BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA KEEFEKTIFAN MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT BUKAKA TEKNIK UTAMA DIVISI BOARDING BRIDGE

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS EFEKTIFITAS MESIN OVERHEAD CRANE DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) DI PT. BTU, DIVISI BOARDING BRIDGE

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Prosiding SNATIF Ke-1 Tahun ISBN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Total Productive Maintenance pada Mesin Machining Center pada PT. Hitachi Power System Indonesia (HPSI) Dengan Menggunakan Metode

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sistem Manajemen Maintenance

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB II LANDASAN TEORI

1. Tingkat efectivitas dan efisiensi mesin yang diukur adalah dengan Metode Overall

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 LANDASAN TEORI

Pengantar Manajemen Pemeliharaan. P2M Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

Analisis Overall Equipment Effectiveness dalam Meminimalisasi Six Big Losses pada Area Kiln di PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Way

STUDI KASUS PENINGKATAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM)

Universitas Widyatama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian, adalah sebagai berikut :

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Teknologi merupakan komponen penting bagi berkembangnya

Analisis Overall Equipment Effectiveness pada Mesin Wavetex 9105 di PT. PLN Puslitbang

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

Nadia Cynthia Dewi. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro. Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. ada sekarang secara sistematis dan faktual berdasarkan data-data. penelitian ini meliputi proses

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)

Jl. Kaliurang Km 14.4 Sleman, DIY ,2) ABSTRAK

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Perhitungan Nilai Overall Equipment Effectivness Pada Mesin Gang Rip Saw. (Studi Kasus CV Cipta Usaha Mandiri)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam pengertian paling luas, manajemen operasi berkaitan dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA HASIL PERHITUNGAN. Equipment Loss (Jam)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada. perusahaan tersebut seperti man, machine, material, methode serta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. diperkenalkan di Jepang. Bagaimanapun juga konsep dari pemeliharaan pencegahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STE TE HE E SE. Indicator Perusahaan (95%) (95%) (95%) (95%) (95%)

Evaluasi Peningkatan Kinerja Produksi melalui Penerapan Total Productive Maintenance di PT Xacti Indonesia

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE PENINGKATAN EFISIENSI PRODUK MESIN B-3 MELALUI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENEES (OEE)

Kata Kunci Life Cycle Cost (LCC), Overall Equipment Effectiveness (OEE), Six Big Losses

Penerapan Total Productive Maintenance Pada Mesin Electric Resistance Welding Menggunakan Metode Overall Equipment Effectiveness

Bab II LANDASAN TEORI

Nia Budi Puspitasari, Avior Bagas E *) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN MESPACK DI PT. UNILEVER INDONESIA DEA DERIANA

dalam pembahasan sehingga hasil dari pembahasan sesuai dengan tujuan yang

ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE) PADA MESIN PENGISIAN TABUNG GAS ELPIJI 3 KG (Studi Kasus Di PT. Prima Cahaya Utama) Tugas Akhir

PENGUKURAN KINERJA OPERASIONAL MELALUI IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT. XYZ

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis OEE (Overall Equipment Effectiveness) pada Mesin Discmill di PT Tom Cococha Indonesia

Pengukuran Efektivitas Mesin Rotary Vacuum Filter dengan Metode Overall Equipment Effectiveness (Studi Kasus: PT. PG. Candi Baru Sidoarjo)

PENJADWALAN PERAWATAN MESIN PAKU DI PT. PRIMA WARU INDUSTRI

PENGUKURAN PRODUKTIFITAS MESIN UNTUK MENGOPTIMALKAN PENJADWALAN PERAWATAN (STUDI KASUS DI PG LESTARI)

HASBER F. H. SITANGGANG

PERANCANGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE MESIN JUMPING SAW DI PT. RAMA GOMBONG SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam mesin/peralatan produksi, misalnya mesin berhenti secara tiba-tiba,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan. Perbaikan yang diharapkan dapat meningkatkan keutungan bagi

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. NV. Hadjhi Kalla yang berlokasi di Ujung Pandang dan didirikan oleh Yusuf

PENGUKURAN MANAJEMEN PERAWATAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE

Evaluasi Efektivitas Mesin Creeper Hammer Mill dengan Pendekatan Total Productive Maintenance (Studi Kasus: Perusahaan Karet Remah di Lampung Selatan)

BAB II KERANGKA TEORITIS

PDF Compressor Pro. Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS HASIL

Maintenance and Reliability Decisions

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSEMBAHAN PRAKARTA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

PENINGKATAN EFEKTIVITAS MESIN CUTTING GLASS DENGAN METODE OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (di PT. Asahimas Flat Glass, Tbk.

