Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten"

Transkripsi

1 Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1

2 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2

3 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten triwulan III 212 dapat dipublikasikan. Buku Kajian Ekonomi Regional ini merupakan sebuah kajian komprehensif yang diterbitkan secara triwulanan yang berisi analisis, data dan informasi mengenai kondisi terkini perekonomian Banten maupun prospeknya di masa mendatang. Buku Kajian Ekonomi Regional ini mencakup kajian mengenai perkembangan makroekonomi regional Banten saat ini; perkembangan inflasi; perbankan dan sistem pembayaran; perkembangan keuangan daerah; perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan serta prospek perekonomian ke depan. Berdasarkan hasil asesmen pada triwulan III 212, perkembangan kinerja perekonomian Banten sedikit melambat daripada periode lalu dengan pertumbuhan pada level 5,92%(yoy). Sementara itu, tren peningkatan inflasi tahunan Banten masih terjadi pada triwulan III 212 pada level 4,59% (yoy). Diperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 212 bertumbuh sedikit meningkat pada kisaran 5,72% - 6,22% (yoy), sementara inflasi Banten diprakirakan relatif terjaga pada kisaran 4,5%±1% (yoy). Akhir kata, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggitingginya kepada semua pihak baik Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Pemerintah Daerah provinsi dan kota/kabupaten di Banten,perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu. Kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan perekonomian Provinsi Banten. Serang, 7 November 212 Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten TTD Ananda Pulungan Deputi Direktur 3

4 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 4

5 Triwulan III 212 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 3 DAFTAR ISI... 5 RINGKASAN EKSEKUTIF... 8 TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI BANTEN... 1 BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL SISI PERMINTAAN Konsumsi Investasi Ekspor Impor Konsumsi Pemerintah SISI PENAWARAN Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan LGA Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Sektor sektor Lainnya Box. 1 SINERGI KEGIATAN DISEMINASI INFORMASI DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN UMKM BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH PERKEMBANGAN INFLASI BANTEN Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Berdasarkan Kota

6 Triwulan III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Aspek Non Fundamental Aspek Fundamental/Komponen Inti BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten A. Kabupaten Lebak B. Kabupaten Pandeglang C. Kabupaten Serang D. Kabupaten Tangerang E. Kota Cilegon F. Kota Tangerang... 6 G. Kota Serang Risiko Kredit PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Box. 2 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI PROVINBSI BANTEN PADA 212 DAN BEBERAPA TAHUN MENDATANG BAB IV KEUANGAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN

7 Triwulan III 212 Berdasarkan data BPS Provinsi Banten, angka indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan laporan relatif membaik dibandingkan dengan angka pada triwulan sebelumnya, terutama di sektor bangunan. Namun untuk sektor tertentu relatif tidak ada perubahan bahkan cenderung melambat seperti sub sektor pakaian jadi dan alas kaki KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tingkat Upah/Pendapatan Kemiskinan BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN PERTUMBUHAN EKONOMI Sisi Permintaan Sisi Penawaran PRAKIRAAN INFLASI

8 Triwulan III 212 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Ekonomi Makro Krisis ekonomi di negara-negara maju yang relatif berkepanjangan mulai terjadinya perlambatan ekonomi di Wilayah Banten pada triwulan laporan. Ekonomi Banten hanya bertumbuh sebesar 5,92%(yoy) pada triwulan III 212 atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,64%. Dari sisi permintaan, melambatnya ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama Banten secara signifikan dan belum optimalnya realisasi pengeluaran pemerintah menjadi penyebab utama terjadinya perlambatan ekonomi tersebut. Tingginya investasi dan pengeluaran rumah tangga mampu menahan angka koreksi perlambatan ekonomi secara signifikan. Dari sisi penawaran, kontraksi yang terjadi pada hampir seluruh sektor ekonomi kecuali sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan yang meningkat. Perlambatan kinerja sektor industri berimbas pada perlambatan kinerja sektor pendukungnya seperti sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Perkembangan Inflasi Inflasi Banten pada triwulan III 212 relatif tetap terjaga pada level 4,59% (yoy) dan sebesar 3,65% (ytd) untuk laju inflasi sepanjang tahun 212 (inflasi selama 9 bulan). Namun angka tersebut sudah sedikit di atas level inflasi nasional pada akhir triwulan III 212 sebesar 4,31%. Andil komponen volatile foods dan administered prices yang semakin meningkat memberikan kontribusi terhadap peningkatan inflasi Banten tersebut, sedangkan inflasi inti cenderung stabil. Sementara itu, dilihat per kota obyek perhitungan inflasi, terlihat terjadi akselerasi inflasi di Kota Cilegon dan Tangerang, dan sebaliknya di Kota Serang justru semakin membaik. Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Melambatnya pertumbuhan ekonomi Banten turut menahan laju pertumbuhan kredit perbankan yang cenderung ekspansif. Ekspansi perbankan di Banten tetap tinggi meskipun sedikit melambat dibandingkan periode triwulan sebelumnya sebesar 29,4% dengan angka pertumbuhan sebesar 25,87% pada triwulan III 212. Kondisi tersebut tercermin dari indikasi menurunnya rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 77% pada triwulan II 212 menjadi sebesar 75,93% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit bank umum dapat terjaga di level yang rendah (1.86%) namun angkanya sedikit meningkat jika dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya sebesar 1.79%. Sementara itu, pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat ( KUR ) di Banten tetap dapat bertumbuh pada level yang tinggi yaitu sebesar (yoy) meskipun sedikit melambat jika dibandingkan angka pada periode sebelumnya sebesar %. Berdasarkan volumenya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten menunjukkan sedikit penurunan pada triwulan III 212, Kondisi tersebut terindikasi dari menurunnya pertumbuhan volume pembayaran yang dilakukan melalui 8

9 Triwulan III 212 kliring maupun RTGS karena menurunnya volume transaksi bisnis pada beberapa sektor di wilayah Banten. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi perkembangan belanja Pemerintah Daerah Provinsi Banten pada triwulan laporan belum optimal. Realisasi belanja daerah pada periode ini baru mencapai angka 53,19%, sementara itu pada periode sebelumnya dapat mencapai angka 61,57%. Belum optimalnya angka penyerapan anggaran karena belum banyaknya realisasi pada komponen anggaran hibah dan anggaran untuk pembebasan lahan terkait proyek infrastruktur jalan atau bendungan. Sebaliknya, meskipun tidak sebesar pencapaian periode triwulan sebelumnya, pencapaian angka realiasasi pendapatan masih sedikit di atas target yang ditetapkan yaitu mencapai angka 8,92%, sehingga pelaksanaan rencana pengeluaran dari sisi sumber pendanaan relatif tidak terganggu. Permasalahan teknik yang bersifat klasik masih mendominasi permasalahan penyerapan anggaran tersebut. Tetap tingginya penerimaan pajak daerah dari pajak kendaraan bermotor sebagai akibat tetap tingginya jumlah pembelian kendaraan bermotor menjadi faktor pendukung utama pencapaian angka pendapatan daerah secara keseluruhan. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Secara umum, tingkat kesejahteraan masyarakat Banten pada triwulan laporan hanya mengalami sedikit perbaikan. penurunan jumlah tingkat pengangguran terbuka di sektor ketenagakerjaan dan membaiknya indeks nilai tukar petani atau tingkat pendapatan masyarakat di tingkat pedesaan secara umum menjadi penopang utama angka indikator perbaikan sosial masyarakat di Wilayah Banten. Prospek Perekonomian Prospek perekonomian dan inflasi Banten pada triwulan mendatang diperkirakan cenderung stabil. Berdasarkan perkembangan eksternal/perekonomian dunia yang diliputi ketidakpastian dan cenderung berkepanjangan serta potensi permasalahan pada aspek ketenagakerjaan dan lainnya, perekonomian Banten triwulan IV 212 diprakirakan sedikit tertahan dengan potensi meningkat tipis pada kisaran 5,95% - 6,% (yoy). Sementara itu, perkembangan inflasi Banten triwulan mendatang diprakirakan dapat sesuai dengan kisaran inflasi nasional yaitu pada level 4,58%±1% (yoy), dengan sumber tekanan diprakirakan berasal dari volatile foods dan komponen inti, sementara komponen administered prices diestimasi akan cenderung stabil. 9

10 Triwulan III 212 TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI BANTEN Indikator 211*) 212**) II III IV I II III Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional 6,72 6,1 5,11 6,39 6,64 5,92 Bruto () Berdasarkan Sektor: Pertanian 5,4 4,27 3,45 2,28 1,92 2,75 Pertambangan & Penggalian 6,9 5,83 6,25 4,42 7,21 6,98 Industri Pengolahan 5,91 3,67 2,9 2,35 4,9 3,3 Listrik, Gas & Air Bersih 4,92 2,4 4,2 7,68 7,12 8,29 Bangunan 8,95 8,86 9,28 9,85 8,14 1,4 Perdagangan, Hotel & 8,86 1,69 9,63 14,35 11,57 9,92 Restoran Pengangkutan & Komunikasi 12,38 11,31 1,96 12,35 11,34 11,2 Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha 7,38 7,7 6,1 7,79 7,87 7,82 Jasa-jasa 6,96 7,33 8,58 11,7 11,1 6,13 Berdasarkan Permintaan Konsumsi Rumah Tangga 4,93 5,32 5,68 5,31 5,48 5,84 Konsumsi Pemerintah 13,81 12,89,64 4,82 6,76 3,98 PMTB 7,1 8,74 11,9 12,78 14,67 16,43 Ekspor 12,23 12,24 11,22 11,45 11,44 5,62 Impor 15,28 16,84 16,75 15,83 15,71 7,86 Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD 2.461, , , , , ,53 Juta) Volume Ekspor Non Migas 957,48 991,35 922,11 1.6,98 1.8,23 952,31 (ribu ton) Impor Nilai Impor Non Migas (USD 5.63, , 6.28, , , ,65 Juta) Volume Impor Non Migas 3.464, , , , , ,76 (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Kota Cilegon 125,86 127,5 128,86 129,76 131, 133,22 Kota Serang 129,42 132,1 133,46 134,4 136,25 138,17 Kota Tangerang 127,22 129,44 13,47 131,42 132,84 135,32 Provinsi Banten 127,35 129,5 13,68 131,62 133,7 135,44 Laju Inflasi Tahunan () Kota Cilegon 3,51 2,75 2,35 2,76 4,8 4,86 Kota Serang 3,56 4,11 2,78 3,92 5,28 4,6 Kota Tangerang 5,18 4,44 3,78 3,98 4,42 4,54 Provinsi Banten 4,73 4,18 3,45 3,81 4,49 4,83 Keterangan: *) angka sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) **) angka sangat sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) 1

11 Triwulan III 212 TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI BANTEN Indikator II III IV I II III Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 62,53 66,26 7,16 72,73 76,66 81,45 Tabungan 2,97 22,55 25,1 25,38 27,8 29,31 Giro 12,3 12,91 14,49 14,75 15,66 16,41 Deposito 29,26 3,8 3,57 32,6 33,92 35,73 Kredit (Rp Triliun) 45,43 49,2 51,95 53,47 59,3 61,84 Berdasarkan Lokasi Bank Modal Kerja 15,67 16,5 16,95 17,2 18,88 2,61 Konsumsi 26,1 28,64 3,46 31,5 34,82 34,81 Investasi 3,66 4,6 4,54 4,95 5,33 6,42 Kredit (Rp Triliun) 83,82 92,12 112,22 117,35 132, ,53 Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja 36,49 39,19 47,6 49,22 6,21 59,4 Konsumsi 28,7 31,83 37,78 38,58 41,21 43,77 Investasi 18,63 21,1 27,38 29,55 31,57 35,35 Loan to Deposit Ratio (%) 72,65 74,25 74,29 73,52 77, 75,93 NPL Gross (%) 2,58 2,53 1,9 1,92 1,79 1,86 Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal,63,7,7,7.79,79 Transaksi Rata-rata Harian Volume Transaksi Transaksi Kliring (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal 8,37 9,15 9,5 8, ,42 Transaksi Rata-rata Harian Volume Transaksi Keterangan: *) angka sementara posisi September 212 () 11

12 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 12

13 Triwulan III 212 BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Krisis ekonomi global yang berkepanjangan mulai berdampak pada pertumbuhan ekonomi Banten di triwulan III 212. Pertumbuhan ekonomi Banten pada periode laporan melambat pada level 5,92% (yoy). Kondisi perekonomian dunia yang masih diliputi ketidakpastian terindikasi berdampak pada perlambatan kinerja perekonomian Banten terutama melalui jalur ekspor dan impor. Selain itu, melambatnya pengeluaran pemerintah juga berkontribusi terhadap melambatnya perekonomian Banten. Sementara dari sisi sektoral, hampir seluruh komponen mengalami kontraksi kecuali sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan yang bertumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun yang patut disyukuri, dengan tetap tingginya permintaan domestik & investasi menyebabkan angka pertumbuhan ekonomi Banten relatif berada pada level yang tinggi. 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, 7,93 Laju Pertumbuhan Ekonomi Banten 6,72 6,1 6,39 6,64 5,92 5,11 I II III IV I II III Grafik I.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Banten Sumber: BPS Provinsi Banten 1.1. SISI PERMINTAAN Melambatnya ekspor ke beberapa negara mitra dagang utama Banten secara signifikan serta belum optimalnya realisasi pengeluaran pemerintah berkontribusi terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Perekonomian dunia yang belum pulih dan masih diwarnai ketidakpastian terlihat memberikan dampak yang cukup besar terhadap perdagangan internasional Banten. Menurunnya permintaan barang-barang dari negara tujuan ekspor utama seperti pada komoditas besi/baja, alas kaki dan pakaian jadi kemudian mendorong perlambatan ekspor Banten. Di sisi lain, tetap kuatnya konsumsi domestik khususnya rumah tangga mampu menopang kinerja perekonomian Banten tetap bertumbuh tinggi meskipun melambat pada periode ini. 13

14 Triwulan III 212 Tabel I.1. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Komponen Penggunaan Komponen 211* 212** Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Konsumsi Rumah Tangga 4,73 4,93 5,32 5,68 5,32 5,48 5,84 Konsumsi Pemerintah 12,46 13,81 12,89,64 4,82 6,76 3,98 PMTB 5,1 7,1 8,74 11,9 12,78 14,67 16,43 Perubahan Inventori 29,19 18,55-8,71 -,12 1,94 2,28 5,8 Ekspor 1,61 12,23 12,24 11,22 11,43 11,44 5,62 Impor 9,93 15,28 16,84 16,75 16,7 15,71 7,86 PDRB 7,93 6,72 6,1 5,11 6,22 6,64 5,92 Sumber: BPS Provinsi Banten Konsumsi Konsumsi rumah tangga tetap bertumbuh tinggi dengan kecenderungan sedikit meningkat pada triwulan laporan yang didukung oleh tetap tingginya pembiayaan perbankan dengan level suku bunga yang cenderung terus menurun. Laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III 212 meningkat secara moderat pada level 5,47% (yoy) setelah pada triwulan lalu bertumbuh sebesar 5,4% (yoy). Dukungan pembiayaan perbankan yang tetap tinggi untuk penggunaan konsumtif diikuti dengan indikator menurunnya suku bunga kredit konsumsi menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya konsumsi. Penetapan kebijakan rasio Loan to Value yang ditetapkan Bank Indonesia pada pertengahan tahun 212 terindikasi belum mempengaruhi secara signifikan laju konsumsi masyarakat di Banten. Rp Triliun % 13,6 13,4 13,2 13, 12,8 12,6 12,4 12,2 12, 11,8 Konsumsi 13,28 13,34 13,17 13, 12,95 12,76 12,65 12,78 12,86 12,5 12,33 I II III IV I II III IV I II III Kredit Konsumsi Pertumbuhan (Axis Kanan) Suku Bunga Kredit Tertimbang Grafik I.2. Kredit Konsumsi Banten Grafik I.3. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang Kredit Konsumsi Lokasi Proyek di Banten Ekspektasi masyarakat yang semakin membaik terhadap perekonomian menjadi faktor pendukung lainnya dari peningkatan konsumsi. hasil survei konsumen di Banten menunjukkan beberapa indikatornya antara lain dengan membaiknya indeks kepercayaan rumah tangga terhadap kondisi ekonomi, ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan pada 14

