BAB II. dari industri. New Entrants. Substitutes. Bargaining. Buyers. Competitive Rivalry in an Industry

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BUSINESS CANVAS

Tuangkan Ide Bisnis mu di Business Model Canvas

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGANTAR BISINIS INFORMATIKA. Komang Anom Budi Utama, SKom

BAB 3 METODOLOGI. 1. Identifikasi business model saat ini : dimana penulis akan malakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BMC Summary and Simple Example for E2

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VI KESIMPULAN. photography, wedding, bahkan ATPM yang ingin launching mobil. terbaru, kegiatan komunitas mobil dan sebagainya.

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kinerja keuangan PT.XYZ

BAB II LANDASAN TEORI

CARA-CARA UNTUK MEMUDAHKAN PEMBUATAN ALTERNATIF BUDGET TAHUNAN DAN PROYEKSI KEUANGAN PROYEK

BAB II LANDASAN TEORI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 3 FINAL DESIGN OF BUSINESS MODEL

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

VIII. ANALISIS FINANSIAL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

APPLE SERVICE CENTER DI SURABAYA

BAB II VALUE PROPOSITION

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

Refining Key Resources and Partnerships week 12 (11 Mei 2016):

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA LAPORAN KEUANGAN ERDIKHA ELIT

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

Landasan Teori BAB II. Kelayakan Usaha

BAB II LANDASAN TEORI

PENGELOLAAN KEUANGAN

BAB 2 DASAR TEORI Business Model Canvas. Bisnis model dideskripsikan sebagai alasan bagaimana sebuah organisasi

BAB V KESIMPULAN. V.1 Kesimpulan Model Bisnis Distro Dista. Distro merupakan industri kreatif yang dijalankan oleh anak muda

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1. Metodologi penelitian. Business Canvassing. Ruang Lingkup Bisnis. Produk dan Layanan STP. Business Feasibility

BAB III METODOLOGI. Market Assessment. Marketing Strategy. Business Plan. Conclusion

hendro 6/30/2010 PRESENTASI VIII :

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

VII. RENCANA KEUANGAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

ANALISA PENERAPAN BUSINESS MODEL CANVAS PADA TOKO MOI COLLECTION

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada Bab IV dan diperoleh hasilnya, maka

BAB II LANDASAN TEORI

VIII. ANALISIS FINANSIAL

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BUSINESS MODEL CANVAS PADA UD SVASTIKA JAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PROGRAM MAGISTER STUDI EKONOMI MANAJEMEN

RINGKASAN EKSEKUTIF RINA WINDRATI, HAMDANI M.SYAH HARIANTO.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDERSTANDING FINANCIAL STATEMENTS, TAXES, AND FREE CASH FLOWS. I.K. Gunarta ITS Surabaya Mobile:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II VALUE PROPOSITION

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 2 LANDASAN TEORI

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB III Landasan Teori

BAB VIII ASPEK KEUANGAN SYAFRIZAL HELMI

BAB II VALUE PROPOSITION

RASIO LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang

Manajemen Keuangan. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB II LANDASAN TEORI

BUSINESS MODEL CANVAS

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KERANGKA TEORI

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

MODUL II. ANALISIS RESIKO MENJALANKAN USAHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Porter Five-Forces Model Menurut Tompson, Peteraf, Gamble & Strickland (2012), Porter Five-Forces Model ini digunakan untuk menentukan besarnya tekanann kompetitif dari industri. Kompetisi basa didominasi oleh kompetisi diantara competitive sellers, ancaman pendatang baru, daya tawar suppliers, daya tawar pembeli, dan ancamann pengganti. Threat of New Entrants Threat of Substitutes Bargaining Power of Suppliers Competitive Rivalry in an Industry Bargaining Power of Buyers Gambar 2.1Porter Five-Forces Model (Sumber : Thompson, Peteraf, & Strickland III, 2012) 8

9 2.1.1Bargaining Power of Customers Bargaining power of customers, atau daya tawar pelanggan, merupakan analisa tentang kekuatan pelanggan pada suatu bisnis atau industri. Daya tawar pelanggan dibutuhkan mengetahui kemampuan pelanggan dalam mempengaruhi atau menekan suatu bisnis. Dengan begitu, kita dapat memahami tingkat sensitivitas harga dari pelanggan. Pasar dengan potensi pelanggan yang rendah cenderung memiliki kendali yang relatif lebih kuat terhadap pasar. Semakin besar daya tawar pelanggan, semakin besar upaya atau biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan. Biasanya, pasar yang dibanjiri alternatif produk atau merek sejenis memiliki daya tawar pelanggan yang kuat. Jika daya tawar pelanggan tergolong melebihi yang semestinya, perusahaan sebaiknya menerapkan upaya untuk menurunkan daya tawar. Misalnya dengan menawarkan program loyalitas kepada pelanggan. 2.1.2Bargaining Power of Suppliers Bargaining power of suppliers, atau daya tawar pemasok merupakan analisa untuk memahami tingkat kekuatan pemasok relatif terhadap perusahaan. Berbeda daya tawar pelanggan, daya tawar pemasok menganalisa berbagai aspek terkait tingkat ketersediaan pasokan yang dibutuhkan untuk

10 produksi dari perusahaan. Pasokan dapat mencakup bahan baku, komponen, buruh, dan tenaga ahli yang merupakan sumber utama dari keberlangsungan operasional perusahaan. Semakin besar daya tawar pemasok, semakin bergantung kita pada pemasok dalam upaya menjaga biaya produksi, menjaga keberlangsungan produksi, dan menjaga/meningkatkan kualitas produk atau jasa. Daya tawar pemasok dapat menjadi terlalu kuat hingga pemasok dapat menolak menyediakan barang atau memberlakukan harga yang sangat mahal untuk jenis pasokan tertentu. 2.1.3 Threat of New Entrants Threat of new entrants, atau ancaman pemain baru, merupakan analisa yang mengkaji tingkat kekuatan pemain baru dalam mempengaruhi kompetisi bisnis. Bisnis dengan pasar yang menguntungkan menarik banyak pemain baru. Banyaknya pemain baru akan menurunkan tingkat keuntungan relatif suatu industri. Jika tidak dilakukan intervensi, tingkat keuntungan relatif dari suatu bisnis akan menurun menuju nol sampai menciptakan pasar persaingan sempurna. Jika pemain baru dapat memulai bisnis dengan mudah dan tak perlu keluar banyak modal, maka suatu industri akan menjadi semakin ramai. Misalnya pada bidang internet dimana begitu banyak pemain baru yang bermunculan.

11 Semakin sulit pemain baru untuk berkembang, maka semakin menarik bisnis tersebut. Jika kita pemain baru, maka analisa ini dapat digunakan untuk memetakan strategi dalam mengembangkan bisnis agar berkembang dan menjadi semakin besar. 2.1.4 Threat of Substitutes Products Threat of substitutes products or services, atau ancaman produk atau layanan pengganti, merupakan analisa terhadap seberapa besar ancaman yang diberikan pada produk atau layanan pengganti. Produk pengganti selalu muncul dan keberadaannya mampu membuat pelanggan beralih. Produk atau layanan pengganti merupakan faktor yang mesti dipertimbangkan dalam persaingan bisnis. Meski suatu bisnis telah berada pada kondisi stabil dengan permintaan yang cenderung naik, potensi ancaman dari produk atau layanan pengganti tak bisa diabaikan. Ada begitu banyak kasus kegagalan dari suatu bisnis akibat tidak menyadari ancaman dari produk atau layanan pengganti. Misalnya pada wartel atau warnet. Kondisi pasar dapat berubah dengan cepat dan berpotensi menurunkan laba atau malah menghancurkan bisnis. 2.1.5 Intensity of Competitive Rivalry Intensity of competitive rivalry, atau intensitas persaingan kompetitif, merupakan faktor penutup Porter Five Forces yang bertujuan memahami seberapa ketat persaingan bisnis. Faktor ini merupakan faktor utama yang mesti

12 dipertimbangkan sebelum memasuki persaingan bisnis. Suatu bisnis menarik dimasuki jika persaingan tidak ketat, akan tetapi, biasanya bisnis tersebut berumur pendek. Meskipun demikian, persaingan ketat jelas akan menyulitkan bisnis kita untuk tumbuh dan berkembang 2.2 TOWS Matrix TOWS matrix adalah sebuah alat yang dapat digunakan untuk menciptakan faktor strategis perusahaan. Bagaimana peluang dan ancaman dihadapi oleh perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. TOWS matrix akan memberikan empat set dari strategi alternative bagi perusahaan. Tabel 2.1 TOWS Matrix Faktor Strategis Strengths (S) Weakness (W) Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO Threats (T) Strategi ST Strategi WT (Sumber : Fred R David, 2003) - Strategi SO ( Strength Opportunities ) Strategi ini diformulasikan berdasarkan perilaku perusahaan, yang didesain dengan menggunakan kekuatan perusahaan untuk memperoleh kesempatan yang tercipta dari keadaan lingkungan.

13 - Strategi WO ( Weakness Opportunities ) Strategi ini diformulasikan dengan menggunakan kesempatan yang disediakan oleh lingkungan agar kelemahan perusahaan dapat diminimalisir sekecil mungkin. - Strategi ST ( Strength Threat ) Strategi ini diformulasikan dengan menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengatasi ancaman akibat dari lingkungan sekitar. - Strategi WT ( Weakness Threat ) Strategi ini diformulasikan untuk menghadapi dan mengurangi dampak dari ancaman serta mengurangi resiko kerusakan dari kelemahan. 2.3Marketing Mix (The Four P s) Menurut Kotler, P. dan Keller, K.L (2012), The Four P s dari marketing mix yang dimaksud antara lain produk (product), tempat (place), promosi (promotion), dan harga (price). 2.3.1 Produk (Product ) Product(produk) adalah perpaduan barang dan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan kepada target market. Produk yang ditawarkan dapat berupa barang, jasa pelayanan, maupun informasi. Beberapa yang harus diperhatikan dalam product adalah kualitas, manfaat, desain, ukuran dan kemasan.

14 2.3.2 Tempat (Place ) Place(tempat) tidak hanyamewakili tempat dimanaproduktersebut dapatditemukandandiketahui,tetapijugameliputiaktivitasyang dilakukan perusahaan agar produk tersebut mudah didapatkan oleh sasaran konsumennyadanselalutersediabagitargetmarket.place meliputipemilihan lokasi,penyediaan, pengangkutan, danlogistik.bentukdariplace mencakup physical store (toko nyata) danvirtual store (tokomaya). 2.3.3 Promosi (Promotion ) Promotion (promosi) adalah suatu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan kelebihan produk serta mengajak pelanggan sasaran agar membeli produk. Kegiatan promosi berupa periklanan (advertising), events, sponsorships, dan sebagainya yang terangkum dalam IMC (Integrated Marketing Communication). 2.3.4 Harga (Price ) Price(harga) adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk memperoleh produk. Price bukan hanya mencakup harga yang tertera pada barang, tetapi juga mencakup potongan harga (discount), batasan kredit, kemudahan pembayaran, dan periode pembayaran. Price ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain pangsa pasar, persaingan, identitas produk, dan nilai (value) yang diterima oleh konsumen dari produk tersebut.

15 Gambar 2.2Marketing Mix: The Four P s (Sumber : Kotler & Keller, 2012) 2.4Bisnis Model Kanvas Menurut Ostelwalder, A. dan Pigneur, Y (2010), kanvas model bisnis terbagi atas 9 bagian, sebagai berikut : 2.4.1 Customer Segments Customer segments building block adalah sekelompok customer yang menjadi target sebuah perusahaan. Konsumen merupakan bagian inti dari suatu bisnis model. Tanpa adanya konsumen yang memberikan profit, maka tidak ada perusahaan yang akan bertahan lama. Demi mencapai kepuasan konsumen yang lebih baik, maka perusahaan harus membagi konsumen ke beberapa segmen yang berbeda sesuai dengan kebutuhan, kebiasaan membeli, dan atribut yang

16 lain. Sebuah perusahaan harus memutuskan segmen mana yang akan dilayani dan mana yang diabaikan. Sekelompok konsumen mewakili segmen yang berbeda apabila : 1) Kebutuhan berbeda. 2) Konsumen tersebut dapat dicapai melalui jalur distribusi yang berbeda. 3) Dibutuhkan hubungan yang berbeda jenisnya. 4) Konsumen tersebut dapat menghasilkan tingkat profitabilitas yang berbeda. 5) Konsumen memiliki kemauan untuk membayar aspek yang berbeda dari sebuahpenawaran. Ada beberapa tipe dari customer segments, antara lain : 1) Mass Market Sebuah bisnis model yang berfokus kepada mass markets tidak memilah customer segments. Value propositions, channels, serta cutomer relationships berfokus kepada sekelompokcustomers yang memiliki kebutuhan dan problem yang kurang lebih menyerupai satu dengan yang lainnya. 2) Niche Market Business model yang berfokus kepada niche market melayani customer segment yang spesifik dan memiliki spesialisasi tertentu. Value propositions, channels, serta customer relationships diracang sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dari niche market.

17 3) Segmented Business model segmented memilah customer segments yang memiliki kebutuhan, problem, dan value propositions yang sedikit berbeda. 4) Diversified Business model yang memiliki customer segments yang beragam melayani dua customer segments yang tidak berhubungan sama sekali, dengan kebutuhan, problem, serta value propositions yang sangat berbeda pula. 5) Multi-sided Market Business model yang memiliki dua atau lebih customer segments yang independen. Kedua segmen ini dibutuhkan untuk dapat membuat business model ini berjalan. 2.4.2 Value Propositions Value Propositions Building Block dideskripsikan sebagai sebuah produk dan servis yang dapat menciptakan sebuah nilai untuk customer segment yang spesifik. Value propositions seringkali menjadi sebuah alasan customer pindah dari satu produk ke produk lainnya untuk memenuhi kebutuhannya. Beberapa value propositions mungkin saja inovatif, namun sebagian besar akan sama dengan yang sudah ada di pasar hanya ditambahkan fitur dan atribut tertentu. Beberapa elemen dari value propositions, antara lain :

18 1) Newness Elemen newness memenuhi sebuah kebutuhan baru yang sebelumnya belum pernah terpikirkan oleh customers karena belum ada penawaran serupa. 2) Performance Dengan adanya peningkatan performa dari sebuah produk atau servis merupakan cara umum untuk menciptakan sebuah value. 3) Customizations Merancang sebuah produk dan servis, agar sesuai dengan kebutuhan tertentu dari customer segments maupun cutomer individual, dapat menciptakan value. 4) Getting The Job Done Dengan membantu customer menyelesaikan pekerjaan tertentu dapat juga menciptakan sebuah value. 5) Design Design merupakan sebuah bagian dari value propositions yang sangat penting. Sebuah produk dapat menjadi sorotan oleh karena sebuah design yang luar biasa. 6) Brand/Status Para customers dapat menciptakan value hanya dengan menggunakan atau memperlihatkan sebuah produk dengan brand tertentu.

19 7) Price Harga menjadi sebuah elemen untuk menciptakan value. Dengan menawarkan value yang sama dengan harga yang lebih rendah dapat pula memenuhi kebutuhan customer yang mengutamakan harga. 8) Cost Reduction Membantu customer untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan juga dapat menciptakan value. 9) Risk Reduction Membantu customer untuk mengurangi resiko yang dihadapi juga merupakan salah satu cara untuk menciptakan sebuah value. 10) Accessibility Memberikan akses kepada customersyang sebelumnya tidak dapat memiliki produk dan servis tertentu dapat menciptakan value. 11) Convenience/Usability Kemudahan dalam menggunakan sebuah produk dapat menciptakan sebuah value yang penting. 2.4.3 Channels Channels Building Block mendeskripsikan strategi perusahaan dalam berkomunikasi dengan customer segment yang ditargetkan guna menyampaikan value propositions. Channels mempunyai beberapa fungsi antara lain : 1) Meningkatkan kesadarancustomer tentang suatu perusahaan dan produknya.

20 2) Membantu para customer untuk mengevaluasi value propositions yang disampaikan oleh perusahaan. 3) Menyampaikan sebuah value propositions kepada customer. 4) Menyediakan after sales service setelah pembelian dilakukan. Tabel 2.2Channel Types and Phases Channels Types Sales Force Web Sales Own Stores Partner Stores Wholeseller 1. Awareness Bagaimana kesadaran akan produk dan servis perusahaan dapat di tingkatkan? Channel Phases 2. Evaluations 3. Purchase Bagaimana sebuah perusahaan dapat membantu pelanggan untuk mengevaluasi value propositions dari perusahaan (Sumber : Osterwalder & Pigneur (2010)) Bagaimana perusahaan dapat membantu pelanggan mendapatkan produk dan servis yang spesifik? 4. Delivery Bagaimana perusahaan menyampai kan value proposition tersebut kepada para pelanggan? 5.After sales Bagaimana perusahaan menyediak an after sales customer service? Untuk menemukan channel yang tepat untuk memenuhi kebutuhan customers adalah suatu hal yang sangat penting untuk menyampaikan value propositions kepada customers. Salah satu cara adalah menyeimbangkan jalur distribusi melalui channel milik sendiri ataupun partner untuk dapat menyampaikan value kepada customers serta revenue.

21 2.4.4Customer Relationship Customer Relationship Building Block mendeskripsikan tipe dari sebuah hubungan yang dibangun oleh sebuah perusahaan dengan customer segment spesifik yang ditargetkan. Hubungan dapat bersifat personal sampai yang bersifat otomatis. Hubungan dengan customer dilakukan karena alasan berkut ini: 1) Customer Acquisition; mendapatkan customer baru, 2) Customer Retention; mempertahankan customer lama, 3) Boosting Sales (Upselling); meningkatkan sales. Beberapa kategori dari customer relationship: 1) Personal Assistance Customer dapat berkomunikasi dengan pihak customer service untuk mendapatkan bantuan saat proses belanja dan setelahnya. 2) Dedicated Personal Assistance Seorang Customer dilayani oleh seorang personal assistant yang dikhususkan hanyan untuk melayani customer tersebut. 3) Self-service Perusahaan menyediakan seluruh kebutuhan agarcustomer dapat melayani diri sendiri, tidak ada hubungan langsung dengan customer. 4) Automated service Merupakan integral dari hubungan self-service. Perusahaan melayani customers melalui proses otomatis melalui mesin atau online.

22 5) Communities Perusahaan menggunakan komunitas untuk berbagi pengetahuan serta menyelesaikan permasalahan satu sama lain. Komunitas dapat membantu perusahaan mengerti lebih dalam terntang customer-nya. 6) Co-Creation Perusahaan melibatkan para customer untuk ikut serta dalam menciptakan sebuah produk baru yang inovatif. 2.4.5 Revenue Streams Revenue Streams Building Block mendeskripsikan tentang revenue yang dihasilkan oleh perusahaan dari setiap customer segment. Selain customer, revenue streams juga merupakan inti dari sebuah business model. Revenue streams dari sebuah business model dapat dibagi menjadi dua, antara lain: 1) Revenue dari sebuah transaksi dihasilkan dari pembayaran yang dilakukan oleh customer dalam sekali proses pembayaran. 2) Revenue yang didapatkan dari pembayaran yang dilakukan secara terus-menerus utuk menyampaikan value propositions atau menyediakan after sales service setelah proses pembelian. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan revenue streams, yaitu: 1) Penjualan Aset Menjual hak kepemilikan dari suatu produk untuk mendapatkan revenue.

23 2) Usage Fee Perusahaan mendapatkan revenue sesuai dengan banyaknya atau lamanya customer menggunakan produk atau jasa perusahaan. 3) Biaya Langganan Perusahaan mendapatkan revenue melalui biaya berlangganan atau biaya akses berkelanjutakn untuk sebuah servis perusahaan. 4) Lending/Renting/Leasing Perusahaan mendapatkan revenue dengan menjual hak guna dari sebuah asset tertentu untuk waktu yang ditentukan. 5) Licensing Perusahaan mendapatkan revenue dengan memberikan izin untuk menggunakan properti intelektual tertentu yang telah dilindungi dan diganti dengan biaya tertentu. 6) Brokerage Fees Perusahaan mendapatkan revenue dengan berlaku sebagai penengah antara kedua belah pihak. 7) Advertising Perusahaan mendapatkan revenue melalui publikasi iklan dari sebuah produk, servis, atau brand tertentu. 2.4.6 Key Resources Key Resources Building Block mendeskripsikan semua aset yang penting dan diperlukan untuk membuat sebuah model bisnis dapat berjalan. Sumber daya ini membuat sebuah perusahaan dapat menciptakan dan menawarkan

24 sebuah value propositions, mencapai pasar, menjaga hubungan dengan customer, dan mendapatkan revenue. Key resources dapat berupa sesuatu yang berbentuk, antara lain: 1) Fisik, seperti bangunan toko. 2) Finansial, seperti pinjaman dana bank atau kas. 3) Intelektual, seperti brand, copyright, hak paten. 4) Manusia, seperti tenaga sales. 2.4.7 Key Activities Key Activities Building block mendeskripsikan segala sesuatu yang terutama dan harus dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membuat bisnis model berjalan. Seperti key resources, perusahaan diperlukan untuk menciptakan dan menawarkan value propositions, produk sampai ke pasaran, menjaga hubungan dengan customer, dan mendapatkan revenue. Key activities dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, antara lain: 1) Kegiatan produksi, 2) Penyelesaian masalah setiap individual customer, 3) Platform atau network; platform atau jaringan yang digunakan dalam model bisnis ini. 2.4.8 Key Partnership Key Partnerships Building Block mendeskripsikan tentang para supplier dan partners yang membuat model bisnis ini dapat tetap berjalan. Ada 4 macam

25 partnerships yang dapat berjalan antara lain aliansi strategis diantara nonkompetitor, competition strategic partnership antar kompetitor, joint ventures untuk membangun sebuah bisnis baru, dan hubungan buyer-supplier untuk memastikan supply yang terus ada. Ada tiga macam motivasi untuk partnerships, antara lain: 1) Optimization and economy of scale Tipe partnership ini ditujukan untuk mereduksi biaya dan seringkali dilakukan outsourcing atau berbagi infrastruktur. 2) Reduction of risk and uncentainty Tipe partnership ini dilakukan untuk mengurangi resiko dalam lingkungan yang kompetitif. 3) Acquisition of particular resources and activities Tipe partnership ini seringkali dilakukan dengan mengakuisisi perusahaan lain demi mendapatkan pengetahuan, lisensi, dan akses kepada customer perusahaan yang diakuisisi. 2.4.9 Cost Structure Cost Structure Building Block mendeskripsikan semua biaya operasional dari sebuah model bisnis. Biaya dapat dengan mudah dihitung setelah menentukan key resources, key activities, dan key partnerships. Cost Structure dapat dipilih antara dua kelas model bisnis:

26 1) Cost-Driven Business model cost-driven berfokus untuk mengurangi biaya semaksimal mungkin. Pendekatan ini dilakukan untuk mendapatkan cost structure yang paling lean. 2) Value-Driven Business model value-driven lebih fokus kepada value creation. Value propositions yang premium dan servis yang dirancang sedemikian rupa untuk kebutuhan personal menjadi salah satu ciri khas dari business model value-driven. Cost Structure memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 1) Fixed Costs Biaya yang tidak dipengaruhi oleh banyaknya produk atau servis yang di produksi. 2) Variable Cost Biaya yang dipengaruhi secara proposional bergantung pada banyaknya produk atau servis yang diproduksi. 3) Economies of Scale Sebuah keuntungan biaya yang ada pada sebuah bisnis oleh karena volume pembelian. 4) Economies of Scope Sebuah keuntungan biaya yang didapatkan oleh karena kegiatan operasional yang lebih luas melalui jalur distribusi, kegiatan marketing yang mendukung beberapa produk.

27 2.5 Teori Finansial 2.5.1 Income Statement Pengertian incomestatementdalam buku Financial Management: Principles and Applications, (Titman, Keown, & Martin, 2007), adalah mengukur besarnya keuntunganyangdihasilkan oleh sebuah perusahaan dalam jangkawaktuperiode tertentu. Rumus untukincomestatementadalah: Sales Expenses = Profits Gambar 2.3 Income Statement (Sumber:Kimmel, Weygandt, & Kieso, 2007) Laporan income statement erat kaitannya dengan lima aktivitas finansial yang menggerakkan profit sebuah perusahaan, yaitu meliputi:

28 1. Revenue adalah uang hasil penjualan dari produk atau jasa yang ditawarkan oleh sebuh perusahaan. 2. Cost of Goods Sold (COGS) merupakan biaya pengeluaran untuk sebuah produk atau jasa yang akan dijual. 3. Operating expenses adalah pengeluaran yang berkaitan dengan berbagai tindakan operasional meliputi pemasaran, distribusi maupun administrasi produk atau jasa yang akan dijual. 4. Financial cost adalah pengeluaran yang berkaitan dengan pembayaran bunga (interest) kepada kreditor dan pembayaran dividen kepada pada pemegang saham (stockholders). 5. Tax expenses adalah pengeluaran yang berkaitan dengan pajak berdasarkan penghasilan yang dihasilkan perusahaan. 2.5.2 Balance Sheet Pengerti balance sheet dalam buku Financial Management: Principles and Applications, (Titman, Keown, & Martin, 2007), adalah laporan finansial keadaan atau posisi finansial sebuah perusahaan pada waktu yang sangat spesifik yaitu pada sebuah tanggal, memperlihatkan keadaan asset, liabilities, dan own-supplied capital. Rumus untuk balance sheet adalah: Total Assets = Outstanding Debt + Shareholders Equity

29 Gambar 2.4 Balance Sheet (Sumber:Kimmel,Weygandt,Jerry&Kieso,2007) Dalam balance sheet, aset sebuah perusahaan dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu : 1. Current Asset Menurut definisi dari buku Financial Accounting; Tools for Business Decision Making (Kimmel, Weygandt, & Kieso, 2007), current asset merupakan aset sebuah perusahaan yang diekspektasikan dirubah menjadi cash atau terpakai dalam kurun periode satu tahun. Current asset meliputi cash, account receivable, inventory, dan prepaid expenses. 2. Fixed Asset Fixed asset meliputi mesin dan peralatan, bangunan, serta properti.

30 3. Other Asset Aset lainnya merupakan semua asset yang tidak tergolongkan dalam current asset maupun fixed asset, contohnya seperti intangible asset berupa hak patent, copyrights atau goodwill. 2.5.3 Financial Forcasting Financial forecasting atau perencanaan finansial menurut buku Financial Management: Principles and Applications, (Titman, Keown, & Martin, 2007), digunakan untuk menentukan kebutuhan finansial sebuah perusahaan untuk masa yang akan datang. Perencanaan secara benar berarti menyiapkan segala sesuatu serta bentuk antisipasi untuk siap menghadapi berbagai keadaan. Terdapat tiga langkah dasar untuk membuat sebuah perencanaan finansial, yaitu: 1. Proyeksikan sales revenue dan pengeluaran perusahaan dalam jangka periode yang direncanakan. 2. Estimasi level investasi dalam current asset dan fixed asset yang dibutuhkan untuk mendukung proyeksi penjualan. 3. Determinasikan kebutuhan finansial perusahaan dalam periode proses perencanaan. Metode Percent of Sales of Financial Forecasting merupakan metode yang umum digunakan untuk membuat sebuah proyeksi finansial. Metode tersebut melibatkan tingkat pengeluaran, aset, atau liability untuk masa

31 periode kedepan sebagai dasar persentasi dari perencanaan sales. Persentase yang digunakan dapat diambil dari laporan finansial terbaru sebagai persentasi jangka periode beberapa tahun. current sales atau dari perhitungan rata-rata dalam 2.5.4 Break-Event Point Model Break-Event Point (BEP) merupakan adaptasi sederhana dari income statementt sebuah perusahaan yang diekspresikan dengan format analisaa sebagai berikut: Sales (Total Variable Cost + Total Fixed Cost) = Profit Untuk dasar produksi, merupakan keharusan untuk mengenalkan harga jual setiap unit dan output variable cost per unit. Profit dalam BEP dinyatakan sebagai EBIT. BEP dapat dikalkulasi dengan menyatakan bahwa EBIT menjadi nol. Rumusnya adalah sebagai berikut: (Saless Price per Unit)(Unit Sales) - (Variable Cost per Unit)(Unit Sold) + (Total Fixed Cost) = EBIT = $0 2.5.5 Net Present Value NPV adalah selisih antara nilai investasi dimasa sekarang dengan nilai proyeksi penghasilan yang diharapkan di masa yang akan datang. Investment Project dapat diterima jika NPV dari suatu project project harus ditolak jika NPV dari project tersebut bernilai positif dan suatu bernilai negatif.(kimmel, Weygandt, Kieso).

32 Rumusan dari NPV dijabarkan seperti berikut ini: Gambar 2.5 Rumus NPV 2.5.6Free Cash Flow Free cash flow adalah sisa perhitungan arus kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan di akhir suatu periode keuangan setelah membayar gaji, biaya produksi, tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital expenditure) untuk pengembangan usaha. Sisa uang inilah yang disebut Arus Kas Bebas. Meski dinamankan bebas tapi manajemen tidak bisa sebebasnya menggunakan uang ini karenaa uang sisa inilah yang bisa digunakan untuk mengembangkan usaha, kalau tidak mengambil dana dari hutang dan sumber dana lainnya. 2.5.7 Discount Rate Adalah tingkat bunga dimana aliran uang masuk dan aliran uang keluar dikaitkan dengan suatu proyek investasi yang dikenakan pemotongan. Untuk rata tertimbang pada perusahaan, di mana beban bunga dari proyek sektor swasta tingkat diskonto sering didasarkan atas biaya modal rata- setiap bentuk

33 pembiayaan (pinjaman jangka panjang, overdraft, kekayaan perusahaan, dan sebagainya) dihitung secara tertimbang menurut proporsi dari tiap-tiap bentuk pembiayaan perusahaan. 2.5.8 Internal Rate of Return Internal rate of return adalah discount rate yang menyamakan nilai sekarang ( present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi suatu usaha, dengan kata lain IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV = 0. Jika biaya modal suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV menjadi negatif, sehingga usaha tsb tidak layak untuk diambil. Jadi, semakin tinggi IRR dibandingkan dengan biaya modalnya ( WACC ), semakin baik usaha tersebut untuk dipilih. Sebaliknya, jika IRR lebih kecil daripada biaya modalnya, proyek tersebut tidak akan diambil. Jadi biaya modal maksimum yang dapat ditanggung suatu usaha adalah sebesar IRR. Adapun cara menghitung IRR secara manual adalah sebagai berikut : a. Ambil discount rate (r1) yang memberikan NPV Positif (NPV1) dan ambil discount rate lainnya (r2) yang lebih besar dari pada r1, sehingga menghasilkan NPV negatif (NPV2) b. Gunakan metode linear interpolation untuk menghitung IRR sebagai berikut IRR = r1 + ( r2 r1) x NPV1 NPV1+ NPV2

34 2.5.9 Payback Period Ukuran kelayakan usaha lainnya yang banyak digunakan oleh investor adalah payback periode yaitu jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang telah dikeluarkan dengan total nilai sekarang arus kas yang akan dihasilkan. Semakin cepat investasi tersebut dapat dikembalikan, semakin baik usaha tersebut untuk dipilih. Discounted payback period Merupakan penyempurnaan dari payback period dimana metode ini memperhitungkan jangka waktu yang diperlukan sampai semua perkiraan arus kas yang akan diperoleh, dengan menghitung time value of money, sehingga dapat menutupi arus kas keluarnya. Kelemahan dari metode ini adalah tidak memperhitungkan besarnya arus kas yang masuk setelah payback period. Hal ini karena yang menjadi pusat perhatian pada payback period hanya seberapa cepat modal akan kembali dari cashflow yang susah di-discounted dengan biaya modalnya. Hal ini dapat menjadi dilemma jika membandingkan beberapa proyek. Namun karena yang diukur adalah jangka waktu pengembalian modal yang dikeluarkan untuk investasi maka meode payback period dapat menjadi indicator resiko dan likuiditas suatu proyek. Non discounted payback period Payback period adalah metode dimana mengukur jangka waktu

35 pengembalian dana yang Telah diinvestasikan dalam suatu proyek bisnis. Ini merupakan metode yang paling sederhana dan mudah. Pengukuran Payback period memperhatikan likuiditas perusahaan. Semakin pendek periode investasi maka akan semakin kecil pula resiko ketidakpastiaan yang akan ditimbulkan. Sehingga semakin pendek jangka waktu pengembalian investasi maka semakin layak proyek tersebut. Kelemahan metode payback period a. Tidak memperhitungkan time value of money b. Metode ini tidak bisa mengukur profitabilitas dari suatu proyek karena tidakmemasukan arus kas yang diterima setelah payback period tercapai. Jadi bisa dikatakan metode ini hanya menilai kelayakan proyek sampai dengan titik impas. Arus kas masuk dan keluar sama. c. Metode payback period tidak bisa memberikan gambaran terhadap meningkatkan nilai perusahaan atau investasi tsb. Dengan metode payback period maka tidak bisa memberikan gambaran terhadap investasi yang telah dilakukan dapat meningkatkan nilai perusahaan atau tidak. 2.5.10 Return of Interest ROI (Return On Investment) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan

36 dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor : a. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi b. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Kelebihan ROI antara lain: 1. Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk keperluan perencanaan. ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi. 2. ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung masing-masing. 3. Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akutansi

37 secara benar dalam artian mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akutansi yang ada. kelemahan ROI antara lain: 1. Mengingat praktek akutansi dalam perusahaan seringkali berbeda maka kelemahan prinsip yang dihadapi adalah kesulitan dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain. 2. Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan. 2.6 Value Chain Value Chain adalah kumpulan aktivitas atau kegiatan dalam sebuah perusahaan yang dilakukan untuk mendesain, memproduksi, memasarkan, mengirimkan dan support produk.value chain terdiri dari sekumpulan aktivitas utama dan pendukung. Dalam rantai nilai yang umum, aktivitas pendukung terdiri dari infrastruktur perusahaan, pengelolaan sumber daya manusia, pengembangan teknologi dan usaha memperolehnya. Sedangkan dalam aktivitas utama terdiri dari logistik masuk, operasi, logistik keluar, pemasaran dan penjualan serta pelayanan. (Porter, 1998)

38 2.6.1 Aktivitas Utama Input, adalah aktivitas atau kegiatan yang dihubungkan dengan penerimaan, penyimpanan dan penyebaran input/bahan baku, seperti penanganan bahan baku, pergudangan, kontrol inventory, jadwal kendaraan dan pengembalian kepada supplier. Operasional (Operations), adalah kegiatan yang dihubungkan dengan mengubah input atau bahan baku menjadi bentuk produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan, perawatan perlengkapan, testing, pencetakan dan yang lainnya yang berkaitan dengan prose operasi atau produksi. Output, adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan pengumpulan, penyimpanan dan distribusi produk ke pembeli, seperti pergudangan produk jadi, penanganan material, operasi pengiriman, proses pemesanan dan penjadwalan. Pemasaran dan penjualan (Marketing and Sales), adalah kegiatan dalam membujuk atau menarik pembeli untuk membeli, seperti pengiklanan, promosi, tenaga penjual, quota dan harga. Pelayanan (Service), adalah kegiatan yang diasosiasikan dengan penyediaan layanan untuk meningkatkan dan mempertahankan nilai produk, seperi instalasi, perbaikan, pelatihan dan penambahan produk.

39 2.6.2 Aktivitas Pendukung Secara umum, aktivitas pendukung dalam rantai nilai terbagi dalam 4 kategori kegiatan: Procurement, mengacu pada fungsi pembelian seperti pembelian bahan mentah, persedian dan jenis jenis barang lainnya yang dapat dijadikan aset seperti mesin-mesin, perlengkapan laboratorium, kantor dan bangunan. Technology Development, terdiri dari berbagai kegiatan yang dapat dikelompokkan ke dalam usaha untuk meningkatkan produk dan proses. Pengembangan teknologi sangat penting untuk keunggulan kompetitif dalam semua industri. Human Resource Management, pengelolaan sumberdaya manusia meliputi kegiatan rekrutmen, pelatihan, pengembangan SDM. Firm Infrastructure, aktivitas infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah aktivitas termasuk pengelolaan umum, perencanaan, keuangan, accounting dan manajemen kualitas.