1 BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas

Transkripsi:

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap baik dan dan dapat melakukan segala fungsinya dengan baik, efisien, dan ekonomis sesuai dengan tingkat keamanan yang tinggi. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang menyatakan bahwa all activities necessary to keep a system and all of its components in working order. Sehingga dapat dikatakan bahwa seiring berlalunya waktu fungsi mesin serta peralatan yang digunakan untuk produksi semakin lama akan berkurang. Namun dengan adanya suatu sistem perawatan yang baik, maka usia kegunaan mesin dapat diperpanjang dengan melakukan perawatan secara berkala dengan perawatan yang tepat. Terdapat dua hasil yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : a) Condition maintenance, yaitu aktivitas perawatan untuk mempertahankan keadaan mesin/peralatan agar dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan usia ekonomis mesin itu. b) Replacement maintenance, yaitu aktivitas perawatan untuk perbaikan dan penggantian komponen mesin tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan. 6

7 2.2. Tujuan maintenance Kegiatan Maintenance (perawatan) secara garis besar dilakukan untuk mencegah kerusakan mesin/peralatan yang digunakan untuk kegiatan produksi terlalu cepat, selain itu kegiatan perawatan haruslah memiliki kriteria efektif, efisien, serta berbiaya rendah. Berikut ini beberapa tujuan kegiatan perawatan menurut Wati (2009), antara lain : a) Memperpanjang usia pakai dari mesin/peralatan. b) Menjaga fungsi dari mesin/peralatan agar tetap baik. c) Menjamin ketersediaan optimum mesin/peralatan. d) Menjamin kesiapan operasional mesin/peralatan. e) Mengurangi waktu downtime dari mesin/peralatan (memaksimalkan ketersediaan (availability)) f) Menjamin keselamatan user mesin/peralatan tersebut. g) Menjamin kepuasan pelanggan. 2.3. Total Productive Maintenance (TPM) 2.3.1. Definisi Total Productive Maintenance (TPM) Definisi Total Productive Maintenance (TPM) menurut Wireman (2004:1), is maintenance activities that are productive and implemented by all employees. Jadi TPM merupakan suatu aktivitas perawatan yang produktif serta diimplementasikan oleh seluruh lapisan karyawan pada suatu perusahaan atau organisasi. Metode ini melibatkan seluruh elemen dari organisasi, yaitu : a) Departemen Maintenance b) Operasional

8 c) Fasilitas d) Desain e) Pelaksana proyek f) Kontruksi g) Persediaan dan penyimpanan h) Pembelian i) Accounting dan Finance. j) Manajemen di pabrik dan area lapangan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Panneerselvam (2005:469), Total Productive Maintenance (TPM) is a management system for optimizing the productivity of manufacturing equipment thruogh systematic equipment maintenance involving employees at all levels. Dimana semua karyawan dari berbagai level dan tingkatan, serta berbagai divisi ikut bertanggung jawab atas kegiatan perawatan agar kegiatan manufaktur berjalan secara optimal. 2.3.2. Pilar dari Total Productive Maintenance (TPM) Pada sistem Total Productive Maintenance (TPM) memiliki dasar pondasi yang menjadi ciri khas sistem ini, dasar pondasi tersebut di sebut juga pilar, pilar ini terdiri dari delapan metode yang menjadi penyokong berjalannya suatu sistem TPM, dimana delapan pilar ini saling terkait antara satu sama lain. Delapan pilar tersebut menurut Panneerselvam (2005:471) antara lain yaitu : a) Metode 5 S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke).

9 b) Autonomous maintenance. c) Metode Kaizen. d) Planned maintenance. e) Quality maintenance. f) Pelatihan. g) Office TPM h) Safety, health, and environment. 2.3.3. Tujuan Total Productive Maintenance (TPM) Berikut ini merupakan tujuan dari maintenance menurut Wireman (2004:2), antara lain yaitu : a) Meningkatkan efektifitas dari mesin/peralatan. Memastikan bahwa suatu mesin/peralatan bekerja sesuai dengan fungsi dan spesifikasinya secara efektif. b) Meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari perawatan. Memfokuskan pada kegiatan perawatan yang efektif dan efisien pada saat melakukan perawatan pada mesin/peralatan. c) Manajemen perawatan yang tepat. Tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat perawatan dari suatu mesin/peralatan, agar biaya perawatan keseluruhan tidak membengkak. d) Melakukan pelatihan untuk meningkatkan keahlian kepada semua orang yang terlibat, dan dapat berkontribusi dalam kegiatan perawatan. Tidak hanya melibatkan anggota maintenance department, tapi juga pada seluruh operator, serta karyawan lainnya.