15 Triwulan III 212 triwulan laporan. Indikator ketepatan pembelian barang tahan lama dan rata-rata penggunaan pendapatan rumah tangga untuk konsumsi yang meningkat juga mengkonfirmasi peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut. Indeks Indeks Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Pertumbuhan (Axis Kanan) Indeks Keyakinan Konsumen Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.4. Indeks Kondisi Ekonomi Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik I.5. Indeks Keyakinan Konsumen Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Indeks Indeks Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Pertumbuhan (Axis Kanan) Indeks Penghasilan Saat Ini Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.6. Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik I.7. Indeks Penghasilan Saat Ini Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Tingginya kinerja komponen konsumsi juga tercermin dari beberapa hasil survei lainnya seperti pembelian barang tahan lama (durable goods) dan pangsa pengeluaran konsumsi rumah tangga. Optimisme rumah tangga terhadap kondisi perekonomian maupun penghasilannya yang membaik memberikan dampak terhadap peningkatan pembelian barang tahan lama (durable goods). Selain itu, adanya Tunjangan Hari Raya (THR) dan perayaan keagamaan mendorong peningkatan pangsa pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap total penghasilan khususnya menuju akhir triwulan III. 15

16 Triwulan III 212 Indeks Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Pertumbuhan (Axis Kanan) % 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Tabungan Cicilan Pinjaman Konsumsi Grafik I.8. Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik I.9. Rata-rata Penggunaan Penghasilan Rumah Tangga Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Di sisi lain, adanya peningkatan pendapatan riil yang terindikasi salah satunya dari peningkatan upah buruh tani dan NTP yang tetap tinggi diperkirakan juga memberikan dampak terhadap peningkatan konsumsi rumah tangga khususnya di perdesaan. Berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, pada triwulan laporan terjadi peningkatan upah buruh tani nominal maupun riil, sementara itu indeks Nilai Tukar Petani Banten yang mencerminkan daya beli petani tetap baik dan selanjutnya menjadi faktor pendorong kemampuan masyarakat untuk meningkatkan level konsumsinya. Sementara itu dengan semakin maraknya pertumbuhan retail modern yang menjangkau daerah perdesaan/terpendil juga mempermudah masyarakat di wilayah tersebut dalam melakukan konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Upah Nominal Upah Riil Indeks , 5, 4, 3, 2, 1,, 212 NTP Banten Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.1. Perkembangan Upah Buruh Tani Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.11. Perkembangan Nilai Tukar Petani Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Investasi Investasi Banten pada triwulan III 212 tercatat bertumbuh sebesar 16,43% (yoy) yang didukung oleh pembiayaan perbankan. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI, dana dari Penanaman Modal Asing (PMA) tetap mendominasi realisasi 16

17 Triwulan III 212 investasi triwulan laporan walaupun tidak sebesar triwulan lalu maupun triwulan III 211. Total PMA pada periode laporan adalah USD 418,7 juta atau sekitar Rp 3,99 triliun dan total investasi dari dana Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 721,8 miliar sehingga total investasi pada triwula III 212 menjadi sekitar Rp 4,72 triliun. Sementara itu jika dilihat sepanjang Januari September 212 total investasi Banten telah mencapai sekitar Rp 21,52 triliun. Tabel I.2. Realisasi Investasi PMA & PMDN per Triwulan untuk Lokasi Proyek di Banten Investasi I II III IV I II III PMDN (Rp Miliar) 682,7 83, ,4 253,5 3.59,6 721,8 PMA (USD Juta) 222,7 571, 773,7 64,3 555,8 842, 418,7 Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal RI Dukungan pembiayaan perbankan yang tetap tinggi diperkirakan menjadi faktor yang mendorong tingginya kinerja investasi Banten. Kredit investasi yang disalurkan perbankan nasional untuk proyek yang berlokasi di Banten pada akhir triwulan III 212 tercatat sebesar Rp 35,35 triliun dengan level pertumbuhan yang tinggi sebesar 67,55% (yoy). Perkembangan tingkat suku bunga kredit investasi yang semakin rendah mendukung peningkatan penyerapan kredit tersebut. Meningkatnya investasi dan kinerja sektoral juga terlihat dari pengembalian kredit yang tetap terjaga baik, dengan rasio kredit non lancar (NPL) yang relatif rendah dengan rata-rata sekitar 1,1% sepanjang triwulan III 212. Rp Triliun Kredit Investasi Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.12. Perkembangan Kredit Investasi Lokasi Proyek di Banten Suku Bunga 9,19 9,6 8,89 8,91 8,9 8,92 8,87 8,85 8, Grafik I.13. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang Kredit Investasi Lokasi Proyek di Banten 17

18 Triwulan III 212 NPL 4,99% 1,26% 1,14% 1,23% 1,8% 1,5% 1,3%,96% 1,3% Grafik I.14. Perkembangan Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Kredit Investasi Lokasi Proyek di Banten Investasi pada periode ini diperkirakan banyak digunakan untuk sektor industri pengolahan dan konstruksi (baik swasta maupun pemerintah) yang tercermin dari peningkatan tren konsumsi semen dan impor barang modal. Konsumsi semen pada triwulan ini terlihat meningkat yang memberikan sinyal semakin cepatnya pembangunan properti oleh swasta maupun pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Di samping itu, tren pembelian barang modal impor yang meningkat khususnya untuk keperluan alat transportasi industri mengkonfirmasi perkiraan tingginya realisasi investasi untuk keperluan sektor industri pengolahan sekaligus perkiraan tingginya kinerja sektor tersebut. Ribu Ton Konsumsi Semen (ton) Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.15. Perkembangan Konsumsi Semen Banten Sumber: Asosiasi Semen Indonesia 18

19 USD Juta Ribu Ton Triwulan III 212 Ribu Ton Volume Impor Barang Modal Pertumbuhan (Axis Kanan) Volume Impor Alat Transportasi untuk Industri Pertumbuhan (Axis Kanan) % y-o-y Grafik I.16. Perkembangan Impor Barang Modal Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.17. Perkembangan Impor Alat Transportasi untuk Industri Banten Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Ekspor Impor Pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia yang masih lemah menjadi penyebab menurunnya kinerja ekspor luar negeri Banten pada triwulan ini. International Monetary Fund (IMF) merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi dan perkembangan volume perdagangan dunia pada tahun 212 yang mengindikasikan masih lemahnya perbaikan kinerja perekonomian dunia tahun ini. Perkembangan internasional tersebut kemudian memberikan dampak terhadap pelemahan ekspor Banten pada periode laporan. Sementara itu tren impor Banten khususnya untuk keperluan barang modal dan bahan baku/penolong terlihat sedikit meningkat yang mencerminkan tetap tingginya proses produksi sektor industri untuk memenuhi kebutuhan domestik khususnya untuk keperluan barang modal dan bahan baku/penolong. Kondisi tersebut membawa perkembangan neraca perdagangan internasional Banten tetap defisit pada triwulan ini (5) (1.) (1.5) (2.) Trade Balance Ekspor Impor Grafik I.18. Kinerja Perdagangan Internasional Banten 19

20 Triwulan III 212 USD Juta Ribu Ton (1) (2) (3) (4) (5) Nilai Ekspor Pertumbuhan (Axis Kanan) Volume Ekspor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.19. Perkembangan Nilai Ekspor Banten Grafik I.2. Perkembangan Volume Ekspor Banten Tren ekspor Banten ke negara/kawasan tujuan utama melemah, meskipun terdapat kemungkinan peningkatan tren menuju tahun 213 ke negara-negara developing Asia dengan proyeksi perekonomiannya yang meningkat. Hingga akhir triwulan III 212, tren ekspor Banten ke beberapa negara/kawasan tujuan utama seperti USA, Eropa, Jepang masih lemah. Sebaliknya, masih terdapat kemungkinan peningkatan ekspor ke negara-negara developing Asia seperti China, India dan kawasan ASEAN yang didorong oleh perkiraan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan di kawasan tersebut. USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.21. Ekspor Banten Negara Tujuan USA USD Juta Nilai Ekspor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.22. Ekspor Banten ke Kawasan Eropa

21 Triwulan III 212 USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.23. Ekspor Banten Negara Tujuan ASEAN USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) 1 Grafik I.24. Ekspor Banten Negara Tujuan Jepang USD Juta Nominal Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.25. Ekspor Banten Negara Tujuan China Dilihat dari komoditasnya, perlambatan tren ekspor Banten terlihat pada beberapa komoditas industri utama seperti alas kaki, pakaian jadi, logam non besi dan besi/baja. Ekspor pakaian jadi khususnya ke USA, kawasan Eropa, Jepang dan China yang merupakan negara-negara tujuan utama cenderung melambat pada triwulan III 212 seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi dan permintaan dari negara-negara tersebut. Hal ini juga terjadi pada komoditas alas kaki dan besi/baja, kertas dan produk kertas. Sementara itu, terlihat adanya potensi peningkatan kinerja industri tekstil dengan adanya peningkatan tren ekspor komoditas tersebut. Tabel I.3. Perkembangan Ekspor Beberapa Komoditas Industri Utama Banten Produk Ekspor Tekstil Logam non Besi Kertas & Produk Kertas Besi/Baja Alas Kaki Pakaian Jadi Keterangan I II III IV I II III Nominal (USD) Pertumbuhan () 24,5 9,85 5,44 1,4-4,15-2,51 2,33 Nominal (USD) Pertumbuhan () 32,56 6,2 41,8-6,52 1,37 32,18-19,54 Nominal (USD) Pertumbuhan () 4,86-2,87 1,7-37,75-11,36-24,69-24,27 Nominal (USD) Pertumbuhan () 55,43 159,65 229,92 38,13 29,28-5,67-17,41 Nominal (USD) Pertumbuhan () 5,3 27,62 26,58 26,7 7,87 6,82-2,95 Nominal (USD) Pertumbuhan () 19,33 25,54 14,95 3,82,42-17,83-23,54 21

22 Triwulan III 212 Secara umum, impor Banten masih tertahan namun dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan ekspor dengan pertumbuhan pada level 7,86% (yoy). Perlambatan tersebut terjadi pada jenis barang konsumsi, sementara itu impor bahan baku/penolong dan barang modal yang tinggi mempertahankan kinerja impor Banten tetap tinggi. USD Juta Nilai Impor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.26. Perkembangan Nilai Impor Banten Ribu Ton Volume Impor Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.27. Perkembangan Volume Impor Banten Ribu Ton Volume Impor Bahan Baku/Penolong Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.28. Impor Bahan Baku/Penolong Banten Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah cenderung melambat pada periode laporan dengan pertumbuhan sebesar 3,98% (yoy) pada triwulan III 212. Melambatnya penyerapan belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga triwulan III 21 2 yaitu sebesar Rp 2,76 triliun atau sekitar 53,18% terhadap total pagu anggaran belanja mencerminkan perlambatan komponen tersebut, karena pada triwulan yang sama tahun 211 dapat terealisasi hingga sebesar 61,57%. 22

23 Triwulan III SISI PENAWARAN Adanya koreksi positif yang besar terhadap angka pertumbuhan ekonomi Banten triwulan II 212 dari sebesar 5,45% (yoy) menjadi sekitar 6,64% (yoy) memberikan dampak terhadap perlambatan yang cukup dalam terhadap kinerja perekonomian Banten pada triwulan laporan. Pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan III 212 berada pada level 5,92% (yoy) atau relatif tinggi meskipun lebih lambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan angka pertumbuhan sebesar 6,64% (yoy). Hampir seluruh sektor mengalami kontraksi kecuali sektor pertanian, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan yang meningkat. Perlambatan kinerja sektor industri berimbas pada perlambatan kinerja sektor pendukungnya seperti sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Beberapa indikator hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha mengkonfirmasi perkembangan tersebut, antara lain indikator realisasi kegiatan usaha seluruh sektor yang terlihat melambat, dan stagnasi pada indikator jumlah karyawan pada triwulan laporan. Tabel I.4. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi () Sektor *) 212 Tw I *) Tw II *) Tw III *) Tw IV *) Tw I **) Tw II **) Tw III **) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 4,8,54 4,27 3,45 3,6 2,28 1,92 2,75 Pertambangan dan Penggalian 6,35 6,9 5,83 6,25 6,33 4,42 7,21 6,98 Industri Pengolahan 7,44 5,91 3,67 2,9 4,73 2,35 4,9 3,3 Listrik, Gas dan Air Bersih 6,59 4,92 2,4 4,2 4,47 7,68 7,12 8,29 Bangunan 7,8 8,95 8,86 9,28 8,75 9,85 8,14 1,4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,74 8,86 1,69 9,63 9,51 14,35 11,57 9,92 Pengangkutan dan Komunikasi 13,29 12,38 11,31 1,96 11,94 12,35 11,34 11,2 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,51 7,38 7,7 6,1 7,14 7,79 7,87 7,82 Jasa-jasa 8,74 6,96 7,33 8,58 7,89 11,7 11,1 6,13 PDRB 7,93 6,72 6,1 5,11 6,43 6,39 6,64 5,92 Sumber: BPS Provinsi Banten Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sektoral (Umum) Grafik I.29. Realisasi Kegiatan Usaha Sektoral Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sektoral (Umum) Grafik I.3. Indikator Jumlah Karyawan Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia 23

24 Rp Miliar Triwulan III Pertanian Sektor pertanian pada triwulan III 212 sedikit mengalami peningkatan yaitu sebesar 2,75% (yoy). Peningkatan sektor pertanian diperkirakan karena adanya peningkatan pada subsektor perkebunan yang diindikasikan oleh kapasitas utilisasi subsektor tersebut yang mencapai sekitar 79,4% lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 77,8%. Tren kredit untuk sektor ini pun masih bertumbuh tinggi mencapai 153,5% (yoy) pada akhir triwulan laporan. % Sektor Pertanian 74,8 77,8 79, I II III IV I II III IV I II III % Sektor Pertanian 79,8 83,2 81, I II III IV I II III IV I II III Grafik I.31. Kapasitas Produksi Terpakai sektor Pertanian Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik I.32. Kapasitas Produksi Normal Sektor Pertanian Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Kredit Sektor Pertanian Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.33. Kredit Sektor Pertanian Lokasi Proyek di Banten Di sisi lain, produksi padi pada periode ini diperkirakan sedikit melambat karena kondisi kekeringan yang melanda berbagai daerah sentra produksi. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Banten, perkiraan realisasi produksi padi sawah dan ladang pada sub round Mei Agustus 212 hanya mencapai sekitar ton. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Banten juga menegaskan adanya penurunan produktivitas padi sawah sebesar sekitar 48,94 Kuintal/Ha pada subround tersebut yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan 24

