaian (%) APBDP 2011 Nominal Pencapaian (%) Pendapatan Asli Daerah 106,783,066,210 130,895,807,649 122.58 144,916,740,520 151,495,419,183 104.54 Pajak daerah 96,450,724,011 120,763,859,727 125.21 133,127,278,321 140,235,868,435 105.34 Pajak Kendaraan Bermotor 32,550,861,400 37,698,428,218 115.81 42,153,606,599 44,303,321,140 105.10 Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 - - 25,000,000 - - Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 41,541,852,923 58,940,311,550 141.88 66,537,687,034 68,767,615,350 103.35 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000,000 - - 15,000,000 - - Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 22,180,984,688 24,013,162,614 108.26 24,180,984,688 27,105,378,520 112.09 Pajak Air Permukaan 121,800,000 88,762,760 72.88 160,000,000 59,553,425 37.22 Pajak Air Bawah Tanah 15,225,000 23,194,585 152.35 55,000,000 - - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 550,000,000 - - - - - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 9,782,342,199 10,131,947,922 103.57 11,789,462,199 11,259,550,748 95.51 Dana Perimbangan 430,749,380,658 438,417,250,983 101.78 513,158,308,835 510,223,775,851 99.43 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 20,580,008,454 26,931,530,983 130.86 23,983,008,835 21,048,473,851 87.76 Dana Alokasi Umum 400,750,820,000 400,750,820,000 100.00 461,118,100,000 461,118,102,000 100.00 Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000 10,734,900,000 100.00 28,057,200,000 28,057,200,000 100.00 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 21,848,025,000-18,900,000,000 18,900,000,000 100.00 Jumlah Pendapatan 537,532,446,868 591,161,083,632 109.98 676,975,049,355 680,619,195,034 100.54 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Pendapatan Daerah APBD 2010 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 43

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Dilihat dari pangsanya, komposisi dana perimbangan masih mendominasi APBD triwulan IV-2011 sebesar 74,96% relatif sama dibandingkan pangsa dana perimbangan tahun sebelumnya sebesar 74,16%. Demikian juga untuk pangsa PAD, sehingga disimpulkan struktur realisasi APBD Pemerintah Provinsi tahun 2010 dengan tahun 2011 masih belum banyak mengalami perubahan. Tabel 4.2 Komposisi Penerimaan APBD Provinsi Gorontalo (dalam %) Pendapatan Daerah APBD 2010 IV-2010 IV-2011 APBDP 2011 Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%) Pendapatan Asli Daerah 106,783,066,210 130,895,807,649 22.14 144,916,740,520 151,495,419,183 22.26 Pajak daerah 96,450,724,011 120,763,859,727 20.43 133,127,278,321 140,235,868,435 20.60 Pajak Kendaraan Bermotor 32,550,861,400 37,698,428,218 6.38 42,153,606,599 44,303,321,140 6.51 Pajak Kendaraan di Air 25,000,000 - - 25,000,000 - - Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 41,541,852,923 58,940,311,550 9.97 66,537,687,034 68,767,615,350 10.10 Bea Balik Nama Kendaraan Di Air 15,000,000 - - 15,000,000 - - Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 22,180,984,688 24,013,162,614 4.06 24,180,984,688 27,105,378,520 3.98 Pajak Air Permukaan 121,800,000 88,762,760 0.02 160,000,000 59,553,425 0.01 Pajak Air Bawah Tanah 15,225,000 23,194,585 0.00 55,000,000 - - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 550,000,000 - - - - - Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 9,782,342,199 10,131,947,922 1.71 11,789,462,199 11,259,550,748 1.65 Dana Perimbangan 430,749,380,658 438,417,250,983 74.16 513,158,308,835 510,223,775,851 74.96 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 20,580,008,454 26,931,530,983 4.56 23,983,008,835 21,048,473,851 3.09 Dana Alokasi Umum 400,750,820,000 400,750,820,000 67.79 461,118,100,000 461,118,102,000 67.75 Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000 10,734,900,000 1.82 28,057,200,000 28,057,200,000 4.12 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah - 21,848,025,000 3.70 18,900,000,000 18,900,000,000 2.78 Jumlah Pendapatan 537,532,446,868 591,161,083,632 100.00 676,975,049,355 680,619,195,034 100.00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo - 4.2 BELANJA DAERAH Peningkatan penyerapan belanja daerah terutama didorong oleh peningkatan penyerapan pada pos belanja langsung, sementara untuk pos belanja tidak langsung mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, tercatat Rp 713,86 Miliar dana APBD telah dibelanjakan dengan realisasi mencapai 92,78% terhadap target anggaran. Kondisi tersebut masih lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang realisasinya mencapai 90,24%. Penyerapan anggaran daerah pada pos belanja langsung mencapai Rp 388,88 Miliar atau sebesar 92,85% terhadap target anggaran, sedikit lebih baik dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 90,24%. Penyerapan yang cukup baik terutama pada pos belanja modal yang mencapai 95,93% terhadap anggaran. Sementara itu penyerapan anggaran daerah untuk pos belanja tidak langsung realisasinya sedikit menurun apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Tercatat penyerapan anggaran tahun 2011 pada pos tersebut sebesar 92,69% menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 95,28%. 