10 e) Melibatkan operator pada setiap kegiatan perawatan rutin. Kegiatan ini bertujuan agar seluruh operator dapat memahami serta menangani setiap masalah yang mungkin timbul. 2.4. Jenis maintenance 2.4.1. Planned maintenance Planned maintenance atau disebut juga dengan perawatan terencana merupakan suatu bagian dari pilar pada Total Productive Maintenance (TPM). Menurut Panneerselvam (2005:469), tujuan dari metode ini adalah Planned maintenance aims to have trouble free machines and equipments to produce defect free products to fully satisfy customers requirements. Sehingga dapat dikatakan bahwa planned maintenance bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi mesin yang bebas masalah dan menghasilkan suatu produk yang bebas cacat, sehingga kepuasan pelanggan dapat terpenuhi. Lalu definisi Planned maintenance menurut Wati (2009), pemeliharaan yang diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa depan, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi dapat dikatakan Planned maintenance merupakan jenis perawatan yang telah telah diorganisir, direncanakan, dijadwalkan, serta dilakukan pencatatan pada setiap prosesnya. Pada Planned maintenance mempunyai tiga bentuk tipe perawatan, yaitu : a) Reactive atau Corrective maintenance (repair and breakdown) Perawatan perbaikan ini dilakukan tepat pada saat terjadi kegagalan mesin atau pada saat mesin benar-benar rusak. Perawatan ini

11 menuntut operator serta teknisi untuk melakukan hal-hal yang mencakup : 1) Mencatat hasil yang timbul dari kerusakan yang terjadi secara detail dan terperinci, sehingga operator dan teknisi dapat menganalisa kerusakan dan mencari penyebabnya. 2) Ikut memberikan masukan-masukan setelah melakukan pencatatan serta menganalisanya, yang tujuannya adalah mencegah kejadian serupa terjadi kembali pada mesin/peralatan b) Preventive maintenance Perawatan jenis ini adalah kebalikan dari perawatan perbaikan, perawatan ini dilakukan untuk mencegah dan memperbaiki masalah sebelum terjadi kegagalan mesin/peralatan. Dalam hal ini pemeriksaan merupakan kegiatan yang penting untuk pembuatan laporan dan merencanakan perawatan yang rutin untuk kegiatan selanjutnya agar lebih tepat dan cepat. Langkah-langkah standar yang dilakukan untuk melakukan perawatan jenis ini adalah : 1) Membersihkan area dekat mesin/peralatan, seperti membersihkan debu, membersihkan sisa pelumas yang tercecer, membersihkan sisa-sisa scrap, dan lain-lain. 2) Inspeksi mesin/peralatan setelah digunakan, seperti memeriksa tingkat ketinggian oli, memeriksa apakah ada baut di mesin yang lepas, atau kabel yang lepas serta terbuka, dan lain-lain.

3) Pelumasan terhadap bagian mesin/peralatan yang mungkin memerlukannya. 12 c) Predictive maintenance Perawatan ini merupakan perkembangan dari Preventive maintenance, perawatan ini dilakukan pada interval waktu yang telah ditentukan berdasarkan prediksi hasil analisa. Data yang digunakan untuk dianalisa dalam sistem perawatan ini dapat berupa temperatur, getaran, bahan kimia pelumas dan lain-lain. 2.4.2. Autonomous maintenance Suatu sistem pemeliharaan mandiri, dimana kegiatan perawatan mesin/peralatan dilakukan oleh operator sendiri, seperti yang dikatakan oleh Panneerselvam (2005:469), to prepare the operators to take care of routine maintenance task which will help to free the core maintenance personnel to concentrate on high end maintenance activities. Namun hanya berlaku pada perawatan ringan saja yang dilakukan oleh operator tersebut. Beberapa tujuan dari Autonomous maintenance adalah sebagai berikut : a) Mencegah dan mengurangi lama waktu mesin/peralatan downtime. b) Mencegah defect dari proses mesin. c) Mempercepat penanganan mesin downtime. d) Meningkatkan ketahanan mesin. e) Menjaga kondisi mesin dalam keadaan prima. f) Mencegah kerusakan mesin yang lebih parah. g) Meningkatkan pemahaman operator dan skill tentang mesin.

