PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG"

Transkripsi

1 PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG MUHAMMAD REZA QADARIAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada Payang adalah karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, April 2010 Muhammad Reza Qadarian C

3 ABSTRAK MUHAMMAD REZA QADARIAN, C Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada payang. Dibimbing oleh DINARWAN dan ANWAR BEY PANE Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu sebagai salah satu pelabuhan perikanan yang menjadi pusat kegiatan perikanan tangkap di Perairan Selatan Jawa Barat memiliki peran untuk memberikan pelayanan kepada kapalkapal yang beroperasi di sekitar Samudera Hindia. Pelayanan terhadap armada penangkapan merupakan salah satu fungsi atau peran dari PPN Palabuhanratu, dimana pelayanan tersebut antara lain terhadap pelayanan kebutuhan logistik yang didalamnya mencakup penyediaan air bersih, es balok dan juga bahan bakar minyak (BBM). PPN Palabuhanratu juga harus memiliki dermaga dan tempat tambat labuh yang digunakan untuk mengisi perbekalan dan juga tempat untuk melabuhkan kapal selama di pelabuhan perikanan. Armada payang merupakan salah satu armada penangkapan yang dominan ketiga dari seluruh armada yang ada di PPN Palabuhanratu, setelah bagan dan pancing. Seluruh kebutuhan melaut payang bergantung dari pihak PPN Palabuhanratu yang seyogianya menyediakan seluruh kebutuhan logistik untuk operasi penangkapan ikan. Kenyataan menunjukan bahwa semua kebutuhan logistik payang ternyata didapatkan dari luar PPN Palabuhanratu. Kebutuhan air bersih nelayan payang untuk keperluan air minum sebanyak 19 liter per trip, sedangkan es balok 2-3 balok (per balok = 50 kg) per trip dan kebutuhan BBM 7 jerigen (1 jerigen = 30 liter) per trip. Seluruh armada payang mendaratkan hasil tangkapannya di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu. Peran PPN Palabuhanratu terhadap armada payang ternyata hanya berhubungan pada penyediaan fasilitas kolam tambat labuh dan pendaratan hasil tangkapan. Kata kunci: Armada payang, kebutuhan logistik, peran PPN Palabuhanratu

4 Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak cipta dilindungi Undang-Undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

5 PERAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU TERHADAP KELANCARAN OPERASI PENANGKAPAN IKAN ARMADA PAYANG MUHAMMAD REZA QADARIAN C Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

6 Judul SKRIPSI : Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada Payang Nama : Muhammad Reza Qadarian NRP : C Program Studi : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Disetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Dinarwan, MS. Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA NIP NIP Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP Tanggal lulus : 22 April 2010

7 KATA PENGANTAR Skrispsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Judul yang diambil dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2009 ini adalah Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada Payang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak yang berkepentingan. Bogor, April 2010 Muhammad Reza Qadarian

8 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1) Bapak Ir. Dinarwan, MS dan Dr. Ir. Anwar Bey Pane, DEA selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan skripsi ini. 2) Ibu Dr. Ir. Tri Wji Nurani, M.Si selaku dosen penguji atas arahan dan sarannya dalam perbaikan skripsi ini. 3) Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si selaku komisi pendidikan atas arahan dan saran-sarannya. 4) Ibu Imas Masriah, S.Pi dan Bapak Eko Suheriyanto selaku staf PPN Palabuhanratu yang telah memberikan informasi selama penulis melakukan penelitian. 5) Kedua orang tua (Dendy Rachman dan Esih Sukaesih) dan adik-adik ku ( Niesya Kharismanita dan M. Rifqi Farisandi) yang menyayangiku yang telah banyak membantu baik materi, do a, motivasi, serta kasih sayangnya yang tulus. 6) Sahabat-sahabat seperjuangan PSP 41 khususnya saudara Deden H. Azam S.Pi, Ipan M.S, S.Pi, Resa Isroin Fauzy, S.Pi, Galih Arief S S.Pi, Rusman Hadi atas dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 7) Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini.

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sukabumi tanggal 14 Februari 1986 dari pasangan Bapak Dendy Rachman dan Ibu Esih Sukaesih. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Tugu Ibu Depok. Tahun 2001 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP 3) Depok. Pada tahun 2004 penulis lulus dari SMA Hayatan Thayyibah Sukabumi. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif pada berbagai kegiatan organisasi kampus. Organisasi yang diikuti diantaranya sebagai anggota Fisheries Diving Club (FDC) 2004/2005, anggota Century periode 2005/2006 dan 2006/2007. Selain itu penulis juga aktif sebagai asisten mata kuliah Avertebrata air tahun 2005/2006, asisten mata kuliah Metode Observasi Bawah Air (MOBA) 2007/2008. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan diantaranya sebagai ketua field trip mata kuliah Oseanografi Umum tahun 2005/2006. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Terhadap Kelancaran Operasi Penangkapan Ikan Armada Payang.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... iii 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Fungsi Peranan dan Fungsi Pelabuhan Perikanan Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Armada Payang Analisis chi kuadrat METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Analisis Data KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan Umum Perikanan Tangkap HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Armada payang Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu terhadap armada payang KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran i ii

11 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 54

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan air bersih di pelabuhan Perkembangan produksi dan nilai produksi perikanan di PPN Palabuhanratu tahun Perkembangan jumlah perahu di PPN Palabuhanratu, Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu, Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu, Jumlah armada payang yang beroperasi di Palabuhanratu tahun Jumlah hasil tangkapan payang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun Proyeksi jumlah armada payang di PPN Palabuhanratu tahun Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan perolehan air bersih di PPN Palabuhanratu tahun Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan perolehan es balok di PPN Palabuhanratu tahun Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan perolehan BBM di PPN Palabuhanratu tahun Hubungan armada penangkapan dengan tambat labuh di PPN Palabuhanratu tahun Hubungan armada penangkapan dengan tempat pendaratan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun i

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Pemakaian air bersih di PPN Palabuhanratu periode tahun Pemakaian es di PPN Palabuhanratu periode tahun Penyaluran es balok oleh pabrik es Sari Petojo ke kapal longline tahun Pemakaian BBM di PPN Palabuhanratu periode tahun Tangki BBM di PPN Palabuhanratu tahun Trend jumlah armada payang di PPN Palabuhanratu periode tahun Jumlah hasil tangkapan armada payang pada periode Solar Package Dealer Nelayan (SPDN) KUD Mina Mandiri Sinar Laut di PPN Palabuhanratu Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) PT. Paridi Asyudewi di PPN Palabuhanratu tahun Fasilitas PT. Mekartunas Rayasejati di PPN Palabuhanratu tahun ii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Gambar skematik payang Peta lokasi penelitian di Palabuhanratu tahun Data responden Nelayan Payang dan Non Payang Peta wilayah kerja darat dan laut PPN Palabuhanratu tahun Fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang di PPN Palabuhanratu tahun Perhitungan χ 2 untuk penyediaan air bersih di PPN Palabuhanratu tahun Perhitungan χ 2 untuk penyediaan es balok di PPN Palabuhanratu tahun Perhitungan χ 2 untuk penyediaan BBM di PPN Palabuhanratu tahun Perhitungan χ 2 untuk penyediaan tempat tambat dan labuh di PPN Palabuhanratu tahun Perhitungan χ 2 untuk penyediaan tempat pendaratan ikan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun iii

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan perikanan merupakan prasarana vital dalam pelaksanaan kegiatan perikanan tangkap. Pelabuhan perikanan juga merupakan tempat dilakukannya berbagai aktivitas yaitu sebagai tempat pendaratan hasil tangkapan, tempat berlabuh kapal perikanan, tempat memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan, pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil tangkapan, sebagai pusat pengembangan masyarakat nelayan, sebagai tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan, berdasarkan penjelasan pasal 41 UU No 31 tahun 2004 tentang perikanan (Shanticka, 2008). Pelabuhan perikanan mempunyai peran aktif dalam pengembangan perikanan tangkap di Indonesia karena ditunjang dengan segala fasilitas yang ada di pelabuhan perikanan. Dengan ditunjang berbagai fasilitas tersebut mulai dari fasilitas pokok, kemudian fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang maka pelabuhan perikanan diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada nelayan, sehingga dapat memperlancar seluruh kegiatan perikanan tangkap yang ada di pelabuhan perikanan. Pelayanan terhadap armada penangkapan merupakan salah satu fungsi atau peran dari pelabuhan perikanan, dimana pelayanan tersebut antara lain terhadap pelayanan kebutuhan logistik atau bekal bagi operasi penangkapan yang didalamnya mencakup penyediaan air bersih, es balok dan juga bahan bakar minyak (BBM). Pelabuhan perikanan juga harus memiliki dermaga dan tempat tambat labuh yang digunakan untuk mengisi perbekalan dan juga tempat untuk melabuhkan kapal selama di pelabuhan perikanan. Pelayanan lainnya adalah tempat untuk mendaratkan hasil tangkapan, dimana ditempat tersebut nelayan dapat menjual hasil tangkapannya kepada konsumen. Semua fasilitas tersebut sudah semestinya ada pada pelabuhan perikanan untuk menunjang kelancaran operasi penangkapan ikan dan juga dalam memberikan pelayanan yang sesuai dengan fungsi dan peranannya terhadap kebutuhan nelayan. Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu sebagai salah satu pelabuhan perikanan yang menjadi pusat kegiatan perikanan tangkap di Perairan

16 2 Selatan Jawa Barat memiliki peran untuk memberikan pelayanan kepada kapalkapal yang beroperasi di sekitar Samudera Hindia. Sejak tahun 2003 Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap telah mencoba meluncurkan program revitalisasi pelabuhan perikanan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi pelabuhan perikanan yang semula hanya melayani aktivitas perikanan di pelabuhan, kemudian diperluas untuk ikut membina pengembangan ekonomi perikanan (Mahyuddin, 2007). Selanjutnya Mahyuddin mengatakan bahwa pelaksanaan fungsi PPN Palabuhanratu selama program revitalisasi pelabuhan perikanan yang dijalankan sejak periode adalah : 1) Sebagai tempat tambat labuh kapal Melakukan pemantauan dan pengaturan terhadap kapal yang berlabuh dan bongkar muat. Menerima dan mengelola jasa tambat. Memberikan kemudahan dalam hal kebutuhan sarana dan jasa komunikasi dan telekomunikasi. 2) Tempat Pendaratan Ikan Memberikan pelayanan teknis untuk pendaratan ikan. Menyediakan tenaga dan sarana pendaratan. Pelayanan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan. Alat bantu bongkar dan alat angkut ikan hasil tangkapan lainnya. 3) Tempat untuk memperlancar kegiatan kapal-kapal perikanan Memberikan pelayanan teknis untuk memudahkan kapal-kapal melakukan kegiatan di pelabuhan (merapat, berlabuh, bongkar muat, keluar pelabuhan). Melayani kebutuhan melaut (BBM, es, garam dan perbekalan lain). Memberikan pelayanan dalam hal kebutuhan perbekalan anak buah kapal (ABK), jasa perbengkelan dan perawatan kapal serta jasa lainnya.