44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Belanja Daerah Tabel 4.3 Anggaran Induk dan Realisasi Belanja APBD Provinsi Gorontalo IV-2010 IV-2011 Nominal Pencapaian (%) APBDP 2011 Nominal Pencapaian (%) Belanja Tidak Langsung 270,851,001,852.00 258,065,176,335 95.28 349,534,816,664.00 323,981,914,467.00 92.69 Belanja Pegawai 173,793,863,052.00 165,233,608,171 95.07 203,973,905,336.00 187,797,346,422.00 92.07 Belanja Subsidi 2,728,450,000.00 1,928,000,000 70.66 2,500,000,000.00 1,662,443,865.00 66.50 Belanja Hibah 16,364,500,000.00 16,142,400,000 98.64 73,240,000,000.00 66,763,215,789.00 91.16 Belanja Bantuan Sosial 4,865,000,000.00 4,266,797,209 87.70 7,500,000,000.00 6,966,536,209.00 92.89 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,550,000,000.00 39,430,332,880 99.70 51,070,911,328.00 51,024,380,307.00 99.91 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 32,066,138,800.00 30,930,988,075 96.46 7,500,000,000.00 8,098,192,000.00 107.98 Belanja Tidak Terduga 1,483,050,000.00 133,050,000 8.97 3,750,000,000.00 1,669,799,875.00 44.53 Belanja Langsung 354,999,376,675.00 306,683,792,717 86.39 418,812,138,202.00 388,887,795,149.00 92.85 Belanja Pegawai 23,943,509,247.00 21,693,499,447 90.60 30,891,979,880.00 27,608,715,245.00 89.37 Belanja Barang dan Jasa 191,571,911,638.00 176,002,302,158 91.87 239,917,730,430.00 219,298,362,650.00 91.41 Belanja Modal 139,483,955,790.00 108,987,991,112 78.14 148,002,427,892.00 141,980,717,254.00 95.93 Jumlah Belanja 625,850,378,527.00 564,748,969,052 90.24 768,346,954,866.00 712,869,709,616.00 92.78 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo ANGGARAN APBD-P 2010 Struktur APBD 2011 masih sama dengan kondisi tahun sebelumnya dimana porsi penyerapan anggaran 80% masih diarahkan untuk kepentingan belanja konsumsi sementara 20% untuk kepentingan belanja modal. Tabel 4.4 Komposisi Belanja APBD Provinsi Gorontalo Belanja Daerah ANGGARAN APBD-P 2010 IV-2010 IV-2011 APBDP 2011 Nominal Komposisi (%) Nominal Komposisi (%) Belanja Tidak Langsung 270,851,001,852.00 258,065,176,335 45.70 349,534,816,664.00 323,981,914,467.00 45.45 Belanja Pegawai 173,793,863,052.00 165,233,608,171 29.26 203,973,905,336.00 187,797,346,422.00 26.34 Belanja Subsidi 2,728,450,000.00 1,928,000,000 0.34 2,500,000,000.00 1,662,443,865.00 0.23 Belanja Hibah 16,364,500,000.00 16,142,400,000 2.86 73,240,000,000.00 66,763,215,789.00 9.37 Belanja Bantuan Sosial 4,865,000,000.00 4,266,797,209 0.76 7,500,000,000.00 6,966,536,209.00 0.98 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,550,000,000.00 39,430,332,880 6.98 51,070,911,328.00 51,024,380,307.00 7.16 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 32,066,138,800.00 30,930,988,075 5.48 7,500,000,000.00 8,098,192,000.00 1.14 Belanja Tidak Terduga 1,483,050,000.00 133,050,000 0.02 3,750,000,000.00 1,669,799,875.00 0.23 Belanja Langsung 354,999,376,675.00 306,683,792,717 54.30 418,812,138,202.00 388,887,795,149.00 54.55 Belanja Pegawai 23,943,509,247.00 21,693,499,447 3.84 30,891,979,880.00 27,608,715,245.00 3.87 Belanja Barang dan Jasa 191,571,911,638.00 176,002,302,158 31.16 239,917,730,430.00 219,298,362,650.00 30.76 Belanja Modal 139,483,955,790.00 108,987,991,112 19.30 148,002,427,892.00 141,980,717,254.00 19.92 Jumlah Belanja 625,850,378,527.00 564,748,969,052 100.00 768,346,954,866.00 712,869,709,616.00 100.00 4.3. KONTRIBUSI REALISASI APBD GORONTALO TERHADAP SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR Kinerja fiskal selama tahun 2011 menunjukkan sedikit peningkatan terhadap stimulan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi pemerintah memberikan pangsa 24,12% terhadap PDRB lebih baik dibandingkan kondisi tahun sebelumnya sebesar 22,12%. Demikian halnya dengan stimulan fiskal terhadap investasi sektor riil pada tahun 2011 mengalami peningkatan dengan pangsa 6%, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 5,3%. Di sisi pengaruhnya terhadap uang beredar, realisasi anggaran APBD Gorontalo sampai dengan akhir triwulan IV-2011 menunjukkan ekspansi. Ekspansi terjadi karena realisasi dari penerimaan APBD lebih kecil dibandingkan penyerapan belanja APBD. Defisit penerimaan mencapai Rp 32,25 Miliar di mana pada tahun anggaran sebelumnya Pemprov mengalami surplus anggaran sebesar Rp 26,41 Miliar. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 45