25 Rp Miliar Kuintal/Ha Triwulan III 212 periode yang sama tahun-tahun sebelumnya yang diakibatkan oleh adanya bencana kekeringan dan puso sekitar 1 ribu hektar. Ton Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des Jan - Apr Mei - Agt Sep - Des Jan - Apr Produksi (Ton) Pertumbuhan (Axis Kanan) Mei - Agt Jan - Apr 52,62 52,52 54,23 5,32 56,18 Mei - Agt 52,41 52,24 5,84 49,89 48,94 Sep - Des 51,46 51,78 48,44 51,58 5,17 Grafik I.34. Perkembangan Produksi Padi Sawah & Ladang Banten per Sub Round Sumber: Distanak Provinsi Banten Grafik I.35. Perkembangan Produktivitas Padi Sawah Banten per Sub Round Sumber: BPS Provinsi Banten Pertambangan dan Penggalian Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pun cenderung tertahan pada level 7,% (yoy) setelah pada triwulan lalu bertumbuh 7,21% (yoy). Melambatnya pembiayaan perbankan untuk sektor tersebut menjadi salah satu indikasi melemahnya performa usaha di sektor pertambangan dan penggalian, yang juga dicerminkan oleh kemampuan pengembalian kredit yang menurun dan menyebabkan adanya peningkatan rasio NPL pada triwulan III. Selain itu, indikator realisasi kegiatan usaha juga menunjukkan adanya penurunan khususnya dari subsektor penggalian , 3, 25, 2, 15, 1, 5,, -5, -1, 2, 1,6 1,2,8,4, 1,45 1,53 1,4 1,13 1,27 1,25 1,39,45, Kredit Sektor Pertambangan Pertumbuhan (Axis Kanan) NPL (%) Grafik I.36. Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian Lokasi Proyek di Banten Grafik I.37. Rasio NPL Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian Lokasi Proyek di Banten 25

26 Triwulan III 212 Saldo Bersih -1-2 I II III Sektor Pertambangan dan Penggalian Grafik I.38. Indikator Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pertambangan dan Penggalian Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan juga sedikit melambat pada level 3,3% (yoy) karena adanya penurunan permintaan dari luar negeri pada beberapa komoditas utama Banten. Melambatnya kinerja sektor industri pengolahan terlihat salah satunya dari indikator survei yaitu adanya kontraksi realisasi kegiatan usaha sektor tersebut pada periode laporan yang diperkirakan terjadi pada jenis industri tekstil, barang kulit dan alas kaki serta industri kertas dan produk kertas. Indikator jumlah karyawan yang negatif juga menunjukkan beberapa perusahaan telah mulai mengurangi jasa atau penggunaan jumlah tenaga kerja dalam rangka efisiensi usaha agar tetap berdaya saing. Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sektor Industri Pengolahan Grafik I.39. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Indonesia Bank Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki Grafik I.4. Realisasi Kegiatan Usaha Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia 26

27 Rp Triliun Triwulan III 212 Saldo Bersih I II III 212 Industri Kertas Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sektor Industri Pengolahan Grafik I.41. Realisasi Kegiatan Usaha Industri Kertas dan Barang Cetakan Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik I.42. Indikator Jumlah Karyawan Total Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Secara umum, kinerja sektor industri masih tetap baik karena ditunjang oleh pembiayaan perbankan yang terus menguat dan optimisme pelaku usaha yang ditunjukkan dengan tetap tingginya kapasitas utilisasi produksi pada periode laporan. Pembiayaan perbankan untuk sektor industri terus meningkat setelah sempat menurun tajam pada tahun 29 akibat imbas krisis keuangan dunia yang melemahkan kinerja sektoral. Kemampuan pengembalian perusahaan-perusahaan di sektor ini pun secara umum tetap kuat dengan rasio kredit non lancar yang terus menurun dan terjaga rendah sebesar 2,5% pada triwulan III 212. Optimisme pelaku usaha terhadap fundamental perekonomian dengan kuatnya konsumsi domestik, mendorong kapasitas utilisasi pabrik sektor ini meningkat, termasuk pada industri utama seperti besi/baja dan industri kimia dan barang dari karet. Data indeksasi produksi baja Banten dari salah satu produsen baja besar di Banten juga menunjukkan adanya tren peningkatan produksi pada akhir triwulan III NPL Kredit Sektor Industri 3,16 3,1 3,16 2,7 2,89 2,73 2,72 2,85 2,92 2,76 2,65 2,19 2,19 2,16 2, Kredit Sektor Industri Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.43. Kredit Sektor Industri Pengolahan Lokasi Proyek di Banten Grafik I.44. Rasio Kredit Non Lancar Sektor Industri Pengolahan Lokasi Proyek di Banten 27

28 Triwulan III 212 Sektor Industri Pengolahan Industri Logam Dasar, Besi dan Baja % , ,78 87, ,56 89,13 81,8 74,4175,75 81,68 % , ,5 88,4 77,78 I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III Grafik I.45. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri Pengolahan Banten Grafik I.46. Kapasitas Produksi Terpakai Industri Logam Dasar, Besi & Baja Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Indonesia % Industri Kimia dan Barang dari Karet 92,5 86,5 88, , , I II III IV I II III IV I II III Indeks (27=1) Angka Indeks Produksi Baja Banten Pertumbuhan Produksi Baja Banten (RHS) Grafik I.47. Kapasitas Produksi Terpakai Industri Kimia dan Barang dari Karet Banten Grafik I.48. Indeksasi Produksi Baja Banten Sumber: Produsen Baja di Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia LGA Sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) merupakan salah satu sektor dengan kinerja meningkat pada level 8,29% (yoy) triwulan ini. Utilisasi kapasitas produksi yang tetap tinggi menjadi sekitar 82% dan adanya peningkatan indeks realisasi kegiatan usaha sektor tersebut mengkonfirmasi terjadinya pertumbuhan kinerja sektor tersebut. Di samping itu, pertumbuhan pembiayaan yang terus meningkat dan kualitas pengembalian yang terjaga baik menguatkan positifnya pertumbuhan kinerja sektor ini pada triwulan laporan. Semakin tingginya pertumbuhan properti residensial dan realisasi investasi di sektor industri mendorong permintaan dari sektor LGA semakin meningkat pula. 28

29 Rp Triliun Triwulan III 212 Sektor LGA Saldo Bersih % ,25 66,33 61, I II III I II III IV I II III Sektor LGA Grafik I.49. Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik I.5. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia % y-o-y,4,4,4,3 NPL (%),2,2,2,2, Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.51. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Lokasi Proyek di Banten Grafik I.52. Rasio NPL Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Lokasi Proyek di Banten Bangunan Selain sektor listrik, gas dan air sektor bangunan juga menjadi salah satu sektor dengan kinerja meningkat seiring dengan tetap tingginya pertumbuhan ekonomi nasional dan dukungan pembiayaan perbankan yang kuat. Meningkatnya kebutuhan properti baik komersial maupun residensial seiring pertumbuhan penduduk maupun ekonomi nasional mendorong pertumbuhan sektor ini meningkat. Kondisi tersebut didorong pula oleh pembangunan berbagai proyek infrastruktur oleh pemerintah. Salah satun indikator terjadinya peningkatan sektor bangunan adalah tingkat penjualan dan harga jual properti sektor ritel yang meningkat hingga triwulan II 212 dan diprediksi masih akan terus meningkat triwulan ini. Sementara itu, dari sisi supply dukungan pembiayaan perbankan untuk sektor ini tetap tinggi dengan pertumbuhan secara umum mencapai 86,9% (yoy) pada akhir triwulan ini dengan peruntukkan terbesar pada jenis konstruksi perumahan sederhana, konstruksi gedung perkantoran serta konstruksi bangunan elektrikal dan komunikasi. Tingkat pengembalian kredit 29

30 Rp Miliar Triwulan III 212 sektor tersebut pun terus membaik dengan rasio NPL yang rendah pada level 1,1% akhir triwulan III 212. Dari sisi demand, tren penurunan suku bunga kredit untuk keperluan pemilikan rumah tinggal maupun apartemen yang semakin menurun juga berkontribusi positif terhadap pertumbuhan sektor ini. Kondisi ini juga mengkonfirmasi bahwa dampak kebijakan loan to value ratio belum terasa secara signifikan hingga periode ini Kredit Sektor Bangunan Pertumbuhan (Axis Kanan) ,19 2,6 1,8 1,84 1,85 1,9 1,67 1,34 1, NPL Grafik I.53. Kredit Sektor Bangunan Lokasi Proyek di Banten Grafik I.54. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Kredit Sektor Bangunan Lokasi Proyek di Banten % 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, 12,1 12,3 12, 11,8 12, 1,9 1,9 1,8 1,8 1,7 1,5 1,5 1,6 1,6 1,5 9,6 9,9 9,7 9,5 1,2 9,3 I II III IV I II III % 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, 13,4 13,4 12,8 12,8 12, 11,7 11,3 12, 1,8 11,1 1,6 1,6 1,3 1, 1, 1,5 1,5 9,9 9,7 9,5 9,3 I II III IV I II III Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal s.d. Tipe 21 Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe 22 s.d. 7 Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe Diatas 7 Grafik I.55. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang Kredit untuk Pemilikan Rumah Tinggal Lokasi Proyek di Banten Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen s.d. Tipe 21 Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen Tipe 22 s.d. 7 Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen Tipe Diatas 7 Grafik I.56. Perkembangan Suku Bunga Tertimbang Kredit untuk Pemilikan Apartemen Lokasi Proyek di Banten Perdagangan, Hotel dan Restoran Performa sektor perdagangan, hotel dan restoran melambat tapi tetap tumbuh pada level yang tinggi sebesar 9,92% (yoy). Data realisasi kegiatan usaha sektor perdagangan, hotel dan restoran yang relatif stabil disebabkan oleh banyaknya investor yang pada saat ini merealisasikan usaha di sektor PHR seiring bertumbuhnya beberapa pusat bisnis dan residensial di wilayah ini, sehingga penggunaan tenaga kerja relatif meningkat namun nilai tambah di 3

31 Triwulan III 212 sektor ini sedikit melambat. Realisasi belanja pemerintah yang belum optimal disinyalir juga memberikan dampak terhadap melambatnya kinerja sektor PHR. Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sektor PHR Grafik I.57. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sub Sektor Perdagangan Grafik I.58. Realisasi Kegiatan Usaha Sub Sektor Perdagangan Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sub Sektor Restoran Grafik I.59. Realisasi Kegiatan Usaha Sub Sektor Restoran Banten Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sektor PHR Grafik I.6. Indikator Jumlah Karyawan Total Sektor Perdagangan, Hotel dan Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Indonesia Bank Restoran Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Indonesia Bank Sementara itu, pembiayaan perbankan yang tetap kuat diperkiran juga menjadi salah satu faktor yang mempertahankan tingginya kinerja sektor ini. Kredit untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran masih bertumbuh pesat hingga akhir periode laporan meskipun belum diiringi dengan pertumbuhan omzet dan laba yang lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kualitas pengembaliannya pun masih terjaga rendah meskipun ada sedikit peningkatan rasio NPL menjadi 1,84%. 31

32 Rp Triliun Triwulan III Kredit Sektor PHR Pertumbuhan (Axis Kanan) NPL (%) 2,83 2,73 2,17 1,82 1,76 1,57 1,66 1,49 1, Grafik I.61. Kredit Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Lokasi Proyek di Banten Grafik I.62. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Lokasi Proyek di Banten Pengangkutan dan Komunikasi Melambatnya sektor industri pengolahan diperkirakan memiliki kontribusi terhadap tertahannya kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi meskipun tetap bertumbuh tinggi pada level 11,2% (yoy). Tertahannya perkembangan realisasi kegiatan usaha dan perkembangan jumlah karyawan sektor pengangkutan dan komunikasi menjadi cermin adanya perlambatan pada sektor tersebut, begitu pula dengan indikator lalu lintas kendaraan yang melalui Tol Tangerang Merak yang menurun khususnya kendaraan penumpang (non komersil). Melambatnya pembiayaan perbankan pun menjadi faktor yang mempengaruhi terkontraksinya pertumbuhan sektor pengangkutan. Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Grafik I.63. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Banten Grafik I.64. Indikator Jumlah Karyawan Total Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Banten Indonesia Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia 32

33 Rp Miliar Triwulan III 212 Ribu Unit Total Arus Kendaraan yang Menggunakan Tol Tangerang-Merak Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.65. Arus Kendaraan (Total) yang Menggunakan Tol Tangerang Sumber: Pengelola Tol Tangerang Merak Merak Ribu Unit Arus Kendaraan Penumpang (Non Komersial) Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.66. Arus Kendaraan Penumpang (Non Komersial) yang Menggunakan Tol Tangerang Merak Sumber: Pengelola Tol Tangerang Merak ,81 1,76 1,72 1,56 NPL (%) 1,43 1,43 1,43 1,39 1, Kredit Sektor Pengangkutan Pertumbuhan (Axis Kanan) 212 Grafik I.67. Kredit Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Lokasi Proyek di Banten Grafik I.68. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Lokasi Proyek di Banten Sektor sektor Lainnya Melambatnya sektor utama seperti sektor industri pengolahan serta tertahannya penyerapan anggaran belanja pemerintah diperkirakan memberi kontribusi terhadap melambatnya sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh tertahan pada level 7,82% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya mencapai sebesar 7,87% (yoy). Sementara itu, realisasi belanja pemerintah daerah yang belum mencapai porsinya di triwulan III 212 memberikan andil terhadap melambatnya sektor jasa-jasa di triwulan laporan pada level 6,13% (yoy) setelah sebelumnya dapat bertumbuh sebesar 11,1% (yoy). Indikator hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha seperti realisasi kegiatan sektor jasa-jasa dan tertahannya pertumbuhan kredit untuk kedua sektor mengkonfirmasi adanya perlambatan tersebut. 33

34 Rp Miliar Rp Miliar Triwulan III 212 Saldo Bersih I II III IV I II III IV I II III Sektor Jasa-jasa Grafik I.69. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Jasa-jasa Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Kredit Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pertumbuhan (Axis Kanan) Kredit Sektor Jasa-jasa Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik I.7. Kredit Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Lokasi Proyek di Banten Grafik I.71. Kredit Sektor Jasa-jasa Lokasi Proyek di Banten 34

35 Triwulan III 212 Box. 1 SINERGI KEGIATAN DISEMINASI INFORMASI DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN UMKM Memberdayakan UMKM tentunya dapat terlaksana apabila dilakukan secara bersamasama dengan stakeholder masyarakat, pemerintah dan perbankan. Upaya inilah yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten pada setiap pelaksanaan kebijakan pemberdayaan UMKM di Banten. Salah satunya adalah pada pelaksanaan diseminasi informasi dan kehumasan yaitu penyelenggaraan bazaar intermediasi perbankan. Sebagai wujud sinergi Bank Indonesia dengan stakeholder di Provinsi Banten telah dilaksanakan kegiatan Banten Expo dan Intermediasi Perbankan 212 untuk merayakan hari jadi Provinsi Banten ke-12 dan sekaligus sebagai upaya meningkatkan intermediasi perbankan di Banten. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 26 3 September 212 di Alun-alun Barat Kota Serang. Momen yang terlaksana satu tahun sekali ini merupakan bagian dari pesta rakyat dan ajang promosi besar-besaran bagi UMKM di Banten. Karena pada even tersebut terdapat beraneka ragam hiburan, lomba dan promosi UMKM. Sejatinya terdapat tujuan dari sekedar penyelenggaraan acara yang bersifat hiburan dan promosi tersebut yang ingin dicapai Bank Indonesia bersama perbankan yaitu upaya financial inclusion melalui edukasi dan peningkatan peran intermediasi perbankan untuk masyarakat dan UMKM di Provinsi Banten, serta membangun sinergi jangka panjang pada iklim yang selaras dengan stakeholder pemerintah dan swasta. Untuk mendukung kegiatan edukasi, pada bazaar kali ini telah dilaksanakan beberapa kegiatan sosialisasi produk perbankan, debat mahasiswa dan lomba pelajar terkait pengetahuan perbankan serta talkshow/ workshop UMKM dan IT Koperasi. Untuk mendukung kegiatan financial inclution melalui peningkatan intermediasi perbankan, sebagai pra kegiatan bazaar telah dilaksanakan survey ke UMKM binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten, beberapa Koperasi binaan Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Banten serta BMT binaan Pinbuk Banten. Kegiatan ini dilaksanakan selama kurang lebih satu bulan sebelum kegiatan bazaar tanggal 26 September 212, adapun pada pelaksanaan kunjungan tersebut, Bank Indonesia juga didampingi Tenaga Penyuluh Lapangan Disperindag Provinsi Banten, Pinbuk Banten dan AO perbankan. Menambah makna nama bazaar yaitu Banten Expo dan Intermediasi Perbankan 212, pada acara pembukaan dilaksanakan penandatanganan Surat Pemberitahuan Persetujuan 35

