4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: Retno Muninggar 1. Diterima: 12 Februari 2008; Disetujui: 21 Juli 2008 ABSTRACT

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

SKRIPSI INI MILIK ROIF HARDANI C

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat.

PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN SUKABUMI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian KUESIONER

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG

5 PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN TANGERANG DAN PPI CITUIS

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Tentang: PEMINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SUKABUMI DARI

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

ANALISIS TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PANCING ULUR (Hand Line) DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PETA LOKASI PENELITIAN 105

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan umum daerah Kabupaten Sukabumi Geografi dan klimatologi

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi dan Pembagian Risiko

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

Peluang pasar ekspor komoditas ikan layur dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Jawa Barat

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

7 KAPASITAS FASILITAS

PERKEMBANGAN JASA TRANSPORTASI

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Pengumpulan Data

4 HASIL. Gambar 4 Produksi tahunan hasil tangkapan ikan lemuru tahun

PERUBAHAN GILLNETTER MENJADI TROLL LINER DI PPN PALABUHANRATU. Changes of Gillnetter into Troll Liner in PPN Palabuhanratu. Oleh:

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENElITIAN

Transkripsi:

21 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 106º31' BT-106º37' BT dan antara 6 57' LS-7 04' LS, sedangkan secara administratif wilayah Palabuhanratu meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Palabuhanratu dan Kecamatan Simpenan. Dalam unit kelurahan atau desa, cakupan wilayah Palabuhanratu meliputi satu Kelurahan dan empat Desa, yaitu Kelurahan Palabuhanratu, Desa Citepus, Desa Citarik, Desa Cidadap dan Desa Loji. Batasbatas wilayah Palabuhanratu adalah sebagai berikut (Bappeda Kabupaten Sukabumi, 2008): Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cibodas dan Desa Buniwangi yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu; Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Cikadu. Desa Tonjong dan Desa Cibuntu yang merupakan wilayah Kecamatan Palabuhanratu, serta Desa Langkapjaya yang merupakan wilayah Kecamatan Lengkong; Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kertajaya dan Desa Cihaur yang merupakan wilayah Kecamatan Simpenan; Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palabuhanratu dan Samudera Hindia. luas wilayah Palabuhanratu adalah 8.124,2 ha. Proporsi wilayah terluas adalah Desa Loji seluas 3.390,82 ha atau 41,74% dari keseluruhan luas wilayah Palabuhanratu, sedangkan proporsi terkecil adalah Desa Citarik sebesar 1.011,50 ha atau 12,45% dari luas wilayah Palabuhanratu (Tabel 1). Tabel 1 Luas Wilayah Palabuhanratu No Kelurahan/desa Luas wilayah (ha) 1 2 3 4 5 Palabuhanratu Citarik Citepus Cidadap Loji 1.023,22 1.011,50 1.347,17 1.351,49 3.390,82 Proporsi luas terhadap kota (%) 12,59 12,45 16,58 16,64 41,74 Jumlah 8.214,20 100,00 Sumber: BPS Kabupaten Sukabumi (2009)

22 Dalam konstelasi wilayah yang lebih luas, baik dalam lingkup kabupaten, provinsi bahkan nasional, wilayah Palabuhanratu akan diperankan sebagai pusat pertumbuhan (growth center) bagi Pantai Selatan Jawa Barat dan Banten. Diharapkan perkembangan dan pertumbuhan wilayah Palabuharatu akan menjadi pemicu (trigger) bagi perkembangan wilayah Selatan Jawa Barat, Banten dan sekitarnya (BPS Kabupaten Sukabumi, 2009). 4.2 Keadaan Umum Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Departemen Pertanian (tahun 1999 mengalami perubahan menjadi Departemen Kelautan dan Perikanan) pada tahun anggaran 1988/1989 membangun Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dengan dana pembangunan pada tahap awal bersumber dari Asian Development Bank (ADB) dan Islamic Developmnet Bank (ISDB) dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarananya dan mulai operasional setelah diresmikan pada tanggal 18 Pebruari tahun 1993 oleh Presiden RI. Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak di kecamatan Palabuhanratu yang merupakan ibu kota kabupaten Sukabumi. Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terletak pada posisi 06º 59' 47, 156" LS dan 106º 32 61, 884" BT, merupakan daerah pesisir selatan Kabupaten Sukabumi yang berhadapan langsung dengan Samudera Indonesia (UPT PPN Palabuhanratu, 2009). Keberadaan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu telah banyak dirasakan manfaatnya oleh para pengguna jasa Pelabuhan Perikanan juga oleh masyarakat sekitar selain itu juga mampu memberikan manfaat ganda bagi pembangunan sosial dan ekonomi dalam rangka menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD), antara lain sebagai berikut (UPT PPN Palabuhanratu, 2009) : Sebagai tempat penghasil komoditi Sumber Daya Alam terutama Sumber Daya Ikan (SDI) yang cukup melimpah untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor. Sebagai daerah tujuan wisata baik Domestik maupun Mancanegara. Mempunyai Asset Sumber Daya Manusia terkait yang berprofesi sebagai nelayan, pedagang ikan, produsen pengolahan hasil perikanan laut pada berbagai sektor produksi yang cukup berkualitas.

