BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato.

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

ANALISIS KOREKSI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL PADA CV. REVIANA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

Daftar Kuesioner. Peranan Perencanaan Pajak. ( Variabel X ) Menerapkan Peraturan Perpajakan. Dengan Benar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

B. KEWAJIBAN PEMBUKUAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV ANALISA HASIL PEMBAHASAN. A. Analisa Pengakuan Total Omzet Pada SPT Tahunan Badan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-08/PJ/2012 TENTANG

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah pembahasan pada bab sebelumnya dimana dilakukan evaluasi

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

By Afifudin PSP FE Unisma 2

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. dan dry clean. CV. Xpress Clean Bersaudara berdiri pada tahun 1995 dengan akta

Oleh Iwan Sidharta, MM.

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

Kunci Jawaban Siklus Akuntansi_LKS Akuntansi Kota Tangerang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi di daerah pabean, dikenakan tarif pajak nol persen sebaliknya. Pertambahan Nilai Barang Mewah.

IKATAN AKUNTANSI INDONESIA LATIHAN AKUNTANSI PERPAJAKAN Oleh : Purno Murtopo, S.E., M.Si.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI PT INDO EVERGREEN. UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2011 dan 2010

Analisis Koreksi Fiskal untuk Menentukan Besarnya Pajak Terutang pada PT Furaya Transport

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KANTOR JASA PENILAI PUBLIK (KJPP) O, P, Q DAN REKAN. LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) KOMPARATIF 31 DESEMBER 2013 DAN 2014 (Dinyatakan dalam Rupiah)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pajak (tax planning) merupakan proses pengorganisasian yang

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai. Hampir semua pengeluaran dilakukan oleh perusahaan harus dipungut PPN dan dalam memberikan Jasa Kena Pajak, perusahaan juga harus melakukan pemungutan PPN. Perusahaan melakukannya dengan hati-hati agar tidak terjadi kesalahan yang akan merugikan perusahaan yang diharapkan dapat memenuhi kewajiban perpajakan perusahaan sehingga perusahaan terhindar dari sanksi perpajakan. Dalam hal menjalankan usahanya, PT. Biro ASRI lebih banyak melakukan penjualan atas Jasa Kena Pajaknya kepada Bendahara Pemerintah. Dimana Perbendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Atas PPN yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah yang pembayarannya melalui Bendahara Pemerintah atas nama Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah. Perhitungan jumlah pembayaran yang dilakukan Bendahara Pemerintah tentu saja termasuk jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang 54

terutang. Dasar pemungutan PPN adalah jumlah pembayaran yang dilakukan oleh Bendahara. Jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut oleh PT. Biro ASRI dalam hal terutang PPN saja adalah sebagai berikut : Contoh : Jumlah Pembayaran = Rp. 11.000.000,- Jumlah PPN yang dipungut : = 10/110 x Rp. 11.000.000,00 = Rp. 1.000.000,- Sisa yang dibayarkan kepada PKP rekanan : = Rp. 11.000.000,00 Rp. 1.000.000,00 = Rp. 10.000.000,- 1. Prosedur Pencatatan Pembelian PPN Masukkan yang dapat dikreditkan dengan PPN Keluaran adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan untuk Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang berhubungan langsung dengan kegiatan perusahaan dan berkaitan dengan adanya penyerahan barang atau jasa terutang Pajak Pertambahan Nilai. Dalam melakukan kegiatan usahanya, tentu saja pengeluaran-pengeluaran perusahaan harus dipungut PPN atas Penerimaan Barang Kena Pajak / Jasa Kena Pajak dari pihak penjual BKP atau penyerahan JKP yang nantinya akan dikreditkan dengan pajak keluaran. Prosedur Pencatatan pembelian (PPN Masukkan) PT. Biro ASRI yang penulis ambil dari data PPN Masukkan, untuk pembelian bahan material yang merupakan BKP pada PKP Perusahaan akan dipungut 55

PPN yang dalam hal ini menjadi PPN Masukkan bagi perusahaan, dan untuk itu perusahaan harus meminta faktur pajak kepada penjual material yang akan dipergunakan sebagai bukti pungutan PPN. Untuk itu perusahaan akan mencatat sebagai berikut : PT. Biro ASRI membeli beton dari PT. Beton Jati Argon pada tanggal 15 Desember 2007 sebesar : Dasar Pengenaan Pajak Rp. 117.585.909,- PPN 10% x DPP Rp. 11.758.591,- Jurnal : Pembelian Rp. 117.585.909,- PPN Masukkan Rp. 11.758.591,- Kas Rp. 129.344.500,- 2. Prosedur Pencatatan Penjualan PPN Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai terutang yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau JKP. PPN yang tercantum di dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak Keluaran (Output Tax), yang merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan wajib dipungut oleh penjual BKP/JKP. Dalam menjalankan usahanya PT. Biro ASRI lebih banyak melakukan penjualan atas Jasa Kena Pajaknya kepada Bendahara Pemerintah. Sehingga prosedur pencatatan penjualan (PPN Keluaran) 56