36 Triwulan III 212 Pemberian kredit (SP3K) kepada 15 pengusaha UMKM yang mendapat kredit/pembiayaan dari 12 Bank dengan total nilai + Rp9.7 Milyar dan pemberian bantuan Program Sosial bank Indonesia sebesar Rp6..,- kepada 3 Kelompok Wanita Tani (KWT). Acara penandatanganan ini disaksikan oleh Gubernur Provinsi Banten Rt. Atut Choisiyah. Sejalan menampilkan berbagai hiburan dan tarian daerah yaitu rampag bedug dan kendang pencak, serta hiburan penampilan fashion show domba Juhut - Pandeglang. Acara bazaar kali ini, diikuti oleh 26 Bank Umum dan 1 BPR, Bank Indonesia Provinsi Banten beserta partisipasi Departemen Pengedaran Uang yang memfasilitasi mobil penukaran uangnya dan Departemen Kredit, BPR dan UMKM. Tak mau ketinggalan berpartisipasi, terdapat 1 UMKM binaan perbankan yang ikut bergabung di stand klaster UMKM bersama 9 UMKM binaan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten. Dari semangat kebersamaan dan sinergi antara Bank Indonesia, Pemda serta Perbankan untuk kegiatan bazaar ternyata telah membantu mempermudah koordinasi dan mempererat silaturahmi. Kedepannya kegiatan ini diharapkan dapat terus dilaksanakan dan membawa banyak manfaat untuk kegiatan pemberdayaan UMKM. 36

37 Triwulan III 212 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Banten pada triwulan III 212 kembali meningkat pada level 4,59% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan level inflasi Banten berada sedikit di atas inflasi nasional setelah sejak pertengahan 29 selalu lebih rendah. Perkembangan inflasi Banten dengan level 4,59% (yoy) pada periode laporan berada di atas level inflasi nasional sebesar 4,31% (yoy). Andil komponen volatile foods dan administered prices yang semakin meningkat memberikan kontribusi terhadap peningkatan inflasi Banten, sedangkan inflasi inti cenderung stabil. Sementara itu, dilihat per kota obyek perhitungan inflasi, terlihat terjadi akselerasi inflasi di Kota Cilegon dan Tangerang, dan sebaliknya di Kota Serang justru semakin membaik PERKEMBANGAN INFLASI BANTEN Inflasi Banten pada triwulan III 212 relatif tetap terjaga pada level 4,59% (yoy). Perkembangan inflasi Banten cukup terjaga pada periode laporan meskipun sudah mencapai sedikit di atas level inflasi nasional pada September 212. Tercatat inflasi tahunan Banten sebesar 4,59% (yoy) atau laju inflasi tahun kalender sebesar 3,65% (ytd). 12, 1, 8, 6, 4, 2,, -2, , 6, 5, 4, 3, 2, 1,, 4,11 3,11 2,86 3,16 4,44 4,59 6,1 5,76 Inflasi Tahunan 4,73 4,49 4,59 4,18 3,45 3,81 II III IV I II III IV I II III IV I II III Deviasi Nasional Banten Grafik II.1. Perbandingan Inflasi Banten dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI Grafik II.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Banten Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI 37

38 % mtm Triwulan III Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Pada akhir triwulan III 212, inflasi bulanan Banten berada pada level,18% (mtm) dengan andil terbesar dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Perkembangan inflasi bulanan Banten sepanjang triwulan III 212 cukup berfluktuasi pada kisaran,18% (mtm) 1,7% (mtm) dengan inflasi terendah pada akhir periode laporan sebesar,18% (mtm). Pada Juli dan Agustus 212, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan memberikan andil tertinggi terhadap inflasi Banten. Sementara itu, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikan andil tertinggi terhadap inflasi bulan September 212 yaitu sekitar,36%, sementara andil terendah berasal dari kelompok bahan makanan sebesar -,45% dengan kondisi telah berakhirnya masa gejolak peningkatan permintaan bahan makanan menjelang perayaan keagaamaan. 1,6 1,4 1,2 1,,8,6,4,2, -,2 -,4 -,6 -,8-1, Inflasi Bulanan Andil Inflasi (%) Transportasi, Komunikasi dan Jasa Inflasi (% mtm) Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kesehatan Sandang Perumahan, LGA dan Bahan Bakar Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Bahan Makanan Umum -4, -2,, 2, 4, 6, Grafik II.3. Perkembangan Inflasi Bulanan (mtm) Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik II.4. Inflasi dan Andil Inflasi Bulanan (mtm) Banten September 212 Sumber: BPS Provinsi Banten Tabel II.1. Inflasi Bulanan (% mtm) Banten per Kelompok Komoditas Kelompok Umum -,2,1,39,41,8,5 -,13,23,31,56,52 1,7,18 Bahan Makanan -,93,17 1,2 1,24,99 -,71-1,33,33,89 1,42 1,44 2,22-1,85 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan,24,27,31,37 1,5,33,68,36,23,42,59,61 1,44 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar,56,13,5,4,11,33,11,21,21,47 -,1,31,22 Sandang 2,13 -,86,18 -,62,97,75,15 -,22 -,2,47,3,43,67 Kesehatan,,5,19,23 2,64,12 -,16,58,1 -,28,53,65 -,13 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga,15 -,1,,8,99,3,,11,7 -,15,5 1,3 5,47 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan -,71,14,5,26,17,23,22,6,5,7,6 1,36 -,55 Sumber: BPS Provinsi Banten Inflasi triwulanan Banten terus meningkat hingga periode laporan berada pada level 1,78% (qtq). Adanya peningkatan tekanan inflasi dari kelompok makanan jadi. sandang, kesehatan dan transportasi mendorong inflasi triwulanan Banten kembali meningkat menjadi 38

39 Triwulan III 212 sebesar 1,78% (qtq) triwulan ini. Andil terbesar berasal kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau khususnya dari subkelompok makanan jadi, serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga seiring jadwal kenaikan biaya pendidikan yang jatuh pada triwulan ini. Tabel II.2. Inflasi Triwulanan (% qtq) dan Andil Inflasi (%) Banten per Kelompok Komoditas Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw III IV I II III I II III Umum 1,69,91,72,72 1,11 1,11 1,78 1,78 Bahan Makanan 2,12 2,62-1,6 -,26 2,67,66 1,77,44 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan,98,95 2,53,49 1,1,19 2,67,52 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 1,3,22,55,13,89,22,53,13 Sandang 7,76-1,29 1,88,11,5, 1,12,6 Kesehatan 1,23,47 2,6,12,4,2 1,6,5 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 5,21,7 1,2,7,2, 7,39,5 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan -,38,45,62,1,18,3,86,13 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Tembakau dan Minuman Beralkohol Minuman yang Tidak Beralkohol Makanan Jadi,9 Bahan Makanan Lainnya Lemak dan Minyak Andil Inflasi (%) -,11 Bumbu - bumbuan,18 Buah - buahan Kacang - kacangan Sayur-sayuran Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Ikan Diawetkan -,5 Ikan Segar Daging dan Hasil-hasilnya,25 Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya,,5,3,1,4 -,15 -,1 -,5,,5,,1,2,3 Grafik II.5. Andil Inflasi (qtq) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau per Sub Kelompok Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Sementara itu, inflasi tahunan Banten pada triwulan III 212 juga mengalami peningkatan dan berada pada level 4,59% (yoy) atau sudah berada di atas level inflasi nasional sebesar 4,31% (yoy). Dari tujuh kelompok barang dan jasa, terlihat adanya peningkatan kontribusi inflasi dengan karakteristik yang sama dengan inflasi triwulanan yaitu dari kelompok makanan jadi, minuman,rokok dan tembakau serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga. Namun meskipun andilnya menurun, kelompok bahan makanan tetap menjadi penyumbang inflasi terbesar pada triwulan ini. Pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, andil terbesar berasal dari subkelompok tembakau dan minuman beralkohol. Sementara dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, andil terbesar berasal dari subkelompok 39

40 Triwulan III 212 pendidikan dengan kondisi masa penerapan kenaikan biaya pendidikan yang jatuh di akhir triwulan laporan. Tabel II.3. Inflasi Tahunan () dan Andil Inflasi (%) Banten per Kelompok Komoditas Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw III IV I II III I II III UMUM 4,18 3,45 3,81 3,81 4,49 4,49 4,59 4,59 Bahan Makanan 5,54 4,76 3,82,92 6,45 1,58 6,1 1,5 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 2,53 2,95 4,91,95 5,57 1,8 7,34 1,43 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 4,25 3,16 2,92,71 2,72,66 2,21,53 Sandang 11,32 7,2 9,88,56 8,42,47 1,74,1 Kesehatan 5,59 4,3 5,13,23 4,77,21 4,59,2 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 9,38 6,44 6,45,42 6,38,41 8,58,58 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan -,75,2,54,8,88,13 2,14,32 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Tembakau dan Minuman Beralkohol Andil Inflasi (%) Olahraga Rekreasi Andil Inflasi (%) Minuman yang Tidak Beralkohol Perlengkapan / Peralatan Pendidikan Kursus-kursus / Pelatihan Makanan Jadi Pendidikan,,2,4,6,8 % -,1,,1,2,3,4,5,6 % Grafik II.6. Andil Inflasi (yoy) Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau per Sub Kelompok Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.7. Andil Inflasi (yoy) Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga per Sub Kelompok Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Inflasi Berdasarkan Kota Tren peningkatan inflasi terjadi di Kota Cilegon dan Tangerang, sementara di sisi sebaliknya perkembangan inflasi Kota Serang menuju triwulan III 212 semakin membaik. Akselerasi peningkatan inflasi terlihat terjadi di Kota Cilegon, dimana sejak awal tahun 211 inflasi Kota Cilegon cenderung menjadi yang terendah dibandingkan kota lainnya namun terus meningkat dan sejak Agustus dan September 212 menjadi yang tertinggi dibandingkan Serang dan Tangerang. Di sisi sebaliknya, setelah sempat menyentuh level 5,28% (yoy) pada Juni 212. inflasi Kota Serang cenderung semakin membaik hingga triwulan ini dan berada pada level 4,6% (yoy). 4

41 Triwulan III 212 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, Banten Cilegon Serang Tangerang Grafik II.8. Perkembangan Inflasi Tahunan Banten per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten Kota Cilegon Andil inflasi kelompok bahan makanan yang terus meningkat sejak triwulan I 212 terindikasi memberikan andil terhadap akselerasi laju inflasi Kota Cilegon. Setelah sejak awal tahun 211 inflasi Kota Cilegon cenderung berada di bawah level inflasi kedua kota lainnya yaitu Serang dan Tangerang, terlihat adanya percepatan peningkatan laju inflasi kota tersebut hingga mencapai level 4,86% (yoy) dan menempati posisi tertinggi dibandingkan Kota Serang, Tangerang maupun inflasi Banten. Andil inflasi bahan makanan yang cenderung meningkat diperkirakan menjadi faktor yang mendorong peningkatan laju inflasi tersebut. Andil dari subkelompok padi-padian khususnya beras, sub kelompok bumbu-bumbuan khususnya bawang putih serta subkelompok daging dan hasil-hasilnya khususnya daging sapi memberikan dorongan yang signifikan terhadap inflasi Kota Cilegon. Tabel II.4. Inflasi Tahunan () dan Andil Inflasi (%) Kota Cilegon per Kelompok Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw III IV I II III I II III Umum 2,75 2,35 2,76 2,76 4,8 4,8 4,86 4,86 Bahan Makanan,13,44 2,14,58 8,36 2,31 8,83 2,42 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 4,98 4,38 3,58,83 2,68,61 3,85,89 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 4,43 3,9 2,99,62 2,64,55 2,28,47 Sandang 7,85 6,17 8,21,45 6,68,36 2,66,14 Kesehatan 2,5 2,7 1,44,5 1,19,5 1,6,6 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 5,16 4,45 5,37,32 5,58,33 13,81,91 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan -1,1 -,58 -,41 -,6 -,3 -,4,78,11 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 41

42 SLTP Beras Bawang Putih Rokok Kretek Filter SLTA Tarif Sewa Motor Tarif Air Minum PAM Tempe Siomay Daging Sapi Telepon Seluler Kacang Panjang Jagung Manis Udang Basah Bandeng Baju Kaos/T-shirt Lakilaki Kerudung/Jilbab Belanak PC/Desktop Tauge/Kecambah Triwulan III 212 Perubahan IHK () Andil Inflasi (%) - - 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, - 1,,9,8,7,6,5,4,3 -,1,2 (2,) (4,) (6,) (8,) (1,) (12,) (14,) (16,) (,2) (,4) (,6) (,8) (,1) (,12) (18,) (,14) Perubahan IHK () Andil Inflasi (%) Grafik II.9. Sepuluh Komoditas dengan Andil Positif Terbesar terhadap Inflasi Kota Cilegon Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.1. Sepuluh Komoditas dengan Andil Negatif Terbesar terhadap Inflasi Kota Cilegon Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Kota Serang Berbeda dengan Kota Cilegon, inflasi Kota Serang cenderung menurun pada triwulan III 212 hingga mencapai level 4,6% (yoy) yang lebih baik dibandingkan kedua kota perhitungan inflasi lainnya. Setelah mencapai level inflasi tertinggi sepanjang tahun 212 sebesar 5,28% (yoy) pada Juni 212, inflasi Kota serang berangsur-angsur menurun dan mencapai level 4,6% (yoy) pada September 212. Andil inflasi tertinggi berasal dari kelompok bahan makanan sementara yang terendah berasal dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga yang berbeda dengan kondisi di Kota Cilegon dan Serang. Di kedua kota tersebut, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga memberikan andil yang relatif tinggi terhadap inflasi masing-masing kota. Beberapa komoditas yang memberikan sumbangan inflasi tertinggi antara lain beras, bawang putih, tempe, gula pasir, rokok kretek, rokok kretek filter, emas perhiasan, cabe merah, keramik dan daging ayam ras. Di sisi lain, beberapa komoditas penyumbang negatif terhadap inflasi Kota Serang yaitu kangkung, kentang, kulit melinjo, bawang merah, telepon seluler, tempat tidur, susu formula bayi, kusen, emping mentah serta VCD/DVD player. 42

