Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KESTABILAN MODEL DUA PEMANGSA DAN SATU MANGSA DENGAN PENERAPAN RACUN

MODEL PREDATOR-PREY DENGAN DUA PREDATOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Simulasi Kestabilan Model Predator Prey Tipe Holling II dengan Faktor Pemanenan

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA DENGAN MANGSA YANG TERINFEKSI DI LINGKUNGAN TERCEMAR

Simulasi Model Mangsa Pemangsa Di Wilayah yang Dilindungi untuk Kasus Pemangsa Tergantung Sebagian pada Mangsa

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis bifurkasi pada model predator-prey dengan dua

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT

KESTABILAN MODEL POPULASI SATU MANGSA-DUA PEMANGSA DENGAN PEMANENAN OPTIMAL PADA PEMANGSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kestabilan model predator-prey tipe Holling II dengan faktor pemanenan.

MODEL PREDATOR-PREY MENGGUNAKAN RESPON FUNGSIONAL TIPE II DENGAN PREY BERSIMBIOSIS MUTUALISME

BAB I PENDAHULUAN. Besar Penelitian Tanaman Padi, tikus sawah merupakan hama utama penyebab

Interaksi Antara Predator-Prey dengan Faktor Pemanen Prey

Pengendalian Populasi Hama pada Model Mangsa-Pemangsa dengan Musuh Alaminya

BAB I PENDAHULUAN. hidup lainnya. Interaksi yang terjadi antara individu dalam satu spesies atau

SEMINAR HASIL TUGAS AKHIR Jurusan Matematika FMIPA ITS

ANALISIS BIFURKASI PADA MODEL MATEMATIS PREDATOR PREY DENGAN DUA PREDATOR Lia Listyana 1, Dr. Hartono 2, dan Kus Prihantoso Krisnawan,M.

Bab 16. Model Pemangsa-Mangsa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KESTABILAN MODEL SATU MANGSA DUA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING III DAN PEMANENAN

PENGARUH SCAVENGER (Pemakan Bangkai) TERHADAP KESTABILAN POPULASI MANGSA PEMANGSA PADA MODEL LOTKA VOLTERRA ELI WAHYUNI

Model Matematika SIV Untuk Penyebaran Virus Tungro Pada Tanaman Padi

Local Stability of Predator Prey Models With Harvesting On The Prey. Abstract

ANALISIS KESTABILAN BEBAS PENYAKIT MODEL EPIDEMI CVPD (CITRUS VEIN PHLOEM DEGENERATION) PADA TANAMAN JERUK DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA I. PENDAHULUAN

KESTABILAN MODEL BIOEKONOMI SISTEM MANGSA PEMANGSA SUMBER DAYA PERIKANAN DENGAN PEMANENAN PADA POPULASI PEMANGSA

MODEL PERSAMAAN DIFERENSIAL PADA INTERAKSI DUA POPULASI

BAB II KAJIAN TEORI. dinamik, sistem linear, sistem nonlinear, titik ekuilibrium, analisis kestabilan

LANDASAN TEORI. Model ini memiliki nilai kesetimbangan positif pada saat koordinat berada di titik

ANALISIS DINAMIK SISTEM PREDATOR-PREY MODEL LESLIE-GOWER DENGAN PEMANENAN SECARA KONSTAN TERHADAP PREDATOR

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN MODEL PADA PENYEBARAN HIV-AIDS

Model Matematika Penyebaran Penyakit HIV/AIDS dengan Terapi pada Populasi Terbuka

ANALISIS DINAMIKA MODEL KOMPETISI DUA POPULASI YANG HIDUP BERSAMA DI TITIK KESETIMBANGAN TIDAK TERDEFINISI

MODIFIKASI SISTEM PREDATOR-PREY: DINAMIKA MODEL LESLIE-GOWER DENGAN DAYA DUKUNG YANG TUMBUH LOGISTIK

BAB I Pendahuluan Latar BelakangMasalah

Model Deterministik Masalah Kecanduan Narkoba dengan Faktor Kontrol Terhadap Pemakai dan Pengedar Narkoba

ANALISIS KESTABILAN PADA MODEL DUA MANGSA- SATU PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING DAN PEMANENAN

BAB III PEMBAHASAN. Ebola. Setelah model terbentuk, akan dilanjutkan dengan analisa bifurkasi pada