PT. Biro ASRI adalah berdasarkan termin penyelesaian suatu proyek yang dilakukan oleh perusahaan. Sebagai contoh dalam Prosedur Pencatatan Penjualan (PPN Keluaran) PT. Biro ASRI atas proyek dengan nilai kontrak sebesar Rp. 5.595.050.423,- (include PPN) adalah sebagai berikut : a. Uang muka sebesar Rp. 1.119.010.086,-(include PPN) yang diterima saat awal pembangunan pada bulan Mei 2007 Jurnal : Kas 895.208.068.- PPN Keluaran-Pemungut 101.728.190,- PPh Pasal 23 20.345.638,- Uang Muka 1.017.281.895,- PPN Keluaran 101.728.190,- b. Termin pembayaran I sebesar Rp. 1.017.339.146,- diterima saat penyelesaian fisik pekerjaan mencapai 25%, pekerjaan selesai dikerjakan pada awal bulan Agustus 2007 Jurnal : Kas 813.871.317,- PPN Keluaran-Pemungut 92.485.377,- PPh Pasal 23 18.497.075,- Pendapatan Proyek 924.853.769,- PPN Keluaran 92.485.377,- 57

c. Termin Pembayaran II sebesar Rp. 1.931.549.466,- diterima saat penyelesaian fisik pekerjaan mencapai 50%, pekerjaan selesai dikerjakan pada awal September 2007. Jurnal : Kas 1.545.239.573,- PPN Keluaran-Pemungut 175.595.406,- PPh Pasal 23 35.119.081,- Pendapatan Proyek 1.755.954.060,- PPN Keluaran 175.595.406,- d. Termin Pembayaran III sebesar Rp. 558.429.656,- diterima saat penyelesaian fisik pekerjaan mencapai 75%, pekerjaan selesai dikerjakan pada awal Oktober 2007. Jurnal : Kas 446.743.725,- PPN Keluaran-Pemungut 50.766.332,- PPh Pasal 23 10.153.266,- Pendapatan Proyek 507.663.324,- PPN Keluaran 50.766.332,- e. Termin Pembayaran IV sebesar Rp. 968.722.070,- diterima saat penyelesaian fisik pekerjaan mencapai 100% dan penyerahan dilakukan pada awal November 2007 Jurnal : 58

Kas 774.977.656,- PPN Keluaran-Pemungut 88.065.643,- PPh Pasal 23 17.613.129,- Pendapatan Proyek 880.656.427,- PPN Keluaran 88.065.643,- B. Analisis Perhitungan PPh Terutang pada SPT Tahunan PPh Badan PT. Biro ASRI Periode yang diterapkan di PT. Biro ASRI adalah tahun takwim, yaitu periode yang dimulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Dalam penyajian laporan keuangan, perusahaan menggunakan satuan mata uang Rupiah. Dalam penyajian laporan laba rugi untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2007, PT. Biro ASRI membukukan laba kotor sebesar Rp. 4.776.248.405,- serta Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 2.980.549.891,-. Sedangkan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2008, PT. Biro ASRI membukukan laba kotor sebesar Rp. 3.072.538.052,- serta Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp. 1.629.037.000,- 1. Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Dari hasil analisis yang telah diuraikan oleh penulis diatas, perhitungan Pajak Penghasilan Terutang pada PT. Biro ASRI adalah sebagai berikut : 59

PT. BIRO ASRI PERHITUNGAN PPH TERUTANG UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2007 (DALAM RUPIAH) 2007 Komersil Koreksi Fiskal 2007 Fiskus PENJUALAN BERSIH Pendapatan Proyek 38.450.679.212 38.450.679.212 Harga Pokok Proyek (33.685.430.807) (33.685.430.807) LABA KOTOR 4.765.248.405 4.765.248.405 BEBAN USAHA : Biaya Gaji Karyawan 901.291.904 901.291.904 Bensin, parkir, dan tol 131.575.075 131.575.075 Jasa Profesional 47.030.000 47.030.000 Biaya Penyusutan 74.605.063 (15.500.000) 59.105.063 Listrik, air dan telepon 56.584.666 56.584.666 Dokumen dan Perpanjangan Izin 66.237.480 66.237.480 Biaya Pemeliharaan 111.784.912 111.784.912 Biaya SIM dan STNK 38.068.000 38.068.000 Biaya Administrasi Bank 60.119.508 60.119.508 Handphone 30.744.289 (15.372.145) 15.372.144 Entertainment 14.921.984 (7.460.992) 7.460.992 Perjalanan Dinas 20.686.300 20.686.300 Biaya Rumah Tangga Kantor 79.650.734 79.650.734 Iuran Asosiasi (AKI dan KADIN) 29.635.000 29.635.000 Asuransi Kendaraan 25.700.826 25.700.826 Iuran JHT 33.348.300 33.348.300 Tunjangan PPh 21 15.794.561 (15.794.561) - Pelatihan 3.000.000 3.000.000 Biaya Iklan 1.819.160 1.819.160 Biaya Sewa Kantor 41.360.000 41.360.000 Biaya Sumbangan 4.855.985 (4.855.985) - Biaya Pajak & denda pajak 909.800 909.800 Lain-lain 34.478.840 (4.576.000) 29.902.840 Pajak Bumi dan Bangunan 24.055.809 24.055.809 JUMLAH BEBAN USAHA 1.848.258.196 1.784.698.513 LABA USAHA 2.916.990.209 2.980.549.892 PENDAPATAN LAIN-LAIN Pendapatan jasa giro dan bunga tabungan 151.847.733 (151.847.733) - BEBAN LAIN-LAIN Beban lain-lain (684.535) 684.535 - Jumlah Pendapatan dan Beban Lain-lain 151.163.198 - PENGHASILAN KENA PAJAK 3.068.153.407 2.980.549.892 PPH TERUTANG 876.664.967 Sumber : data perusahaan 60