17 3 Armada payang merupakan salah satu armada penangkapan yang dominan ketiga dari seluruh armada yang ada di PPN Palabuhanratu, setelah Bagan dan Pancing. Berdasarkan data statistik PPN Palabuhanratu tahun 2006 jumlah armada payang mencapai 166 unit yang dari tahun sebelumnya berjumlah 101 unit (PPN Palabuhanratu, 2006). Sebagai salah satu armada yang dominan, payang menyerap banyak tenaga kerja dengan jumlah ABK mencapai 16 orang sampai 25 orang per unit penangkapannya. Seiring dengan bertambahnya jumlah armada payang, maka diperlukan perhatian khusus dari pihak PPN Palabuhanratu terhadap armada tersebut. Payang merupakan salah satu unit penangkapan yang dominan disukai masyarakat nelayan dan memiliki ABK yang relatif banyak, sehingga PPN Palabuhanratu dituntut untuk lebih memperhatikan segala kebutuhan logistiknya. Akan tetapi, dari sisi klasifikasi pelabuhan perikanan tipe B atau Nusantara, suatu pelabuhan perikanan nusantara pada hakekatnya tidak melayani kebutuhan logistik atau pendaratan ikan hasil tangkapan armada perahu motor tempel seperti payang. Pelabuhan perikanan hanya melayani armada kapal motor dan berukuran minimal 30 GT (Lubis, 2006). Oleh karenanya, perhatian khusus terhadap armada payang dihadapkan tidak hanya pada tingkatan pengelola pelabuhan perikanan namun juga pada tingkatan di atasnya (Ditjen Perikanan Tangkap) dan pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi. Seluruh kebutuhan melaut armada payang seharusnya difasilitasi pihak pelabuhan dimana armada tersebut menjadikanya sebagai fishing base yang seyogianya menyediakan seluruh kebutuhan logistik untuk operasi penangkapan ikan. Operasi penangkapan ikan unit penangkapan payang di PPN Palabuhanratu dilakukan secara one day fishing (dilakukan dalam sehari). Hasil tangkapan dari payang merupakan ikan-ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti : cakalang (Katsuwonus pelamis), tongkol (Auxis thazard) dan banjar (Euthynus alletteratus) yang sangat disukai oleh konsumen (Subani dan Barus, 1989). Sehubungan dengan hal-hal yang telah dikemukakan diatas maka perlu diketahui apakah benar seluruh kebutuhan logistik untuk bekal operasi

18 4 penangkapan ikan dan kegiatan pemasaran hasil tangkapan armada payang ditunjang oleh PPN Palabuhanratu, dalam arti bahwa semua fungsi PPN Palabuhanratu berjalan dengan baik terhadap armada payang. Untuk kepentingan itulah penelitian ini dilakukan. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Mengetahui kebutuhan logistik (air bersih, es balok, BBM) dari armada payang dan sumber tempat mendapatkannya. 2. Mengetahui tempat mendaratkan hasil tangkapan armada payang apakah di PPN Palabuhanratu saja atau tidak. 3. Mengetahui peran PPN Palabuhanratu terhadap pelayanan aktivitas perikanan armada penangkapan ikan, khususnya terhadap armada payang. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan juga masukan bagi pihak PPN Palabuhanratu mengenai kondisi pelayanan terhadap armada penangkapan ikan, khususnya terhadap armada payang di pelabuhan ini.

19 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan kegiatan penangkapan ikan dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Pelabuhan perikanan adalah merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik berskala nasional maupun internasional. Menurut Ayodhyoa (1975) pelabuhan perikanan adalah: (1) Pelabuhan khusus merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan, baik dilihat dari aspek produksi maupun aspek pemasarannya. (2) Gabungan area perairan dan daratan dengan dilengkapi berbagai fasilitas yang dapat digunakan oleh kapal perikanan. (3) Wilayah perairan terbuka dan terlindung dari angin topan, badai sehingga menjadikannya tempat yang aman dan menyenangkan bagi kapal yang mencari tempat perlindungan, pengisian bahan bakar, pengisian keperluan melaut, perbaikan atau aktivitas bongkar. (4) Pusat berbagai aktivitas industri perikanan, kegiatannya mulai dari kapal berangkat ke laut dan kembali ke pangkalan. Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.10/ MEN/ 2004 diacu dalam Sumiati (2008), pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi, pelabuhan perikanan samudera (tipe A), pelabuhan perikanan nusantara (tipe B), pelabuhan perikanan pantai (tipe C), dan pangkalan pendaratan ikan (tipe D). Selanjutnya Sumiati (2008) menyebutkan bahwa kriteria pelabuhan perikanan nusantara (tipe B), adalah: 1. Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah laut teritorial dan wilayah Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI); 2. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang-kurangnya 30 Gross Tonage (GT);

20 6 3. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya 3 m; 4. Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2250 GT kapal perikanan sekaligus; 5. Jumlah ikan yang didaratkan rata-rata 30 ton/hari; 6. Ikan yang didaratkan sebagian untuk ekspor; 7. Memiliki lahan yang sekurang-kurangnya seluas 15 ha; 8. Memiliki laboratorium pengujian mutu hasil perikanan; 9. Terdapat industri perikanan; 2.2 Peranan dan Fungsi Pelabuhan Perikanan Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) diacu dalam Sumiati (2008), pelabuhan perikanan merupakan pusat pengembangan ekonomi yang meliputi aspek produksi, pengolahan, dan pemasaran. Adapun peranan pelabuhan perikanan adalah: (1) Pusat aktivitas produksi, yaitu pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan dilaut sampai kemampuan membongkar hasil tangkapannya; (2) Pusat aktivitas pengolahan, yaitu pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya; (3) Pusat aktivitas pemasaran, yaitu pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan tempat awal pemasaran hasil tangkapan. Fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari berbagai kegiatan khusus adalah sebagai tempat untuk berlabuh dan bertambatnya kapal yang hendak bongkar muat hasil tangkapan ikan atau mengisi bahan perbekalan untuk melakukan penangkapan ikan di laut. Menurut Lubis (2006), fungsi pelabuhan perikanan berbeda dengan pelabuhan lainnya, dimana pelabuhan perikanan dikhususkan untuk aktivitas dibidang perikanan tangkap. Selanjutnya Lubis (2006) mengatakan bahwa terdapat dua jenis pengelompokan fungsi pelabuhan perikanan yaitu ditinjau dari pendekatan

21 7 kepentingan dan dari segi aktivitasnya. Fungsi pelabuhan perikanan berdasarkan pendekatan kepentingan adalah sebagai berikut : 1. Fungsi maritim, yaitu pelabuhan perikanan mempunyai aktivitas-aktivitas yang bersifat kemaritiman, yaitu merupakan suatu tempat kontak bagi nelayan atau pemilik kapal, antara laut dan daratan dan semua aktivitasnya; 2. Fungsi komersil, yaitu pelabuhan perikanan merupakan suatu tempat awal untuk mempersiapkan pemasaran produksi perikanan dengan melakukan transaksi pelelangan ikan; 3. Fungsi jasa, yaitu meliputi seluruh jasa-jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan sampai ikan didistribusikan. Fungsi jasa dapat dikelompokkan menjadi: i) Jasa-jasa yang melayani pendaratan ikan, antara lain penyediaan alatalat pengangkut ikan, keranjang-keranjang atau bak plastik dan buruh untuk membongkar ikan. ii) Jasa-jasa yang melayani kapal-kapal penangkap ikan, antara lain dalam penyediaan bahan bakar, air bersih dan es. iii) Jasa-jasa yang menangani mutu ikan, antara lain terdapatnya fasilitas cold storage, cool room, pabrik es dan penyediaan air bersih. iv) Jasa-jasa yang melayani keamanan pelabuhan, antara lain adanya jasa pemanduan bagi kapal-kapal yang akan masuk dan keluar pelabuhan, dan yang berfungsi memeriksa surat-surat kapal dan jumlah serta jenis barang atau ikan yang dibawa. v) Jasa-jasa pemeliharaan kapal dan pelabuhan antara lain adanya fasilitas docking, slipways, dan bengkel. Fungsi pelabuhan perikanan ditinjau dari segi aktivitasnya adalah merupakan pusat kegiatan ekonomi perikanan baik ditinjau dari aspek pendaratan dan pembongkaran ikan, pengolahan, pemasaran dan pembinaan terhadap masyarakat nelayan. Fungsi-fungsi tersebut antara lain; 1. Fungsi pendaratan dan pembongkaran Pelabuhan perikanan lebih ditekankan sebagai pemusatan sarana dan kegiatan pendaratan dan pembongkaran hasil tangkapan di laut. Pelabuhan

22 8 perikanan sebagai tempat pemusatan armada penangkap ikan untuk mendaratkan hasil tangkapan, tempat berlabuh yang aman, menjamin kelancaran pembongkaran ikan dan penyediaan bahan perbekalan. 2. Fungsi pengolahan Pelabuhan perikanan sebagai tempat untuk membina peningkatan mutu serta pengendalian mutu ikan dalam menghindari kerugian dari pasca tangkap. Fungsi pengolahan ini merupakan salah satu fungsi yang penting terutama pada saat musim ikan yaitu untuk menampung produksi perikanan yang tidak habis terjual dalam bentuk segar. 3. Fungsi pemasaran Pelabuhan perikanan juga berfungsi sebagai tempat untuk menciptakan mekanisme pasar yang menguntungkan baik bagi nelayan maupun bagi pedagang. Dengan demikian maka sistem pemasaran dari tempat pelelangan ikan ke konsumen harus diorganisir secara baik dan teratur. Pelelangan ikan adalah kegiatan awal dari pemasaran ikan di pelabuhan perikanan untuk mendapatkan harga yang layak khususnya bagi nelayan. 4. Fungsi pembinaan terhadap masyarakat nelayan Fungsi ini menunjukkan bahwa pelabuhan perikanan dapat dijadikan sebagai lapangan kerja bagi penduduk di sekitarnya dan sebagai tempat pembinaan masyarakat perikanan seperti nelayan, pedagang, pengolah dan buruh angkut agar mampu menjalankan aktivitasnya dengan baik. Melalui pembinaan ini, para pelaku atau pengguna di pelabuhan tersebut diharapkan dapat menguasai kegiatannya lebih baik lagi sehingga masingmasing pengguna memperoleh manfaat dan keuntungan yang optimal. 2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan perikanan dalam melaksanakan fungsi dan peranannya dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas tersebut berupa fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang(lubis, 2006). 1. Fasilitas Pokok Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar atau pokok yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi

23 9 untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas pokok tersebut antara lain terdiri dari : 1) Dermaga Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat berlabuh dan bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk keperluan penangkapan ikan di laut. Di pelabuhan perikanan, dermaga berfungsi untuk membongkar muat (unloading), mengisi bahan perbekalan (out fitting), dan berlabuh. Di pelabuhan tertentu, dermaga untuk masing-masing fungsi tersebut berbeda sehingga terdapat istilah dermaga untuk bongkar, dermaga untuk mengisi perbekalan dan dermaga untuk berlabuh. Namun ada kalanya ketiga kegiatan tersebut dilakukan pada dermaga yang sama. 2) Kolam Pelabuhan Kolam pelabuhan adalah daerah perairan pelabuhan untuk masuknya kapal yang akan bersandar di dermaga. Kolam pelabuhan menurut fungsinya terbagi dua yaitu berupa, alur pelayaran yang merupakan pintu masuk kolam pelabuhan sampai ke dermaga, dan kolam putar yaitu daerah perairan untuk berputarnya kapal. 3) Pemecah gelombang ( Breakwater ) Pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah di sekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut. 4) Daratan Pelabuhan Daratan pelabuhan adalah bagian darat yang menampung seluruh fasilitas pelabuhan. Luas daratan sebaiknya 2-4 kali luas seluruh fasilitas pelabuhan perikanan yang perhitungannya didasarkan pada kebutuhan pengembangan jangka panjang.

24 10 5) Alat bantu navigasi Alat bantu navigasi adalah alat bantu yang berfungsi : Memberikan peringatan atau tanda-tanda terhadap bahaya yang tersembunyi misalnya batu karang di perairan; Memberikan petunjuk dan bimbingan pada waktu akan keluar masuk pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang jangkar; Memberikan petunjuk atau bimbingan agar kapal dapat berlayar dengan aman di sepanjang pantai, sungai dan perairan lainnya. Kebutuhan fasilitas-fasilitas tersebut di suatu pelabuhan perikanan sangat penting untuk memperlancar berbagai aktivitas perikanan yang ada di pelabuhan, terutama aktivitas pendaratan. 2. Fasilitas Fungsional Menurut Lubis (2006), fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang berfungsi untuk meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok sehingga dapat menunjang aktivitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya tidak harus ada di suatu pelabuhan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional pelabuhan perikanan tersebut. Selanjutnya menurut Lubis fasilitas fungsional antara lain adalah gedung tempat pelelengan ikan (TPI), pabrik es, ice storage, cold storage, cool room, instalasi bahan bakar minyak (BBM), instalasi air, instalasi listrik, slipway, bengkel, balai pertemuan nelayan, tempat pengolahan dan instalasi komunikasi. Fasilitas-fasilitas fungsional ini dikelompokkan antara lain : 1). Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, yaitu : (1) Gedung tempat pelelangan ikan (TPI) berfungsi untuk melelang ikan, dimana terjadi pertemuan antara penjual (nelayan atau pemilik kapal) dengan pembeli (pedagang atau agen perusahaan ikan). (2) Fasilitas pemeliharaan dan pengolahan hasil tangkapan ikan, seperti gedung pengolahan, tempat penjemuran ikan dan lain-lain. (3) Pabrik es. Es terutama dipergunakan untuk mempertahankan mutu ikan pada saat operasi penangkapan dan pengangkutan ke pasar atau pabrik. Bangunan pabrik es biasanya terdiri dari ruang mesin, ruang kompresor, ruang produksi, ruang penyimpanan es dan ruang operator.

25 11 (4) Gudang es. Bangunan gudang es diperlukan apabila produksi kemungkinan tidak terserap pasar secara keseluruhan, pabrik es jauh dari dermaga perbekalan (out fitting) atau kemungkinan mendatangkan es dari luar. (5) Refrigerasi/fasilitas pendinginan, seperti cool room, cold storage. Fasilitas ini berfungsi untuk tempat penyimpanan sementara produkproduk perikanan yang tidak langsung dipasarkan yang disebabkan oleh berbagai alasan diantaranya adalah menunggu harga yang baik, kelebihan produksi atau tempat transit. (6) Gedung-gedung pemasaran, tempat grosir memasarkan ikannya. Gedung ini biasanya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti alat sortir, timbangan, pengepakan dan lain-lain. 2). Fasilitas pemeliharaaan dan perbaikan armada dan alat penangkap ikan, yaitu : (1) Lapangan perbaikan alat penangkapan ikan; (2) Ruangan mesin; (3) Tempat penjemuran alat penangkap ikan; (4) Bengkel : fasilitas untuk memperbaiki mesin kapal (5) Slipways : tempat untuk penyimpanan jaring (6) Gudang jaring : tempat penyimpanan jaring (7) Vessel lift : fasilitas untuk mengangkat kapal dari kolam pelabuhan ke lapangan perbaikan kapal. 3). Fasilitas perbekalan, yaitu tangki dan instalasi air minum serta tangki bahan bakar. 4). Fasilitas komunikasi, yaitu stasiun jaringan telepon, radio single side band (SSB). Fasilitas-fasilitas tersebut diperlukan di suatu pelabuhan perikanan dalam rangka meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok dengan cara memberikan pelayanan yang dapat menunjang aktivitas-aktivitas yang ada di suatu pelabuhan.

26 12 3. Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan kenyamanan melakukan aktivitas di pelabuhan, antara lain terdiri dari : (1) Fasilitas kesejahteraan, yaitu MCK (mandi, cuci, kakus), poliklinik, kantin/warung dan musholla. (2) Fasilitas administrasi, yaitu kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar dan kantor beacukai. 2.4 Armada Payang Definisi payang Payang merupakan alat tangkap yang sudah lama dikenal dan digunakan di perairan Indonesia. payang merupakan pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri atas bagian kantong (bag), badan (body), dan dua buah sayap di bagian kiri dan kanan (wing) serta tali ris (lampiran-1). Bagian kantong terdiri atas bagian kecil yang tiap bagian mempunyai nama sendiri bagi tiap daerah. Pada payang tali ris atas lebih panjang yang berbeda dari tali ris bawah dengan maksud agar ikan dapat masuk ke dalam kantong jaring dengan mudah dan mencegah lolosnya ikan ke arah vertikal bawah. Hal ini karena payang umumnya digunakan untuk menangkap jenis ikan pelagis yang biasanya hidup di bagian lapisan atas air dan mempunyai sifat cenderung lari ke lapisan bawah permukaan perairan apabila telah terkurung jaring (Subani dan Barus, 1989). Von Brandt (1984) mengungkapkan bahwa alat tangkap payang termasuk kedalam kelompok seine net atau danish net, yaitu alat tangkap yang mempunyai bagian badan, sayap, dan tali penarik yang sangat panjang atau disebut juga warp. Alat ini dioperasikan dengan cara melingkari area seluas-luasnya dan kemudian menariknya ke kapal atau ke pantai. Alat tangkap ini sesuai perkembangan dimodifikasi disesuaikan dengan daerah penangkapan dan spesies ikan yang ditangkap.

27 13 Menurut Monintja (1991), secara rinci alat tangkap payang terdiri atas bagian-bagian: 1. Sayap, terdiri atas sayap kiri dan sayap kanan yang merupakan lembaranlembaran jaring yang disatukan dan berfungsi sebagai pengurung ikan; 2. Badan, merupakan lembaran jaring yang disatukan berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan dan biasanya mata jaring pada badan lebih kecil dari sayap; 3. Kantong, merupakan satu kesatuan lembaran jaring yang berbentuk kerucut terpacung, semakin ke ujung jumlah mata jaringnya berkurang dan ukurannya semakin kecil; 4. Tali ris, terdiri atas tali ris atas dan tali ris bawah, berfungsi untuk merentangkan jaring; 5. Pelampung, berfungsi untuk mempertahankan bentuk jaring sesuai dengan yang diinginkan dan juga memelihara jaring agar tetap terapung; dan 6. Pemberat, berfungsi untuk memberikan daya berat ke bawah Kapal, nelayan dan jenis hasil tangkapan payang Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan untuk aktivitas penangkapan ikan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pengelolaan usaha budidaya, serta aktivitas penelitian, inspeksi atau pengawasan. Pada kapal perikanan dilakukan kerja menangkap, menyimpan dan mengangkut ikan (Nomura dan Yamazaki, 1977). Pengoperasian payang umumnya menggunakan kapal tradisional, dengan mesin motor tempel atau outboard engine. Kapal ini memiliki konstruksi khusus, yaitu memiliki tiang pengamat yang disebut kakapa (Ayodhyoa, 1981). Selanjutnya dalam pengoperasian payang dilakukan oleh nelayan yang mempunyai tugas dan fungsi masing-masing di dalam sebuah armada payang. Nelayan tersebut dapat dibagi dalam beberapa golongan. Berdasarkan kepemilikan terhadap kapal dan alat tangkap, maka nelayan dibedakan atas nelayan pemilik (juragan) dan nelayan buruh (pandega). Berdasarkan waktu kerjanya nelayan dibedakan atas nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk

28 14 operasi penangkapan ikan, sedangkan nelayan sambilan adalah nelayan yang sebagian waktunya digunakan untuk operasi penangkapan ikan (Ayodhyoa,1981). Jumlah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap payang berkisar antara 6 orang untuk payang berukuran kecil dan 16 orang untuk payang berukuran besar (Subani dan Barus, 1989). Biasanya nelayan telah membentuk satu kesatuan kerja yang tetap dan dipimpin oleh juru mudi yang sekaligus bertindak sebagai fishing master (Ayodhyoa, 1981). Dalam operasi penangkapan ikan dengan payang, nelayan terlebih dahulu melakukan persiapan sebelum berangkat dari fishing base menuju fishing ground. Persiapan tersebut meliputi penyusunan alat tangkap dan persiapan bahan bakar serta perbekalan (Monintja, 1991). Selanjutnya Monintja menjelaskan bahwa dalam pengoperasian payang terdiri dari dua tahap, tahap setting dan tahap hauling. Tahap setting dilakukan bila telah ditemukan gerombolan ikan dengan cara yang masih tradisional, yaitu dengan menduga-duga keberadaan gerombolan ikan. Setelah dilakukan setting maka segera dilakukan hauling, dengan menarik seluruh bagian jaring ke atas perahu, kemudian dilakukan pemindahan ikan hasil tangkapan dari kantong ke palka perahu. Jenis ikan hasil tangkapan payang terutama adalah ikan-ikan pelagis, dimana ikan yang berenang di dekat permukaan air lalu membatasi ruang gerak ikan sehingga terkurung pada bagian sayap dan selanjutnya ikan masuk ke dalam kantong. Mawardi (1990) menjelaskan bahwa yang menjadi tujuan utama dari operasi penangkapan payang di Palabuhanratu adalah jenis-jenis ikan pelagis yang mempunyai nilai ekonomis penting seperti : Cakalang (Katsuwonus pelamis), Tongkol (Auxis thazard) dan Banjar (Euthynus alletteratus). Hasil tangkapan yang diperoleh alat tangkap payang sangat bergantung pada keadaan daerah dan jumlah ikan yang berkumpul di daerah penangkapan. 2.5 Analisis Chi Kuadrat (χ 2 ) Analisis chi kuadrat merupakan salah satu metode statistik nonparametrik atau bebas-sebaran. Metode statistik non parametrik merupakan prosedur pengujian yang tidak mengasumsikan pengetahuan apapun mengenai sebaran

29 15 populasi yang mendasarinya. Uji nonparametrik memiliki beberapa keunggulan. Pertama, perhitungan yang diperlukan sederhana dan dapat dikerjakan dengan cepat. Kedua, datanya tidak harus merupakan pengukuran kuantitatif, tetapi dapat berupa respon yang kualitatif, seperti produk cacat lawan tidak cacat. Ketiga, penggunaan uji nonparametrik adalah bahwa uji-ujinya disertai dengan asumsiasumsi yang jauh tidak mengikat dibandingkan dengan uji parametrik (Walpole, 1997). Uji Nonparametrik atau bebas-sebaran digunakan bila : 1. Bentuk distribusi populasinya, darimana sampel diambil, tidak diketahui menyebar secara normal. 2. Variabel dinyatakan dalam bentuk nominal (diklasifikasikan dalam bentuk kategori dan dihitung frekuensinya). 3. Variabel dinyatakan dalam bentuk ordinal (disusun dalam urutan, dinyatakan dalam jenjang). Penggunaan Uji nonparametik dengan analisis chi kuadrat (χ 2 ) bertujuan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan antara variabel nominal dengan variabel ordinal (Hasan, 2004). Uji χ 2 hanya digunakan untuk data diskrit. Menurut Wibisono (2005) Uji chi kuadrat banyak digunakan di berbagai bidang yang menyangkut keselarasan (goodness of fit) maupun uji kebebasan tentang distribusi empiris dan teoritis. Uji ini didasarkan pada seberapa baik keselerasan antara frekuensi pengamatan (observasi) dan frekuensi yang diharapkan dari distribusi teoritis yang dihipotesiskan pengujian tentang kebebasan antara dua peubah/lebih, kehomogenitas proporsi, bahkan sebagai alternatif dalam pengujian beberapa nilai lokasi sekaligus yang analog dengan uji keragaman juga menjadi fokus dari chi kuadrat. Uji chi kuadrat ini adalah uji independensi, dimana suatu variabel tidak dipengaruhi atau tidak ada hubungan dengan variabel lain. Chi kuadrat bukan merupakan ukuran derajat hubungan. Uji ini hanya digunakan untuk memperkirakan bahwa beberapa faktor, disamping faktor kesempatan (sampling eror), dipandang mempengaruhi adanya hubungan. Selama hipotesa nol menyatakan bahwa tidak ada hubungan (variabel-variabelnya independen), uji ini hanya mengevaluasi kemungkinan bahwa hubungan dari nilai pengamatan

30 16 disebabkan oleh faktor kesempatan (sampling eror). Hipotesa nol ditolak bila nilai χ 2 yang dihitung dari sampel lebih besar dari nilai χ 2 dalam tabel berdasarkan tingkatan signifikansi tertentu. Ho diterima apabila : χ 2 hit χ 2 tabel ; derajat bebas tertentu Ho ditolak apabila : χ 2 hit > χ 2 tabel ; derajat bebas tertentu Ditemukannya nilai χ 2 yang signifikan belum tentu menunjukkan adanya hubungan sebab akibat (seperti halnya dalam korelasi). Diketemukan nilai χ 2 yang signifikan menunjukkan bahwa variabel-variabelnya memiliki keterkaitan hubungan satu dengan lainnya (Djarwanto,1985).

31 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2009, dan mengambil tempat di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat (lampiran-2). 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data hasil kuesioner ditunjang dengan data-data sekunder lainnya. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dan kamera digital. 3.3 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus, dimana kasus yang diteliti adalah pelayanan penyediaan fasilitas kepelabuhanan untuk menunjang kelancaran operasi penangkapan ikan armada penangkapan payang yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai fishing base-nya dan yang bergantung kepada pemenuhan perbekalan melaut atau kebutuhan logistik (air bersih, es balok, BBM), dan juga dalam penyedia kolam tambat labuh dengan tempat pendaratan hasil tangkapan. Penelitian dilakukan dengan cara : Pengamatan langsung terhadap fasilitas-fasilitas yang ada dan juga aktivitas operasional di PPN Palabuhanratu, hal ini dilakukan untuk melihat peran dan fungsi dari masing-masing fasilitas yang ada di PPN Palabuhanratu; Pengamatan langsung terhadap aktivitas operasional armada payang, dalam pemenuhan perbekalan melaut atau kebutuhan logistik seperti : air bersih, es, dan BBM. Hal ini dilakukan untuk mengetahui besaran dan ketersediaan kebutuhan melaut armada payang di PPN Palabuhanratu serta peran pihak PPN Palabuhanratu dalam pemenuhan kebutuhan melaut armada payang di pelabuhan perikanan ini;

32 18 Melakukan wawancara dan pengisian kuesioner kepada para responden. Responden diambil secara stratified random sampling yang dianggap dapat mewakili kepentingan penelitian. Responden diambil dari nelayan payang dan non payang. Nelayan non payang yang dimaksud adalah nelayan yang juga memanfaatkan fasilitas dari PPN Palabuhanratu dan memiliki karakter operasi penangkapan ikan yang sama dengan payang yaitu one day fishing seperti nelayan Pancing Layur. Banyaknya jumlah responden nelayan yang diambil untuk nelayan payang adalah 20 responden, untuk nelayan non payang adalah 14 responden (lampiran-3). Penelitian ini dilengkapi pula dengan pengumpulan data dari pihak PPN Palabuhanratu dan dari pihak KUD. 3.4 Analisis Data Data yang diperoleh akan dianalisis dengan: 1. Analisis data terkait dengan kebutuhan logistik (air bersih, es dan BBM) armada payang dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif (melalui tabulasi, analisis grafik dan perhitungan rata-rata dan simpangan). 2. Analisis yang digunakan untuk mengetahui peran PPN Palabuhanratu terhadap kelancaran operasi armada payang, yaitu dengan menggunakan analisis chi kuadrat (χ 2 ), dimana analisis ini digunakan untuk data diskrit. Pada penelitian ini parameter yang akan dilihat dalam hubunganya terhadap peran PPN Palabuhanratu adalah : a) Peran penyediaan air bersih; b) Peran penyediaan es balok sebagai bekal operasi penangkapan; c) Peran penyediaan BBM sebagai bekal operasi penangkapan; d) Peran penyedia kolam tambat labuh armada payang; e) Peran penyedia tempat pendaratan hasil tangkapan armada payang.

33 19 Teknis dari analisis χ 2 dapat dilihat dari tabel frekuensi hasil pengamatan dan frekuensi yang diharapkan seperti dapat ditunjukkan dalam tabel berikut : Tabel 1 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan air bersih Armada Pelayanan penyediaan air bersih di... Jumlah Penangkapan PPN P Luar PPN P Responden payang (a) (b) (a + b) Non payang (c) (d) (c + d) Jumlah (a + c) (b + d)... Guna menyederhanakan keperluan menghitung frekuensi teoritis, untuk tabel 2 x 2 (4 sel) dengan d.b. 1, χ 2 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : χ 2 = ( a 2 n[( ad bc )] + b)( c + d )( a + c )( b + d ) Bila χ 2 hit < χ 2 tabel : terima Ho (tidak ada hubungan antara armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan air bersih) χ 2 hit > χ 2 tabel : tolak Ho (ada hubungan antara armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan air bersih)

34 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu juga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak pada posisi LS dan BT, dengan batas wiilyah administrasi : sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lebak, Banten dan sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Batas wilayah tersebut 40 % berbatasan dengan lautan dan 60 % merupakan daratan. Luas wilayah Kabupaten Sukabumi yaitu, ha ( Palabuhanratu berada pada LS dan BT di ketinggian 0 50 meter dari permukaan air laut dengan luas wilayah ,13 ha. Kecamatan Palabuhanratu terbagi ke dalam 13 desa yaitu, Citepus, Tanjong, Cikadu, Citarik, Pasirsuren, Cidadap, Loji, Cibuntu, Mekarasih, Kertajaya, Cihaur, Buniwangi dan Cibodas. Batas-batas wilayah Kecamatan Palabuhanratu secara administratif yaitu: (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cikidang, (2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpenan, (3) Sebelah Timur berbatasan dengan Bantar Gadung, (4) Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Hindia, Palabuhanratu terletak pada daerah pantai Selatan Jawa Barat yang memiliki panjang garis pantai untuk Kabupaten Sukabumi kurang lebih 117 km, merupakan daerah yang berbukit dan daratan merupakan ciri utama pantai selatan dengan pantai terjal dan perbukitan yang bergelombang serta mempunyai kemiringan 40 % dan disusun oleh sedimen tua, lereng pegunungan, pantai rendah dan sempit berupa teluk juga banyak aliran sungai yang bermuara ke perairan ini.