43 Beras Bawang Putih Tempe Gula Pasir Rokok Kretek Rokok Kretek Filter Emas Perhiasan Cabe Merah Keramik Daging Ayam Ras Kangkung Kentang Kulit Melinjo Bawang Merah Telepon Seluler Tempat Tidur Susu untuk Bayi Kusen Emping Mentah VCD/DVD Player Triwulan III 212 Tabel II.5. Inflasi Tahunan () dan Andil Inflasi (%) Kota Serang per Kelompok Komoditas Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw III IV I II III I II III Umum 4,11 2,78 3,92 3,92 5,28 5,28 4,6 4,6 Bahan Makanan 2,91 -,93 3,71,9 9,12 2,25 8,71 2,18 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 4,49 4,6 4,4,9 4,94 1,1 4,63 1,2 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 3,86 3,34 3,21,69 3,65,79 3,83,82 Sandang 16,4 1,92 12,23 1,1 9,32,75 3,42,28 Kesehatan 3,56 3,77 2,33,1 1,93,8 2,6,9 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 3,61 3,49 2,77,17 2,51,15,26,2 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan -,18,79 1,56,21 1,74,23 1,93,25 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Perubahan IHK () Andil Inflasi (%),, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,,,45,4,35,3,25,2,15,1,5, -5, -1, -15, -2, -25, -3, -35, -4, -,1 -,2 -,3 -,4 -,5 -,6-45, -,7 Perubahan IHK () Andil Inflasi (%) Grafik II.11. Sepuluh Komoditas dengan Andil Positif Terbesar terhadap Inflasi Kota Serang Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.12. Sepuluh Komoditas dengan Andil Negatif Terbesar terhadap Inflasi Kota Serang Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Kota Tangerang Meskipun secara umum inflasi di Kota Tangerang masih terjaga, akselerasi peningkatan inflasi juga terjadi di Kota Tangerang dengan level inflasi mencapai 4,54% (yoy) pada triwulan III 212. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta kelompok bahan makanan memberikan andil tertinggi terhadap inflasi Kota Tangerang triwulan ini. Jika dilihat per komoditas, beberapa komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi antara lain angkutan udara, beras, rokok kretek filter, tempe, akademi/perguruan tinggi, nasi, makanan ringan/snack, pisang, rokok kretek dan gula pasir. Sementara itu, beberapa komoditas yang menyumbangkan inflasi negatif antara lain bawang merah, jeruk, emas perhiasan, susu untuk balita, jagung manis, ketimun, minyak goreng, air kemasan, sawi hijau dan tv berwarna. 43

44 Angkutan Udara Beras Rokok Kretek Filter Tempe Akademi/Perguruan Tinggi Nasi Makanan Ringan/Snack Pisang Rokok Kretek Gula Pasir Bawang Merah Jeruk Emas Perhiasan Susu untuk Balita Jagung Manis Ketimun Minyak Goreng Air Kemasan Sawi Hijau TV Berwarna Triwulan III 212 Tabel II.6. Inflasi Tahunan () dan Andil Inflasi (%) Kota Tangerang per Kelompok Komoditas Kelompok Andil Tw Andil Tw Andil Tw III IV I II III I II III Umum 4,44 3,78 3,98 3,98 4,42 4,42 4,54 4,54 Bahan Makanan 6,92 6,6 4,11,97 5,68 1,36 5,2 1,25 Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan 1,76 2,4 5,3,96 6,21 1,12 8,47 1,55 Tembakau Perumahan, LGA dan Bahan Bakar 4,29 3,13 2,84,73 2,54,65 1,86,47 Sandang 1,88 6,38 9,67,5 8,51,44 1,27,6 Kesehatan 6,47 4,28 6,21,29 5,85,27 5,51,25 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 11,21 7,32 7,32,49 7,24,48 9,29,65 Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan -,8 -,1,53,9,94,15 2,42,38 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Perubahan IHK () Andil Inflasi (%),, ,,9,8,7,6,5,4,3,2,1, -1, -2, -3, -4, -5, -,2 -,4 -,6 -,8 -,1 -,12 -,14-6, Perubahan IHK () Andil Inflasi (%) -,16 Grafik II.13. Sepuluh Komoditas dengan Andil Positif Terbesar terhadap Inflasi Kota Tangerang Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.14. Sepuluh Komoditas dengan Andil Negatif Terbesar terhadap Inflasi Kota Tangerang Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 2.2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Meningkatnya andil inflasi dari komponen volatile foods dan administered prices menjadi sumber penyebab peningkatan laju inflasi Banten pada triwulan III 212. Jika dilakukan disagregrasi inflasi berdasarkan kelompok komponen, terlihat adanya peningkatan kontribusi dari komponen barang-barang dengan harga bergejolak (volatile foods) terutama beras, bawang putih dan tempe serta barang-barang yang harganya ditetapkan pemerintah (administered prices) khususnya rokok kretek dan rokok kretek filter. Di sisi lain, inflasi inti stabil dengan kecenderungan meningkat yang dikontribusi terutama dari komoditas dalam kelompok makanan jadi dan pendidikan. 44

45 Triwulan III , 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Umum Volatile Foods Adm. Price Core % 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, Volatile Foods Administered Price Core Grafik II.15. Inflasi Banten per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.16. Andil Inflasi Banten per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Aspek Non Fundamental Komponen Volatile Foods Percepatan peningkatan inflasi volatile foods terlihat terjadi di Banten terutama di Kota Cilegon dan kemudian mendorong peningkatan inflasi secara signifikan menuju triwulan III 212. Kontribusi inflasi volatile foods yang meningkat baik di Banten maupun kota-kota lainnnya terutama Kota Cilegon memberikan andil positif terhadap peningkatan inflasi triwulan laporan. Jika dilihat dari komoditas barang/jasa, beberapa komoditas seperti beras, bawang putih, daging sapi dan tempe menjadi beberapa komoditas dengan andil terbesar. Beberapa penyebabnya antara lain: a. Produksi padi yang melambat di subround III (Mei Agustus) 212 akibat kekeringan, dimana sekitar 1. Ha lahan mengalami puso. Begitu pula dari informasi pemantauan pasar komoditas bahan pokok Kementerian Perdagangan RI, pada September 212 terjadi penurunan panen padi di Karawang akibat kekeringan dari umumnya sebesar 5 ton per hektar menjadi sekitar 4 ton per hektar. Namun demikian, Kementerien Pertanian menyatakan bahwa stok pangan di Indonesia masih relatif aman dan telah menganggarkan sekitar Rp 119 miliar untuk membantu petani yang mengalami gagal panen tahun ini. b. Peningkatan harga impor bawang putih yang banyak mendominasi pasokan di pasar wilayah Banten seperti di pasar induk Tanah Tinggi Tangerang. c. Cuaca ekstrim yang melandar berbagai wilayah di antaranya Amerika Serikat dan Brazil diperkirakan memberikan dampak terhadap fluktuasi harga komoditas impor seperti bawang putih. 45

46 Triwulan III 212 d. Masih tingginya ketergantungan impor kedelai nasional di tengah kondisi cuaca ekstrim global diperkirakan membuat pasokan dan harga kedelai berfluktuasi dan mendorong kenaikan harga tempe, sementara itu perkiraan realisasi produksi kedelai nasional hingga Agustus 212 mencapai 316. ton dari target sekitar ton tahun 212. Terkait dengan pasokan kedelai, Kementerian Pertanian menargetkan bahwa tahun 214 Indonesia bisa mencapai swasembada kedelai. Untuk kebutuhan tersebut, dibutuhkan anggaran sekitar Rp 6,8 triliun untuk perluasan areal tanam sekitar Ha dan bantuan benih, pupuk lainnya. 18, 3,5 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Banten Cilegon Serang Tangerang % 3, 2,5 2, 1,5 1,,5 Cilegon Tangerang Banten Serang, -2, -4, , -,5-1, Grafik II.17. Inflasi Volatile Foods per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.18. Andil Inflasi Volatile Foods per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Komponen Administered Prices Terlihat adanya peningkatan andil dari komoditas administered prices terutama rokok kretek, rokok kretek filter pada triwulan III 212. Adanya kenaikan cukai rokok tahun 212 dan kenaikan bahan baku disinyalir mendorong kenaikan harga rokok dan rokok kretek filter pada triwulan ini. 6, 5, 4, 3, 2, 1, Banten Cilegon Serang Tangerang 1,4 1,2 1,,8 % Cilegon,6 Tangerang,4 Banten,2 Serang, , Grafik II.19. Inflasi Administered Prices per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.2. Andil Inflasi Administered Prices per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 46

47 Triwulan III Aspek Fundamental/Komponen Inti Inflasi inti pada triwulan III 212 stabil dengan kecenderungan meningkat yang dikontribusi khususnya dari makanan jadi dan pendidikan. Meningkatnya biaya pengemasan makanan jadi seiring dengan meningkatnya biaya bahan baku plastik dari industri petrokimia diperkirakan memberikan andil terhadap peningkatan harga komoditas makanan jadi di Banten. Sementara itu, penetapan kenaikan biaya pendidikan khususnya dari perguruan tinggi/akademi di akhit triwulan III 212 kemudian mendorong kenaikan biaya pendidikan. Dari sisi ekspektasi inflasi, ekspektasi masyarakat terhadap harga pada triwulan ini masih cenderung stabil. Sementara itu dari sisi eksternal, pelemahan rupiah yang terjadi memberikan dampak terhadap peningkatan harga barang impor dan selanjutnya terhadap inflasi keseluruhan. 6, 5, 4, 3, 2, 1, Banten Cilegon Serang Tangerang 3,5 3, 2,5 2, % Cilegon 1,5 Tangerang 1, Banten,5 Serang, , Grafik II.21. Inflasi Inti per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.22. Andil Inflasi Inti per Kota Perhitungan Inflasi Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Indeks Indeks Ekspektasi Harga Pertumbuhan (Axis Kanan) Grafik II.23. Indeks Ekspektasi Harga Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia 47

48 Triwulan III 212 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Melambatnya pertumbuhan ekonomi Banten turut menahan laju pertumbuhan kredit perbankan yang cenderung ekspansif. Ekspansi perbankan di Banten pada triwulan III 212 tetap tinggi meskipun sedikit melambat. Kondisi tersebut tercermin dari indikasi menurunnya rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum dari sebesar 77% pada triwulan II 212 menjadi sebesar 75,93% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit bank umum dapat terjaga di level yang rendah (1.86%) namun angkanya sedikit meningkat jika dibandingkan dengan Triwulan sebelumnya sebesar 1.79%. Walaupun capaian angka pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat ( KUR ) di Banten pada level yang tinggi yaitu sebesar (yoy) namun angka tersebut sedikit melambat dibandingkan angka pada periode sebelumnya sebesar %. Kesulitan mencari calon debitur KUR yang layak dan terbatasnya sistem informasi & sumber daya terkait calon debitur khususnya mikro & kecil menyebabkan angka pertumbuhan KUR sulit dipertahankan. Berdasarkan volumenya, transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten pun menunjukkan sedikit penurunan pada triwulan III 212, Kondisi tersebut terindikasi dari menurunnya pertumbuhan volume pembayaran yang dilakukan melalui kliring maupun RTGS karena menurunnya volume transaksi bisnis pada beberapa sektor di wilayah Banten PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM Kondisi perekonomian yang sedikit melambat menyebabkan sektor perbankan cenderung lebih berhati hati. Hal tersebut tercermin dari kegiatan intermediasi bank umum pada triwulan III 212 yang menurun. Rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio) dari sebesar 77% menjadi 75,93% pada periode laporan. Kinerja penyaluran kredit oleh bank umum pada periode laporan melambat dengan level pertumbuhan sebesar 25,7% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya mencapai 29,94% (yoy). Namun angka pertumbuhan tersebut masih jauh diatas angka nasional yang tumbuh pada level sekitar 23%. Sementara itu, penghimpunan simpanan/dana pihak ketiga mengalami sedikit peningkatan sebesar 22,92% (yoy) dengan nominal mencapai Rp 81,45 triliun. Melambatnya kinerja bank umum juga terlihat dari peningkatan risiko kredit yang ditunjukkan oleh peningkatan rasio kredit non lancar (Non Performing Loan) dari 1,79% menjadi sebesar 1,86% walaupun masih di bawah ambang batas aman angka kredit/pembiayaan non lancar yang sebesar 5%. 48

49 Rp Triliun Rp Triliun Triwulan III 212 Tabel III.1. Indikator Bank Umum yang Berlokasi di Wilayah Banten Uraian Unit Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Asset DPK Nominal Rp. Juta Growth % (yoy) 42,69 2,25 17,28 22,76 2,91 Nominal Rp. Juta Growth % (yoy) 44,99 23,46 22,21 22,6 22,92 Kredit Berdasarkan Lokasi Nominal Rp. Juta Bank di Provinsi Banten Growth % (yoy) 34,4 25,14 26,6 29,94 25,7 Loan to Deposit Ratio Rasio % 74,25 74,4 73,52 77, 75,93 Rasio Kredit Non Lancar Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten NPL % 2,53 1,9 1,92 1,79 1, Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat Penghimpunan DPK oleh bank umum di wilayah Banten pada triwulan III 212 masih menunjukkan pertumbuhan yang positif seiring dengan bertambahnya jumlah jaringan kantor bank dan promosi yang dilakukan perbankan di Banten dan preferensi penempatan dana masyarakat yang masih tetap tinggi di perbankan. Dana yang dapat diserap masyarakat oleh bank umum di Banten pada triwulan III 212 tercatat sebesar Rp 81,45 triliun atau bertumbuh 22,92% (yoy). Angka tersebut sedikit lebih tinggi diabndingkan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 22,6% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terjadi pada komponen tabungan dan deposito dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 29,95% (yoy) dan 16,3% (yoy). Sedangkan komponen giro mengalami sedikit perlambatan sebesar 27,8% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,31% (yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Nominal DPK Growth (RHS) Giro Tabungan Deposito Grafik III.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Grafik III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Komponen 49

50 Triwulan III 212 Tabel III.2. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga Bank Umum Wilayah Banten Komponen per Komponen Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Giro Nominal (Rp. Juta) 12,912,53 14,488,422 14,75,116 15,657,793 16,49,664 Pertumbuhan () Pangsa (%) Tabungan Nominal (Rp. Juta) 22,551,57 25,16,143 25,384,226 27,83,75 29,36,8 Pertumbuhan () Pangsa (%) Deposito Nominal (Rp. Juta) 3,795,835 3,569,762 32,595,653 33,92,24 35,731,387 Pertumbuhan () Pangsa (%) TOTAL 66,259,872 7,164,327 72,729,996 76,661,568 81,447,131 Pertumbuhan () Kinerja penghimpunan dana pihak ketiga oleh kelompok bank pemerintah daerah terlihat meningkat cukup pesat dibandingkan dengan bank persero dan bank swasta nasional. Pertumbuhan simpanan/dpk bank pemerintah daerah meningkat signifikan dari sebesar 16,24% (yoy) pada triwulan II 212 menjadi sebesar 117,46% (yoy) pada triwulan laporan. Namun secara umum, pangsa simpanan bank swasta nasional masih memegang porsi tertinggi terhadap total simpanan bank umum yang berlokasi di Banten mencapai 5,53% dengan nilai nominal sebesar Rp 41,15 triliun. Tabel III.3. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Kelompok Bank (dalam Rp Juta) Kelompok Bank Growth Growth Pangsa Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw II '12 (yoy) Tw III '12 (yoy) Tw III '12 Bank Persero 17,252,191 18,229,223 19,161,373 27,4,43 29,792,852 31,758, Bank Swasta Nasional 24,426,46 27,43,234 28,84,529 38,166,294 39,138,343 41,151, Bank Pemerintah Daerah 3,748,17 3,925,719 3,985,52 7,523,299 7,73,373 8,536, Jumlah 45,426,766 49,198,175 51,951,44 72,729,996 76,661,568 81,447, % 1% 39% Bank Persero Bank Swasta Nasional Bank Pemerintah Daerah Grafik III.3. Pangsa Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Kelompok Bank 5