ANALISIS KESTABILAN HELICOVERPA ARMIGERA

BIFURKASI HOPF PADA MODIFIKASI MODEL PREDATOR-PREY LESLIE GOWER DENGAN FUNGSI RESPON HOLLING TIPE II

Oleh Nara Riatul Kasanah Dosen Pembimbing Drs. Sri Suprapti H., M.Si

ANALISIS DINAMIK SKEMA EULER UNTUK MODEL PREDATOR-PREY DENGAN EFEK ALLEE KUADRATIK

PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL REAKSI DINAMIK SISTEM MANGSA-PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR. Yuliani, Marwan Sam

BIFURKASI HOPF PADA SISTEM PREDATOR PREY DENGAN FUNGSI RESPON TIPE II

Agus Suryanto dan Isnani Darti

Created By Aristastory.Wordpress.com BAB I PENDAHULUAN. Teori sistem dinamik adalah bidang matematika terapan yang digunakan untuk

PEMODELAN DINAMIKA KONSENTRASI TIMBAL DARI LIMBAH ELEKTRONIK PADA LINGKUNGAN HIDUP

KESTABILAN POPULASI MODEL LOTKA-VOLTERRA TIGA SPESIES DENGAN TITIK KESETIMBANGAN ABSTRACT

ANALISIS MODEL MANGSA PEMANGSA PADA PENANGKAPAN IKAN YANG DIPENGARUHI OLEH KONSERVASI

Model Matematika Jumlah Perokok dengan Nonlinear Incidence Rate dan Penerapan Denda

Model Matematika Populasi Plankton dan Konsentrasi Nitrogen

T 3 Model Dinamika Sel Tumor Dengan Terapi Pengobatan Menggunakan Virus Oncolytic

SKEMA NUMERIK PERSAMAAN LESLIE GOWER DENGAN PEMANENAN

BAB II KAJIAN TEORI. Persamaan diferensial sangat penting dalam pemodelan matematika khususnya

KESTABILAN MODEL SUSCEPTIBLE VACCINATED INFECTED RECOVERED (SVIR) PADA PENYEBARAN PENYAKIT CAMPAK (MEASLES) (Studi Kasus di Kota Semarang)

DINAMIKA ORDE PERTAMA SISTEM NONLINIER TERKOPEL DENGAN RELASI PREDASI, MUTUAL, DAN SIKLIK (Tinjauan Kasus Mangsa-Pemangsa pada Sistem Ekologi)

MODEL MATEMATIKA MANGSA-PEMANGSA DENGAN SEBAGIAN MANGSA SAKIT TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. ekuilibrium bebas penyakit beserta analisis kestabilannya. Selanjutnya dilakukan

Karena v merupakan vektor bukan nol, maka A Iλ = 0. Dengan kata lain, Persamaan (2.2) dapat dipenuhi jika dan hanya jika,

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR...

ANALISIS TITIK EKUILIBRIUM DAN SOLUSI MODEL INTERAKSI PEMANGSA-MANGSA MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS STABILITAS SISTEM DINAMIK UNTUK MODEL MATEMATIKA EPIDEMIOLOGI TIPE-SIR (SUSCEPTIBLES, INFECTION, RECOVER)

ANALISIS DINAMIK MODEL PREDATOR-PREY PADA POPULASI ECENG GONDOK DENGAN ADANYA IKAN GRASS CARP DAN PEMANENAN

ANALISIS KESTABILAN MODEL INTERAKSI PEMANGSA DAN MANGSA PADA DUA HABITAT YANG BERBEDA ADE NELVIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS KESTABILAN MODEL MATEMATIKA IMMUNOTERAPI BCG PADA KANKER KANDUNG KEMIH

ANALISIS MODEL MATEMATIKA RANTAI MAKANAN TIGA TINGKAT DENGAN ADANYA MANGSA TERINFEKSI SKRIPSI

Abstrak: Makalah ini bertujuan untuk mengkaji model SIR dari penyebaran

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

ANALISIS DAN SIMULASI MODEL MATEMATIKA PENYAKIT DEMAM DENGUE DENGAN SATU SEROTIF VIRUS DENGUE

APLIKASI METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL PADA SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMODELAN MATEMATIKA DAN ANALISIS KESTABILAN LOKAL PADA PERUBAHAN POPULASI PENDERITA DIABETES MELITUS

Bab 15. Interaksi antar dua spesies (Model Kerjasama)