35 21 (2) Kondisi Iklim dan Musim Kondisi iklim tropis di wilayah pesisir Teluk Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh musim angin barat yang bertiup dari Timur ke Barat, dan musim angin timur yang bertiup dari Barat ke Timur. Musim angin barat bertiup dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan musim angin timur berlangsung antara bulan Juni sampai dengan bulan September. Curah hujan tahunan di pesisir Teluk Palabuhanratu dan sekitarnya berkisar antara mm per tahun dan hari hujan hari per tahun. Suhu udara di sekitar wilayah ini berkisar antara C dan memiliki kelembaban udara yang berkisar antara %. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi memiliki 7 tempat pendaratan hasil tangkapan ikan, antara lain, Palabuhanratu, Cibanban, Cisolok, Ujung Genteng, Loji, Ciwaru dan Minajaya. Kegiatan perikanan tangkap terbesar di wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di Kecamatan Palabuhanratu, karena di kecamatan tersebut terdapat fasilitas perikanan yang cukup besar, yaitu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu. Oleh karena itu PPN Palabuhanratu menjadi pusat fasilitas dan aktivitas perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi (PPN Palabuhanratu, 2008) Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu PPN Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. PPN Palabuhanratu merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Departemen Kelautan dan Perikanan, yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 18 Februari Pembangunan PPN Palabuhanratu mendapat bantuan dari Asian Development Bank (ADB) dan Islamic Development Bank (ISDB). Tujuan pembangunan pelabuhan ini adalah untuk menunjang perikanan tangkap dengan menyediakan sarana dan prasarana kegiatan perikanan tangkap (Sumiati, 2008). 1) Produksi Hasil Tangkapan dan Nilai Produksi Produksi hasil tangkapan adalah banyaknya hasil tangkapan yang didaratkan di tempat pendaratan ikan dalam hal ini PPN Palabuhanratu, sedangkan nilai

36 22 produksi adalah nilai yang dihasilkan dari sejumlah hasil tangkapan yang didaratkan (satuan rupiah) (Sumiati, 2008). Jenis hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu sangat beragam, antara lain ikan cakalang, tongkol banyar, layur, tongkol lisong, tuna big eye, tuna albakore, tuna yellow fin, tembang, layang, peperek, cucut, baronang, dan sebagainya. Produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dari tahun mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 terjadi kenaikan produksi hasil tangkapan sebesar 6.068,92 ton atau sebesar 94,7 % dari tahun sebelumnya, sementara pada tahun 2006 terjadi penurunan sebesar 20,9 %. Pada tahun 2007 terjadi kenaikan sebesar 36,3 %, namun terjadi penurunan kembali pada tahun 2008 sebesar 34,7 %. Peningkatan jumlah produksi hasil tangkapan pada tahun 2005 disebabkan karena adanya usaha dari pihak PPN Palabuhanratu untuk meningkatkan pelayanan dengan mengembangkan fasilitas yang ada. Pada tahun 2002 PPN Palabuhanratu membangun dermaga baru dengan panjang 410 m dan kolam baru seluas 2 ha. Dengan dibangunnya fasilitas tersebut secara langsung dapat mempengaruhi terhadap jumlah produksi hasil tangkapan ikan yang didaratkan. Nilai produksi perikanan yang didaratkan di PPN Palabuhanratu selama kurun waktu mengalami peningkatan dan penurunan yang terjadi setiap tahunnya. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2005 dimana nilai produksi mencapai Rp ,- atau meningkat 109,6 % dari tahun sebelumnya. Perkembangan produksi dan nilai produksi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Palabuhanratu tahun Produksi Perkembangan Nilai Produksi Perkembangan Tahun Ikan (ton) (%) Ikan (Rp) (%) , ,09 94,7 % ,6 % ,719-20,9 % ,8 % ,68 36,3 % ,7 % ,94-34,7 % ,2 % Sumber : PPN Palabuhanratu, diolah kembali 2009

37 23 2) Unit Penangkapan Ikan Keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan sangat ditentukan oleh unit penangkapan yang ada. Unit penangkapan merupakan kesatuan teknis yang saling terkait dan menunjang dalam operasi penangkapan ikan yang terdiri dari armada penangkapan (perahu atau kapal perikanan), alat tangkap dan nelayan. (1) Armada Penangkapan Ikan Armada yang ada di PPN Palabuhanratu atau di sekitar Teluk Palabuhanratu dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kapal motor dan perahu motor tempel (Tabel 3). Kapal motor menggunakan mesin yang diletakkan di bagian dalam badan kapal (inboard engine). Umumnya kapal motor ini digunakan oleh nelayannelayan yang bermodal besar dan digunakan untuk usaha perikanan skala cukup besar. Alat tangkap yang dioperasikan menggunakan kapal motor antara lain purse seine, tuna longline, gillnet. Sedangkan perahu motor tempel menggunakan motor tempel (outboard engine) yang diletakkan di bagian luar kapal, umumnya perahu motor tempel ini digunakan dalam usaha perikanan skala kecil karena perahu yang digunakan harganya relatif terjangkau. Jumlah perahu atau kapal perikanan di PPN Palabuhanratu tahun dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3 Perkembangan Jumlah Perahu atau Kapal di PPN Palabuhanratu tahun Tahun PMT (unit) KM (unit) Jumlah Sumber : PPN Palabuhanratu, diolah kembali 2009 Keterangan : PMT: Perahu Motor Tempel; KM: Kapal Motor Jumlah unit perahu dan kapal penangkapan ikan di PPN Palabuhanratu selama periode terus meningkat. Jumlah unit tertinggi terdapat pada tahun 2007 dengan jumlah 852 unit dimana komposisi PMT sebanyak 531 unit

38 24 dan kapal motor sebanyak 321 unit, sedangkan jumlah unit terendah terdapat pada tahun 2004 dengan jumlah 402 unit dimana komposisi PMT sebanyak 266 unit dan untuk kapal motor sebanyak 136 unit. Pada tahun 2008 kapal yang mendominasi di PPN Palabuhanratu adalah jenis PMT yang terdiri dari kapal kincang, payang dan dogol dengan jumlah 416 unit dari jumlah total kapal yang ada sebesar 646 unit. (2) Alat Tangkap PPN Palabuhanratu merupakan pelabuhan yang memiliki jenis alat penangkap ikan yang beragam, alat tangkap yang digunakan antara lain Pancing, payang, gillnet, bagan, rawai, trammel net, rampus, tuna longline. Alat tangkap yang dominan digunakan di Palabuhanratu dari tahun adalah pancing layur. Perkembangan jumlah alat tangkap dalam periode selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPN Palabuhanratu tahun Jenis Alat Tangkap Tahun Payang Pancing layur Bagan Gillnet Purse seine Rawai Tuna long line Rampus Trammel net Pancing tonda Sumber : PPN Palabuhanratu, diolah kembali 2009

39 25 (3) Nelayan Nelayan adalah salah satu komponen penting dalam unit penangkapan ikan, karena nelayan adalah orang-orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan. Nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu merupakan penduduk asli dan pendatang yang berasal dari Indramayu, Cirebon dan Bugis. Nelayan yang ada di PPN Palabuhanratu dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau sering disebut juga taweu adalah nelayan yang memiliki unit penangkapan ikan atau sarana produksi, sedangkan nelayan buruh adalah nelayan yang ikut dalam operasi penangkapan ikan. Perkembangan jumlah nelayan di Palabuhanratu periode tahun dapat dilihat pada Tabel 5 Tabel 5 Perkembangan jumlah nelayan di PPN Palabuhanratu periode tahun Tahun Nelayan (jiwa) Perkembangan (%) ,7% ,8% ,2% ,9% Sumber : PPN Palabuhanratu, diolah kembali ) Fasilitas PPN Palabuhanratu Fasilitas-fasilitas di suatu pelabuhan perikanan sangat dibutuhkan guna memperlancar seluruh aktifitas yang ada di pelabuhan tersebut. Fasilitas tersebut antara lain fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang. Fasilitas yang terdapat di PPN Palabuhanratu terdiri dari : (1) Fasilitas pokok Fasilitas pokok yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah : 1) Areal Pelabuhan PPN Palabuhanratu memiliki luas areal 10,29 ha dan seluruh areal tersebut sudah digunakan guna membangun fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan

40 26 fasilitas penunjang. Areal pelabuhan ini merupakan daerah daratan yang digunakan sepenuhnya untuk menampung seluruh fasilitas-fasilitas tersebut. Areal ini merupakan milik PPN Palabuhanratu dan kapasitas lahan yang tersedia telah dimanfaatkan seluruhnya. 2) Dermaga Pada awal operasional PPN Palabuhanratu panjang dermaga adalah 509 m, kemudian setelah beberapa tahun operasional dermaga tersebut telah melampaui kapasitasnya karena kapal-kapal yang menggunakan PPN Palabuhanratu sebagai tempat mendaratkan hasil tangkapan setiap tahun meningkat. Pada tahun 2002 untuk meningkatkan pelayanan, pihak PPN Palabuhanratu telah membangun dermaga baru atau dermaga 2 sepanjang 410 m, dimana dermaga ini dipergunakan untuk melayani kapal-kapal ukuran >30 GT, sedangkan dermaga 1 digunakan untuk melayani kapal-kapal ukuran <30 GT. 3) Kolam Pelabuhan PPN Palabuhanratu memiliki 2 kolam pelabuhan dimana kolam pelabuhan 1 memiliki luas sekitar 3 ha, dan baru pada tahun 2002 seiring dengan pembangunan dermaga 2 maka kolam pelabuhan 2 dibangun dengan luas sekitar 2 ha. Kolam pelabuhan 2 dibangun karena kolam pelabuhan sebelumnya tidak cukup menampung aktivitas kapal. 4) Breakwater Breakwater yang ada di PPN Palabuhanratu berfungsi sebagai pelindung kapal-kapal perikanan yang tambat-labuh di dermaga terhadap pengaruh gelombang laut. Panjang breakwater yang dimiliki PPN Palabuhanratu bagian utara 125 m, bagian selatan 294 m, bagian timur 200 m dan bagian barat 50 m. 5) Alat Bantu Navigasi Alat bantu navigasi di PPN Palabuhanratu adalah dua buah rambu navigasi berwarna hijau dan merah yang digunakan sebagai tanda alur keluar masuk (pintu) pelabuhan pada bagian ujung breakwater. 6) Alur masuk Alur masuk berfungsi sebagai jalan masuk atau keluar bagi kapal-kapal yang