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil Belanja Daerah APBD-P 2010 IV-2010 IV-2011 APBDP 2011 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Konsumsi Pemerintah 486,366,422,737 455,760,977,940 22.22 620,344,526,974 570,888,992,362 24.12 Belanja Pegawai 197,737,372,299 186,927,107,618 9.11 234,865,885,216 215,406,061,667 9.10 Belanja Subsidi 2,728,450,000 1,928,000,000 0.09 2,500,000,000 1,662,443,865 0.07 Belanja Hibah 16,364,500,000 16,142,400,000 0.79 73,240,000,000 66,763,215,789 2.82 Belanja Bantuan Sosial 4,865,000,000 4,266,797,209 0.21 7,500,000,000 6,966,536,209 0.29 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,550,000,000 39,430,332,880 1.92 51,070,911,328 51,024,380,307 2.16 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 32,066,138,800 30,930,988,075 1.51 7,500,000,000 8,098,192,000 0.34 Belanja Tidak Terduga 1,483,050,000 133,050,000 0.01 3,750,000,000 1,669,799,875 0.07 Belanja Barang dan Jasa 191,571,911,638 176,002,302,158 8.58 239,917,730,430 219,298,362,650 9.26 Pembentukan Modal Tetap Bruto 139,483,955,790 108,987,991,112 5.31 148,002,427,892 141,980,717,254 6.00 Belanja Modal 139,483,955,790 108,987,991,112 5.31 148,002,427,892 141,980,717,254 6.00 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Tabel 4.6 Dampak APBD terhadap Uang Beredar APBD APBD-P 2010 IV-2010 IV-2011 APBDP 2011 Nominal %PDRB Nominal %PDRB Pendapatan 537,532,446,868.00 591,161,083,632.24 28.03 676,975,049,355.00 680,619,195,033.86 28.75 Pendapatan Asli Daerah 106,783,066,210.00 130,895,807,649.24 6.21 144,916,740,520.00 151,495,419,182.86 6.40 Dana Perimbangan 430,749,380,658.00 438,417,250,983.00 20.78 513,158,308,835.00 510,223,775,851.00 21.55 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 20,580,008,454.00 26,931,530,983.00 1.28 23,983,008,835.00 21,048,473,851.00 0.89 Dana Alokasi Umum 400,750,820,000.00 400,750,820,000.00 19.54 461,118,100,000.00 461,118,102,000.00 19.48 Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000.00 10,734,900,000.00 0.52 28,057,200,000.00 28,057,200,000.00 1.19 Dana Darurat - - Dana Penyesuaian - 21,848,025,000.00 1.07 18,900,000,000.00 18,900,000,000.00 0.80 Belanja 625,850,378,527.00 564,748,969,052.00 27.54 768,346,954,866.00 712,869,709,616.00 30.11 Belanja Pegawai 197,737,372,299.00 186,927,107,618.00 9.11 234,865,885,216.00 215,406,061,667.00 9.10 Belanja Subsidi 2,728,450,000.00 1,928,000,000.00 0.09 2,500,000,000.00 1,662,443,865.00 0.07 Belanja Hibah 16,364,500,000.00 16,142,400,000.00 0.79 73,240,000,000.00 66,763,215,789.00 2.82 Belanja Bantuan Sosial 4,865,000,000.00 4,266,797,209.00 0.21 7,500,000,000.00 6,966,536,209.00 0.29 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,550,000,000.00 39,430,332,880.00 1.92 51,070,911,328.00 51,024,380,307.00 2.16 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 32,066,138,800.00 30,930,988,075.00 1.51 7,500,000,000.00 8,098,192,000.00 0.34 Belanja Tidak Terduga 1,483,050,000.00 133,050,000.00 0.01 3,750,000,000.00 1,669,799,875.00 0.07 Belanja Barang dan Jasa 191,571,911,638.00 176,002,302,158.00 8.58 239,917,730,430.00 219,298,362,650.00 9.26 Belanja Modal 139,483,955,790 108,987,991,112 5.31 148,002,427,892 141,980,717,254 6.00 Surplus/Defisit (88,317,931,659) 26,412,114,580 1.29 (91,371,905,511) (32,250,514,582) (1.36) Pembiayaan Netto (88,317,931,659) - - (91,371,905,511) - - DAMPAK RUPIAH - 26,412,114,580 1.29 - (32,250,514,582) (1.36) Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo *) PDRB Q1-2010 Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo 4.4. ANGGARAN APBD PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TAHUN 2012 Pada tahun 2012 anggaran penerimaan APBD Pemerintah Provinsi mengalami peningkatan 34%. Anggaran penerimaan APBD tahun 2012 sebesar Rp 913 Miliar dengan komposisi 69% berasal dari dana perimbangan, 18% berasal dari penghimpunan pajak daerah dan sisanya 13% pendapatan lain-lain. Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2011 tampak ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat mulai menurun yang terlihat dari pangsa dana perimbangan yang menurun. Grafik 4.1 Grafik 4.2 Struktur Penerimaan APBD 2012 Struktur Pengeluaran APBD 2012 46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Pendapatan Daerah Tabel 4.7 APBD Penerimaan Tahun 2012 2010 2011 Realisasi Realisasi APBD 2012 Pendapatan Asli Daerah 130,895,807,649 151,495,419,183 161,639,396,184 Pajak daerah 120,763,859,727 140,235,868,435 150,012,733,985 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - Retribusi Daerah 100,000,000 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 10,131,947,922 11,259,550,748 11,526,662,199 Dana Perimbangan 438,417,250,983 510,223,775,851 630,131,540,835 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 26,931,530,983 21,048,473,851 23,983,008,835 Dana Alokasi Umum 400,750,820,000 461,118,102,000 582,140,302,000 Dana Alokasi Khusus 10,734,900,000 28,057,200,000 24,008,230,000 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 21,848,025,000 18,900,000,000 121,630,890,000 Jumlah Pendapatan 591,161,083,632 680,619,195,034 913,401,827,019 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo Pada tahun 2012 anggaran pengeluaran APBD Pemerintah Provinsi mengalami peningkatan 32%. Anggaran pengeluaran APBD tahun 2012 sebesar Rp 938 Miliar dengan komposisi 44% belanja langsung dan 21,4% berasal tidak langsung. Namun peningkatan belanja tahun 2012 yang cukup signifikan belum diiringi peningkatan komponen belanja modal. Belanja Daerah Tabel 4.8 APBD Pengeluaran Tahun 2012 IV-2010 Nominal IV-2011 Nominal APBDP 2011 Belanja Tidak Langsung 258,065,176,335 323,981,914,467.00 466,387,095,206.40 Belanja Pegawai 165,233,608,171 187,797,346,422.00 