Berikut ini penjelasan atas pos-pos Laba Rugi Tahun 2007 pada PT. Biro ASRI : a. Pendapatan Proyek Berdasarkan pasal 4 ayat 1 huruf a Undang-Undang Penghasilan bahwa penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang berasal dari Indonesia maupun Luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dalam Laporan Laba Rugi PT. Biro ASRI pendapatan yang diperoleh oleh PT. Biro ASRI merupakan penghasilan yang didapat dari penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa. Oleh karena itu tidak terdapat koreksi pada pos pendapatan proyek PT. Biro ASRI. b. Harga Pokok Proyek Kebijakan akuntansi yang dipakai PT. Biro ASRI dalam penilaian persediaan adalah dengan menggunakan metode FIFO. Hal ini telah sesuai dengan UU PPh, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal. c. Biaya Usaha 1) Biaya Gaji Karyawan Biaya Gaji Karyawan yang diakui PT. Biro ASRI tidak dikoreksi oleh perusahaan karena telah sesuai dengan perundang-undangan perpajakan yaitu UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a yaitu biaya yang dapat mengurangi 61

pendapatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah dan gaji. 2) Bensin, Parkir, dan Tol Biaya bensin, parkir dan tol yang diakui PT. Biro ASRI sebesar Rp. 131.575.075,- tidak dikoreksi oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan UU perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 dimana biaya yang bertujuan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dapat dikurangkan untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak. 3) Jasa Profesional Biaya Jasa Profesional adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT. Biro ASRI untuk biaya Akuntan Publik dalam mengelola keuangan perusahaan. Biaya ini tidak dikoreksi oleh Perusahaan karena telah sesuai dengan Undang-undang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a yaitu pendapatan dapat dikurangkan oleh biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa. 4) Beban Penyusutan Adanya perbedaan tarif penyusutan menurut akuntansi komersial dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, 62

menimbulkan koreksi sebesar Rp. 15.500.000,-, perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk menghitung biaya penyusutan komersial sedangkan untuk menghitung biaya penyusutan fiskal perusahaan menggunakan metode penyusutan saldo menurun. Di dalam Undang-Undang Perpajakan tahun 2000 Pasal 11 ayat 6 mengenai penyusutan, menyatakan bahwa pada dasarnya metode penyusutan yang diperbolehkan untuk dipakai adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun dan penggunaan metode yang dipilih harus taat azas. Pemilihan salah satu metode tersebut harus memperhatikan ketentuan bahwa untuk aktiva yang termasuk dalam kelompok bangunan, wajib pajak harus menggunakan metode garis lurus, sedangkan untuk kelompok non bangunan boleh memilih diantara kedua metode yang diperbolehkan. Dalam hal ini perusahaan menggunakan metode garis lurus dalam hal menghitung biaya penyusutan komersial dan fiskal, dan hal itu telah sesuai dengan ketentuan perpajakan. Menurut penulis, koreksi fiskal atas biaya penyusutan yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 5) Listrik, Air, dan Telepon Biaya listrik, air dan telepon yang diakui PT. Biro ASRI sebesar Rp. 56.584.666,-. Telah sesuai dengan UU No. 17 63

Biaya Pemeliharaan Inventaris Biaya Pemeliharaan Bangunan Tahun 2000, sehingga perusahaan dalam hal ini tidak melakukan koreksi atas biaya tersebut. 6) Biaya Dokumen dan Perpanjangan Izin Biaya Dokumen dan Perpanjangan Izin dikeluarakan perusahaan dalam rangka mengurus surat-surat perizinan perusahaan, misalnya SIUJK, TDP, dan lain-lain. Biaya tersebut tidak dikoreksi oleh perusahaan, karena itu biaya perizinan yang merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Berdasarkan Pasal 6 Ayat (1) huruf a UU PPh sehingga biaya ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. 7) Biaya Pemeliharaan Biaya Pemeliharaan yang diakui Perusahaan sebesar Rp.111.784.912,- yang terdiri dari : Biaya Pemeliharaan Kendaraan Rp.56.285.910,- Rp.29.047.502,- Rp.26.451.500,- Perusahaan tidak melakukan koreksi atas biaya tersebut, karena telah sesuai dengan UU Perpajakan No. 17 Tahun 2000. 8) Biaya SIM dan STNK Biaya SIM dan STNK yang diakui oleh PT. Biro ASRI sebesar Rp.30.068.000,-. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan 64

memelihara Penghasilan Kena Pajak dapat di jadikan pengurang terhadap pendapatan dalam koreksi fiskal. Dalam hal ini perusahaan terlah sesuai dengan Ketentuan Perpajakan. 9) Biaya Administrasi Bank Biaya Administrasi Bank dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengurus surat-surat yang berhubungan dengan perbankan, baik itu biaya Administrasi bulanan rekening perusahaan, perpanjangan maupun pencairan deposito perusahaan, sampai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan bank garansi. Biaya tersebut tidak dikoreksi oleh perusahaan karena itu merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Berdasarkan Pasal 6 Ayat (1) huruf a UU PPh sehingga biaya ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. 10) Handphone Berdasarkan KEP-220/PJ/2002 mengenai telepon seluler dan kendaraan, yaitu telepon seluler dan kendaraan perusahaan bagi pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari total biaya. Sehingga PT. Biro ASRI melakukan koreksi fiskal yaitu koreksi positif beda tetap terhadap akun ini sebesar 50% dari nilai yang diakui, yaitu sebesar Rp. 15.372.145. Menurut penulis, koreksi fiskal atas biaya handphone yang dilakukan 65

perusahaan telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 11) Entertainment Setiap pengeluaran perusahaan dalam pemberian biaya entertainment atau jamuan tamu pada dasarnya dapat dibebankan sebagai biaya pengurang penghasilan sepanjang masih terkait dengan kegiatan perusahaan dan dibuat dalam daftar normatifnya sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ.22/1986 tanggal 14 Juni 1986. Dalam hal ini perusahaan melakukan koreksi untuk biaya entertainment ini sebesar Rp. 7.460.992,-. Biaya-biaya tersebut adalah biayabiaya yang tidak memiliki daftar normatifnya. 12) Biaya Perjalanan Dinas Biaya ini dikeluarkan dalam rangka untuk keperluan yang berkaitan dengan perjalanan yang dilakukan oleh pegawai dalam rangka menjalankan tugas misalnya perjalanan yang dilakukan pegawai ke tempat-tempat lokasi proyek. Biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sehingga tidak dilakukan koreksi oleh perusahaan, karena sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 Ayat 1 huruf a. 66