41 27 hendak tambat-labuh di PPN Palabuhanratu. Panjang alur masuk PPN Palabuhanratu adalah 294 m. 7) Turap sungai Panjang turap sungai yang dimiliki oleh PPN Palabuhanratu adalah 200 m 2. (2) Fasilitas Fungsional Fasilitas fungsional yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah : 1) Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Gedung TPI PPN Palabuhanratu memiliki luas 900 m 2. Gedung TPI tersebut dilengkapi dengan kantor dan tempat pelelangan. TPI PPN Palabuhanratu pada saat ini tidak dapat dimanfaatkan sebagaimana fungsinya sebagai tempat pelelangan ikan. 2) Pasar ikan Luas pasar ikan yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah 352 m 2, dimana letak pasar ikan ini bersebelahan dengan gedung tempat pelelangan ikan dan dimanfaatkan sebagai tempat pemasaran ikan. 3) Menara air dan Instalasi PPN Palabuhanratu memiliki fasilitas air bersih berupa satu unit menara air dengan kapasitas 400 m 3 yang berada di dekat kantor PPN Palabuhanratu. Saat ini telah terpasang instalasi air yang baru, khusus untuk kegiatan masyarakat baik nelayan maupun pihak investor dalam meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat perikanan, penetapan harga penjualan air ditentukan berdasarkan harga dasar perusahaan daerah air minum (PDAM) ditambah 10 % untuk biaya pelayanan. 4) Tangki BBM Tangki BBM yang terdapat di PPN Palabuhanratu berjumlah dua unit dengan kapasitas masing-masing adalah 320 m 3 dan 208 m 3 dipasok dari station package dealer (SPDN) untuk nelayan yang dikelola oleh koperasi unit desa (KUD) Mina Mandiri Sinar Laut. SPDN ini terdapat di dalam pelabuhan dikhususkan untuk menyalurkan solar kepada kapal-kapal dengan ukuran <30 GT dengan harga subsidi Rp 4.500,00/liter dan untuk kapal-kapal yang berukuran >30 GT dipasok dari stasiun bahan bakar bunker (SPBB) yang

42 28 dikelola oleh pihak swasta PT. Paridi Asyudewi. 5) Listrik dan instalasi Listrik yang ada di PPN Palabuhanratu bersumber dari perusahaan listrik negara (PLN) dengan kapasitas daya 82,5 kilo volt amper (KVA). Instalasi listrik ini dikelola oleh pihak KUD Mina Mandiri Sinar Laut dan digunakan untuk penerangan jalan komplek, fasilitas pelabuhan, perumahan dan kegiatan perusahaan. 6) Tempat perbaikan jaring PPN Palabuhanratu memiliki tempat untuk memperbaiki jaring dengan luas bangunan 500 m 2 dan areal untuk penjemuran dan perbaikan jaring seluas m 2. 7) Balai Pertemuan Nelayan (BPN) Balai pertemuan nelayan digunakan untuk mengadakan pertemuan nelayan, rapat nelayan, penyuluhan bagi nelayan, rapat KUD dan pelatihan-pelatihan di bidang perikanan. 8) Sarana Komunikasi Sarana komunikasi yang terdapat di PPN Palabuhanratu berupa dua unit radio SSB (single side band), telepon dan faksimil yang digunakan untuk kelancaran informasi di pelabuhan. 9) Pos Penjagaan Pos penjagaan terdapat di pintu masuk PPN Palabuhanratu yang dijaga oleh satpam secara bergiliran dan berfungsi untuk menjaga dan mengatur alur lalu lintas agar tertib, aman dan lancar. 10) Garasi Alat Berat PPN Palabuhanratu mempunyai garasi alat berat dengan luas 200 m 2. 11) Jalan komplek pelabuhan yang dimiliki PPN Palabuhanratu cukup memadai dalam menunjang aktivitas di PPN Palabuhanratu, jalan tersebut terbuat dari konstrusksi aspal sehingga memudahkan kendaraan melintasi kawasan pelabuhan.

43 29 (3) Fasilitas Penunjang Fasilitas penunjang yang terdapat di PPN Palabuhanratu adalah : 1) Kantor Administrasi Pelabuhan Kantor adminstrasi pelabuhan terdiri dari kantor UPT PPN Palabuhanratu, kantor Syahbandar, Kepolisian, Dinas Perikanan dan Kelautan serta Pengawas Kapal Ikan. Kantor UPT PPN Palabuhanratu mempunyai luas 528 m 2 digunakan sebagai pusat administrasi guna kelancaran operasional PPN Palabuhanratu. Kantor pelabuhan ini dilengkapi dengan ruang pertemuan, komputer, telepon dan faksimil. 2) Rumah Dinas PPN Palabuhanratu mempunyai fasilitas rumah dinas yang terdiri dari satu unit rumah dinas kepala pelabuhan seluas 70 m 2, enam unit rumah dinas pegawai pelabuhan seluas 70 m 2 sebanyak 5 unit dan seluas 50 m 2 sebanyak 1 unit serta dilengkapi dua unit guess house seluas 70 m 2 dan mess operator seluas 190 m 2. 3) Musholla PPN Palabuhanratu mempunyai sarana ibadah berupa musholla 1 unit yang dimanfaatkan pengguna jasa pelabuhan maupun penduduk setempat. Mushola ini terletak di depan dekat pintu masuk menuju pelabuhan. 4) MCK Keberadaan MCK sangat diperlukan pengguna pelabuhan, fasilitas ini dibangun untuk meningkatkan pelayanan kepada jasa pelabuhan disamping untuk menciptakan lingkungan yang bersih di dalam pelabuhan. Luas MCK yang ada di PPN Palabuhanratu adalah 45 m 2 dilengkapi dengan tempat mandi, mencuci dan kakus. 5) Tempat Parkir Tempat parkir di PPN Palabuhanratu terdapat di depan kantor UPT PPN Palabuhanratu dan di sekitar jalan komplek pelabuhan. Tempat parkir yang terdapat di depan UPT PPN Palabuhanratu dipergunakan untuk memarkir kendaraan karyawan PPN Palabuhanratu. Sumber dan kondisi fasilitas-fasilitas diatas selengkapnya disajikan pada lampiran-5.

44 30 4) Penyediaan Kebutuhan Logistik Penyediaan kebutuhan logistik merupakan salah satu faktor penting yang akan mendukung keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan. Kebutuhan logistik selama operasi penangkapan ikan antara lain air bersih, es balok dan kebutuhan BBM sebagai kebutuhan utama dalam pengoperasian armada penangkapan. Penyediaan kebutuhan logistik yang digunakan oleh kapal atau perahu perikanan di PPN Palabuhanratu disalurkan oleh pihak PPN Palabuhanratu sendiri melalui kerjasama dengan beberapa perusahaan yang terkait dengan kepentingan penyediaan kebutuhan logistik tersebut. (1) Air Bersih Penyaluran air bersih untuk kapal perikanan dipenuhi oleh PPN Palabuhanratu. Air disalurkan berasal dari PDAM Palabuhanratu dan dialirkan ke kapal perikanan melalui slang plastik. Penjualan air bersih dilakukan dalam bentuk blong (drum plastik) yang berkapasitas 250 liter dan 120 liter serta dalam bentuk jerigen plastik (30 liter). Kemampuan air bersih di PPN Palabuhanratu masih cukup besar dengan tersedianya tangki air yang berkapasitas 400 m 3. Penetapan harga penjualan air ditentukan berdasarkan harga dasar PDAM ditambah 10% untuk biaya pelayanan. Pemakaian air bersih di PPN Palabuhanratu periode tahun disajikan pada gambar Pemakaian air bersih ( x 1000 liter) Tahun Gambar 1 Pemakaian air bersih di PPN Palabuhanratu periode tahun

45 31 Penggunaan logistik air bersih yang tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar liter, penggunaan tersebut meningkat karena PPN Palabuhanratu meningkatkan aktivitasnya. Setelah dibangunnya kolam pelabuhan baru seluas 2 ha dan dermaga baru sepanjang 410 m pada tahun 2002, banyak kapal perikanan dari luar masuk ke PPN Palabuhanratu. Penggunaan terendah air bersih yang terjadi pada periode tersebut terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar liter. (2) Es Es merupakan kebutuhan logistik yang sangat dibutuhkan sebelum melakukan operasi penangkapan ikan guna mempertahankan mutu hasil tangkapan selama ikan disimpan dalam palkah. PPN Palabuhanratu tidak memiliki pabrik es sendiri, tetapi bekerjasama dengan KUD Mina Mandiri Sinar Laut yang melaksanakan kemitraan dengan perusahaan swasta, yaitu pabrik es Tirta Jaya dan Sari Petojo. Pesanan es disesuaikan dengan kebutuhan es di pelabuhan, untuk penyaluran es dilakukan dengan menggunakan gerobak bagi kapal-kapal dengan ukuran < 30 GT sedangkan untuk kapal tuna longline atau ukuran kapal > 30 GT disalurkan langsung dari pabrik es dengan menggunakan truk. Jumlah pemakaian es di PPN Palabuhanratu periode tahun dapat dilihat pada gambar Kebutuhan es (kg) Tahun Gambar 2 Pemakaian es di PPN Palabuhanratu periode tahun

46 32 Gambar 3 Penyaluran es balok oleh pabrik es Sari Petojo ke kapal longline di PPN Palabuhanratu tahun 2009 Penggunaan es balok terbesar terjadi pada tahun 2004 sebesar 5709,4 kg, sedangkan penggunaan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 2249 kg. (3) BBM Penyediaan BBM atau solar di PPN Palabuhanratu pada awal operasional di suplai dari SPBU terdekat, kemudian dipasok dari SPDN yang dikelola oleh KUD Mina Mandiri Sinar Laut. SPDN ini berlokasi di dalam PPN Palabuhanratu dan dikhususkan untuk menyalurkan BBM (solar) ke kapal-kapal dengan ukuran < 30 GT dengan harga subsidi Rp 4.500,00/liter. Pemakaian solar bagi kapal-kapal BBM di PPN Palabuhanratu periode tahun dapat dilihat pada gambar 4