KESTABILAN MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN FUNGSI RESPON TIPE HOLLING II DAN WAKTU TUNDA

MODEL MATEMATIKA SIV (SUSCEPTIBLE, INFECTIOUS, VIRUS) UNTUK PENYEBARAN VIRUS TUNGRO (RICE TUNGRO VIRUS) PADA TANAMAN PADI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Harjanto, E. 1 dan Tuwankotta, J. M. 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL PELATIHAN ULANG (RETRAINING) PEKERJA PADA SUATU PERUSAHAAN BERDASARKAN PENILAIAN REKAN KERJA

(HEMIPTERA: MIRIDAE) TERHADAP HAMA WERENG BATANG COKELAT

PENGARUH MAKANAN TAMBAHAN DALAM MODEL MANGSA PEMANGSA BEDDINGTON DEANGELIS

Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA

Penerapan Teknik Serangga Steril Dengan Model Logistik. Dalam Pemberantasan Nyamuk Aedes Aegypti. Nida Sri Utami

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Asumsi yang digunakan dalam sistem mangsa-pemangsa. Dimisalkan suatu habitat dimana spesies mangsa dan pemangsa hidup

Analisis Kestabilan Model Veisv Penyebaran Virus Komputer Dengan Pertumbuhan Logistik

ANALISIS KESTABILAN MODEL MANGSA-PEMANGSA HOLLING-TANNER TIPE II INTAN SELVYA

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK

ANALISIS DINAMIK MODEL POPULASI MANGSA PEMANGSA DENGAN WILAYAH RESERVASI DAN PEMANENAN PEMANGSA Aidil Awal 1*), Syamsuddin Toaha 2), Khaeruddin 2)

MODEL MATEMATIKA TERAPI GEN UNTUK PERAWATAN PENYAKIT KANKER

r dinotasikan dengan t(t), iu*luh individu pada populasi pemangsa pertama pada saat

BAB I DASAR-DASAR PEMODELAN MATEMATIKA DENGAN PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB 2 PDB Linier Order Satu 2

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 Model Mangsa-Pemangsa dengan Dua Pemangsa dan Satu Mangsa di Lingkungan Beracun Irham Taufiq, Imam Solekhudin, Sumardi 3 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada 3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada irham.taufiq@gmail.com T 5 Abstrak Di dalam penelitian ini, akan dibahas model matematika yang menunjukan interaksi antara satu mangsa dan dua pemangsa di lingkungan beracun. Interaksi antara mangsa dan pemangsa menggunakan fungsi respon Holling tipe II. Pertumbuhan mangsa dan pemangsa menggunakan fungsi logistik. Kestabilan lokal masing-masing titik ekuilibrium dianalisis. Untuk memudahkan interpretasi antara mangsa dan dua pemangsa di lingkungan beracun dilakukan simulasi numerik yang ditunjukkan dengan pengubahan efektifitas racun dan nilai dari tingkat efisiensi pengubahan konsumsi mangsa terhadap kelahiran pemangsa pertama dan kedua. Kata kunci: Lingkungan beracun, model mangsa-pemangsa, simulasi numerik, titik ekuilibrium. I. PENDAHULUAN Suatu lingkungan beracun merupakan masalah yang serius karena dapat mengancam makhluk hidup di sekitarnya. Sejumlah racun dapat mengkontaminasi suatu ekosistem. Salah satu contohnya adalah penggunaan pestisida secara instan dan teratur pada bidang pertanian. Pestisida dapat membunuh hama dengan cepat namun hasil pertanian tersebut membahayakan kesehatan bagi hewan-hewan bahkan manusia. Hubungan antara mangsa dan pemangsa dapat dimodelkan secara matematis menjadi model mangsa-pemangsa. Menurut [], model mangsa pemangsa yang paling sederhana adalah model Lotka- Volterra. Model Lotka-Volterra hanya melibatkan satu pemangsa dan satu mangsa saja sedangkan pada beberapa ekosistem terdapat predasi yang melibatkan dua pemangsa dengan mangsa yang sama. Contoh predasi semacam ini adalah wereng batang padi coklat (Nilaparvata lugens Stal.) yang dimangsa oleh pemangsa alaminya, seperti kumbang Menochilus semaculatus dan kepik mirid (Cyrtorhinus lividipennis). Model Lotka-Volterra dapat dikembangkan untuk memodelkan interaksi antara dua pemangsa dan satu mangsa. Salah satunya adalah [] telah menurunkan model dua pemangsa dan satu mangsa dengan asumsi pertumbuhan mangsa dan pemangsa mengikuti pertumbuhan logistik dimana terjadi kompetisi antara kedua predator tersebut. Di lain pihak, [3] juga telah menurunkan model mangsa pemangsa dengan mangsa terinfeksi di lingkungan beracun dengan asumsi pertumbuhan mangsa dan pemangsa mengikuti pertumbuhan logistik. Oleh karena itu, pada penelitian ini Penulis tertarik untuk mengkaji model mangsa pemangsa yang melibatkan dua pemangsa yang saling berkompetisi dan satu mangsa dengan asumsi pertumbuhan mangsa dan pemangsa mengikuti pertumbuhan logistik di lingkungan beracun. II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembentukan Model Berikut akan dibahas mengenai pembentukan model mangsa pemangsa dengan dua pemangsa dan satu mangsa. Jumlah individu pada populasi mangsa pada saat waktu t dinotasikan dengan t (), jumlah individu pada populasi pemangsa pertama pada saat waktu t dinotasikan dengan yt (), jumlah individu pada populasi pemangsa kedua pada saat waktu t dinotasikan dengan zt (), dan konsentrasi racun pada organisme pada saat waktu t dinyatakan oleh s(t). Selain itu, terdapat juga konsentrasi racun pada lingkungan yang dinyatakan oleh v(t). Kemudian diasumsikan bahwa populasi pemangsa dan populasi mangsa bersifat tertutup, artinya tidak ada pemangsa dan mangsa yang melakukan migrasi. Model mangsa pemangsa yang dikaji terdiri dari dua pemangsa dan satu mangsa. Terjadi interaksi antara mangsa dan pemangsa. Antara pemangsa yang satu dengan yang lainnya saling berkompetisi artinya terjadi persaingan antara kedua pemangsa 8