13) Biaya Rumah Tangga Kantor Biaya rumah tangga kantor sebesar Rp.79.650.734,- yaitu merupakan biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan keperluan kantor misalnya pembelian sabun untuk pantry, makanan (gula, kopi, teh, indomie), aqua, batu baterai, tissue, dan lain-lain. Sehingga jumlah ini tidak dikoreksi oleh perusahaan, karena telah sesuai dengan UU PPh Pasal 9 Ayat (1) huruf b. 14) Iuran Asosiasi (AKI, KADIN) Iuran Asosiasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk biaya keanggotaan dan juga pembuatan Sertifikat Badan Usaha (SBU), dimana SBU ini digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Sehingga perusahaan tidak melakukan koreksi karena telah sesuai dengan Undangundang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a. 15) Biaya Asuransi Kendaraan Biaya Asuransi Kendaraan adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT. Biro ASRI untuk biaya asuransi untuk kendaraan operasional perusahaan maupun alat-alat berat yang digunakan perusahaan untuk menjalankan proyeknya. Biaya ini tidak dikoreksi oleh Perusahaan karena telah sesuai dengan Undangundang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) 67

huruf a yaitu pendapatan dapat dikurangkan oleh biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa. 16) Iuran JHT Iuran JHT adalah iuran yang dibayarkan perusahaan untuk Jamsostek karyawan, sehingga perusahaan tidak melakukan koreksi, karena telah sesuai dengan Undang-undang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat (1) huruf e dimana pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak diperbolehkan dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. 17) Tunjangan PPh 21 Tunjangan PPh Pasal 21 sebesar Rp. 15.794.561,- biaya ini merupakan tunjangan PPh yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Sesuai dengan Undang-undang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat (1) huruf e dimana pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak diperbolehkan dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung besarnya Pengusaha Kena Pajak. 18) Biaya Pelatihan Biaya Pelatihan adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT. Biro ASRI untuk biaya pelatihan karyawan untuk memperoleh Sertifikasi dari Asosiasi Badan Usaha, dimana sertifikasi ini 68

digunakan perusahaan untuk proses kualifikasi dalam memperoleh pendapatan proyek. Biaya ini tidak dikoreksi oleh Perusahaan karena telah sesuai dengan Undang-undang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a yaitu pendapatan dapat dikurangkan oleh biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa. 19) Biaya Iklan Biaya Iklan yang diakui perusahaan sebesar Rp. 1.819.160,- berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000, perusahaan tidak melakukan koreksi fiskal pada biaya tersebut karena sudah sesuai dengan perundang-undangan perpajakan. 20) Biaya Sewa Kantor Biaya Sewa Kantor yang diakui perusahaan sebesar Rp. 41.360.000,- Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a bahwa penghasilan bruto dapat dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Perusahaan tidak melakukan koreksi fiskal karena biaya ini telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan. 21) Biaya Sumbangan Biaya Sumbangan yang diakui oleh perusahaan sebesar Rp.4.855.985,- Menurut Pasal 9 Ayat 1 huruf g Perpajakan No. 17 Tahun 2000, iuran dan sumbangan termasuk biaya yang 69

tidak diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan, dan perusahaan telah melakukan koreksi terhadap biaya ini, sehingga apa yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan peraturan perpajakan UU No. 17 Tahun 2000. 22) Biaya Pajak dan Denda Pajak Biaya Pajak dan Denda Pajak yang diakui oleh perusahaan sebesar Rp.909.800,- Menurut Pasal 9 Ayat 1 huruf h Perpajakan No. 17 Tahun 2000, biaya pajak yang berhubungan dengan penghasilan tidak boleh dikurangkan dari penghasilan, sehingga perusahaan tidak melakukan koreksi terhadap biaya tersebut. 23) Lain-lain Biaya lain-lain sebesar Rp. 34.478.840,- hanya sebesar Rp. Rp. 4.576.000,- yang di koreksi oleh perusahaan. Karena berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a bahwa penghasilan bruto dapat dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. 24) Pajak Bumi dan Bangunan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan yang diakui perusahaan sebesar Rp. 24.055.809,- berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000, perusahaan tidak melakukan koreksi fiskal pada biaya tersebut karena sudah sesuai dengan perundang-undangan perpajakan. 70

d. Pendapatan dan Beban Lain-lain 1) Pendapatan Jasa Giro dan Bunga Tabungan Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan yang diperoleh perusahaan yang tidak mempunyai kaitan secara langsung atas usaha yang dijalankan oleh perusahaan dalam kegiatan normal perusahaan. Pendapatan lain-lain perusahaan didapat dari pendapatan jasa giro dan bunga tabungan. Perusahaan dalam menyajikan Laporan Keuangan Fiskal melakukan koreksi sebesar Rp. 151.847.733,- hal ini dikarenakan koreksi atas penghasilan yang pajaknya bersifat final dan lain-lain sesuai dengan ketentuan perpajakan khususnya Pasal 4 ayat (2) UU No. 17 Tahun 2000. 2) Beban Lain-lain Biaya lain-lain sebesar Rp. 684.535,- berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a bahwa penghasilan bruto dapat dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sehingga perusahaan dalam hal ini tidak melakukan koreksi terhadap biaya tersebut. 71