47 33 Pemakaian BBM ( x 1000 liter) Tahun Gambar 4 Pemakaian BBM di PPN Palabuhanratu periode tahun Pemakaian logistik BBM yang digunakan di PPN Palabuhanratu selama periode tahun mengalami perubahan setiap tahunnya. Pemakaian tertinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar liter ini terjadi karena PPN Palabuhanratu meningkatkan pelayanannya dengan dibangunnya kolam pelabuhan baru seluas 2 ha sehingga banyak kapal-kapal perikanan dari luar masuk ke PPN Palabuhanratu. Pemakaian terendah terjadi pada tahun 2007 sebesar liter. Gambar 5 Tangki BBM di PPN Palabuhanratu Tahun 2008

48 Keadaan Umum Perikanan Payang Perikanan payang di Palabuhanratu merupakan salah satu perikanan yang dominan dimana pada tahun 2006 jumlah armada payang mencapai 166 unit, yang merupakan dominan ketiga dari seluruh alat tangkap. Pada tahun 2007 dan 2008 terjadi penurunan terhadap armada payang dimana pada tahun 2008 armada payang berjumlah 45 unit saja, keadaan ini terjadi dikarenakan kenaikan harga BBM yang terjadi pada tahun 2008 sehingga para nelayan pemilik atau taweu mengalami kerugian akibat biaya operasional yang tinggi dan juga semakin berkurangnya ikan di daerah penangkapan. Jumlah armada payang yang beroperasi di perairan Teluk Palabuhanratu dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah Armada payang yang beroperasi di Palabuhanratu tahun Tahun Armada payang (unit) Sumber : PPN Palabuhanratu 2008 Hasil tangkapan payang beragam yaitu ikan-ikan yang bernilai ekonomis seperti cakalang (Katsuwonus pelamis) dan tongkol (Auxis thazard) selain itu hasil tangkapan payang adalah ikan-ikan kecil seperti semar (Mene maculata), teri (Anchova sp). Jumlah hasil tangkapan payang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7 Jumlah hasil tangkapan payang yang didaratkan di PPN Palabuhanratu tahun Tahun Jumlah Hasil Tangkapan (Kg) Sumber : PPN Palabuhanratu 2008

49 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Armada payang 1. Jumlah Armada payang Jumlah armada payang pada periode mengalami fluktuasi dimana pada tahun 2004 hingga 2006 mengalami kenaikan namun pada tahun 2006 hingga 2008 jumlah armada payang mengalami penurunan. Pada tahun 2006 jumlah armada payang mencapai 166 unit dan merupakan salah satu armada dominan yang ada di PPN Palabuhanratu, pada tahun berikutnya jumlah armada payang menurun hingga 45 unit pada tahun Berikut perkembangan jumlah armada payang periode Jumlah Armada (unit) Perkembangan Jumlah Armada Payang di PPN Palabuhanratu Linear Trend Model Yt = 121-3*t Variable Actual Fits Accuracy Measures MAPE 49,20 MAD 41,60 MSD 2034, Tahun Gambar 6 Trend jumlah armada payang di PPN Palabuhanratu, periode tahun Berdasarkan data jumlah armada payang di PPN Palabuhanratu pada periode tahun dapat diketahui kecenderungan garis trend jumlah armada semakin menurun. Kecenderungan tersebut terlihat dari persamaan Yt = 121-3t (Yt = jumlah armada pada tahun ke t), yang artinya bahwa terjadi penurunan jumlah armada sebesar 3 unit setiap tahunnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, terjadinya penurunan ini disebabkan karena banyak nelayan pemilik yang tidak memiliki modal untuk melaut sehingga akhirnya

50 36 bangkrut. Terjadinya penurunan jumlah armada payang juga diduga diakibatkan pelayanan logistik yang diberikan oleh pihak PPN Palabuhanratu selama ini tidak dapat dinikmati oleh nelayan payang, dikarenakan PPN Palabuhanratu merupakan salah satu tipe pelabuhan perikanan menurut klasifikasi masuk dalam tipe B. Untuk pelabuhan perikanan tipe B, dimana daya tampung pelabuhan ini untuk menampung kapal-kapal berukuran lebih dari 30 GT. Apabila PPN Palabuhanratu akan beralih menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS), maka perlu mendapat perhatian baik oleh pihak pelabuhan, pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengenai keberadaan armada payang di pelabuhan ini, termasuk pelayanan terhadapnya (pelayanan kebutuhan logistik, pelayanan pendaratan hasil tangkapan dan sebagainya). Berikut disajikan tabel proyeksi jumlah armada payang 5 tahun selanjutnya ( ). Tabel 8 Proyeksi Jumlah Armada payang di PPN Palabuhanratu tahun Tahun Proyeksi Jumlah Armada payang (unit) Telah didapatkan hasil proyeksi jumlah armada payang tahun , dengan menggunakan persamaan Yt = 121-3t. Penurunan jumlah armada payang diduga akan terus terjadi hingga tahun 2014 dimana jumlah armada payang hasil proyeksi saat itu adalah 88 unit. Hal ini selaras dengan pernyataan Mahyuddin (2007) bahwa PPN Palabuhanratu tidak mengakomodir kapal-kapal berukuran 5-10 GT, melainkan diatur dan diarahkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk mendarat di tempat pendaratan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cisolok yang berjarak 11 km dari Palabuhanratu dan pendaratan pantai (beach landing) untuk kapal-kapal kincang (congkreng) ukuran <5 GT yang akan dibangun di Selatan PPN Palabuhanratu.

51 37 2. Jumlah Hasil Tangkapan Armada payang Dalam 5 tahun terakhir yaitu tahun kondisi hasil tangkapan payang cenderung menurun sesudah terjadi peningkatan yang cukup besar pada tahun Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini Jum lah Produksi ( K g) Tahun Gambar 7 Jumlah Hasil Tangkapan Armada payang Pada Periode Hal diatas diduga disebabkan oleh jumlah armada payang yang juga terus menurun sehingga produksi ikan dari armada payang juga mengalami penurunan. Jumlah hasil tangkapan yang didaratkan akan berbanding lurus dengan jumlah armada penangkapan. Menurut Sumiayati (2008), nelayan PPN Palabuhanratu yang didominasi oleh nelayan tradisional maka akan terbentur pada keterbatasan modal sehingga nelayan akan sulit untuk mendapatkan kebutuhan logistik yang menimbulkan kendala bagi nelayan untuk melaut. Keadaan tersebut membuat nelayan pemilik payang tidak bisa melaut atau terkadang saat melaut tidak mendapatkan hasil tangkapan yang memadai sehingga jumlah hasil tangkapan pun ikut menurun. 3. Kebutuhan Logistik Armada payang dan Fasilitas yang Terkait Kebutuhan logistik seperti air bersih, es balok dan BBM untuk nelayan payang didapatkan dari luar PPN Palabuhanratu dimana nelayan pemilik menyediakan semua kebutuhan melaut tersebut.

52 38 Untuk kebutuhan air bersih, nelayan payang per unit penangkapan hanya menggunakan air galon dengan kapasitas 19 liter; untuk satu trip yang digunakan hanya untuk keperluan minum. Dalam sebulan nelayan payang melakukan operasi penangkapan rata-rata 25 hari, sehingga dalam sebulan dibutuhkan 475 liter air dan dalam setahun kebutuhan air untuk nelayan payang sebesar liter air per unit penangkapan. Kebutuhan air untuk armada payang keseluruhan adalah liter air per tahun. Keadaan tersebut belum dapat dipenuhi oleh pihak PPN Palabuhanratu. Untuk mencuci ikan nelayan payang hanya menggunakan air laut dengan alasan kekurangan atau tidak tersedianya air tawar/air bersih untuk armada payang. Kebutuhan es balok nelayan payang diambil dari agen yang menyediakan es balok, karena PPN Palabuhanratu belum memiliki pabrik es sendiri. Keperluan es balok armada payang per trip sebanyak 2-3 balok (per balok = 50 kg), kebutuhan akan es dalam sebulan dengan operasi penangkapan rata-rata 25 hari sebesar kg es. Dalam setahun kebutuhan akan es untuk nelayan payang per unit penangkapan sebesar kg es, sehingga kebutuhan akan es armada payang secara keseluruhan sebesar kg es, dengan harga per balok Rp ,-. Harga tersebut didapatkan karena nelayan langsung membeli dari pabrik es yang di salurkan melalui agen es. Kondisi tersebut juga disebabkan karena KUD Mina Mandiri Sinar Laut tidak berjalan. Harga es balok dimana KUD Mina Mandiri Sinar Laut melakukan kemitraan dengan perusahaan swasta yaitu pabrik es Sari Petojo dan Tirta Jaya yang didapat nelayan akan lebih murah, yaitu Rp. 3000,- per balok. Kebutuhan BBM per trip bagi nelayan payang per unit penangkapan ratarata sekitar 7 jerigen bensin dengan masing-masing jerigen berkapasitas 30 liter, sehingga dalam sekali trip dapat menghabiskan maksimal 210 liter bensin. Dalam sebulan nelayan payang melakukan trip rata-rata 25 hari, kebutuhan BBM dalam sebulan sebesar liter bensin dan dalam setahun kebutuhan BBM nelayan payang sebesar liter bensin per unit penangkapan. Kebutuhan BBM untuk armada payang secara keseluruhan sebesar liter bensin. Bensin tersebut didapatkan dari SPBU di luar PPN Palabuhanratu karena PPN Palabuhanratu hanya menyediakan bahan bakar solar.