23 Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu sesuai dengan fungsinya memiliki peranan strategis karena letaknya berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishing ground) perairan Samudera Hindia (Wilayah Pengelolaan Perikanan atau WPP-9) dan akses pemasaran domestik maupun ekspor. Secara khusus, Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu menampung kegiatan masyarakat perikanan, terutama terhadap aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, serta pembinaan masyarakat nelayan. Pelayanan terhadap kapal perikanan sebagai sarana produksi meliputi; penyediaan basis (home base) bagi armada penangkapan, menjamin kelancaran bongkar ikan hasil tangkapan, menyediakan suplai logistik bagi kapal-kapal ikan seperti air tawar, BBM, dan es untuk perbekalan ke laut dan lain-lain sedangkan pelayanan terhadap nelayan sebagai unsur tenaga produksi meliputi: aspek fasilitasi pengolahan, aspek pemasaran, dan aspek pembinaan masyarakat nelayan atau kelompok usaha bersama. bukti keberhasilan pelayanan jasa yang telah diberikan oleh Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu dalam melayani kebutuhan nelayan dan masyarakat perikanan telah membuahkan hasil yang menggembirakan. Penghargaan yang diterima dari Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tahun 1999 berupa Piala Abdibakti Tani. Sedangkan penghargaan yang diterima pada tahun 2005 yaitu Adibakti Mina Bahari sebagai unit kerja pelayanan yang berprestasi di lingkup Departemen Kelautan dan Perikanan dan tahun 2007 predikat terbaik sebagai DKP Mini (UPT PPN Palabuhanratu, 2009). 4.2.1 Kondisi Perikanan PPN Palabuhanratu 1) Jumlah dan nilai produksi perikanan laut di PPN Palabuhanratu Produksi Ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu berasal dari hasil tangkapan kapal-kapal ikan domisili (Palabuhanratu) dan kapal-kapal ikan pendatang yang diantaranya berasal dari Cilacap, Jakarta, Bali, Sibolga dan Binuangeun. Daerah penangkapan ikan bagi nelayan yang menggunakan fishing base port-nya Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu antara lain perairan Teluk Palabuhanratu, Cisolok, Ujung Genteng, perairan sebelah Selatan Pulau Jawa dan sebelah Barat Pulau Sumatra.

24 Berdasarkan Tabel 2, Gambar 1 dan 2, terlihat sejak tahun 2002 sampai tahun 2009, produksi ikan dan nilai produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu mengalami fluktuasi. Produksi ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu pada tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 24,36% dari tahun sebelumnya dan begitu pula produksi pada tahun 2009 yang turun sebesar 13,76% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara umum rata-rata kenaikan produksi ikan sebesar 11% dan ratarata nilai produksi sebesar 32% setiap tahun. Tabel 2 Jumlah dan Nilai Produksi Hasil Perikanan Laut yang Didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009 Pendaratan ikan Fluktuasi Tahun Jumlah Nilai Volume Nilai (Kg) (Rp) (%) (%) 2002 2.890.118 9.885.365.315 2003 4.105.260 15.273.292.568 42,04 54,5 2004 3.367.517 15.670.740.946-17,97 2,6 2005 6.600.530 32.153.934.823 96,01 105,18 2006 5.461.561 32.550.912.620-17,26 1,23 2007 6.056.256 38.695.760.654 10,89 18,88 2008 4.580.683 42.562.536.675-24,36 9,99 2009 3.950.267 56.735.939.610-13,76 33,3 Rata-rata 4.626.524 30.441.060.401 11 32 Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 60,000,000,000 50,000,000,000 40,000,000,000 30,000,000,000 20,000,000,000 10,000,000,000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009 Gambar 1 Jumlah produksi hasil perikanan laut PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009. Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009 Gambar 2 Nilai produksi hasil perikanan laut PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009.