ISBN 978-60-73403-0-5 untuk mendapatkan mangsa tersebut. Pertumbuhan mangsa dan pemangsa mengikuti pertumbuhan logistik. Selanjutnya, diasumsikan bahwa apabila tidak ada interaksi antara pemangsa dan mangsa, maka per-tumbuhan mangsa mengikuti model logistik yaitu dengan adanya keterbatasan daya dukung lingkungan sebesar k dan tingkat pertumbuhan intrinsik r akibatnya mangsa akan bertambah dengan laju r / k. Pemangsaan pemangsa pada kelas mangsa menggunakan respon Holling tipe II yaitu g( ) / h. Ketika terdapat interaksi antara pemangsa pertama dan mangsa sebesar g ( ), pertumbuhan mangsa akan berkurang sebesar g ( ) y yang merupakan laju perkalian antara fungsi respon Holling tipe II dengan populasi pemangsa, dimana g ( ) / h dengan adalah tingkat pencarian dan penangkapan mangsa oleh pemangsa pertama dan h adalah tingkat penanganan dan pencernaan g ( ) y y / h. pemangsa pertama, Ketika terdapat interaksi antara pemangsa kedua dan mangsa sebesar g ( ), pertumbuhan mangsa akan berkurang sebesar g ( ) z yang merupakan laju perkalian antara fungsi respon Holling tipe II dengan pemangsa z, diperoleh g ( ) / h dengan adalah tingkat pencarian dan penangkapan mangsa oleh pemangsa kedua dan h adalah tingkat penanganan dan pencernaan pemangsa g ( ) z z / h. kedua, sehingga Adanya kematian alami pada populasi mangsa dengan laju m mengakibatkan populasi mangsa akan berkurang sebesar m. Populasi mangsa dan kedua pemangsa dapat menyerap racun dari lingkungan karena adanya laju kontak antar keduanya. Kemudian, adanya racun tersebut mengakibatkan penurunan populasi mangsa dengan laju. Akibatnya populasi mangsa akan berkurang sebesar s. Dengan demikian, laju perubahan jumlah mangsa terhadap waktu dapat dinyatakan sebagai d y r z s m () k h h Kemudian, apabila tidak ada mangsa maka terjadi penurunan populasi pemangsa pertama dengan tingkat kematian alami sebesar u tetapi apabila terdapat mangsa maka terjadi interaksi antara mangsa dan pemangsa pertama, pertumbuhan pemangsa mengikuti model logistik yaitu dengan adanya keterbatasan daya dukung lingkungan sebesar k y dengan ky a sebanding dengan tidak tersedianya sejumlah mangsa dan tingkat pertumbuhan respon numerik R sehingga pemangsa akan bertambah dengan laju R y y / ky dengan R e / h dengan e menyatakan pengubahan konsumsi mangsa ke dalam kelahiran pemangsa pertama. Selain itu, Terjadi interaksi antara pemangsa yang satu dengan lainnya. Tingkat kompetisi dari pemangsa pertama pada pemangsa kedua sebesar c. Akibatnya, populasi pemangsa pertama akan berkurang sebesar c yz. Adanya racun tersebut mengakibatkan penurunan populasi pemangsa pertama dengan laju. Akibatnya populasi pemangsa pertama akan berkurang sebesar ys. Dengan demikian, laju perubahan jumlah pemangsa pertama terhadap waktu dapat dinyatakan sebagai dy y uy R y c yz ys () k y Selanjutnya, apabila tidak ada mangsa maka terjadi penurunan populasi pemangsa kedua dengan tingkat kematian alami sebesar w tetapi apabila terdapat mangsa maka terjadi interaksi antara mangsa dan pemangsa kedua, pertumbuhan pemangsa mengikuti model logistik yaitu dengan adanya keterbatasan daya dukung lingkungan sebesar k z dengan kz a sebanding dengan tidak tersedianya sejumlah mangsa dan tingkat pertumbuhan respon numerik R sehingga pemangsa akan bertambah dengan laju R z z / kz dengan R e / h dan e menyatakan peungubahan konsumsi mangsa ke dalam kelahiran pemangsa kedua. 8