PT. BIRO ASRI PERHITUNGAN PPH TERUTANG UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR TANGGAL 31 DESEMBER 2008 (DALAM RUPIAH) 2008 Komersil Koreksi Fiskal 2008 Fiskus PENJUALAN BERSIH Pendapatan Proyek 17.343.372.276 17.343.372.276 Harga Pokok Proyek (14.270.834.224) (14.270.834.224) LABA KOTOR 3.072.538.052 3.072.538.052 BEBAN USAHA : Biaya Gaji Karyawan 922.333.475 922.333.475 Tunjangan PPh 21 21.580.608 (10.133.227) 11.447.381 Bensin, parkir, dan tol 66.063.387 66.063.387 Jasa Profesional 15.000.000 15.000.000 Biaya Penyusutan 112.758.253 (34.071.449) 78.686.804 Listrik, air dan telepon 53.291.544 53.291.544 Biaya Pemeliharaan 61.564.400 61.564.400 Biaya SIM dan STNK 34.554.000 34.554.000 Biaya Administrasi Bank 7.385.500 7.385.500 Handphone 23.572.025 (11.786.013) 11.786.012 Entertainment 5.978.850 (2.993.183) 2.985.667 Perjalanan Dinas 11.155.250 11.155.250 Biaya Rumah Tangga Kantor 99.719.848 99.719.848 Biaya Asosiasi (AKI dan KADIN) 9.900.000 9.900.000 Iuran JHT 12.037.600 12.037.600 Sewa Kantor 23.840.000 23.840.000 Sumbangan 7.600.000 (7.600.000) - Biaya Pajak & denda pajak 4.950.000 (4.950.000) - Lain-lain 23.821.179 (17.250.000) 6.571.179 Pajak Bumi dan Bangunan 15.179.005 15.179.005 JUMLAH BEBAN USAHA 1.532.284.924 1.443.501.052 LABA USAHA 1.540.253.128 1.629.037.000 PENDAPATAN DAN BEBAN LAIN-LAIN Pendapatan jasa giro dan bunga tabungan 24.866.031 (24.866.031) - Pendapatan bunga deposito 34.506.000 (34.506.000) - Jumlah Pendapatan dan Beban Lain-lain 59.372.031 - PENGHASILAN KENA PAJAK 1.599.625.159 1.629.037.000 PPH TERUTANG 471.211.100 Sumber : data perusahaan 72

Berikut ini penjelasan atas pos-pos Laba Rugi Tahun 2008 pada PT. Biro ASRI : a. Pendapatan Proyek Berdasarkan pasal 4 ayat 1 huruf a Undang-Undang Penghasilan bahwa penghasilan merupakan setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang berasal dari Indonesia maupun Luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dalam Laporan Laba Rugi PT. Biro ASRI pendapatan yang diperoleh oleh PT. Biro ASRI merupakan penghasilan yang didapat dari penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa. Oleh karena itu tidak terdapat koreksi pada pos pendapatan proyek PT. Biro ASRI. b. Harga Pokok Proyek Kebijakan akuntansi yang dipakai PT. Biro ASRI dalam penilaian persediaan adalah dengan menggunakan metode FIFO. Hal ini telah sesuai dengan UU PPh, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal. c. Biaya Usaha 1) Biaya Gaji Karyawan Biaya Gaji Karyawan yang diakui PT. Biro ASRI tidak dikoreksi oleh perusahaan karena telah sesuai dengan perundang-undangan perpajakan yaitu UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a yaitu biaya yang dapat mengurangi 73

pendapatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah dan gaji. 2) Tunjangan PPh 21 Tunjangan PPh Pasal 21 adalah biaya yang merupakan tunjangan PPh yang diberikan perusahaan kepada karyawan. Perusahaan melakukan koreksi sebesar Rp. 10.133.227,- atas biaya tersebut. Sesuai dengan Undang-undang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat (1) huruf e dimana pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak diperbolehkan dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung besarnya Pengusaha Kena Pajak. 3) Bensin, Parkir, dan Tol Biaya bensin, parkir dan tol yang diakui PT. Biro ASRI sebesar Rp. 66.063.387,- tidak dikoreksi oleh perusahaan. Hal ini telah sesuai dengan UU perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 dimana biaya yang bertujuan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, dapat dikurangkan untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak. 4) Jasa Profesional Biaya Jasa Profesional adalah biaya yang dikeluarkan oleh PT. Biro ASRI untuk biaya Akuntan Publik dalam mengelola 74

keuangan perusahaan. Biaya ini tidak dikoreksi oleh Perusahaan karena telah sesuai dengan Undang-undang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a yaitu pendapatan dapat dikurangkan oleh biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk biaya yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa. 5) Beban Penyusutan Adanya perbedaan tarif penyusutan menurut akuntansi komersial dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, menimbulkan koreksi sebesar Rp. 34.071.449,-, perusahaan menggunakan metode penyusutan garis lurus untuk menghitung biaya penyusutan komersial sedangkan untuk menghitung biaya penyusutan fiskal perusahaan menggunakan metode penyusutan saldo menurun. Di dalam Undang-Undang Perpajakan tahun 2000 Pasal 11 ayat 6 mengenai penyusutan, menyatakan bahwa pada dasarnya metode penyusutan yang diperbolehkan untuk dipakai adalah metode garis lurus dan metode saldo menurun dan penggunaan metode yang dipilih harus taat azas. Pemilihan salah satu metode tersebut harus memperhatikan ketentuan bahwa untuk aktiva yang termasuk dalam kelompok bangunan, wajib pajak harus menggunakan metode garis lurus, sedangkan untuk kelompok non bangunan boleh memilih diantara kedua metode yang diperbolehkan. 75