25 Berdasarkan Tabel 2 dan gambar 1 dan 2, dapat dilihat bahwa besarnya jumlah produksi tidak sepenuhnya mempengaruhi besarnya nilai dari produksi tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan nilai jual atau harga dari masingmasing jenis ikan hasil tangkapan. Jumlah produksi hasil perikanan laut di PPN Palabuhanratu berfluktuasi tiap tahunnya, dimana jumlah terendah berada pada tahun 2002 yaitu sebesar 2.890.118 kg dan terbesar berada pada tahun 2005 sebesar 6.600.530 kg. Adapun untuk nilai dari produksi perikanan laut yang terbesar ada pada tahun 2009 sebesar Rp 56.735.939.610 walaupun untuk jumlah produksinya berada pada urutan ke empat. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan ikan yang tertangkap pada tahun ini umumnya merupakan ikan yang memiliki nilai jual tinggi atau adanya kenaikan harga jual pada tahun ini dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Sedangkan nilai jual terendah berada pada tahun 2002 sebesar Rp 9.885.365.315. Secara spesifik jenis ikan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu didominasi oleh jenis ikan Cakalang, Cucut, Tongkol, Tuna, Layur, Peperek dan Tembang. Produksi ikan dominan yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu tersebut selalu berfluktuasi tiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa ikan tuna merupakan ikan yang paling dominan baik jumlah maupun nilai produksinya, selain itu ikan tuna ini memiliki nilai jual yang tinggi karena ikan tuna ini pada umumnya di ekspor atau di jual ke luar Indonesia. Pada tahun 2008 dan 2009 produksi tuna mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2007, namun nilai produksi tuna ini terus meningkat dan nilai yang tertinggi berada pada tahun 2009 sebesar Rp 44.117.024.800. Ikan dengan jumlah produksi yang terendah yaitu ikan cucut dengan besar rata-rata selama tiga tahunnya sebesar 40.234 kg (Tabel 3).

26 Tabel 3 Jumlah dan nilai produksi hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun 2007-2009 Jumlah Produksi (Kg) No. Nama Spesies 2007 2008 2009 1 Cakalang 742.047 272.577 320.733 2 Cucut 56.249 44.168 20.285 3 Tongkol 1.011.310 177.068. 328.918 4 Tuna 2.032.395 1.403.295 1.922.426 5 Layur 246.691 203.203 103.230 6 Peperek 307.164 44.484 29.917 7 Tembang 866.316 1.497.882 739.610 Nilai Produksi (Rp) No. Nama Spesies 2007 2008 2009 1 Cakalang 4.722.813.150 2.496.581.500 2.888.796.800 2 Cucut 513.803.050 456.327.750 175.998.000 3 Tongkol 5.260.238.500 1.367.776.050 2.028.496.500 4 Tuna 20.339.102.600 21.790.506.000 44.117.024.800 5 Layur 1.700.139.900 2.018.600.375 1.183.115.050 6 Peperek 625.342.000 155.031.500 133.789.500 7 Tembang 1.726.571.000 3.331.452.000 1.477.230.960 Sumber: PPN Palabuhanratu, 2008 dan PPN Palabuhanratu, 2009. 2) Pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu Ikan hasil tangkapan baik yang didaratkan maupun didatangkan ke PPN Palabuhanratu akan sampai ditangan konsumen dengan jalur yang berbeda-beda, baik melalui agen, pengolah, pengecer, bakul, maupun PT atau perusahaan. Ikanikan yang merupakan komoditi ekspor akan mengalami proses yang lebih panjang dan lebih selektif (Gambar 3).