241,569,991,136.40 Belanja Subsidi 1,928,000,000 1,662,443,865.00 4,500,000,000.00 Belanja Hibah 16,142,400,000 66,763,215,789.00 139,830,890,000.00 Belanja Bantuan Sosial 4,266,797,209 6,966,536,209.00 5,600,000,000.00 Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 39,430,332,880 51,024,380,307.00 54,676,214,070.00 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem 30,930,988,075 8,098,192,000.00 15,210,000,000.00 Belanja Tidak Terduga 133,050,000 1,669,799,875.00 5,000,000,000.00 Belanja Langsung 306,683,792,717 388,887,795,149.00 472,014,731,812.80 Belanja Pegawai 21,693,499,447 27,608,715,245.00 36,893,361,512.00 Belanja Barang dan Jasa 176,002,302,158 219,298,362,650.00 289,417,165,499.80 Belanja Modal 108,987,991,112 141,980,717,254.00 145,704,204,801.00 Jumlah Belanja 564,748,969,052 712,869,709,616.00 938,401,827,019.20 Sumber : Badan Keuangan Provinsi Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 47

BAB 4 KEUANGAN DAERAH Halaman ini sengaja dikosongkan 48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan IV-2011 diwarnai oleh net outflow dan penurunan persediaan uang layak edar. Sementara itu, sistem pembayaran non tunai baik transaksi kliring dan transaksi RTGS mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan volume transaksi dalam sistem pembayaran tersebut diperkirakan akibat dari menurunnya transaksi ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya dimana terdapat event Ramadhan dan Hari Raya Lebaran. 5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI 5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW) Kegiatan kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan IV-2011 mengalami net outflow sebesar Rp181,33 miliar. Aliran uang kartal yang keluar dari khasanah kas titipan lebih tinggi dibandingkan dengan aliran uang kartal yang masuk ke dalam khasanah kas titipan. Grafik 5.1 Grafik 5.2 Netflow Kas Titipan Gorontalo Perkembangan Netflow Bulanan Sumber: Bank Indonesia Kondisi net outflow pada triwulan laporan didominasi pada bulan Desember yang mencapai Rp148,69 miliar. Sementara itu, pergerakan kas titipan pada bulan Oktober dan November relatif minim. Net outflow yang terjadi pada bulan Desember sejalan dengan banyaknya kebutuhan uang kartal oleh masyarakat untuk transaksi pembayaran akhir tahun. 5.1.2 PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR Uang layak edar yang tersedia pada kas titipan Gorontalo pada akhir triwulan IV- 2011 sebesar Rp72,48 miliar lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp128,44 miliar. Adapun rincian uang layak edar dimaksud sebesar Rp72,46 miliar untuk uang kertas dan Rp20 juta untuk uang logam. Menurunnya uang layak edar yang tersedia di BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 49

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN kas titipan disebabkan karena sebagian telah ditarik oleh Bank Indonesia karena kebutuhan akan uang kartal pada triwulan laporan tidak sebesar dibandingkan triwulan sebelumnya saat ada perayaan Lebaran. Sementara itu, uang lusuh yang terdapat pada kas titipan pada triwulan laporan sebesar Rp5,89 miliar. Pecahan uang kertas sebesar Rp2000,- merupakan pecahan yang memiliki tingkat kelusuhan tertinggi yaitu sebanyak 300.000 lembar, kemudian diikuti oleh pecahan uang kertas sebesar Rp1000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak 135.000 lembar, dan pecahan uang kertas sebesar Rp10.000,- yang memiliki tingkat kelusuhan sebanyak 100.000 lembar. Tabel 5.1 Rincian Pecahan Uang di Kas Titipan Gorontalo (Dalam Rp.ribu) Jenis Pecahan (Rp) Tw. IV 2010 Tw. III 2011 Tw. IV 2011 Jumlah (ribu) Jumlah (ribu) Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Layak edar Lusuh Jumlah (ribu) Uang Kertas 100,000 6,500,000 7,000,000 13,500,000 60,400,000 7,500,000 67,900,000 35,900,000 1,000,000 36,900,000 50,000 11,100,000 10,000,000 21,100,000 51,900,000 7,000,000 58,900,000 15,000,000 2,000,000 17,000,000 20,000 9,260,000 2,900,000 12,160,000 4,500,000 4,200,000 8,700,000 6,240,000 900,000 7,140,000 10,000 5,960,000 1,300,000 7,260,000 5,400,000 2,000,000 7,400,000 5,420,000 1,000,000 6,420,000 5,000 940,000 3,400,000 4,340,000 2,880,000 2,300,000 5,180,000 4,515,000 250,000 4,765,000 2,000 2,050,000 330,000 2,380,000 3,320,000 1,300,000 4,620,000 4,962,000 600,000 5,562,000 1,000 50,000 465,000 515,000 16,000 400,000 416,000 422,000 135,000 557,000 Total 35,860,000 25,395,000 61,255,000 128,416,000 24,700,000 153,116,000 72,459,000 5,885,000 78,344,000 Uang Logam 500 18,000-18,000 25,000 25,000 20,000 100 1,000-1,000-50 2,000 2,000 Total 19,000-19,000 27,000 27,000 20,000-20,000 TOTAL UANG 35,879,000 25,395,000 61,274,000 128,443,000 24,700,000 153,143,000 72,479,000 5,885,000 78,364,000 5.1.3 UANG PALSU Sumber : Bank Indonesia Tabel 5.2 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo Periode Jan-Des 2011 Pecahan / Tahun Emisi Gorontalo Manado 100.000 / 2004 0 163 100.000 / 1999 0 1 50.000 / 2005 0 106 50.000 / 1999 0 1 50.000 / 1993 0 4 20.000 / 2004 0 36 10.000 / 2005 0 30 Jumlah 0 341 Sumber: Bank Indonesia 50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Pada tahun 2011, tidak teridentifikasi temuan uang palsu di Kas Titipan Provinsi Gorontalo. Namun, di Manado telah ditemukan uang palsu sebanyak 341 lembar. Hasil konfirmasi dari Perbankan Gorontalo terdapat beberapa temuan uang palsu di Gorontalo. Namun, perbankan di Gorontalo melaporkan temuan tersebut kepada kantor regional masing-masing di Manado. Sehingga, diperkirakan uang palsu yang ditemukan di Gorontalo tercatat dan tergabung dengan uang palsu yang ada di Manado. 