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 Selain itu, Terjadi interaksi antara pemangsa yang satu dengan lainnya. Tingkat kompetisi dari pemangsa kedua pada pemangsa pertama sebesar c. Akibatnya, populasi pemangsa kedua akan berkurang sebesar c yz. Adanya racun tersebut mengakibatkan penurunan populasi pemangsa kedua dengan laju. Akibatnya populasi pemangsa kedua akan berkurang sebesar zs. Dengan demikian, 3 3 laju perubahan jumlah pemangsa kedua terhadap waktu dapat dinyatakan sebagai dz z wz R z c yz 3zs (3) kz Kenaikan atau pemasukan konsentrasi racun pada lingkungan bernilai konstan, yaitu dengan laju sebesar q. Penurunan konsentrasi racun pada lingkungan yang diserap oleh populasi mangsa dan kedua pemangsa sebesar, dan konsentrasi racun yang hilang secara alami sebesar. Akibatnya laju perubahan konsentrasi racun pada lingkungan adalah dv q ( ) v (4) Konsentrasi racun yang diserap lingkungan mengakibatkan konsentrasi racun yang diserap mangsa dan kedua pemangsa meningkat. Kemudian adanya penambahan racun dari proses memakan makanan oleh organisme bernilai konstan, yaitu dengan laju sebesar b. Laju hilangnya konsentrasi racun secara alami yaitu sebesar. Akibatnya laju perubahan konsentrasi racun pada mangsa dan kedua pemangsa adalah ds b v s (5) Berdasarkan (), (), (3), (4), dan (5) diperoleh model mangsa pemangsa dengan dua pemangsa dan satu mangsa di lingkungan beracun yang berupa sistem persamaan diferensial non linier. d y z r s m k h h dy y uy R y c yz ys k y (6) dz z wz Rz c yz 3zs kz dv q ( ) v ds b v s dengan syarat awal (0) 0, y(0) y0, z(0) z0, v(0) v0, dan s(0) s0. Jika R e / h, R e / h, k, y a dan kz a disubstitusikan ke (6), maka (6) menjadi: d y z r s m k h h dy e y e y h h a uy cyz ys dz e z e z h h a wz cyz 3zs dv q ( ) v ds b v s Sistem (7) dapat ditulis dalam bentuk tak berdimensi untuk mereduksi banyaknya parameter. Hal ini mengakibatkan analisis matematikanya tidak rumit. Selanjutnya didefinisikan: (7) 83