27 Ikan dari luar PPNP lewat jalan darat Produksi ikan PPN Palabuhanratu Ikan didaratkan langsung di dermaga PPNP Non TPI Non TPI TPI Pengecer Pengolah Konsumen lokal Agen longline Cold storage di Jakarta Agen layur Cold storage P.Ratu Pengecer Bakul Pengolah Pengecer Konsumen luar Palabuhanratu : Jakarta, Bandung, Sukabumi, Cianjur, Bogor Sumber: PPN Palabuhanratu, 2009. Gambar 3 Pola pemasaran ikan di PPN Palabuhanratu. 3) Jumlah produksi ikan dari luar daerah PPN Palabuhanratu Ikan yang ada di lingkungan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, selain hasil tangkapan kapal-kapal perikanan yang mendarat di kolam pelabuhan juga kiriman dari daerah lain yang melalui jalan darat seperti Jakarta, Juwana, Binuangeun, Indramayu, Pameungpeuk dan sentral pendaratan ikan lainnya yang ada di kabupaten Sukabumi seperti Loji, Cisolok, Ujung Genteng. Agen Ikan segar untuk konsumsi lokal Ekspor melalui Jakarta Ke Jepang Ekspor melalui Jakarta Ke Korea Konsumen lokal Berdasarkan Tabel 4, terlihat bahwa jumlah ikan yang berasal dari luar daerah Palabuhanratu (melalui jalan darat) pada tahun 2008 sebesar 4,256,260 Kg dan rata-rata perbulan sebesar 354,688 Kg dengan produksi terbesar terjadi pada bulan Juni 2008. Adapun daerah yang memberikan kontribusi terbesar bagi kebutuhan ikan di Palabuhanratu adalah Jakarta sebesar 1,613,500 Kg (37.91%), Cisolok sebesar 112,810 Kg (2.65%), Ujung Genteng sebesar 587,800 Kg (13,81%), Binuangeun sebesar 290,850 Kg (6,83%), Cidaun sebesar 210,000 Kg (0,35%), Loji sebesar 14,800 Kg (4,93%), Lampung 54,000 Kg (1,27%), Indramayu 266,000 Kg (6,25%) dan Juwana sebesar 1,106,500 Kg (11,8%). Daerah Ujung Genteng merupakan daerah yang memberikan kontribusi terbesar, diduga karena jenis ikan yang didaratkan Pantai Utara Jawa saling melengkapi dengan jenis ikan yang dihasilkan di Palabuhanratu (Pantai Selatan Jawa).