5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO Jumlah nominal perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada triwulan laporan sebesar Rp417,53 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 4,43% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 20,48% (q.t.q). Adapun jumlah warkat sebanyak 17.478 lembar dengan pertumbuhan sebesar 3.51% (q.t.q). Sementara itu, rata-rata harian nominal kliring Non BI di Gorontalo pada triwulan IV-2011 sebesar Rp6,52 miliar atau mengalami kontraksi 9,06% (q.t.q). Sedangkan rata-rata harian jumlah warkat sebanyak 273 lembar atau terkontraksi sebesar 1,37% (q.t.q). Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Grafik 5.4 Perputaran Kliring di Gorontalo Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari Rata-rata rasio jumlah nominal Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan nominal warkat yang dikliringkan pada triwulan IV-2011 tercatat sebesar 1,27% lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,02%. Sementara itu, rata-rata rasio warkat Cek/BG kosong per hari terhadap total keseluruhan warkat yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,80% lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,08%. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 51

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Grafik 5.5 Rasio Warkat dan Nominal Cek/BG Kosong Kliring Non BI di Gorontalo Sumber : Bank Indonesia 5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS) Perkembangan penyelesaian transaksi RTGS rata-rata per bulan (dari dan ke Gorontalo) selama triwulan IV-2011 secara nominal sebesar Rp695 miliar atau tumbuh secara triwulanan sebesar 7,26% (q.t.q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 24,46% (q.t.q). Sementara itu, secara volume penyelesaian transaksi RTGS ratarata per bulan selama triwulan IV-2011 tercatat sebanyak 1.559 transaksi atau mengalami pertumbuhan secara triwulanan sebesar -0,34% (q.t.q). Perlambatan perkembangan transaksi RTGS diperkirakan karena pergerakan aktivitas ekonomi pada triwulan laporan lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun pada triwulan IV-2011 terdapat beberapa event seperti Natal dan Tahun Baru, namun tidak dapat menyamai ramainya geliat perekonomian saat periode Ramadhan/Lebaran yang terjadi pada triwulan sebelumnya. 52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Tabel 5.3 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo FROM TO FROM + TO Bulan Nilai Nilai Nilai Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) Volume Oktober 200 742 392 744 591 1486 November 204 789 353 802 557 1591 Desember 280 1196 516 1182 796 2378 Rata-rata tw IV-10 228 909 420 909 648 1818 Pertumbuhan (qtq) 16.89% 29.00% 7.22% 26.53% 10.43% 27.75% Januari 155 574 360 474 515 1048 Februari 166 490 268 470 434 960 Maret 175 701 373 703 548 1404 Rata-rata tw I-11 165 588 334 549 499 1137 Pertumbuhan (qtq) -27.42% -35.28% -20.54% -39.63% -22.96% -37.45% April 196 725 267 611 464 1336 Mei 165 715 353 635 518 1350 Juni 216 796 365 710 581 1506 Rata-rata tw II-11 192 745 328 652 521 1397 Pertumbuhan (qtq) 16.26% 26.69% -1.57% 18.76% 4.34% 22.86% Juli 241 874 440 801 681 1675 Agustus 228 899 517 785 745 1684 September 192 772 327 563 519 1335 Rata-rata tw III-11 220 848 428 716 648 1565 Pertumbuhan (qtq) 14.54% 13.82% 30.27% 9.87% 24.46% 11.98% Oktober 244 844 396 687 640 1531 November 273 884 387 624 659 1508 Desember 327 954 460 685 787 1639 Rata-rata tw IV-11 281 894 414 665 695 1559 Pertumbuhan (qtq) 27.60% 5.38% -3.21% -7.12% 7.26% -0.34% Sumber : Bank Indonesia BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 53

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN Halaman ini sengaja dikosongkan 54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 6 KESEJAHTERAAN BAB 6 : KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan masyarakat di Gorontalo menunjukkan peningkatan sebagaimana tercermin dari salah satu indikator yaitu kemiskinan. Jumlah penduduk miskin menurun dari 23,19% pada tahun 2010 menjadi 18,02% pada posisi September 2011. 