Dalam hal ini perusahaan menggunakan metode garis lurus dalam hal menghitung biaya penyusutan komersial dan fiskal, dan hal itu telah sesuai dengan ketentuan perpajakan. Menurut penulis, koreksi fiskal atas biaya penyusutan yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 6) Listrik, Air, dan Telepon Biaya listrik, air dan telepon yang diakui PT. Biro ASRI sebesar Rp. 53.291.544,-. Telah sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2000, sehingga perusahaan dalam hal ini tidak melakukan koreksi atas biaya tersebut. 7) Biaya Pemeliharaan Biaya Pemeliharaan yang diakui Perusahaan sebesar Rp.61.564.400,- yang terdiri dari : Biaya Pemeliharaan Kendaraan Rp.33.429.400,- Biaya Pemeliharaan Inventaris Rp. 2.320.000,- Biaya Pemeliharaan Bangunan Rp.25.815.000,- Perusahaan tidak melakukan koreksi atas biaya tersebut, karena telah sesuai dengan UU Perpajakan No. 17 Tahun 2000. 8) Biaya SIM dan STNK Biaya SIM dan STNK yang diakui oleh PT. Biro ASRI sebesar Rp.34.554.000,-. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan 76

memelihara Penghasilan Kena Pajak dapat di jadikan pengurang terhadap pendapatan dalam koreksi fiskal. Dalam hal ini perusahaan terlah sesuai dengan Ketentuan Perpajakan. 9) Biaya Administrasi Bank Biaya Administrasi Bank dikeluarkan perusahaan dalam rangka mengurus surat-surat yang berhubungan dengan perbankan, baik itu biaya Administrasi bulanan rekening perusahaan, perpanjangan maupun pencairan deposito perusahaan, sampai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan bank garansi. Biaya tersebut tidak dikoreksi oleh perusahaan karena itu merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Berdasarkan Pasal 6 Ayat (1) h uruf a UU PPh sehingga biaya ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. 10) Handphone Berdasarkan KEP-220/PJ/2002 mengenai telepon seluler dan kendaraan, yaitu telepon seluler dan kendaraan perusahaan bagi pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% dari total biaya. Sehingga PT. Biro ASRI melakukan koreksi fiskal yaitu koreksi positif beda tetap terhadap akun ini sebesar 50% dari nilai yang diakui, yaitu sebesar Rp. 11.786.013,-. Menurut penulis, koreksi fiskal atas biaya handphone yang dilakukan 77

perusahaan telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 11) Entertainment Setiap pengeluaran perusahaan dalam pemberian biaya entertainment atau jamuan tamu pada dasarnya dapat dibebankan sebagai biaya pengurang penghasilan sepanjang masih terkait dengan kegiatan perusahaan dan dibuat dalam daftar normatifnya sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ.22/1986 tanggal 14 Juni 1986. Dalam hal ini perusahaan melakukan koreksi untuk biaya entertainment ini sebesar Rp. 2.993.183,-. Biaya-biaya tersebut adalah biayabiaya yang tidak memiliki daftar normatifnya. 12) Perjalanan Dinas Biaya ini dikeluarkan dalam rangka untuk keperluan yang berkaitan dengan perjalanan yang dilakukan oleh pegawai dalam rangka menjalankan tugas misalnya perjalanan yang dilakukan pegawai ke tempat-tempat lokasi proyek. Biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan sehingga tidak dilakukan koreksi oleh perusahaan, karena sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 Ayat 1 huruf a. 78

13) Biaya Rumah Tangga Kantor Biaya rumah tangga kantor sebesar Rp.99.719.848,- yaitu merupakan biaya yang dikeluarkan berhubungan dengan keperluan kantor misalnya pembelian sabun untuk pantry, makanan (gula, kopi, teh, indomie), aqua, batu baterai, tissue, dan lain-lain. Sehingga jumlah ini tidak dikoreksi oleh perusahaan, karena telah sesuai dengan UU PPh Pasal 9 Ayat (1) huruf b. 14) Iuran Asosiasi (AKI, KADIN) Iuran Asosiasi adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk biaya keanggotaan dan juga pembuatan Sertifikat Badan Usaha (SBU), dimana SBU ini digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Sehingga perusahaan tidak melakukan koreksi karena telah sesuai dengan Undangundang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a. 15) Iuran JHT Iuran JHT adalah iuran yang dibayarkan perusahaan untuk Jamsostek karyawan, sehingga perusahaan tidak melakukan koreksi, karena telah sesuai dengan Undang-undang perpajakan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 9 ayat (1) h uruf e dimana pemberian dalam bentuk natura atau kenikmatan tidak 79

diperbolehkan dikurangkan dari penghasilan bruto dalam menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. 16) Biaya Sewa Kantor Biaya Sewa Kantor yang diakui perusahaan sebesar Rp. 23.840.000,- Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a bahwa penghasila bruto dapat dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Perusahaan dan penulis tidak melakukan koreksi fiskal karena biaya ini telah sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan. 17) Sumbangan Biaya Sumbangan yang diakui oleh perusahaan sebesar Rp.7.600.000,- Menurut Pasal 9 Ayat 1 huruf g Perpajakan No. 17 Tahun 2000, iuran dan sumbangan termasuk biaya yang tidak diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan, dan perusahaan telah melakukan koreksi terhadap biaya ini, sehingga apa yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan peraturan perpajakan UU No. 17 Tahun 2000. 18) Biaya Pajak dan Denda Pajak Biaya Pajak dan Denda Pajak yang diakui oleh perusahaan sebesar Rp.4.950.000,-. Perusahaan melakukan koreksi terhadap biaya tersebut dikarenakan biaya pajak tersebut dikeluarkan tidak berhubungan dengan penghasilan. 80