ISBN 978-60-73403-0-5 y z ka ka e t rt,, y, z,,, e, k a k a k r r a e u w rh rh a kc a kc e, u, w, h, h, c, c, a r r a a r r n n n3 s m,, 3, s, m,,, r r r n r r r v q b v, q, b,, n nr nr r Kemudian persamaan-persamaan pada (8) disubstitusikan ke (7). Kemudian dengan menghapus bar pada semua parameter dan menyederhanakannya maka (7) menjadi d y z s m L, y, z h h dy e y e y h h uy c yz ys ym, y, z dz e z e z h h wz c yz 3zs zm, y, z dv q ( ) v ds b v s dengan fungsi L, Mi; i, adalah fungsi kontinu smooth pada 5 5, y, z, v, s : 0, y 0, z 0, v 0, s 0. (8) (9) 5 Teorema. Solusi dari (9) yang berada di untuk 0 Bukti: Persamaan pertama dari (9) adalah d y z s m h h t adalah terbatas. karena y / h, z / h, s, m 0, maka (0) menjadi d. Selanjutnya, jika d, maka memiliki solusi. t be Akibatnya, t 0. Selain itu, solusi y, z, v, dan s juga terbatas. Karena keterbatasannya mengikuti keterbatasan. (0) B. Titik Ekuilibrium Model dan Kestabilannya Jika ds 0 Jika dv 0, maka q v ( ) (), maka b v s () Kemudian, () disubstitusikan ke (), yaitu q b ( ) s (3) 84

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 d Jika 0, maka 0 (4) atau y z s m 0 h h Kemudian, jika dy 0, maka atau Kemudian, jika dz 0, maka atau (5) y 0 (6) e ey 0 u cz s h h e e z 0 w cy 3s h h (7) z 0 (8) Berdasarkan uraian di atas, dari (), (3), (4), (6) dan (8) diperoleh titik ekuilibrium yaitu TE 0,0,0, vs,. Kemudian dari (), (3), (5), (6), dan (8) diperoleh titik ekuilibrium TE ms,0,0, vs,. Selanjutnya, dari (), (3), (5), (7) dan (8) diperoleh titik ekuilibrium s m h TE3,,0, v, s dengan e e e m u e sh e e e m u e sh F dan 4 F e h e m u e s eh Selanjutnya, dari (), (3), (5), (6) dan (9) diperoleh titik ekuilibrium ˆ s m h ˆ TE4 ˆ,0,, v, s dengan 3 3 e e e m w e s h e e e m w e s h G ˆ eh dan G 4 eh ( e m w 3 e s) Selanjutnya, dari (), (3), (5), (7) dan (9) diperoleh titik ekuilibrium TE y z v s 5,,,,, dengan e e e m w 3 e s e h dan e m u e s e h y z e e c c h h Kestabilan titik-titik ekuilibrium diselidiki dari hasil linierisasi di sekitar titik ekuilibriumnya dan disajikan pada teorama berikut. Teorema.. Jika sm, maka titik TE 0,0,0, v, s bersifat stabil asimtotik lokal.. Jika e m s u s h m s, e m s w 3s h m s TE m s,0,0, vs, dan s m, lokal. dipenuhi maka titik ekuilibrium (9) bersifat stabil asimtotik 85