h) Mengurangi resiko kecelakaan kerja, karena operator lebih paham dengan sistem safety dari mesin. 13 2.5. Reliability Centered Maintenance (RCM) RCM menurut Moubray (1992:7), a process used to determine what must be done to ensure that any physical asset continues to do what its user want it to do in its present operating context. Sehingga dapat dikatakan sistem ini diciptakan untuk menentukan langkah yang diperlukan dan menentukan perawatan yang efektif untuk menjamin seluruh fasilitas fisik berjalan dengan baik dan sesuai fungsinya. Metode ini merupakan suatu metode pendekatan perawatan yang mengkombinasikan praktek dan strategi dari seluruh elemen planned maintenance (Preventive maintenance dan corrective maintenance). Untuk menerapkan metode RCM maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : a) Identifikasi mesin/peralatan yang penting untuk di lakukan tindakan maintenance, dengan menggunakan metode : MTBF (Mean Time Between Failure), MTTR (Mean Time To Repair). b) Menentukan penyebab terjadinya kegagalan, untuk hal ini diperlukan data histori yang lengkap. c) Mengklasifikasi tingkatan maintenance. d) Mengimplementasikan keputusan berdasarkan RCM e) Melakukan evaluasi.

14 2.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE) Tujuan dari OEE adalah sebagai alat ukur performa dari suatu sistem maintenance, dengan menggunakan metode ini maka dapat diketahui ketersediaan mesin/peralatan, efisiensi produksi, dan kualitas output mesin/peralatan. Untuk itu hubungan antara ketiga elemen produktifitas tersebut dapat dilihat pada rumus dibawah ini. OEE % = A x P x Q x 100% Dimana : A = Avalability (waktu ketersediaan mesin/peralatan). P = Performance effectiveness. Q = Quality. 2.6.1. Availability Availability (ketersediaan) mesin/peralatan merupakan perbandingan antara waktu operasi (operation time) terhadap waktu persiapan (loading time) dari suatu mesin/peralatan. Sehingga untuk melakukan perhitungan Availability diperlukan : a) Waktu operasi (operation time). b) Waktu persiapan (Loading time). c) Waktu tidak bekerja (downtime). Maka availibility dapat dihitung sebagai berikut. Availability = operation time x 100% loading time = (loading time - downtime) x 100% loading time

15 Dimana loading time adalah waktu yang tersedia (total availability time) perhari atau perbulan yang dikurangi dengan downtime mesin/peralatan yang direncanakan (planned downtime). Loading time = total availability time planned downtime Dimana planned downtime adalah jumlah downtime yang direncanakan dalam rencana produksi, termasuk didalamnya terdapat downtime mesin/peralatan untuk perawatan. 2.6.2. Performance Efficiency Performance efficiency adalah tolak ukur dari efisiensi suatu kinerja mesin menjalankan proses produksi. Perfomance efficiency merupakan hasil perkalian dari operating speed rate dengan net operating speed. Rumusnya sebagai berikut. Performance efficiency = Operation speed rate x Net operating speed Dimana operation speed rate adalah perbandingan kecepatan ideal mesin sebenarnya (theoretichal cycle time) dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Operation speed rate = ideal cycle time actual cycle time Lalu net operating speed adalah perbandingan jumlah produk yang diproses dengan waktu operasi (operation time), dikalikan dengan kecepatan aktual mesin (actual cycle time). Net operating speed = processed amount x actual cycle time x 100% operation time

16 Net operating speed berguna untuk menghitung menurunnya kecepatan produksi. Tiga faktor yang penting untuk menghitung peformance efficiency adalah : a) Ideal cycle time (waktu siklus ideal/waktu standar). b) Processed amount (Jumlah produk yang diproses). c) Operation time (waktu proses mesin). Maka performance efficiency dapat dihitung sebagai berikut : Performance efficiency = processed amount x ideal cycle time x 100% operation time 2.6.3. Quality efficiency Quality efficiency dalah perbandingan jumlah produk yang baik terhadap jumlah produk yang diproses. Jadi quality efficiency merupakan hasil perhitungan dengan faktor berikut : a) Processed amount. b) Defect amount. Maka dapat diketahui rumusnya sebagai berikut. Rate of quality efficiency = (processed amount defect amount) x 100% processed amount