51 Rp Triliun Triwulan III Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten Ekspansi kredit oleh bank umum di wilayah Banten pada triwulan III 212 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Banten tumbuh sebesar 25,7% (yoy) dengan nominal mencapai Rp. 61,84 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 29,94% (yoy). Berdasarkan jenisnya, porsi terbesar penyaluran kredit di Banten masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan jumlah mencapai Rp. 34,81 triliun atau sebesar 56,29% dari total kredit, disusul kemudian oleh kredit modal kerja sebesar Rp. 2,61 triliun dengan proporsi 33,33% dan kredit investasi sebesar Rp. 5,33 triliun dengan proporsi 1,38%. Namun demikian, dilihat dari pertumbuhannya, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi dibandingkan jenis kredit lainnya. Pertumbuhan kredit investasi pada triwulan laporan mencapai 58,16% (yoy). Peningkatan penyaluran kredit investasi ini terjadi pada sektor jasa dunia usaha khususnya pada usaha perumahan menengah, besar atau mewah (tipe diatas 7); gedung perbelanjaan serta gedung perkantoran. Hal ini sejalan dengan semakin maraknya pembangunan pemukiman, gedung perbelanjaan dan gedung perkantoran terutama di wilayah Tangerang dan Tangerang Selatan. Tabel III.4. Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Pangsa Growth Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III'12 (%) Tw III'12 () Modal Kerja 16,495,251 16,95,554 17,22,834 18,878,778 2,613, Investasi 4,59,367 4,542,767 4,945,87 5,328,87 6,42, Konsumsi 28,643,556 3,458,84 31,54,138 34,822,234 34,87, TOTAL 49,198,175 51,951,44 53,472,779 59,29,99 61,841, Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw IV II Konsumsi 58.99% Modal Kerja 31.98% Investasi 9.3% Total Kredit Growth (RHS) Grafik III.4. Perkembangan Kredit Bank Umum di Banten Grafik III.5. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan 51

52 Juta Rp Juta Rp Juta Rp Triwulan III ,, 2,, 15,, 1,, 5,, Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw IV III IV III % ,, 6,, 5,, 4,, 3,, 2,, 1,, Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II Tw Tw Tw I Tw II Tw IV III IV III % Modal Kerja g. modal kerja (y-o-y) Investasi g. Investasi (y-o-y) Grafik III.6. Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum di Banten Grafik III.7. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum di Banten 4,, 35,, 3,, 25,, 2,, 15,, 1,, 5,, Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw II Tw IV III Tw Tw I Tw II Tw IV III % Konsumsi g. Konsumsi (y-o-y) Grafik III.8. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum di Banten Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit bank umum paling besar disalurkan kepada sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa dunia usaha dengan proporsi masing-masing sebesar 11,94% dan 1,43%. Sementara itu, apabila dilihat dari angka pertumbuhannya, peningkatan penyaluran kredit terbesar terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertanian dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 325,91% (yoy) dan 158,98% (yoy). Pertumbuhan yang signifikan pada sektor listrik, gas dan air bersih ini terutama terjadi pada usaha pengadaan dan penyaluran air bersih. Hal ini sejalan dengan masih berlangsungnya pembangunan jaringan PDAM di wilayah Kota Tangerang dan berbagai kota/kab lainnya di Banten. Sementara itu pertumbuhan pada sektor pertanian terutama terjadi pada usaha pembibitan dan budidaya unggas; pertanian hortikultura sayuran yang dipanen lebih dari sekali serta pembibitan dan budidaya ternak perah. Namun demikian, pertumbuhan yang meningkat tersebut tidak mampu mendorong peningkatan porsi kredit pada kedua sektor tersebut. Proporsi kredit pada sektor listrik, gas dan air bersih hanya,47% sedangkan proposri kredit pada sektor pertanian hanya,61%. 52

53 Triwulan III 212 Tabel III.5. Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Sektor Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pangsa Tw III'12 (%) Growth Tw III'12 () Pertanian 145,171 26, ,7 596, , Pertambangan 267,23 36, , , , Industri Pengolahan 4,62,183 5,67,827 5,98,75 5,669,27 5,714, Listrik, Gas dan Air Bersih 68,32 159, , , , Konstruksi 1,597,6 1,7,28 1,71,959 1,95,579 2,156, Perdagangan, Hotel dan Restoran 5,737,373 6,125,71 5,896,516 6,654,312 7,384, Pengangkutan 263, ,762 3,77 367, , Jasa Dunia Usaha 5,343,859 5,38,8 5,367,462 5,293,895 6,452, Jasa Sosial Masyarakat 1,363,791 1,428,357 1,571,542 1,871,634 1,863, Lain-lain 29,81,579 31,3,386 32,524,978 35,918,867 36,792, BANTEN 49,198,175 51,951,44 53,472,779 59,29,99 61,841, % 1% 1% 9% % 3% 12% 1% 1% Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan 3% Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain Grafik III.9. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten Pada triwulan III 212 bank umum di Kota Tangerang masih menjadi penyalur kredit terbesar dengan pangsa mencapai 5,55%. Belum ada perubahan struktural komposisi penyaluran kredit oleh bank umum di seluruh kota/kabupaten di Banten. Selain Kota Tangerang sebagai penyalur terbesar, bank-bank umum di Kabupaten Tangerang juga menjadi penyalur kedua terbesar dengan pangsa sekitar 26,26% terhadap total kredit. Sementara itu, masih relatif rendahnya jumlah kantor bank di wilayah Lebak dan Pandeglang menyebabkan kontribusi kredit yang diberikan pun masih cenderung rendah dengan pangsa sekitar 1%-2% terhadap total kredit. Potensi membaiknya sektor pertanian dan infrastruktur di kedua wilayah tersebut perlu menjadi perhatian bank dalam menjalankan fungsi intermediasi sekaligus membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi di kedua wilayah tersebut. 53

54 Triwulan III 212 Tabel III.6. Kredit Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten (dalam Rp Juta) Kota/Kabupaten Nominal (Rp. Juta) Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pangsa Tw III'12 (%) Growth Tw III'12 () Kab. Lebak 46,32 43, , , , Kab. Pandeglang 93, ,5 887, , , Kab. Serang 1,826,325 1,975,855 2,41,646 2,334,154 2,556, Kab. Tangerang 1,54,517 11,861,649 12,962,14 14,345,437 16,236, Kota Cilegon 3,847,77 4,135,1 4,36,481 4,58,513 5,812, Kota Tangerang 27,749,256 28,632,868 28,896,683 32,26,257 31,259, Kota Serang 3,925,21 4,51,231 3,966,399 4,461,263 4,593, Banten 49,198,175 51,951,44 53,472,779 59,29,99 61,841, Kab. Lebak Kab. Pandeglang Kab. Serang Kab. Tangerang Kota Cilegon Kota Tangerang Kota Serang Grafik III.1. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten A. Kabupaten Lebak Sampai dengan akhir triwulan III 212 kredit modal kerja masih menjadi kredit dengan porsi penyaluran terbesar di Kabupaten Lebak. Namun demikian, proporsi kredit modal kerja di wilayah ini mengalami penurunan hingga mencapai level 65,33% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 73,17%. Kredit modal kerja di wilayah ini banyak disalurkan pada sektor perdagangan, hotel dan restoran khususnya pada usaha perdagangan eceran keliling dan usaha perdagangan beras dalam negeri. 54

55 Triwulan III 212 Tabel III.7. Kredit Bank Umum di Kabupaten Lebak per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 249, , , , , ,72 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 1,229 1,181 1,73 1, Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 154, , , , ,14 151,42 Pangsa (%) TOTAL 45,55 46,32 43, , , ,421 Berdasarkan sektor ekonomi, sektor pertanian pada periode laporan mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pertumbuhan pada sektor ini mencapai 355,24% (yoy) dengan nominal sebesar Rp. 12,1 miliar. Sementara itu, sektor industri pengolahan menjadi sektor dengan pertumbuhan terbesar kedua mencapai 8,36% (yoy) dengan nominal sebesar Rp. 5,6 miliar. Porsi terbesar penyaluran kredit pada sektor pertanian banyak disalurkan pada usaha pembibitan dan budidaya sapi potong serta usaha pertanian padi. Sedangkan penyaluran kredit pada sektor industri pengolahan banyak disalurkan pada usaha industri anyam-anyaman, kerajinan, ukiran dari kayu dan industri barang lain serta usaha industri penggilingan padi dan penyosohan beras. Hal tersebut sejalan dengan struktur / pola perekonomian Banten berdasarkan pola industrinya yang berbasis pertanian. Tabel III.8. Perkembangan Kredit yang Disalurkan Bank Umum di Kabupaten Lebak per Sektor Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Pangsa Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III'12 (%) Growth Tw III'12 () Pertanian 156 2,658 7,481 6,549 14,882 12, Pertambangan 1, Industri Pengolahan 44 3,18 5,224 5,41 6,282 5, Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi 3,517 5,86 1,683 1,237 9,738 9, Perdagangan, Hotel dan Restoran 121,62 13,4 24, ,93 258, , Pengangkutan dan Komunikasi 1,996 1,984 2,2 2,24 2,2 1, Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat - 2,456 23,32 19,964 3,158 3, Lain-lain 276, ,485 15,18 176, ,76 177, (31.73) TOTAL 45,55 46,32 43, , , ,

56 Triwulan III 212 B. Kabupaten Pandeglang Di Kabupaten Pandeglang, jenis kredit konsumsi dan kredit modal kerja mendominasi hampir keseluruhan total kredit yang disalurkan. Di wilayah tersebut, penggunaan kredit konsumsi sebagian besar adalah untuk keperluan rumah tangga/multiguna. Sementara itu kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 42,43% pada triwulan III 212 disalurkan terutama pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan konsentrasi pada jenis perdagangan eceran keliling. Selain itu, sektor produktif lainnya yang memperoleh kredit modal kerja cukup besar yaitu sektor pertanian khususnya untuk usaha pertanian padi dan jasa pertanian. Kondisi tersebut masih sesuai dengan kondisi ekonomi wilayah ini yang didominasi sektor pertanian dan perdagangan. Tabel III.9. Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 378,64 384,657 49,161 42,31 424,214 4,18 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 2,588 3,43 2,637 2,51 3,242 2,96 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 52, , ,27 483,48 494,16 539,824 Pangsa (%) TOTAL 91,688 93, ,5 887, , ,748 1% % % % % 13% % % 1% Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi 76% Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain Grafik III.11. Porsi Kredit Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Sektor Ekonomi 56

57 Triwulan III 212 C. Kabupaten Serang Pada triwulan III 212 terlihat bahwa preferensi penyaluran kredit oleh bank umum di Kabupaten Serang tetap relatif tinggi dalam bentuk kredit konsumsi dan belum mengarah ke sektor industri yang merupakan salah satu basis ekonomi daerah tersebut. Sebagian besar kredit yang disalurkan oleh bank umum konvensional di Kabupaten Serang adalah dalam bentuk kredit multiguna untuk kebutuhan kepemilikan rumah terutama tipe 22 m 2 s.d. 7 m 2 serta kebutuhan kepemilikan rumah toko dan rumah kantor. Sementara itu kredit modal kerja banyak disalurkan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor bangunan. Tabel III.1. Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 5, , ,54 477, ,69 661,62 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 189, , , , ,21 387,59 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 1,2,917 1,133,111 1,238,158 1,248,418 1,48,64 1,58,25 Pangsa (%) TOTAL 1,711,245 1,826,325 1,975,855 2,41,646 2,334,154 2,556,776 Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, terlihat pula bahwa selain untuk sektor lain-lain yang umumnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi, penyaluran kredit untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan atau sektor jasa dunia usaha merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. 1% Pertanian 3% 1% % 7% Pertambangan 12% 1% Industri Pengolahan 59% 13% Listrik, Gas dan Air Bersih 3% Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Grafik III.12. Porsi Kredit Bank Umum di Kabupaten Serang per Sektor Ekonomi 57

58 Triwulan III 212 D. Kabupaten Tangerang Hingga akhir triwulan III 212, belum terjadi perubahan struktur secara signifikan pada penyaluran kredit di Kabupaten Tangerang, dengan porsi terbesar tetap pada kredit konsumsi. Pangsa kredit konsumsi hingga akhir triwulan III 212 tetap yang tertinggi sebesar 58,83% dengan nilai nominal mencapai Rp. 9,55 triliun. Peningkatan porsi penyaluran terlihat pada jenis penggunaan investasi dengan pangsa yang meningkat cukup signifikan hingga mencapai 11,92% dari sebelumnya sebesar 8,87%. Hal tersebut mengindikasikan semakin meningkatnya iklim usaha di Kabupaten Tangerang seiring tumbuhnya berbagai sektor industri dikawasan tersebut. Tabel III.11. Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 3,68,224 3,598,15 3,944,62 4,81,998 4,512,43 4,748,783 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 812, ,413 1,39,931 1,151,136 1,272,78 1,935,772 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 5,11,56 6,8,954 6,877,657 7,728,88 8,561,316 9,552,364 Pangsa (%) TOTAL 9,432,212 1,54,517 11,861,649 12,962,14 14,345,437 16,236,919 Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi, selain sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor jasa dunia usaha menjadi sektor yang semakin diminati dalam penyaluran kredit oleh bank umum di Kabupaten Tangerang pada triwulan III 212. Di sektor industri pengolahan, pada periode laporan kredit yang disalurkan banyak diserap oleh industri furnitur; industri alas kaki; industri barang dari plastik; logam dasar dan besi baja, serta industri pakaian jadi dan perlengkapannya. Sementara itu pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah tersebut pada periode laporan banyak diserap oleh jenis perdagangan berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman, dan tembakau; perdagangan eceran keliling; perdagangan besar tekstil, pakaian jadi dan kulit serta penjualan mobil. 58

59 Triwulan III 212 1% % 8% % 4% 16% Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan 62% 2% 1% 6% Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Grafik III.13. Porsi Kredit Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Sektor E. Kota Cilegon Struktur perekonomian Kota Cilegon yang sebagian besar ditopang oleh sektor industri pengolahan teridentifikasi mendorong tingginya kebutuhan pembiayaan modal kerja. Berdasarkan jenis penggunaannya, pangsa kredit bank umum di wilayah Cilegon untuk kredit modal kerja sekitar 58,12% dan total kredit bank umum di kota tersebut. Industri logam dasar dan besi baja merupakan jenis industri yang mernyerap kredit modal kerja terbesar dari bank umum di Kota Cilegon. Tabel III.12. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 2,193,969 2,273,568 2,35,239 2,314,628 2,392,677 3,377,939 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 25, , , ,118 63, ,495 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 1,92,3 1,161,516 1,269,55 1,413,735 1,485,678 1,78,891 Pangsa (%) TOTAL 3,536,173 3,847,77 4,135,1 4,36,481 4,58,513 5,812,325 Sektor produktif yang menjadi tujuan utama penyaluran kredit di Kota Cilegon antara lain sektor industri pengolahan, jasa dan perdagangan. Pada sektor industri pengolahan, sebagian besar kredit yang disalurkan adalah dalam bentuk kredit modal kerja yang banyak diserap oleh industri logam dasar besi baja, sementara itu pada sektor perdagangan, perdagangan eceran keliling adalah salah satu jenis perdagangan yang memperoleh kredit terbesar seiring tumbuhnya perekonomian yang semakin baik di Cilegon 59