6.1. PENGANGGURAN Berdasarkan data Februari 2011, jumlah angkatan kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo adalah sebanyak 458.579 jiwa atau meningkat dibanding angkatan kerja pada periode Agustus 2010 yang tercatat hanya 456.499 jiwa. Peningkatan jumlah angkatan tersebut bersumber dari peningkatan jumlah penduduk yang bekerja dimana pada Februari 2011 mencapai 437.459 atau naik 1,05% dibanding posisi Agustus 2010 yang tercatat sebanyak 432.926 jiwa. Sementara angka tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Gorontalo pada bulan Februari 2011 tercatat sebanyak 4,61%, mengalami penurunan dibandingkan data Agustus 2010 yang tercatat 5,16%. Hal yang sama juga terjadi pada tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami penurunan dari 64,42% menjadi 63,90% yang diperkirakan dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk Bukan Angkatan Kerja yang lebih tinggi (2,71%) dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja (0,46%) dan pertumbuhan jumlah penduduk (1,26%). Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Sumber : BPS Prov. Gorontalo Berdasarkan lapangan usaha, terlihat bahwa sebagian besar penduduk Gorontalo bekerja pada sektor pertanian yaitu 179.933 orang (Februari 2011) atau 41,13 % dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut meningkat 1,67% jika dibandingkan dengan Agustus 2010. Hal tersebut merefleksikan bahwa Gorontalo masih tergolong sebagai BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 55

BAB 6 KESEJAHTERAAN daerah agraris dengan komoditi utama jagung dan padi. Sektor lainnya dengan pangsa pasar jumlah tenaga kerja yang cukup besar adalah sektor jasa kemasyarakatan yaitu 87.087 jiwa atau sebesar 19,91% dari total tenaga kerja. Tenaga kerja sektor ini tumbuh sebesar 7,09% dibandingkan bulan Agustus 2010. Sementara sektor perdagangan meskipun pangsanya terhadap penyerapan tenaga kerja cukup tinggi (14,63%) namun pertumbuhannya relatif menurun dibandingkan posisi Agustus 2010 yaitu sebesar -10,14%. Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2009-Agustus 2010 Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo 6.2. KEMISKINAN Data bulan September 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo tercatat sebanyak 192.396 jiwa atau 18,02% dari jumlah penduduk. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan posisi Maret 2011 yang tercatat sebanyak 198.270 jiwa (18,75% dari jumlah penduduk) atau mengalami penurunan sebesar 0,73%. Penurunan jumlah penduduk miskin tersebut, yang terbesar terjadi di perkotaan yaitu mencapai 4.538 jiwa atau 1,31 %, sedangkan di perdesaan hanya sebesar 1.336 jiwa atau 0,44 persen. Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan September 2011 sebesar Rp195.685 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp8.470 perkapita per bulan dibandingkan dengan bulan Maret 2011 yang tercatat sebesar Rp187.215 perkapita per bulan. 56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 6 KESEJAHTERAAN Tabel 6.3. Persentase Penduduk Miskin Provinsi Gorontalo (%) Periode Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%) Maret 2011 198,270 18.75 September 2011 192,396 18.02 Perubahan (5,874) (0.73) Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas Jika dilihat berdasarkan sebarannya di tahun 2011, persentase penduduk miskin di provinsi Gorontalo terbesar berada di wilayah perdesaan yaitu sebanyak 92,33%, selebihnya yaitu 7,67% tinggal di wilayah perkotaan. Untuk mengatasi adanya ketimpangan jumlah penduduk miskin tersebut, diharapkan pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah perdesaan pada tahun mendatang dapat lebih diprioritaskan. 6.3. RASIO GINI Angka rasio gini Gorontalo berdasarkan data 3 (tiga) tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada Tahun 2007 indeks gini tercatat 0,39 mengalami kenaikan dibandingkan indeks gini tahun 2005 lalu yang tercatat sebesar 0,36. Kondisi ini menunjukkan kesenjangan pendapatan antara lapisan penduduk semakin meningkat. Namun demikian berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 44,38% menjadi 47,67%. Fenomena yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40% menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas. Tabel 6.4. Rasio Gini Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo, Sakernas BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 57

BAB 6 KESEJAHTERAAN 6.4. IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) Index Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo sampai tahun 2007 adalah sebesar 68,98 meningkat 0,97 point dari IPM 2006 yang sebesar 68,01. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 65,60 tahun menjadi 66,19 tahun, kenaikan rata-rata lama sekolah menjadi 6,91 tahun dan kenaikan rata-rata pengeluaran riil dari Rp608,65 ribu menjadi Rp615,94 ribu. Kenaikan upah minimum provinsi menjadi salah satu pemicu peningkatan yang terjadi pada pengeluaran riil. Tabel 6.5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Terdapat perbedaan angka IPM di provinsi, kota dan kabupaten di Gorontalo, hal ini disebabkan oleh adanya ketidakmerataan pertumbuhan ekonomi, layanan pendidikan, kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang terjadi sejak pemekaran wilayah. Pada tahun 2006 IPM tertinggi di Kota Gorontalo sebesar 71,64 lebih tinggi dibandingkan IPM Nasional, sedangkan IPM terendah di Kabupaten Boalemo sebesar 67,24. Tabel 6.6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Per Kabupaten/Kota Tahun 2006-2007 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sementara itu arah