19) Lain-lain Biaya lain-lain sebesar Rp. 23.821.179,- hanya sebesar Rp. Rp. 17.250.000,- yang di koreksi oleh perusahaan. Karena berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000 Pasal 6 ayat (1) huruf a bahwa penghasilan bruto dapat dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. 20) Pajak Bumi dan Bangunan Biaya Pajak Bumi dan Bangunan yang diakui perusahaan sebesar Rp. 15.179.005,- berdasarkan UU No. 17 Tahun 2000, perusahaan tidak melakukan koreksi fiskal pada biaya tersebut karena sudah sesuai dengan perundang-undangan perpajakan. d. Pendapatan dan Beban Lain-lain 1) Pendapatan Jasa Giro dan Bunga Tabungan Pendapatan lain-lain merupakan pendapatan yang diperoleh perusahaan yang tidak mempunyai kaitan secara langsung atas usaha yang dijalankan oleh perusahaan dalam kegiatan normal perusahaan. Pendapatan lain-lain perusahaan didapat dari pendapatan jasa giro dan bunga tabungan. Perusahaan dalam menyajikan Laporan Keuangan Fiskal melakukan koreksi sebesar Rp. 24.866.031,- hal ini dikarenakan koreksi atas penghasilan yang pajaknya bersifat final dan lain-lain sesuai dengan ketentuan perpajakan khususnya Pasal 4 ayat (2) UU No. 17 Tahun 2000. 81

2) Pendapatan Bunga Deposito Pendapatan Bunga Deposito yang diakui oleh perusahaan sebesar Rp.34.506.000,- Menurut Pasal 4 Ayat (2) Perpajakan No. 17 Tahun 2000 pernghasilan yang pajaknya bersifat final harus dilakukan koreksi. Dan perusahaan telah melakukan koreksi terhadap biaya ini, sehingga apa yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan peraturan perpajakan UU No. 17 Tahun 2000. 82

PT. Biro ASRI Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Tahun 2007 (dalam rupiah) Penghasilan Kena Pajak 2.980.549.892 PPh Terutang : 10% x Rp. 50.000.000,00 5.000.000 15% x Rp. 50.000.000,00 7.500.000 30% x Rp. 2.880.549.892,00 864.164.968 30% x Rp. 2.930.430.517,00 Kredit Pajak : PPh Pasal 22 12.633.559 PPh Pasal 23 757.536.278 PPh Pasal 25 Tahun 2007 96.949.903 876.664.968 867.119.740 PPh Kurang Bayar 9.545.228 Sumber : data perusahaan PT. Biro ASRI Perhitungan Pajak Penghasilan Terutang Tahun 2008 (dalam rupiah) Penghasilan Kena Pajak 1.629.037.000 PPh Terutang : 10% x Rp. 50.000.000,00 5.000.000 15% x Rp. 50.000.000,00 7.500.000 30% x Rp. 1.529.037.000,00 458.711.100 30% x Rp. 1.570.546.613,00 Kredit Pajak : PPh Pasal 22 7.613.250 PPh Pasal 23 399.316.152 PPh Pasal 25 Tahun 2008 56.688.399 471.211.100 463.617.801 PPh Kurang Bayar 7.593.299 Sumber : data perusahaan 83

Dari hasil di atas terlihat bahwa perusahaan mencatat Penghasilan Kena Pajak Perusahaan untuk Tahun 2007 sebesar Rp. 2.980.549.891,-. Dimana dari hasil tersebut Pajak Penghasilan Kurang Bayar perusahaan setelah dikurangi Kredit Pajak sebesar Rp. 9.545.228,-. Dan untuk Penghasilan Kena Pajak Perusahaan untuk Tahun 2008 perusahaan mencatat sebesar Rp. 1.629.037.000,-. Dimana dari hasil tersebut Pajak Penghasilan Kurang Bayar perusahaan setelah dikurangi Kredit Pajak sebesar Rp. 7.593.299,- lebih kecil dari tahun 2007. Dikarenakan pada Tahun 2007 pendapatan proyek yang diterima oleh perusahaan lebih banyak dari yang diterima pada Tahun 2008. C. Analisis Proses Equalisasi SPT Masa PPN dengan SPT Tahunan PPh Badan PT. Biro ASRI Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan atau tidak pada peredaran usaha PT. Biro ASRI, dapat melakukan suatu proses equalisasi. Dimana proses equalisasi dapat dilihat dari transaksi penjualan setiap perusahaan/penyerahaan JKP yang dapat dilihat pada Laporan Laba Rugi Perusahaan. Dari jumlah penyerahaan JKP Bulan Desember yang bersangkutan dengan jumlah peredaran usaha selama 1 tahun pajak dapat terlihat proses equalisasi tersebut. Proses equalisasi sebaiknya dilakukan oleh setiap perusahaan dengan melakukan rekonsiliasi secara periodik antara rekening-rekening yang ada di SPT Masa PPN dengan SPT PPh Badan, proses equalisasi bertujuan 84