ISBN 978-60-73403-0-5 0, 0, dan h33 0, dipenuhi maka titik ekuilibrium 3. Jika h h h h h h s m h TE 3 s bersifat stabil asimtotik lokal. f f 0, f f f f dan 0 f <0, dipenuhi maka titik ekuilibrium,,0, v, 4. Jika ˆ s m h ˆ 3 3 3 3 3 3 TE4 ˆ,0,, v, s bersifat stabil asimtotik lokal. 5. Jika A 0, B 0, C 0 dan AB C 0 asimtotik lokal. Dengan s m h s m, h e s m h eh s m h maka titik ekuilibrium TE y z v s e h u e s m, h h ˆ s m, f ˆ s m h ˆ e c s m h h w s 33 3 h e ˆ f w e ˆ s m s 33 3 h ˆ 5,,,, bersifat stabil, h f3 ˆ ˆ h ˆ c ˆ s m h ˆ e s m f e h s 3 e ˆ f u s, h ˆ ˆ h ˆ A g g g33, B gg33 gg gg33 g3g3 g3g3 gg, C g3g3g g3g3g g gg33 g g g g g g g g g dengan 3 3 3 3 33 y h h y z h h z e ez g s d, g33 w c y 3s h h h h e y h e h y e hy g, g3, g, h h h h e e y e z h e h z e h z g u cz s, g3 c y, g3, g 3 cz, h h h h, C. Simulasi Numerik Simulasi model dilakukan dengan menggunakan Software Maple. Simulasi ini bertujuan untuk melengkapi hasil-hasil yang diperoleh secara analisis pada bab sebelumnya. Pada bagian ini dilakukan simulasi titik ekuilibrium untuk mengetahui perilaku dinamik penyelesaian (9) dalam jangka waktu yang lama di sekitar titik ekuilibrium tersebut. Dalam simulasi model mangsa pemangsa dengan dua pemangsa dan satu mangsa di lingkungan beracun ini digunakan wereng batang padi coklat sebagai mangsa, sedangkan Menochilus semaculatus sebagai pemangsa pertama dan kepik mirid sebagai pemangsa kedua. Simulasi model matematika mangsa pemangsa ini pada (9) menggunakan nilai parameter berdasarkan [] dan [3]. Adapun nilai-nilai parameter yang digunakan adalah m 0,; u 0,55; w 0,65; 0,; 0,; 0,; c 0,08; c 0,05;,4;,5; 3 e 0,8; e 0,79; h 0,005; h 0,004; q 0,5; b 0,5; 0,5; 0,; 0,; Dan diambil nilai awalnya sebagai berikut. (0) 0,5; y(0) 0,; z(0) 0,; v(0) 0,03; s(0) 0,0; Dengan bergantung pada nilai parameter e dan e yang berbeda, hal ini dapat ditunjukkan secara numerik eksistensi dan kepunahan dari salah satu pemangsa pada solusi non periodik (siklus kehidupan tidak akan berhenti). Parameter e dan e merupakan parameter yang sangat penting karena termuat dalam fungsi respon dan respon numerik yang membentuk komponen utama dari model mangsa pemangsa. Permainan respon fungsi merupakan peranan penting dalam interaksi diantara mangsa dan pemangsa. Ukuran parameter e dan e menyatakan efisiensi pengubahan konsumsi mangsa terhadap kelahiran pemangsa pertama dan kedua. 86

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 05 Ada beberapa simulasi numerik yang berbeda yang dilakukan, yaitu. Jika parameter 0,95 atau 0,4 dan parameter lain seperti yang telah ditetapkan. (a) (b) GAMBAR. Potret Fase (9) untuk (a) 0,95 dan (b) 0,4. Nilai e ditetapkan 0,79, sedangkan nilai e diubah-ubah untuk menunjukkan dampak dari efisiensi pengubahan mangsa terhadap kelahiran pemangsa pada keeksistensian dan kepunahan dari salah satu pemangsa. (a) (b) (c) GAMBAR. Potret Fase (9) untuk (a). e 0,8 dan e 0,79, (b). e,8 dan e 0,79, (c). e 0,45 dan e 0,79 3. Nilai e ditetapkan 0,68, sedangkan nilai e diubah-ubah untuk menunjukkan adanya kecocokan hasil pada keeksistensian dan kepunahan dari pemangsa bergantung pada keefesiensian dari konversi tersebut. 87

ISBN 978-60-73403-0-5 (a) (b) (c) GAMBAR 3. Potret Fase (9) untuk (a). e 0,68 dan e 0,7 (b). e 0,68 dan e, 45, (c). e 0,68 dan e 0,45 III. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa dalam penelitian ini diberikan model mangsa pemangsa dengan dua pemangsa dan satu mangsa di lingkungan beracun, dengan respon pemangsaannya menggunakan fungsi respon Holling tipe II dan laju pertumbuhan mangsa dan pemangsa memenuhi fungsi logistik. Sistem (9) memiliki lima titik ekuilibrium. Kestabilan titik ekuilibrium (9) dianalisis hanya kestabilan lokal. Pada simulasi ini, ketiga populasi akan tetap bertahan hidup ketika nilai dari tingkat efisiensi pengubahan konsumsi mangsa terhadap kelahiran pemangsa pertama dan kedua saling berdekatan. Adanya racun juga mempengaruhi penurunan ketiga populasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA [] Alebraheem, J dan Abu-Hasan, Y., Persistence of predators in a two predators-one prey model with non periodic solution, Applied Mathematical Sciences,Vol. 6, 0, no. 9, 943 956. [] Edwards, C. H., dan Penney, D. E., Elementary Differential quations (Sith Edition), Pearson Education, Inc, New York, 008. [3] Sinha, S., Isra, O. P., dan Dhar, J., Modelling a predator-prey system with infected prey in polluted environment, Elsevier Inc, 00, 86-87. 88