pembangunan Gorontalo ke depan memfokuskan pada pembangunan 15 kecamatan ber-ipm terendah dengan menyentuh tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Adapun 15 kecamatan ber-ipm terendah antara lain : Kec. Motilango, Pulubala, Telaga Biru, Boliyohuto, Tibawa, Wonosari, Botumoito, Pohuwato, Patilanggio, Taluditi, Paguat, Tapa, Atinggola, Tolinggula, Anggrek dan Kwandang 58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI 7.1 OUTLOOK MAKRO EKONOMI REGIONAL 7.1.1 OUTLOOK TAHUNAN Proyeksi pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo tahun 2012 diperkirakan berada pada kisaran 7,3-7,8% (y.o.y). Beberapa karakter fundamental ekonomi daerah diperkirakan mampu mendukung capaian dimaksud. Pendapatan Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Faktor konsumsi masyarakat diperkirakan masih optimis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Daya dukung pendapatan masyarakat tercermin dari peningkatan UMP, rencana kenaikan gaji PNS serta terjaganya NTP pada level yang meningkat. UMP tahun 2012 ditetapkan sebesar Rp 837.500 atau tumbuh 9,84% (y.o.y) lebih baik dibandingkan pertumbuhan UMP 2011 sebesar 7,39% (y.o.y). Sementara itu pemerintah pusat merencanakan untuk menaikkan gaji PNS tahun 2012 sebesar 10%. Peningkatan produksi pertanian yang diperkirakan oleh Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo melalui ARAM I-2012 diharapkan memberikan perbaikan pada NTP Petani. Prediksi kenaikan harga jagung internasional didukung oleh perkiraan produksi Jagung Amerika Serikat akan menurun selama 2012 sehingga mempengaruhi stok dunia di sisi lain permintaan Jagung dunia diperkirakan semakin meningkat. Produksi pertanian Produksi pertanian utama Gorontalo diperkirakan masih dengan besaran moderat. Ancaman cuaca ekstrim pada 2012 membayangi capaian produksi pertanian meskipun untuk wilayah Sulawesi dampaknya diperkirakan minimal dibandingkan wilayah barat BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 59

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Indonesia. Dinas Pertanian memperkirakan bahwa optimisme pertumbuhan sektor pertanian didukung oleh peningkatan produksi jagung, sesuai ARAM I-2012 produksi jagung akan mencapai 698.888 ton atau meningkat 15,4% (y.o.y) dibandingkan pertumbuhan tahun 2011 yang terkontraksi -10,8 % (y.o.y). Meskipun penambahan luasan lahan relatif kecil, namun Dinas Pertanian optimis bahwa produktivitas pertanian dapat ditingkatkan dari 4,34 ton/ha menjadi 4,79 ton/ha melalui upaya perbaikan usaha tani. Upaya tersebut didukung oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo yang rencananya akan meningkatkan alokasi anggaran pertanian APBD dari Rp 15,8 Miliar menjadi Rp 47,38 Miliar. Optimisme peningkatan produksi pertanian tersebut sedikit diredam oleh perkiraan penurunan produksi padi. Dinas Pertanian melalui ARAM I-2012 memperkirakan bahwa produksi padi akan tumbuh 6,56% (y.o.y) atau melambat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 8,03% (y.o.y) kondisi ini disebabkan karena keterbatasan penambahan luas lahan tidak mampu diimbangi oleh kenaikan produktivitas. Pembiayaan investasi Pemerintah dan Perbankan Pembiayaan ekonomi yang bersumber dari dana APBD mengalami peningkatan yang cukup signfikan. Dana DIPA yang telah disetujui pada tahun 2012 sebesar Rp 6,05 Triliun atau lebih tinggi dibandingkan dana DIPA Tahun 2011 sebesar Rp 4,7 Triliun. Tambahan fiskal ini diharapkan mampu meningkatkan konsumsi pemerintah daerah baik disisi belanja publik maupun belanja modal. Dalam hal kebijakan kredit nasional, target pertumbuhan kredit nasional tahun 2012 diperkirakan melambat pada kisaran 23% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan capaian pertumbuhan kredit 2011 sebesar 26% (y.o.y). Kondisi tersebut diperkirakan akan berimbas pada pertumbuhan kredit regional. Namun untuk tetap mempertahankan pertumbuhan kredit regional, Bank Indonesia Gorontalo berupaya meningkatkan peran BPR/S. Upaya perbaikan tingkat NPLs BPR menjadi fokus perhatian Bank Indonesia Gorontalo sehingga tingkat kesehatan BPR akan semakin meningkat dan akan berdampak pada kinerjanya. 7.1.2 OUTLOOK TRIWULANAN Pertumbuhan ekonomi triwulan I-2012 diperkirakan berkisar 8,0 8,5% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2011. Pertumbuhan ini didorong oleh musim panen pertanian padi dan jagung yang diperkirakan berlangsung pada triwulan pertama. Hasil survei kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2011 mengindikasikan bahwa sektor dunia usaha masih optimis pada triwulan I-2012 walaupun dengan besaran yang lebih rendah apabila dibandingkan triwulan sebelumnya. Optimisme tersebut ditunjukkan oleh masih positifnya nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) hasil survei kegiatan dunia usaha 60 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI yang dilakukan pada triwulan IV-2011 sebelumnya. Pada triwulan I-2012 diperkirakan Gorontalo memasuki masa puncak panen. Produksi pertanian Januari April 2012 untuk padi diperkirakan sebesar 125.248 ton jauh lebih baik dibandingkan produksi September Desember 2012 sebesar 34.145 ton. Sementara untuk jagung diperkirakan sebesar 337.574 ton lebih baik dibandingkan kondisi September Desember 2011 sebesar 95.177 ton. Grafik 7.