60 Triwulan III 212 Tabel III.13. Kredit Bank Umum di Kota Cilegon per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Sektor Pangsa Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III'12 (%) Growth Tw III'12 () Pertanian 3,464 3,375 4,21 38,174 41,896 1, Pertambangan 2,718 12,83 2,717 14,513 13,34 16, Industri Pengolahan 1,2,25 1,11,183 1,142,56 1,95,865 1,94,29 1,82, (2.51) Listrik, Gas dan Air Bersih 6,17 56, ,794 29, ,865 27, Konstruksi 135, ,756 17, , ,58 186, Perdagangan, Hotel dan Restoran 445,73 517, , ,927 58,62 562, Pengangkutan dan Komunikasi 52,219 79,768 84,4 78,7 124,635 12, Jasa Dunia Usaha 511, , , , , , (13.54) Jasa Sosial Masyarakat 94, , , , ,54 171, Lain-lain 1,265,414 1,279,886 1,375,78 1,582,687 1,662,239 2,969, TOTAL 3,536,173 3,847,77 4,135,1 4,36,481 4,58,513 5,812, F. Kota Tangerang Sebagian besar penyaluran kredit oleh bank umum di Kota Tangerang disalurkan untuk penggunaan konsumsi karena wilayah ini merupakan salah satu kota penyangga Ibu Kota yang berfungsi sebagai pusat hunian dengan jumlah penduduk yang besar. Proporsi kredit konsumsi menduduki peringkat tertinggi terhadap total kredit dari bank umum di Kota Tangerang dengan nominal mencapai Rp. 19,5 triliun. Hal ini sejalan dengan semakin maraknya pembangunan pusat-pusat perbelanjaan di wilayah ini. Selain itu, angka pertumbuhan penduduknya relatif cukup tinggi dibandingkan daerah lainnya di Banten. Sementara itu jika dilihat per sektor ekonomi, selain sektor lain-lain (konsumsi), sektor jasa dunia usaha dan sektor perdagangan adalah sektor-sektor yang memiliki proporsi kredit tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Tabel III.14. Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 6,84,433 7,362,12 7,315,594 7,436,74 8,197,71 8,752,541 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 2,76,224 2,185,148 2,339,482 2,512,69 2,669,369 3,3,728 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 16,962,75 18,22,6 18,977,792 18,948, 21,159,187 19,53,161 Pangsa (%) TOTAL 25,843,362 27,749,256 28,632,868 28,896,683 32,26,257 31,259,43 6

61 Triwulan III 212 Pertanian 62% % 1% 7% % 3% 8% 15% % Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih 4% Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Grafik III.14.Porsi Kredit Bank Umum di Kota Tangerang per Sektor Ekonomi G. Kota Serang Struktur kredit Kota Serang yang memiliki kemiripan dengan Kota Cilegon dimana kredit yang disalurkan terutama adalah untuk tujuan modal kerja dan konsumsi, sementara jika dilihat per sektor ekonomi, pada periode laporan kredit tersebut disalurkan terutama untuk sektor industri pengolahan dan perdagangan. Pangsa kredit modal kerja di Kota Serang adalah diatas 5% sejak tahun yang diikuti oleh kredit konsumsi dengan pangsa sekitar 3%-4%. Sementara itu berdasarkan sektor ekonominya, kredit yang disalurkan tersebut banyak diserap oleh sektor industri pengolahan terutama industri logam dasar besi baja serta industri plastik dan karet serta oleh sektor perdagangan khususnya perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau. Artinya telah banyak tumbuh industri industri kecil di wilayah ini untuk menyangga wilayah industri cilegon karena letaknya yang berdekatan. Tabel III.15. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) 1,93,834 2,192,232 2,211,6 2,41,746 2,465,11 2,385,889 Pangsa (%) Investasi Nominal (Rp Juta) 325, , , , , ,931 Pangsa (%) Konsumsi Nominal (Rp Juta) 1,339,843 1,43,364 1,481,32 1,54,61 1,598,815 1,771,63 Pangsa (%) TOTAL 3,596,536 3,925,21 4,51,231 3,966,399 4,461,263 4,593,423 61

62 Triwulan III 212 Tabel III.16. Kredit Bank Umum di Kota Serang per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Sektor Pangsa Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III'12 (%) Growth Tw III'12 () Pertanian 13,149 17,751 18,126 38,853 46,79 37, Pertambangan 7,476 7,278 7,976 8,432 7,281 7, Industri Pengolahan 962,89 1,213,421 1,179,224 1,21,412 1,324,576 1,184, (2.42) Listrik, Gas dan Air Bersih 8,316 8, (95.57) Konstruksi 12,944 19,563 1,479 11, ,583 18, Perdagangan, Hotel dan Restoran 814,882 84, , ,51 1,47,122 1,156, Pengangkutan dan Komunikasi 22,393 2,865 2,953 21,344 25,745 24, Jasa Dunia Usaha 75,271 72,767 91,857 98,913 19, , Jasa Sosial Masyarakat 125,76 116, ,66 95,873 97,562 11, (13.41) Lain-lain 1,446,31 1,517,789 1,531,275 1,588,15 1,639,461 1,788, TOTAL 3,596,536 3,925,21 4,51,231 3,966,399 4,461,263 4,593, Risiko Kredit Meningkatnya rasio kredit non lancar (NPL) di Banten pada triwulan III 212 terutama terjadi pada jenis kredit investasi dan konsumsi. Risiko kredit bank umum di wilayah Banten sedikit meningkat, hal ini ditunjukkan dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross yang meningkat pada triwulan laporan. Tercatat rasio NPL bank umum konvensional di Banten pada periode laporan adalah sebesar 1,86% sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sebesar 1,79% walaupun masih dalam kondisi yang relatif baik karena terjaga dalam koridor batas aman 5%. Peningkatan risiko kredit terjadi pada jenis kredit invetasi dan konsumsi, namun secara umum risiko kredit seluruh komponen jenis penggunaan masih terjaga % NPL Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Grafik III.15. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten 62

63 Triwulan III 212 Tabel III.17. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (%) Jenis Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja 3,65 2,85 3,33 3,28 3,5 3,53 3,46 2,58 2,74 2,64 2,49 Investasi 8,31 6,3 5,28 3,95 3,12 2,76 2,8 1,32 1,56 1,62 1,76 Konsumsi 2,9 2,66 2,2 1,78 1,88 1,99 1,96 1,61 1,53 1,36 1,5 NPL Banten 3,3 2,98 2,82 2,46 2,51 2,58 2,53 1,9 1,92 1,79 1,86 Secara sektoral, resiko kredit / pembiayaan tersebar terjadi di sub sektor pertanian. Bahkan trendnya cenderung meningkat. Solusi terhadap permasalahan di sektor ini perlu segera diatasi agar perbankan tetap memberikan perhatian yang tinggi pada sektor ini terutama dalam membantu peningkatan kapasitas dan taraf hidup petani. Sementara itu, rasio NPL pada sektor utama seperti industri, PHR dan pengangkutan komunikasi relatif dapat terjaga pada level yang rendah, sehingga secara resiko kredit perbankan di banten relatif rendah yaitu sebesar 1.86%. Tabel III.17. Rasio Kredit Non Lancar Per Sektor Ekonomi Berdasarkan Bank Pelapor di Banten No. Sektor Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Aug Sep 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lain-lain NPL Banten PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III 212 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan persaingan 63

64 Triwulan III 212 yang semakin ketat dengan bank umum yang terus gencar membuka jaringan kantornya. Secara tahunan (yoy) penyaluran kredit oleh BPR di Provinsi Banten mengalami melambat dengan level pertumbuhan sebesar 25,87% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 29,4% (yoy). Sementara itu, jumlah penghimpunan dana dari masyarakat (DPK) juga mengalami perlambatan pertumbuhan dari sebesar 31% (yoy) pada triwulan I-212 menjadi sebesar 26,77% (yoy) pada periode laporan. Namun demikian, rasio kredit terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio) mengalami sedikit peningkatan dari sebesar 141,53% menjadi 142,47% pada periode laporan. Indikator Tabel III.18. Indikator Umum Bank Perkreditan Rakyat Growth Growth Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw II'12 () Tw III'12 () Jumlah bank (tidak termasuk kantor cabang) Total Aset (Rp Juta) 993, ,485 1,55,518 1,89,245 1,138,762 1,29, Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) 552, ,37 656, , ,125 75, Kredit yang Diberikan (Rp. Juta) 794, ,92 899,28 962,38 1,24,881 1,69, LDR (%) NPL (%) Hingga akhir triwulan periode laporan total dana masyarakat yang disimpan pada BPR di Banten mencapai Rp. 75,89 miliar. Berdasarkan jenisnya, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen tabungan yang tumbuh 26,92% (yoy) dengan nominal sebesar Rp. 168,21 miliar. Sementara komponen deposito tumbuh sebesar 26,82% (yoy) dengan nominal sebesar Rp. 582,69 miliar. Tabel III.19. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga BPR di Banten per Jenis Rekening (Rp Juta) Jenis Rekening Growth Growth Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw II'12 () Tw III'12 () Tabungan 128, , , , ,2 169, , Deposito 416, , ,475 54, , , , Jumlah 544, , ,7 656, , ,125 75, Menurut jenis penggunaannya, kredit modal kerja masih memiliki proporsi terbesar dalam penyaluran kredit sebesar 5,32% dengan nominal sebesar Rp. 538,36 miliar. Sedangkan proporsi kredit investasi dan konsumsi masing-masing sebesar 4,11% dan 45,57% dengan nominal sebesar Rp. 43,92 miliar dan Rp. 487,52 miliar. Tabel III.2. Kredit BPR di Banten per Jenis Penggunaan (Rp Juta) Jenis Pangsa Growth Penggunaan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III'12 (%) Tw III'12 () Modal Kerja 374, , , ,12 483, , , Investasi 31,647 39,227 42,579 45,427 45,664 42,16 43, Konsumsi 333,23 361, , , ,51 466, , Jumlah 739, , , ,28 962,38 1,24,881 1,69,

65 Triwulan III % 5% Modal Kerja Investasi 4% Konsumsi Grafik III.16. Porsi Kredit BPR di Banten per Jenis Penggunaan 3.3. PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Hingga akhir triwulan II 212 penyaluran Kredit Usaha Rakyat/KUR di Provinsi Banten melambat namun tetap menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Berdasarkan data Kementerian Koordinator Perekonomian RI, realisasi KUR yang disalurkan hingga triwulan III 212 adalah sebesar Rp 1,85 triliun atau tumbuh sebesar 49,58% (yoy) dengan jumlah debitur sebanyak debitur. Dari 1 bank penyalur KUR di Banten, pertumbuhan yang sangat pesat dialami oleh Bank DKI dan Bank Mandiri. Namun secara nominal, BRI Mikro, BJB dan BRI masih menduduki peringkat teratas dalam penyaluran KUR di Wilayah Banten. No. 5 BRI Tabel III.21. Perkembangan KUR di Provinsi Banten Berdasarkan Bank Penyalur 1 Bank Mandiri 2 Bank Syariah Mandiri 3 BNI 4 Bank Bukopin 6 BRI Mikro 7 BTN 8 Bank Jabar Banten 9 Bank DKI 1 BNI Syariah T O T A L Uraian Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Growth Tw II'12 () Growth Tw III'12 () Kredit (Rp Juta) 54,23 87,716 1,286 13,921 14, , Debitur 488 1,519 1,549 1,588 2,55 2, Kredit (Rp Juta) 15,154 2,525 21,849 27,293 32,12 37, Debitur Kredit (Rp Juta) 82,454 95, , , ,52 163, Debitur Kredit (Rp Juta) 2,412 2,412 2,412 2,412 2,412 2, Debitur Kredit (Rp Juta) 177, , , , ,758 22, Debitur 1,142 1,154 1,191 1,142 1,18 1, Kredit (Rp Juta) 389,19 427, ,232 58, , , Debitur 7,174 75,64 79,649 84,446 91,93 98, Kredit (Rp Juta) 23,62 23, , ,96 315,59 338, Debitur 1,85 1,3 1,535 1,724 2,84 2, Kredit (Rp Juta) 145, , , , ,35 246, Debitur 1,667 1,836 2,86 2,285 2,449 2, Kredit (Rp Juta) 3,183 4,233 4,685 5,886 9,11 9, Debitur Kredit (Rp Juta) ,765 1, Debitur Kredit (Juta Rp.) 1,9,863 1,238,137 1,367,976 1,475,48 1,677,428 1,852, Debitur 75,12 81,55 86,747 92,77 1,95 18, Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI 65

66 Rp Miliar Rp Miliar Rp Miliar Rp Miliar Triwulan III PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi pembayaran non tunai secara umum belum menunjukkan peningkatan yang signifikan seiring dengan relatif melambatnya kinerja perekonomian Banten. Penggunaan kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan III 212 walaupun dengan pertumbuhan yang masih cukup tinggi, sementara penggunaan sistem pembayaran non tunai Real Gross Settlement (RTGS) masih cenderung melambat yang memberikan gambaran masih tertahannya pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan laporan. Transaksi kliring sampai dengan akhir triwulan III 212 mencapai Rp 2 triliun dengan pertumbuhan sebesar 22,63%. Sementara itu, penggunaan sistem pembayaran non tunai RTGS dari luar wilayah Banten ke dalam wilayah Banten melambat dengan pertumbuhan sebesar 22,64% dan pertumbuhan transaksi RTGS dari wilayah Banten ke luar wilayah Banten juga melambat dengan level pertumbuhan sebesar 7,8%. 2,5 2, 1,5 1, 5 - Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw Tw I Tw Tw IV II III Tw I Tw II Tw III Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw IV II III IV II III IV II III Nominal Growth (RHS) Volume Growth (RHS) Grafik III.17. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan Nominal Grafik III.18. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan Volume 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III , 3, 25, 2, 15, 1, 5, - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Grafik III.19. Perkembangan Transaksi RTGS (From) Wilayah Banten Grafik III.2. Perkembangan Transaksi RTGS (To) Wilayah Banten 66

67 Rp Miliar Triwulan III 212 5, 4,5 4, 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Grafik III.21. Perkembangan Transaksi RTGS (From-To) Wilayah Banten 67

68 Triwulan III 212 Box. 2 RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI PROVINBSI BANTEN PADA 212 DAN BEBERAPA TAHUN MENDATANG Perekonomian Banten yang bertumbuh pada level yang relatif tinggi dengan rata-rata sekitar 6% membawa dampak terhadap semakin tingginya kebutuhan masyarakat terutama kebutuhan dasar seperti pembangunan infrastruktur. Infrastruktur dapat memberikan kemudahan dan keleluasaan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi. Semakin tumbuhnya pusat bisnis dan residensial di Banten juga mendorong Pemerintah daerah Provinsi Banten untuk mengubah struktur APBD dengan memberikan porsi yang semakin besar bagi anggaran proyek infrastruktur. Rencana pembangunan infrastruktur di Banten pada tahun 212 dan beberapa tahun mendatang lebih difokuskan pada: 1. Pengembangan jaringan jalan dengan cara meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan arteri primer di Provinsi Banten meliputi Merak Cilegon Serang Tangerang Batas DKI Jakarta, Merak Cilegon Ciwandan Anyer Carita Labuan Panimbang Cigeulis Cibaliung Muarabinuangeun Malingping Simpang Bayah Cisolok Meningkatkan kapasitas dan kualitas jaringan jalan kolektor primer di Provinsi Banten meliputi Merak Suralaya Pulo Ampel Bojonegara Cilegon untuk menghubungkan simpul-simpul transportasi. 3. Pengembangan jaringan jalan tol/bebas hambatan antar kota di Provinsi Banten meliputi Jembatan Selat Sunda, Tangerang Merak, Cilegon Bojonegara, Serpong Tigaraksa Balaraja, Balaraja Teluknaga Bandara Soekarno Hatta (Lingkar Utara). 4. Usulan jalan bebas hambatan prospektif (bersyarat)/jalan strategis nasional prospektif Kragilan (Kabupaten Serang) Warunggunung (Kabupaten Lebak) Panimbang (Kabupaten Pandeglang) Bandar Udara Banten Selatan yang penetapannya disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku. 5. Rencana pengembangan terminal pada kawasan-kawasan strategis untuk mendukung sektor pariwisata dan industri di wilayah Bojonegara, Pulomerak, Ciwandan, Cikande, Balaraja, Anyer, Carita, Banten Lama, Tanjung Lesung, Panimbang, Sumur. 6. pengembangan alat pengawasan dan pengamanan jalan berupa pembangunan jembatan timbang tetap (statis) pada lokasi-lokasi strategis sesuai dengan kebutuhan transportasi dan kepentingan penanggulangan muatan lebih. 68