28 Sehingga pada kondisi/musim tertentu saling membutuhkan, dimana ada beberapa jenis ikan di Pantai Utara Jawa yang produksinya tidak mencukupi sedangkan di Pantai Selatan Jawa produksinya berlebih. Akibatnya terjadi arus distribusi pemasaran ikan dari Palabuhanratu kedaerah Jakarta dan sebaliknya (PPN Palabuhanratu, 2009). Tabel 4. Produksi ikan dari luar daerah PPN Palabuhanratu melalui jalur darat ke PPN Palabuhanratu tahun 2008 Bln Jkt Jawa Barat Jateng CSK UG BNG CDN LOJI LPG IDR JWN Total (Kg) Jan 233.000 3.350 39.200 7.500 12.000 1.000 32.000 76.000 404.050 Feb 105.000 2.000 15.200 4.800 5.000 800 20.000 26.000 178.800 Mar 115.000 2.430 25.200 9.800 - - - 4.000 26.000 182.430 Apr 105.000 8.430 38.200 26.500 18.000 1.000 15.000 4.500 33.000 249.630 Mei 114.000 5.850 25.000 20.300 10.000-15.000 17.000 45.500 252.650 Jun 132.000 7.850 40.000 26.800 12.000-12.000 55.000 570.000 855.650 Jul 139.000 18.300 85.000 35.550 45.000-12.000 45.000 85.000 464.850 Agt 123.500 14.350 70.000 35.850 35.000 2.500-25.000 35.000 341.200 Sep 124.500 11.000 55.000 27.300 20.000 1.500-19.000 48.000 306.300 Okt 132.200 12.050 60.000 26.500 18.000 2.500-17.500 51.000 319.750 Nov 135.800 13.700 65.000 33.000 19.000 3.000-15.000 54.000 338.500 Des 154.500 13.500 70.000 36.950 16.000 2.500-12.000 57.000 362.450 Jml 1.613.500 112.810 587.800 290.850 210.000 14.800 54.000 266.000 1.106.500 4.256.260 Ratarata 134.458 9.401 48.983 24.238 17.500 1.233 4.500 22.167 92.208 354.688 Ket : JKT = Jakarta, CSK = Cisolok, UG = Ujung Genteng, BNG = Binuangeun, CDN= Cidaun, IDR = Indramayu, LPG = Lampung, JWN = Juwana. Sumbe : PPN Palabuhanratu, 2008 4) Unit penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu a. Perahu atau Kapal Penangkap Ikan Kapal penangkap ikan berguna sebagai alat transportasi yang membawa seluruh unit penangkapan ikan menuju fishing ground atau daerah penangkapan tempat alat tangkap akan diopernsikan, serta membawa pulang kembali ke fishing base atau pangkalan beserta hasil tangkapan yang didapat. Kapal atau perahu yang digunakan di Palabuhanratu terdiri dari dua macam, yaitu perahu motor tempel (PMT) dan kapal motor (KM). Perahu motor tempel menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar kapal, umurnnya perahu motor tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil karena harga perahu yang terjangkau. Sedangkan kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine), umumnya kapal motor ini digunakan untuk usaha perikanan yang mempunyai skala cukup besar yang hanya dimiliki nelayan bermodal besar.

29 Jenis armada penangkapan ikan yang menggunakan base fishing port-nya Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu adalah jenis kapal motor dengan ukuran kapal < 10 GT s/d > 30 GT dengan berbagai macam alat tangkap seperti Gill net, Payang, Jaring Rampus, Bagan, Purse seine, Pancing ulur, Tuna Longline, Pancing rawai, dan lainnya (Gambar 4). 600 500 400 300 200 100-1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber: PPN Palabuhanratu. 2009 Gambar 4 Perkembangan Jumlah Perahu atau Kapal di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Periode 1993 2009. Berdasarkan Gambar 4, dapat dilihat jumlah unit kapal di Palabuhanratu banyak mengalami fluktuasi. Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2007 dengan komposisi PMT sebanyak 531 unit (62%) dan kapal motor sebanyak 321 unit (38%), sedangkan jumlah unit terendah terdapat pada tahun 2003 dengan komposisi PMT sebanyak 253 unit (66,4%) dan kapal motor sebanyak 128 unit (33.6%). Perahu Motor Tempel (PMT) (Outboard Boat) Kapal Motor (KM) (Inboard Boat) Fluktuasi dari frekuensi masuk perahu motor tempel cukup tinggi tiap tahunnya dibandingkan fluktuasi dari kapal motor. Jumlah frekuensi masuk terbesar yaitu di tahun 2007 sebesar 40.198 kali dan yang terendah sebesar 1.651 kali pada tahun 2005. Tingkat fluktuasi yang tinggi bagi perahu motor tempel dapat menunjukkan tingginya ketidakpastian para nelayan yang menggunakan perahu motor tempel yang pada umumnya merupakan nelayan kecil (Gambar 5).