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diperkirakan mulai menurun yang ditunjukkan oleh nilai ekspektasi konsumen hasil survei Bank Indonesia. Indeks ekspektasi konsumsi berada pada level 145,3 atau lebih rendah dibandingkan ekspektasi triwulan sebelumnya yang tercatat 168,9. Kondisi ini menunjukkan bahwa optimisme masyarakat dalam melakukan konsumsi pada triwulan kedepan akan berkurang. Grafik 7.3 Grafik 7.4 Survei Kegiatan Dunia Usaha Survei Konsumen Sementara itu kinerja konsumsi dan ekspor diperkirakan lebih baik dibandingkan pada triwulan IV-2011. Kinerja ekspor akan kembali tumbuh seiring dengan produksi jagung triwulan I-2012 yang diperkirakan meningkat. Perkembangan harga jagung domestik dan internasional diharapkan memberikan daya dukung dunia usaha untuk meningkatkan ekspornya. BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 61

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI 7.2 OUTLOOK INFLASI Pada tahun 2012 diperkirkan inflasi berada pada kisaran 5,00 ± 1% (y.o.y). Optimisme masih mewarnai perkembangan inflasi ke depan apabila produksi dan pasokan bahan makanan masih melimpah yang diikuti oleh cuaca yang mendukung produksi Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Tahunan (y.o.y) Provinsi Gorontalo (%) Realisasi inflasi Gorontalo tahun 2011 sebesar 4,08% (yoy) sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia Gorontalo pada kisaran 4,25% ± 1% (yoy). Inflasi Gorontalo 2011 lebih rendah dibandingkan tahun 2010 sebesar 7,43% (yoy). Terjaganya pasokan bahan makanan merupakan faktor utama sehingga harga komoditas bahan makanan relatif rendah sepanjang tahun. Faktor cuaca yang mendukung dapat mengamankan produksi bahan makanan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat. Di sisi lain, tidak adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi (Bensin) menyebabkan tekanan administered price relatif stabil. Faktor kecukupan produksi bahan makanan dan terjaganya harga BBM ternyata membawa penurunan tekanan inflasi di hampir seluruh wilayah di Indonesia. Sumber: Kalkulasi Bank Indonesia berdasarkan data BPS Gambar 7.1 Peta Inflasi Daerah 2010 dan 2011 62 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI Pada tahun 2012 diperkirkan inflasi berada pada kisaran 5,00 ± 1% (y.o.y). Optimisme masih mewarnai perkembangan inflasi ke depan apabila produksi dan pasokan bahan makanan masih melimpah yang diikuti oleh cuaca yang mendukung produksi. Dukungan pemerintah daerah untuk terus memperbaiki infrastruktur dapat mengurangi biaya produksi dan transportasi. Bahkan, apabila Pemerintah Pusat melakukan kebijakan impor (karena harga dunia cenderung menurun) dapat ikut mendorong penurunan harga lokal. Sementara itu, terdapat pula faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan inflasi ke depan. Faktor cuaca yang tidak terprediksi dan tiba-tiba memburuk dapat mengurangi produktivitas dari hasil pertanian. Sedangkan faktor kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi juga dapat mempengaruhi kenaikan harga-harga di Gorontalo. Optimisme perkembangan inflasi dapat ditunjukkan oleh hasil survey ekspektasi harga jual oleh para produsen yang menunjukkan penurunan. Grafik 7.6 Ekspektasi Harga Jual Sumber: SKDU, Bank Indonesia Gorontalo BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 63

Jawaban Responden (%) BAB 7 OUTLOOK EKONOMI 7.3 PROSPEK PERBANKAN Melihat perkembangan Gorontalo yang cukup pesar khususnya dua tahun terakhir, diperkirakan kinerja perbankan masih akan meningkat. Faktor yang diperkirakan mendorong hal tersebut antara lain permintaan domestik terkait dengan adanya pembangunan pusat perbelanjaan dan unit usaha yang cukup ramai. Geliat dunia usaha tersebut diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap peningkatan penyaluran kredit perbankan pada triwulan mendatang. Adapun penghimpunan dana, juga diperkirakan akan mengalami peningkatan khususnya tabungan dan deposito. Sementara itu, suku bunga perbankan gorontalo diperkirakan masih akan berada pada level stabil seiring dengan adanya penurunan BI Rate sejak akhir tahun 2011 lalu. Selain itu, himbauan Bank Indonesia dan berbagai pihak kepada perbankan untuk mendukung perkembangan sektor riil yang telah direspons oleh beberapa bank melalui penurunan suku bunga kredit sejak tahun lalu, diharapkan akan berlanjut hingga 2012. Hasil Survei Kondisi Dunia Usaha (SKDU) mengkonfirmasi perbaikan prospek perbankan kedepan melalui ekspektasi usaha sektor keuangan kedepan yang mengalami peningkatan saldo bersih sebesar 20,00% dan saldo bersih tertimbang 0,25%. 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 - Meningka t Tetap Menurun Saldo Bersih Triwulan IV-11 30.00 50.00 20.00 10.00 Triwulan I-12 20.00 80.00 0.00 20.00 Sumber: Bank Indonesia Gorontalo Grafik 7.7 Realisasi dan Ekspektasi Usaha Sektor Keuangan 64 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2011 BANK INDONESIA