69 Triwulan III Pengembangan sistem transportasi laut antara lain untuk mewujudkan kelancaran dan keselamatan pelayanan angkutan penyeberangan lintas Merak Bakauheni, mengoptimalkan pelayanan Pelabuhan Ciwandan dan Pelabuhan Cigading sebagai terminal untuk kepentingan sendiri pada kawasan industri di wilayah Cilegon, mewujudkan pengembangan dan pengelolaan pelabuhan pengumpan antara lain Pelabuhan Anyer, Pelabuhan Labuan, Pelabuhan Muarabinuangeun, Pelabuhan Bojonegara Wadas, dan Pelabuhan Bayah dan penyeberangan perintis yang melayani pulau-pulau kecil dan terisolir. 8. Rencana pengembangan transportasi udara antara lain pengembangan di Bandara Soekarno Hatta, Bandar Udara Budiarto di Kabupaten Tangerang sebagai bandar udara yang diperuntukan khusus sebagai pusat pendidikan penerbangan di Indonesia, mewujudkan pengembangan Bandar Udara Banten Selatan di Kabupaten Pandeglang untuk mendukung pengembangan potensi unggulan daerah pada sektor pariwisata, perikanan, perkebunan dan pertambangan. 9. Rencana sistem jaringan energi antara lain realisasi percepatan proyek pembangunan listrik nasional 1. MW di PLTU Suralaya Kab. Serang, PLTU Labuan Pandeglang, dan PLTU Lontar Kab. Tangerang, PLT Panas Bumi Kaldera Danau Banten di Pandeglang. 1. Rencana Sistem jaringan Sumber Daya Air antara lain percepatan pembangunan Waduk Karian, Tanjung, Ciliman dan Pasir Kopo di Kab. Lebak, Waduk Krenceng dan Cidanau di Kab. Serang. 11. Rencana pembangunan infrastruktur lainnya untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah. Adapun anggaran yang dibutuhkan untuk proyek infrastruktur dari APBD Banten sbb: No 1 2 DINAS / SKPD BINA BARGA DAN TATA RUANG SUMBER DAYA AIR DAN PERMUKIMAN RENCANA PAGU ANGGARAN JUMLAH 1,215,86,94, 1,296,189,48, 1,83,274,14, 1,28,14,94, 657,114,94, 5,279,68,44, 365,315,618, ,899,311,17 327,29,954, ,945,482,53 311,228,886,55 1,685,68,252,918 3 DISHUBKOMINFO 18,885,, 19,345,, 19,12,, 19,82,, 19,349,, 96,519,, 4 DISTAMBEN 49,151,, 49,656,, 49,581,, 49,426,, 38,871,, 236,685,, T O T A L 1,648,438,558,326 1,724,89,791,17 1,479,266,94,541 1,42,26,422,53 1,26,563,826,55 7,298,564,692,918 Sumber : Hasil FGD dengan BAPPEDA Provinsi Banten 69

70 Triwulan III 212 BAB IV KEUANGAN DAERAH Belum optimalnya realisasi anggaran belanja pemerintah menjadi salah satu faktor penahan laju perekonomian di Banten. Realisasi belanja daerah pada tahun 212 bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami penurunan dari sebesar 61,57 % tahun 211 menjadi sebesar 53,19 % pada tahun 212. Kondisi tersebut juga terjadi pada sisi pendapatan daerah yang pada periode laporan baru mencapai 8,92 %. Namun apabila dilihat dari target pencapaian pendapatan daerah per triwulan, angka tersebut relatif telah diatas target sehingga perencanaan untuk pengeluaran / belanja daerah tidak terganggu. Tabel IV.1. Perkembangan APBD dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten No Uraian APBD 211 I Pendapatan Daerah a. Pendapatan Asli Daerah (dalam Rp Juta) Triwulan III 211 Realisasi %Realisasi thdp APBD APBD 212 Triwulan III 212 Realisasi %Realisasi thdp APBD , , , ,52 b Dana , ,48 Perimbangan c. Lain-Lain , ,3 Pendapatan Daerah II Belanja Daerah , ,19 a. Belanja Tidak Langsung , b. Belanja Langsung , ,74 III Surplus / Defisit , ,31 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten 4.1. PENDAPATAN DAERAH Realisasi perolehan pendapatan asli daerah pada triwulan laporan memberikan kontribusi yang cukup besar, yaitu mencapai angka 8,92% atau sebesar Rp4triliun. Pencapaian ini sedikit menurun dibandingkan dengan pencapaian target pada triwulan yang sama tahun 211 yaitu sebesar 94,5 % atau mencapai nominal 2,75 triliun. Kontribusi tertinggi bersumber dari Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan. Pada triwulan III 212, 7

71 Triwulan III 212 realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Banten masih relatif tinggi karena tetap tingginya pencapaian target pajak kendaraan bermotor di Wilayah Banten, kendaraan roda dua, roda empat baik kendaraan pribadi maupun umum. Grafik IV.1 Perkembangan Jumlah Sepeda Motor di Provinsi Banten Sumber : DPKAD Grafik IV.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Roda Empat di Provinsi Banten Sumber : DPKAD Grafik IV.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Roda Empat Bukan Umum di Provinsi Banten Sumber : DPKAD Pajak Daerah masih menjadi salah satu komponen dengan kontribusi tinggi terhadap pencapaian realisasi Pendapatan Asli Daerah. Pembiayaan perbankan sebesar 21 % pada kendaraan bermotor menyebabkan angka penjualan dan pajak kendaraan bermotor di wilayah Banten tetap tinggi. Semakin tingginya tingkat hunian di wilayah Banten khususnya wilayah perkotaan serta pertumbuhan pusat bisnis di Kota/Kabupaten Tangerang, Serang dan Kota Cilegon menjadi salah satu penyebabnya. Realisasi perolehan pajak daerah Provinsi Banten mencapai Rp2,38 triliun atau sekitar 83,97 % dari target awal tahun 212 sebesar Rp2,8 triliun. Tingginya pencapaian Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor yaitu sebesar 88,78 % atau mencapai Rp397,72 miliar juga turut mendorong perolehan pajak pada triwulan laporan. 71

72 Triwulan III 212 Tabel IV.2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Banten per Komponen (dalam Rp Juta) No Uraian APBD Trw III 211 APBD 212 Triwulan III Realisasi %Realisasi thdp APBD Realisasi %Realisasi thdp APBD I Pendapatan Asli , ,52 Daerah Pajak Daerah , ,97 II Retribusi Daerah , ,26 Hasil Pengelolaan Kekayaaan Daerah , ,11 Lain lain PAD ,92 181, ,481 91,69 Dana Perimbangan Bagi hasil pajak / bukan pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus III Lain lain Pendapatan , ,956 83, , ,689 88, ,653 83, , , ,3 Pendapatan , ,26 Hibah Dana Penyesuaian dan otonomi khusus Pendapatan lainnya Total Pendapatan , ,92 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten 4.2. BELANJA DAERAH Penyerapan belanja langsung maupun tidak langsung pemerintah Provinsi Banten pada periode laporan belum optimal. Belanja langsung baru mencapai 38,47 %. Kurang optimalnya anggaran hingga triwulan III tahun 212 terutama untuk komponen belanja pembebasan lahan dan infrastruktur dikhawatirkan akan menambah kemampuan Sisa Anggaran Lebih (SILPA) pada akhir tahun dan faktor pendorong bagi peningkatan ekonomi pada tahun 212 menjadi berkurang. 72

73 Triwulan III 212 Tabel IV.3. Pagu dan Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Banten per Komponen No Uraian APBD 211 A Belanja Tidak Langsung (dalam Rp Juta) Realisasi Trw III 211 APBD 212 Triwulan III 212 %Realisasi thdp APBD Realisasi %Realisasi thdp APBD , Belanja Pegawai , ,88 2. Belanja Bunga Blanja Subsidi Belanja Hibah , ,11 5. Belanja Bantuan Sosial 6. Belanja Bagi Hasil 7. Belanja Bantuan Keuangan 8. Belanja Tidak Terduga 51. 5,734 99, , , , , , B Belanja , ,47 Langsung 1. Belanja Pegawai , ,21 2. Belanja Barang dan Jasa , ,77 3. Belanja Modal , ,74 Total Belanja Daerah , ,19 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten Sementara itu penyerapan yang kurang optimal pada belanja tidak langsung ini berdampak pula pada sektor Perdagangan Hotel dan Restoran (PHR) sedikit melambat. Peningkatan belanja hibah tahun 212 yang sangat signifikan dibandingkan tahun 211 diharapkan dapat mempercepat peningkatan ekonomi, sosial, dan kesehatan masyarakat di Banten. Namun belanja hibah ini belum optimal dilakukan karena dana untuk rencana rehabilitasi rumah bagi masyarakat kurang mampu, perkembangan sarana MCK, Bantuan PLTS/SHS untuk masyarakat dan hibah lainnya, hingga saat ini prosentase pencapaiannya masih minim. Apabila kondisi ini tidak segera diatasi dikhawatirkan terjadi penurunan angka kemiskinan dan indikator kesejahteraan lainnya dapat tertahan. Namun perhatian pemerintah daerah dan DPRD Provinsi Banten terhadap belanja modal semakin membaik tercermin dari peningkatan prosentase pagu Belanja Modal terhadap total anggaran pada tahun 212 mencapai angka 49,41 % yang pada tahun 211 hanya sebesar 37,96 %. Langkah konkrit pemerintah daerah untuk memperbaiki struktur anggaran dalam 73

74 Triwulan III 212 rangka memperbaiki infrastruktur dan perbaikan kesejahteraan masyarakat telah semakin nyata di tahun 212 ini. 37,96 % 62,4 % 49,41 % 5,59 % Pagu Belanja Modal Non Belanja Modal (lainnya) Grafik IV. 1 Perbandingan Pagu Belanja Modal atau Belanja Lainnya diluar belanja modal Total Pagu Belanja Daerah Provinsi Banten Tahun 211 dan 212 Sumber : DPKAD Provinsi Banten Tabel IV. 3 Realisasi Belanja Modal Pemerintah Provinsi Banten Per Komponen No Uraian APBD Belanja Modal Pengadaan Tanah 2. Belanja Modal Pengadaan alat-alat pengolahan pertanian dan peternakan 3. Belanja Modal pengadaan konstruksi jalan 4. Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan 5. Belanja modal pengadaan konstruksi jaringan air 6. Belanja modal pengadaan konstruksi / pembelian Bangunan (dalam Rp juta) Realisasi Trw III 211 APBD 212 Triwulan III 212 %Realisasi thdp APBD Realisasi %Realisasi thdp APBD , , , , , , , , , , , ,69 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten 74

75 Triwulan III 212 Adapun realisasi belanja modal posisi saat ini lebih diarahkan kepada pengadaan belanja modal pengadaan alat-alat pengolahan pertanian dan peternakan sebesar 63,64 %, belanja modal pengadaan konstruksi sebesar 49,23 %, dan belanja modal pengadaan konstruksi jaringan air sebesar 45,23 %. Hal tersebut dapat mendukung perbaikan agar pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian dan bangunan pada triwulan laporan dibandingkan periode sebelumnya. 75

76 Triwulan III 212 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Secara umum tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Banten pada triwulan laporan hanya mengalami sedikit perbaikan terutama di sektor ketenagakerjaan dan pendapatan masyarakat di tingkat pedesaaan KETENAGAKERJAAN Tingginya investasi dan tetap tingginya angka pertumbuhan ekonomi Provinsi banten di level sekitar 6 % pada periode ini mendorong terjadinya penurunan Tingkat Pengangguran terbuka (TPT). Tingkat Pengangguran Terbuka di provinsi Banten pada triwulan laporan ini menurun menjadi 1,13 % dari sebelumnya sebesar 1,47 %. Tingginya investasi terutama dalam pembangunan proyek industri, properti dan infrastruktur yang membutuhkan jumlah tenaga kerja yang tidak sedikit mempu mengurangi jumlah pengangguran di Provinsi Banten. Grafik. V. 1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Banten Sumber : BPS Provinsi Banten Grafik. V. 2 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Banten Sumber : BPS Provinsi Banten Berdasarkan data BPS Provinsi Banten, angka indeks ketersediaan lapangan kerja pada triwulan laporan relatif membaik dibandingkan dengan angka pada triwulan sebelumnya, terutama di sektor bangunan. Namun untuk sektor tertentu relatif tidak ada perubahan bahkan cenderung melambat seperti sub sektor pakaian jadi dan alas kaki. 76

77 Triwulan III KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi kesejahteraan masyarakat masih terlihat cukup baik dibandingkan triwulan sebelumnya, dterutama ilihat dari sisi penghasilan masyarakat di Provinsi Banten dan indeks Nilai Tukar Petani. Indikator tersebut dapat menunjukan adanya sedikit peningkatan kesejahteraan masyarakat baik di tingkat petani maupun perkotaan di Provinsi Banten. Khusus ditingkat pedesaan, petani pada sub sektor tanaman pangan, holtikultura, peternakan dan perikanan sedikit mengalami perbaikan pendapatan, sebaliknya petani pada sub sektor perkebunan sedikit mengalami penurunan penghasilan karena kecenderungan harga komoditas di sub sektor perkebunan ini relatif menurun terutama harga komoditas kelapa sawit Tingkat Upah/Pendapatan Grafik. V. 3 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Banten Sumber : BPS Provinsi Banten Dilihat dari pendapatan upah nominal dan upah riil pada kelompok masyarakat tertentu seperti upah buruh tani, konstruksi dan pembantu rumah tangga relatif stabil. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah daerah dalam rangka untuk mensejahterakan masyarakat diharapkan dapat lebih berpihak kepada kelompok masyarakat tersebut. Terutama dalam masalah perumahan, kesehatan dan pendidikan mengingat terbatasnya upah yang diterima. 77

78 Triwulan III 212 Grafik V.4 Perkembangan upah buruh Tani Banten (dalam Rupiah per hari) Sumber : BPS Provinsi Banten Grafik.V.5 Perkembangan upah buruh Konstruksi Banten (dalam Rupiah per hari) Sumber : BPS Provinsi Banten Grafik.V.6 Perkembangan upah Pembantu Rumah Tangga Provinsi Banten (dalam Rupiah per bulan) Sumber : BPS Provinsi Banten Grafik V.7 Perkembangan Nilai Tukar Petani Banten Sumber : BPS Provinsi Banten NTP per Sub Sektor Tabel V.1 Nilai Tukar Petani I II III IV I II III Pangan 14,33 13,37 15,72 17,89 19,59 19,31 11,87 Hortikultura 19,9 18,17 19,88 19,11 11,41 111,3 112,3 Perkebunan Rakyat 11,31 13,61 14,6 14,68 14,91 13,88 13,46 Peternakan 12,47 11,57 11,2 11,83 11,48 11,42 11,69 Perikanan 96,5 98,57 98,65 97,83 97,74 98,74 1,16 NTP 14,34 13,86 15,45 16,54 17,69 17,66 18,81 Pertumbuhan 4,23 2,65 2,29 2,73 3,21 3,66 3,19 Sumber : BPS Provinsi Banten Kemiskinan Melambatnya kinerja perekonomian juga belum memberikan dampak negatif yang signifikan terhadap peningkatan kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan di 78

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 12 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 21 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta ridhanya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER)

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 211 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan rahmat serta ridhanya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten Triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-211 v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 26/05/73/Th. VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014 PEREKONOMIAN SULAWESI SELATAN TRIWULAN I 2014 BERTUMBUH SEBESAR 8,03 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 2010 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta ridhanya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Triwulan I - 2015 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan I-2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 2011 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan rahmat serta ridha-nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV- Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan IV- masih tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2016 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2016 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sesuai

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci