Dari e-learning Menuju e-knowledge

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

17/12/2011. Manajemen Pengetahuan. tidak selalu penting Apa yang penting tidak selalu bisa diukur

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

BAB III ANALISIS III.1 Interaksi Sosial sebagai Dasar Knowledge Management

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Implementasi Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom

BAB II LANDASAN TEORI

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pengukuran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Implementasi Knowledge Management

BAB II LANDASAN TEORI. yaitu Balanced Scorecard untuk Pengukuran Performansi Knowledge

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

21/09/2011. Pertemuan 1

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Strategi dan Pengukuran Knowledge Management. Rani Puspita D, M.Kom

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, untuk menambah daya saing dan mempertahankan posisi

ROADMAP IMPLEMENTASI KNOWLEDGE MANAGEMENT

Dunamis Program Overview The Importance of Knowledge Transfer

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan juga merupakan sumber daya yang strategis untuk semua tipe

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM PADA PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN DI BPK RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

Taryana Suryana. M.Kom

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGEMBANGKAN STRATEGI SI/TI Titien S. Sukamto

KOLABORASI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG INTEGRASI SISTEM INFORMASI. Abstrak

BAB IV PERANCANGAN. IV.2 Komponen Knowledge Management System Framework

BAB I PENDAHULUAN. membantu memenuhi kebutuhan informasi seluruh karyawan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Mulia Group didirikan pada tahun 1965 oleh keluarga Joko S. Tjandra. Pada

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar (learning organization) yang mampu bertahan dan memenangkan

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

Membangun Inovasi di Perpustakaan PPNS dengan Mengintegrasikan SIM Dosen dan Student Portal Melalui Knowledge Management System

BAB 2 LANDASAN TEORI

Knowledge Management Solution untuk Divisi Operasional: Studi Kasus PT. XYZ

TINJAUAN JURNAL HUBUNGAN KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR DAN INDIVIDUAL INNOVATION CAPABILITY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Arsitektur Sistem Informasi. Tantri Hidayati Sinaga, M.Kom.

Prototip dan Penyebaran CKO dan struktur penghargaan

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

MEMBANGUN ORGANISASI BERKINERJA TINGGI DIKLATPIM TK II 2017

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Museum merupakan sebuah tempat pembelajaran yang menampung berbagai macam

Membangun Inovasi di Perpustakaan PPNS dengan Mengintegrasikan SIM Dosen dan Student Portal Melalui Knowledge Management System

Bab IV Perancangan Arsitektur Knowledge Management System

PERENCANAAN ARSITEKTUR ENTERPRISE STMIK SUMEDANG. Oleh : Asep Saeppani, M.Kom. Dosen Tetap Program Studi Sistem Informasi S-1 STMIK Sumedang

TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH TEORI ORGANISASI DAN MANAJEMEN PENGETAHUAN (TOMP) KNOWLEDGE SHARING PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM PERPUSTAKAAN

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

LAMPIRAN A KUISIONER UNTUK PEMBOBOTAN KORPORAT

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MODEL PENERAPAN KNOWLEDGE MANAGEMENT SYSTEM UNTUK PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BERBASIS TEKNOLOGI MOBILE MENGGUNAKAN J2ME (STUDI KASUS STMIK SUBANG)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

LAMPIRAN 1. KUESIONER PEMBOBOTAN KORPORASI PT TELKOM DOMAIN BISNIS

THE DIRECTION PHASE. Titien S. Sukamto

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

Toolkit. Membangun Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Ismail Fahmi

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penilaian Knowledge Management System Readiness Di Perusahaan G Berdasarkan Faktor People, Process, Dan Technology

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

1. Pendahuluan Teknologi Informasi saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan terintegrasi dengan tujuan bisnis organisasi. Bagaimana teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I. 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Faktor Keberhasilan untuk Keterlibatan Pengguna Akhir Office 365

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

2004. h Robert B Denhardt, Theories of Public Organization (fifth edition), Belmont:,Thomson Wadworth, 2008, h. 190.

BAB I PENDAHULUAN. atau organisasi publik, diperlukan pengelolaan pengetahuan, di samping

BAB I PENDAHULUAN I.1

KOMPUTER DAN MASYARAKAT. Mia Fitriawati S.Kom

RINGKASAN. Keywords : Trust, Fairness, Economics, Sustainabilitas, Jaringan kolaborasi digital, UKM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Evaluasi rancangan..., Agung Kadarmanta, FE UI, 2009.

BAB I PENDAHULUAN. layanannya dalam mencapai customer value (nilai pelanggan) yang paling tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Knowledge Management (KM) di perusahaan sudah menjadi suatu

Penutup Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasan Penelitian dan Rekomendasi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PEMODELAN ARSITEKTUR ENTERPRISE UNTUK STRATEGI PENGELOLAAN APLIKASI BIDANG TANGGAP DARURAT BENCANA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma lama dari manajemen pemerintahan yang berfokus pada

Perancangan Sistem Pengukuran Performansi PT. Pondok Indah Tower dengan Menggunakan Metode Balanced Score Card

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II

Perancangan Cetak Biru Teknologi Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

Dari e-learning Menuju e-knowledge Atik Dwi Utami Magister Chief Information Officer Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Ditjen. Perbendaharaan Departemen Keuangan RI atik_dwi@students.itb.ac.id, atik2utami@yahoo.com Abstraksi e-learning sudah banyak diaplikasikan untuk menyampaikan pembelajaran dan pelatihan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemakaian teknologi internet memungkinkan penyampaian materi pembelajaran dan pelatihan secara cepat tanpa terhalang oleh letak geografis Indonesia yang sangat luas. Namun, belum banyak organisasi, institusi, maupun perusahaan Indonesia yang menyadari pentingnya mendokumentasikan knowledge yang dimilikinya untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keahlian karyawannya maupun untuk mendukung tujuan bisnisnya. Knowledge yang ada masih tersebar dalam diri setiap individu dan bersifat tacit sehingga ketika seorang pegawai keluar dari organisasi maka hilanglah aset knowledge organisasi yang menyebabkan terganggunya proses bisnis. Oleh sebab itu, perlu adanya Knowledge Management pada setiap institusi sehingga aset knowledge yang dimiliki akan selalu terjaga dan dapat ditingkatkan untuk menghasilkan inovasi bagi kepentingan institusi tersebut maupun untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Pendistribusian knowledge menggunakan teknologi internet ini yang dikenal sebagai e-knowledge. Pada makalah ini dipaparkan perencanaan e-knowledge. Kata Kunci : e-learning, e-knowledge, Knowledge Management 1. PENDAHULUAN e-learning adalah pemanfaatan sistem informasi khususnya teknologi internet untuk menyampaikan pembelajaran dan pelatihan. e-learning meliputi kumpulan aplikasi dan proses yang luas seperti pembelajaran berbasis web, pembelajaran berbasis komputer, ruang kelas maya, dan kolaborasi digital. Termasuk penyampaian isi melalui intranet/ekstranet, media audio/video, siaran memakai satelit, TV interaktif, dan sebagainya.[4] Pada era organisasi maju saat ini, e-learning dengan definisi seperti di atas tidaklah cukup untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas organisasi serta memenangkan kompetisi dengan pesaing. Organisasi perlu mengubah paradigma lama yang menganggap karyawan sebagai sumber daya karena yang lebih tepat adalah karyawan sebagai aset organisasi. Hal ini disebabkan karena dalam diri setiap karyawan tersimpan knowledge yang bersifat tacit dan dibawa ke manapun mereka pergi. Kehilangan pegawai bisa berarti kerugian bagi organisasi karena knowledge organisasi juga hilang yang berdampak pada terganggunya proses bisnis. Tjakraatmadja [T] mendefinisikan Knowledge Management (KM) sebagai sistem dari himpunan yang terintegrasi dari orang, proses, dan teknologi untuk mengembangkan, menyerap, menyebarkan, dan menerapkan pengetahuan untuk mencapai nilai tambah maksimal dan tujuan strategis organisasi. e-knowledge secara teknik disadari dengan penggabungan e-learning dan KM melalui jaringan pegawai knowledge. E-Knowledge bukan hanya koleksi digital dari knowledge, tetapi terdiri dari obyek knowledge dan alur knowledge yang menggabungkan isi, konteks, dan berada dalam aplikasi. E- Knowledge juga muncul dari interaksi dalam dan antar komunitas pelaku serta dari perbendaharaan tacit knowledge yang hanya bisa dimengerti melalui interaksi dengan individu-individu, komunitas pelaku, dan knowledge dalam sebuah jaringan. E-Knowlede merupakan pemungkin, tidak hanya pemunculan pengetahuan dan terapan terbaru tetapi juga penemuan model bisnis dasar dan strategi yang telah ada untuk e-learning dan KM.[2]. Dalam makalah ini akan dipaparkan upaya peningkatan dari e-learning menuju e-knowledge.

2. PEMBAHASAN Dari riset yang dilakukan oleh Choi, dihasilkan hubungan sebagai berikut: Knowledge Management Enablers Structure Social perspective Centralization Formalization Culture Collaboration Trust Learning People Knowledge Creation Process Socialization Externalization Combination Internalization Knowledge Management Intermediate Outcome Organizational creativity Organizational Performance Organizational performance Technical perspective T-shaped skill Information Technology IT Support Gambar 1. KM Framework 1. KM Enablers Struktur organisasi dapat mendorong atau menghalangi KM [Nonaka dan Takeuchi 1995]. KM Enablers bisa dibagi menjadi 2 sudut pandang: - Sosial, meliputi: a. Struktur Organisasi: sentralisasi, formalisasi. b. Budaya Organisasi, merupakan faktor penting suksesnya KM. Budaya didefinisikan tidak hanya apa yang dihasilkan oleh knowledge, tetapi juga knowledge apa yang harus disimpan dalam organisasi untuk menghasilkan manfaat inovatis berkelanjutan. Dalam budaya organisasi ini harus terdapat kolaborasi, kepercayaan, dan pembelajaran yang didasarkan pada konsep perhatian. c. Orang, merupakan jantung dalam pembentukan knowledge organisasi. - Teknis Adanya Teknologi Informasi sebagai pendukung dan pemungkin KM. 2. Knowledge Creation Process Pada proses knowledge, perhatian utama ada pada aktifitas yang berhubungan dengan kreasi karena kreasi knowledge merupakan senjata penting dalam persaingan. Kreasi knowledge adalah proses terusmenerus dimana individu dan kelompok dalam organisasi dan antar organisasi berbagi tacit dan explicit knowledge [Nonaka]. Gambar 2. KM Process/Knowledge Spiral SECI Model 3. KM Intermediate Outcome Mencerminkan aspek-aspek dari performa sebuah organisasi yang menghasilkan kreatifitas organisasi dimana tersedia kunci untuk memahami keefektifan dan pertahanan organisasi. Model ini membentuk kreatifitas organisasi yang menjadi benih dari semua inovasi dan jantung KM. 4. Organizational Performance Pengukuran performa organisasi bisa dilakukan dengan metode Balanced Scorecard. Metode ini memelihara performa keuangan dan melengkapinya dengan mengukur penggerak potensi masa depan. Perencanaan KM KM merupakan aktifitas kompleks yang tidak dapat membawa imbas pada bisnis tanpa perencanaan yang matang. Kipling membuat sebuah KM road map yang dapat memandu pembuatan strategi, desain, pembangunan, dan implementasi KM pada organisasi dalam 10 tahapan. Dari 10 tahapan yang ada dapat dikelompokkan dalam 4 fase:[5] 1. Evaluasi Infrastruktur 2. Sistem analis, desain, dan pembangunan KM 3. Penyebaran sistem 4. ROI dan evaluasi performa

Biasanya strategi bisnis berada di level tinggi, sedangkan pembanguna sistem selalu di level bawah. Spesifikasi dan fitur diperlukan, bukan abstraksi atau visi. Pada tahap ini dibuat koneksi antara peningkatan desain KM platform terhadap level strategi bisnis dan menurunkan strategi ke level desain sistem. Fase 2: Analisa Sistem, Desain, dan Pembangunan KM Terdapat 5 tahap yang membentuk fase ini: 1. Desain arsitektur KM dan pemilihan komponen 2. Audit dan analisa knowledge 3. Tim desain KM 4. Kreasi KM blueprint yang sesuai dengan organisasi 5. Proses pembangunan sistem yang sesungguhnya Tahap 3: Arsitektur dan Desain KM Selama tahap 3 menyebarkan KM, dilakukan pemilihan komponen infrastruktur yang membangun arsitektur sistem KM. KM sistem menggunakan 7 layer arsitektur dan membutuhkan teknologi untuk membangun tiap layer agar siap dan tersedia. Integrasi komponen-komponen ini dalam membentuk sistem KM memerlukan pemikiran terhadap jangka waktu infrastruktur. Pilihan pertama adalah platform kolaboratif untuk memutuskan apakah web atau platform lain yang lebih sesuai untuk organisasi. Tahap 4: Audit dan Analisa Knowledge Sebuah proyek KM harus dimulai dengan apa yang sudah diketahui oleh organisasi. Pertama harus dipahami kenapa audit knowledge dibutuhkan, selanjutnya dikumpulkan tim audit yang mewakili beragam unit dalam organisasi. Tim ini menjalankan sebuah perkiraan awal dari aset knowledge dalam organisasi untuk mengidentifikasi baik kebutuhan yang mendesak maupun kelemahannya. Gambar 3. 10 Tahap KM road map Fase 1: Evaluasi Infrastruktur Fase pertama ini melibatkan 2 tahapan. Pada tahap pertama dilakukan analisa infrastruktur yang ada, kemudian mengidentifikasi tahap-tahap nyata yang dapat dilakukan untuk mempengaruhi dan membangun KM platform. Tahap kedua adalah melakukan analisa startegis untuk menghubungkan KM objectives dan strategi bisnis. Tahap 1: Analisa Infrastruktur yang ada Pada tahap ini dicapai sebuah pemahaman dari berbagai komponen yang membentuk strategi KM dan framework teknologi. Dengan melakukan analisa dan perhitungan, dapat diidentifikasi jurang pemisah kritis dari infrastruktur yang telah ada untuk pembangunan KM. Tahap 2: Penyelarasan KM dan Strategi Bisnis Tahap 5: Desain Tim KM Pada tahap ini dibentuk tim KM yang akan mendesain, membangun, mengimplementasikan, dan menyebarkan sistem KM dari organisasi. Untuk mendesain tim KM yang efektif harus diidentifikasi pihak terkait yang menjadi kunci baik di dalam maupun di luar organisasi, mengidentifikasi sumber daya ahli yang diperlukan untuk mendesain, membangun, dan menyebarkan KM sistem agar sukses selama menyelaraskan teknik dan kebutuhan manajerial. Tahap 6: Membuat Blueprint Sistem KM Tim KM membuat blueprint KM yang menyediakan rencana untuk membangun dan meningkatkan sistem KM. Dalam mendesain arsitektur KM harus dipamami cara mengoptimalkannya untuk performa dan skalabilitas. Harus diperhatikan juga bagaimana posisi dan lingkup KM agar menghasilkan manfaat melampaui biaya yang dikeluarkan. Tahap 7: Membangun Sistem KM Setelah blueprint sistem KM dibuat, langkah selanjutnya adalah menjalankan bersamaan dengan sistem yang bekerja.