30 kali Sumber: PPN Palabuhanratu. 2009 Gambar 5 Frekuensi masuk kapal motor dan perahu motor tempel di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009. b. Alat penangkap ikan Untuk mendapatkan hasil tangkapan yang diinginkan baik itu jenis ikan pelagis maupun demersal nelayan diperlukan pengetahuan tentang tingkah laku ikan, daerah penangkapan ikan (fishing ground) dan kemampuan menggunakan alat tangkap yang akan digunakan dalam operasional penangkapan ikan. Ada suatu konstruksi alat tangkap yang khusus digunakan untuk menangkap ikan tertentu seperti gill net yang merupakan salah satu alat tangkap untuk menangkap beberapa jenis ikan pelagis seperti ikan Tongkol, Cakalang, Tuna dan jenis ikan pelagis lainnya. 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Kapal Motor 1,771 1,675 2,857 5,005 3,638 5,279 4,694 3,646 Perahu Motor Tempel 28,031 15,101 12,738 11,505 19,884 34,919 27,641 17,679 Jumlah Kapal 29,802 16,776 15,595 1,651 23,522 40,198 32,335 21,325 Tabel 5 Perkembangan alat tangkap yang beroperasi di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009 No Tahun Alat Tangkap (Unit) Jumlah Fluktuasi RMP PCG PYG BGN PRS GNT RWI L.LN (Unit) (%) 1 2002-204 64 102 1 135 12-518 2 2003 19 187 85 142 6 168 18 29 654 26,25 3 2004 48 244 89 96 8 147 25 36 693 5,96 4 2005 63 245 101 288 7 40 10 71 825 19,04 5 2006 46 280 166 263 2 94 7 34 892 8,12 6 2007 101 443 159 267 9 168 27 155 1.329 48,99 7 2008 35 294 45 200 3 80 7 110 774-41,76 8 2009 553 1677 81 164 18 462-275 4120 432,29 Rata- Rata Kenaikan 71,27 Sumber: PPN Palabuhanratu 2008 dan PPN Palabuhanratu 2009 Ket: RMP = Rampus; PCG = Pancing; PYG = Payang; BGN = Bagan; PRS = Purse Saine; GNT = Gillnet; RWI = Rawai; L.LN = Long Line

31 Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di PPN Palabuhanratu pada saat ini adalah pancing, payang, bagan, gill net, rawai, rawai tuna dan purse seine. Alat tangkap yang dominan dipergunakan oleh nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu pada tahun 2009 adalah pancing, bagan, payang, dan gill net. Adapun perkembangan jumlah alat tangkap yang digunakan dari tahun 2002 sampai dengan 2009 secara umum kecenderungan mengalami kenaikan sebesar 71% per tahun. Rata-rata kenaikan jumlah alat tangkap yang mencapai angka 70% tersebut sebagian besar diakibatkan oleh tingkat kenaikan pada tahun 2009 yang mencapai 430% atau 4 kali lipat dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 ini hampir semua jenis alat tangkap mengalami pertambahan jumlahnya kecuali alat tangkap bagan dan rawai yang mengalami penurunan. c. Nelayan Nelayan merupakan salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam kegiatan penangkapan ikan. Jumlah nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu terus mengalami perubahan tiap tahunnya. Perkembangan jumlah nelayan dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 6. Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2002-2009 No. Tahun Jumlah (Orang) Fluktuasi (%) 1 2002 2.519 2 2003 3.340 32,59 3 2004 3.439 2,96 4 2005 3.498 1,72 5 2006 4.371 24,96 6 2007 5.994 37,13 7 2008 3.900-34,93 8 2009 4.453 14,18 Rata Rata 11,23 Sumber: PPN Palabuhanratu 2008 dan PPN Palabuhanratu 2009

32 2,000 1,838 1,500 1,168 Orang 1,000 500-701 379 292 75 Pancing Gillnet Payang Dogol Bagan Rawai Sumber: PPN Palabuhanratu 2009 Gambar 6 Distribusi nelayan di PPN Palabuhanratu tahun 2009. Berdasarkan Gambar 6 dan Tabel 6, dapat diketahui bahwa jumlah nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu terus meningkat, kecuali pada tahun 2008 yang mengalami penurunan sebesar 34% dari tahun sebelumnya. Namun demikian jika dirata-ratakan pertumbuhan nelayan dari tahun 2002, nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu cenderung berkembang dengan angka 11% tiap tahunnya. Jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu yang terbesar ada pada tahun 2007 sebesar 5994 orang dan yang terendah sebesar 2519 orang pada tahun 2002. Nelayan-nelayan ini paling banyak bekerja sebagai nelayan rawai dan nelayan payang. Hal ini dikarenakan jumlah nelayan yang dibutuhkan nelayan payang dan rawai tiap kapalnya relatif jauh lebih banyak daripada jumlah nelayan pada kapal lainnya. Kapal rawai yang umumnya menyerap banyak nelayan adalah kapal rawai tuna.