untuk mengetahui apakah ada perbedaan peredaran usaha pada setiap perusahaan. Jika dari hasil equalisasi tersebut ada perbedaan pada peredaran usaha perusahaan segera dapat dilakukan koreksi, hal ini untuk menghindari pengenaan sanksi bagi perusahaan. Proses equalisasi SPT Masa PPN dengan SPT PPh Badan berkaitan dengan prosedur pengecekan yang dilakukan oleh KPP untuk mengecek apakah total penjualan dalam SPT PPh Badan dengan jumlah total penyerahan BKP atau JKP SPT Masa PPN bulan Desember tahun yang bersangkutan sudah sama atau tidak. Perbedaan data peredaran usaha pada PT. Biro ASRI dapat terlihat dengan membandingkan antara SPT Masa PPN Bulan Januari - Desember 2007 dengan SPT PPh Badan Tahun 2007, sebagai berikut : PT. BIRO ASRI Perhitungan Ekualisasi SPT Masa PPN dengan SPT PPh Badan Masa Januari s.d. Desember 2007 (Dalam Rupiah) Uraian Jumlah peredaran usaha menurut SPT PPh Badan Tahun 2007 : Penghasilan bruto 38.450.679.212 Jumlah peredaran usaha menurut SPT Masa PPN January s.d. Desember 2007 : a. Ekspor (tarif 0%) - b. Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri 2.272.218.468 c. Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut 36.459.960.744 d. Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut - e. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN - Jumlah penyerahan terutang PPN 38.732.179.212 Jumlah penyerahan tidak terutang PPN - Jumlah seluruh penyerahan 38.732.179.212 Dikurangi : Tagihan Desember 2006 FP PPn Bln Januari 2007 (276.000.000) Uang muka pendapatan PT. Trisco Tahun 2006 (5.500.000) Jumlah Peredaran usaha 38.450.679.212 Selisih 0 Sumber : data olahan 85

Jumlah penyerahan pada tahun 2007 yang ada di SPT Masa PPN adalah sebesar Rp.38.732.179.212,- sedangkan pada SPT PPh Badan sebesar Rp.38.450.679.212,-. Perbedaan data peredaran usaha dalam total penyerahan BKP/JKP pada SPT Masa PPN dengan total penjualan SPT PPh Badan Tahun 2007 yang ada pada PT. Biro ASRI hal ini terjadi dikarenakan : 1. Transaksi yang terjadi pada bulan Desember 2006, Faktur Pajaknya dibuat pada bulan Januari 2007. Pada SPT Masa PPN Bulan Januari 2007, terdapat Faktur Pajak untuk PT. Kideco Jaya Agung dengan nomor faktur 060.000-07.00000001. Dimana tagihan sejumlah Rp. 276.000.000,- tersebut merupakan pendapatan yang seharusnya diakui pada tahun 2006. Akan tetapi Faktur Pajaknya baru bisa diterbitkan pada bulan Januari 2007. 2. Terdapat uang muka pendapatan Tahun 2006 sebesar Rp.5.500.000,-. Dimana jumlah tersebut merupakan uang muka pendapatan dari PT. Triasco Tahun 2006. Yang mana Faktur Pajaknya sudah diterbitkan dan dilaporkan PPN nya, akan tetapi belum bisa diakui sebagai pendapatan karena belum ada realisasinya. 86

Perbedaan data peredaran usaha pada PT. Biro ASRI dapat terlihat dengan membandingkan antara SPT Masa PPN Bulan Januari - Desember 2008 dengan SPT PPh Badan Tahun 2008, sebagai berikut : PT. BIRO ASRI Perhitungan Ekualisasi SPT Masa PPN dengan SPT PPh Badan Masa Januari s.d. Desember 2008 (Dalam Rupiah) Uraian Jumlah peredaran usaha menurut SPT PPh Badan : Penghasilan bruto 17.343.372.276 Jumlah peredaran usaha menurut SPT Masa PPN Januari s.d. Desember 2008 : a. Ekspor (tarif 0%) - b. Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut sendiri 9.048.028.954 c. Penyerahan yang PPN-nya dipungut oleh Pemungut 9.073.768.407 d. Penyerahan yang PPN-nya tidak dipungut - e. Penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN - Jumlah penyerahan terutang PPN 18.121.797.361 Jumlah penyerahan tidak terutang PPN - Jumlah seluruh penyerahan 18.121.797.361 Dikurangi : Uang muka pendapatan (proyek) yang diterima tahun 2008 untuk pekerjaan sampai tahun 2009 (778.425.085) Jumlah Peredaran usaha 17.343.372.276 Selisih 0 Sumber : data olahan 87

Dan jumlah penyerahan untuk tahun 2008, yang ada di SPT Masa PPN adalah sebesar Rp. 18.121.797.361,- sedangkan pada SPT PPh Badan sebesar Rp.17.343.372.276,- Perbedaan data peredaran usaha dalam total penyerahan BKP/JKP pada SPT Masa PPN dengan total penjualan SPT PPh Badan Tahun 2008 yang ada pada PT. Biro ASRI hal ini terjadi dikarenakan Adanya uang muka pendapatan (proyek) tahun 2008 sebesar Rp.778.425.085,- dimana jumlah tersebut belum diterima pembayarannya dari PT. Kideco Jaya Agung untuk pekerjaan sampai tahun 2009. 88