Masalah integrasi sistem antar layer yang berbeda harus diselesaikan untuk menghasilkan platform KM yang stabil dan layak. Fase 3: Penyebaran Fase ini melibatkan proses penyebaran sistem KM dan terdiri dari 2 tahap: - Penyebaran sistem dengan teknik penambahan hasil (metodologi RDI). Tahap ini juga melibatkan seleksi dan implementasi dari perencanaan untuk mengawali pengenalan sistem KM. - Perubahan budaya, revisi struktur penghargaan, dan pilihan memakai atau tidak CKO untuk menghasilkan produk KM. menghasilkan 2 tujuan: memberi wewenang terhadap hard data dan uang yang bisa digunakan untuk membuktikan pengaruh KM yang efektif dan mengijinkan untuk meningkatkan desain KM secara bertahap. Sepuluh tahapan dari KM road map di atas dapat diterapkan oleh organisasi atau perusahaan untuk membangun KM dan e-knowledge. Prosesnya memerlukan waktu bertahun-tahun dengan pengumpulan riset, namun dengan disipilin dan dukungan semua pihak dalam organisasi hal tersebu bukan menjadi suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan. Contoh infrastruktur e-knowledge adalah sebagai berikut: Tahap 8: Pengujian dan Penyebaran Memakai Metode RDI Sistem KM harus memenuhi kebutuhan pemakainya. Harus diputuskan bagaimana bisa memilih tayangan kumulatif dengan hasil tertinggi serta menghargai lingkup masalah dan cara untuk mengidentifikasi kesalahan. Pada tahap ini dievaluasi bagaimana menghasilkan metode RDI untuk menyebarkan sistem, menggunakan cumulative results-driven business releases. Tahap 9: Kepemimpinan dan Struktur Penghargaan Kesalahan asumsi yang sering terjadi adalah bahwa nilai yang terkandung dalam inovasi seperti sistem KM akan membuat orang antusias mengadopsi dan menggunakannya. Berbagi knowledge tidak bisa dengan perintah, tetapi dengan suka rela. Dukungan pemanfaatan dan perolehan dukungan karyawan memerlukan struktur penghargaan baru yang memotivasi karyawan untuk menggunakannya dan berkontribusi dengan antusias untuk mengadopsinya. Namun yang lebih utama adalah antusias pemimpin yang memberikan contoh sehingga karyawan mau mengikutinya. Fase 4: Metrik untuk Evaluasi Fase terakhir ini melibatkan satu tahap yang diperjuangkan perusahaan dengan mengukur nilai bisnis dari KM. Saat menekankan untuk hard data, manajer sering mengalami ketidakcocokan dan mudahnya terjadi kesalahan penggunaan pendekatan, seperti analisa keuntungan-biaya, dan pengukuran ROI yang samar. Tahap 10: Analisa Real-Option untuk KM Tahap kesepuluh (mengukur ROI) harus mencatat baik finansial maupun pengaruh kompetitif dari KM terhadap bisnis. Tahap ini memandu untuk melalui proses pemilihan kumpulan metrik yang sesuai dan datang saat lemah tetapi sebaliknya sangat berpengaruh. Di sini juga akan dievaluasi berbagai cara bagaimana real-option data bisa ditelusuri. Sebuah perusahaan yang sukses dalam pendekatan metrik, dapat melihat kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu dan bagaimana belajar dari kesalahan tersebut agar tidak terulang lagi. Kemampuan mengukur imbal balik 3. PENUTUP Gambar 4. Infrastruktur e-knowledge KM sangat diperlukan dalam era organisasi modern untuk mendokumentasikan knowledge yang dimiliki organisasi maupun individu-indu di dalamnya untuk mencapai tujuan bisnis. Penyampaian knowledge yang ada kepada semua pihak dalam organisasi menggunakan e-knowledge yang merupakan gabungan dari e-learning dan KM. Dengan menerapkan KM roadmap di atas dengan kedisiplinan dan dukungan semua pihak, diharapkan kualitas manusia sebagai aset perusahaan bisa ditingkatkan. 4. Daftar Pustaka [1]. Byounggu Choi, Knowledge Management Enablers, Processes, and Organizational Performance: An Integration and Empirical Examination [2]. Donald M Noris, Jon Mason, Robby Robson, Paul Refrere, Geoff Collier, A Revolution in Knowledge Sharing, Educause, 2003. [3]. Jann Hidajat Tjakraatmadja, Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar.

[4]. P. Katsoulakos, A. Rutherford, D. Zevgolis, An Integration Framework for e-learning and Knowledge Management The LKM Framework [5]. The Knowledge Management Toolkit: Practical Techniques for Building a Knowledge Management System, Second Edition, http://www.phptr.com [6]. Werner Putzhuber, From elearning to Knowledge Management - Bridging the Gap