53 39 Penyediaan kebutuhan logistik dari armada payang didapatkan dari luar PPN Palabuhanratu. Hal tersebut pulalah yang menyebabkan jumlah armada payang dari tahun ke tahun berkurang karena fasiltas di PPN Palabuhanratu belum dapat digunakan oleh nelayan payang. Kebutuhan air bersih PPN Palabuhanratu memiliki tangki air berkapasitas 400 m 3 dan ditunjang dengan instalasi air bersih yang baru, sehingga penyediaan air bersih di PPN Palabuhanratu masih dapat tercukupi. Nelayan payang menggunakan air bersih hanya untuk minum untuk setiap trip-nya. Dalam penyediaan BBM berupa solar, PPN Palabuhanratu bekerjasama dangan pihak lain seperti KUD Mina Mandiri Sinar Laut, PT. Paridi Asyudewi dan PT. Mekartunas Rayasejati, sementara payang menggunakan bahan bakar bensin yang tersedia di SPBU yang terletak di luar lingkungan PPN Palabuhanratu. (a) Kantor KUD Mina Mandiri (b) Dispenser SPDN (c) Tangki BBM Gambar 8 Solar Package Dealer Nelayan (SPDN) KUD Mina Mandiri Sinar Laut (a, b dan c) di PPN Palabuhanratu tahun 2008

54 40 (a) Kantor PT. Paridi Asudewi (b) Tongkang BBM (c) Truk Tangki Solar Gambar 9 Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBB) PT. Paridi Asyudewi di PPN Palabuhanratu tahun 2008 (a) Kantor PT. Mekartunas Rayasejati (b) Dispenser BBM (c) Tangki BBM Gambar 10 Fasilitas PT. Mekartunas Rayasejati (a, b dan c) di PPN Palabuhanratu tahun 2008

55 41 Dalam Penyediaan es balok PPN Palabuhanratu belum dapat memproduksi sendiri karena belum memiliki pabrik es, sehingga untuk keperluan es balok masih harus mendatangkan dari pabrik es yang berada diluar lingkungan PPN Palabuhanratu. Pengadaan es balok bekerjasama dengan pabrik es Sari Petojo dan Tirta Jaya, sementara PPN Palabuhanratu memiliki depot es yang dapat digunakan untuk menampung es balok dengan kapasitas 120 balok/hari. 4. Tambat Labuh dan Pendaratan Hasil Tangkapan Armada payang Armada penangkapan ikan dapat dikatakan melakukan kegiatan tambat apabila kapal tersebut bersandar di dermaga untuk melakukan pendaratan hasil tangkapan di pelabuhan perikanan. Armada penangkapan dapat dikatakan melakukan kegiatan berlabuh apabila kapal tersebut bersandar di dermaga untuk beristirahat atau menunggu keberangkatan melaut (Widiastuti, 2003). PPN Palabuhanratu memiliki areal dermaga tambat labuh dengan panjang 509 m (dermaga 1). Guna meningkatkan pelayanan pihak PPN Palabuhanratu membangun dermaga baru (dermaga 2) pada tahun 2002 dengan panjang 410 m. PPN Palabuhanratu saat ini menggunakan dermaga 1 untuk melayani kapal-kapal ukuran <30 GT, sedangkan dermaga 2 digunakan untuk melayani kapal-kapal ukuran >30 GT. Armada payang menggunakan dermaga 1 untuk tambat labuh karena ukuran kapal yang digunakan kurang dari 30 GT. Aktivitas tambat labuh armada payang dilakukan setiap hari karena payang melakukan kegiataan operasi penangkapan pada setiap hari (one day fishing) yang dimulai pada pukul pagi sampai pukul sore. Semua armada payang menambatkan kapalnya di dermaga 1. Hasil tangkapan armada payang semua didaratkan di dermaga 1 dimana proses pendaratan hasil tangkapan akan dilakukan oleh ABK payang dibantu oleh nelayan yang berada di dermaga. Hasil tangkapan dimasukkan ke dalam blong (drum plastik) dan butuh beberapa orang untuk menariknya dari kapal. Biasanya hasil tangkapan dapat mencapai 1-2 ton atau lebih jika sedang musim puncak, sementara pada saat paceklik atau tidak dalam musim puncak hasil tangkapan yang diperoleh kurang dari 100 kg.

56 42 Hasil tangkapan payang setelah didaratkan kemudian tidak melalui proses pelelangan karena tidak ada sistem pelelangan ikan di PPN Palabuhanratu. Kondisi keadaan gedung TPI nya sendiri sedang dalam perbaikan menuju TPI yang sesuai standar. Tidak berfungsinya TPI Palabuhanratu secara optimal pada dasarnya diakibatkan oleh tidak berjalannya KUD Mina Mandiri Sinar Laut. Banyak faktor yang menjadi alasan ketidakberfungsian KUD Mina Mandiri Sinar Laut, salah satunya adalah keterbatasan dana yang tersedia. Dana ini seharusnya diperoleh dari melalui simpanan-simpanan yang harus dibayar oleh anggota koperasi dan biaya retribusi yang dikenakan pada nelayan. Dana inilah yang digunakan untuk pembayaran gaji bagi pengurus TPI dan biaya operasional TPI Palabuhanratu. Permasalahan ini terjadi karena tidak masuknya biaya retribusi akibat dari lemahnya pengawasan terhadap nelayan dalam penjualan ikan dan kurangnya penegakkan peraturan tentang Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2000 (Sillalahi, 2006 diacu dalam Hardani, 2008). Hasil tangkapan armada payang akan ditampung oleh nelayan pemilik atau taweu dan akan langsung dijual kepada para penjual yang akan menjualnya kepada konsumen. Namun ada pula konsumen yang langsung membeli ikan hasil tangkapan dari nelayan payang. 5.2 Peran Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Terhadap Armada Payang PPN Palabuhanratu tentunya diharapkan dapat memberikan pelayanan yang optimal bagi seluruh armada penangkapan yang menggunakan pelabuhan perikanan ini sebagai home basenya, tidak terkecuali armada payang yang menggunakan pelabuhan perikanan ini. Pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang ada seharusnya berjalan dengan semestinya sesuai dengan fungsi dari fasilitas-fasilitas tersebut, seperti dalam hal pemenuhan kebutuhan logistik yaitu air bersih, es balok dan BBM dimana untuk kelancaran kegiatan operasi penangkapan kebutuhan logistik tersebut sangat dibutuhkan bagi armada payang, termasuk dalam hal menyediakan kolam tambat labuh dan pendaratan hasil tangkapan.

57 Peran Penyediaan Air Bersih Air Bersih merupakan hal yang harus dipenuhi oleh pihak pelabuhan perikanan, karena akan mempengaruhi kelancaran aktivitas-aktivitas di pelabuhan perikanan yang sebagian besar aktivitasnya membutuhkan air bersih, seperti kebutuhan air minum, memasak bahan makanan, mencuci, kebutuhan bahan baku pabrik es dan kebutuhan tambahan bagi industri pengolahan. Salah satu pengguna air bersih di pelabuhan perikanan adalah nelayan terkait dengan aktivitas penangkapan ikan. Nelayan menggunakan air bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci pakaian dan peralatan serta membersihkan hasil tangkapan. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan analisis chi kuadrat diperoleh bahwa χ 2 hitung = 0 dan χ 2 tabel = 3,841 ( d.b = 1, dengan selang kepercayaan 95 %), karena χ 2 hitung < daripada χ 2 tabel menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara armada penangkapan payang dengan pelayanan perolehan air bersih di PPN Palabuhanratu (lampiran-6). Air bersih yang diperlukan armada payang digunakan untuk keperluan minum. Air tersebut di dalam galon dengan kapasitas 19 liter per trip. Nelayan payang tidak membawa air bersih untuk keperluan lainnya selain untuk minum. Air bersih yang disediakan oleh PPN Palabuhanratu tidak digunakan oleh armada payang karena armada payang tidak menggunakan air bersih tersebut untuk keperluan seperti membersihkan hasil tangkapan. Dalam penyediaan air bersih PPN Palabuhanratu dapat memenuhi untuk aktivitas operasional di dalam pelabuhan, namun keadaan ini tidak dapat dimanfaatkan oleh nelayan payang, sehingga dalam penyediaan air bersih fasilitas yang ada belum teroptimalkan khususnya bagi pelayanan seluruh armada payang. Tabel 9 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan perolehan air bersih di PPN Palabuhanratu tahun 2009 Armada Penangkapan Pelayanan perolehan air bersih di... PPN P Luar PPN P Jumlah responden (orang) Payang Non payang Jumlah Sumber : data primer, diolah kembali 2009

58 44 Berdasarkan tabel 9, didapatkan bahwa dari 34 responden nelayan payang maupun nelayan non payang tidak ada yang memanfaatkan air bersih dari PPN Palabuhanratu, hal ini disebabkan karena seluruh nelayan membawa air bersih hanya untuk keperluan minum yang diperolehnya dari luar PPN Palabuhanratu. Hal berbeda di jelaskan oleh Kurniawan (2008) dimana perahu motor tempel seperti payang mengisi kebutuhan air bersih di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus sementara itu untuk armada payang yang berada di PPN Palabuhanratu tidak mengisi kebutuhan air bersihnya di pelabuhan tersebut melainkan membeli dari luar PPN Palabuhanratu. Selanjutnya Kurniawan menjelaskan bahwa jumlah armada payang merupakan jumlah terbesar kedua setelah armada kapal tonda yang berjumlah 291 unit. Dalam satu kali operasi yang dilakukan juga secara one day fishing, dipergunakan 36 liter air bersih untuk konsumsi seluruh anak buah kapal (ABK) dan lain-lain Peran Penyediaan Es Balok PPN Palabuhanratu secara teoritis haruslah menyediakan sarana dan prasarana bekal operasi penangkapan ikan, termasuk suplai es. Begitu pula terhadap armada payang. Es merupakan salah satu kebutuhan melaut yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hasil tangkapan yang akan dipasarkan. Es dinilai cukup efektif sebagai sarana untuk menjaga mutu hasil tangkapan karena penggunaannya yang mudah dan cukup murah bila dibandingkan dengan cara penanganan lainnya. Hasil tangkapan yang ditangani secara benar dengan es akan meningkatkan nilai jualnya kepada konsumen. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis chi kuadrat diperoleh bahwa χ 2 hitung = 0 dan χ 2 tabel = 3,841 (d.b = 1, dengan selang kepercayaan 95 %). Karena χ 2 hitung < daripada χ 2 tabel menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara armada penangkapan payang dengan pelayanan perolehan es balok di PPN Palabuhanratu (lampiran-7). Es yang dipasok di PPN Palabuhanratu bukan berasal dari pabrik es yang terdapat di PPN Palabuhanratu, tetapi es tersebut disuplai dari perusahaan swasta, yaitu pabrik es Tirta Jaya yang berlokasi di Palabuhanratu dan pabrik es Sari Petojo yang berlokasi di Sukabumi. Pabrik es tersebut mempunyai kapasitas

59 45 suplai sebanyak 1000 balok es per hari. Tabel 10 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan perolehan es balok di PPN Palabuhanaratu tahun 2009 Armada Penangkapan Pelayanan perolehan es balok di... PPN P Luar PPN P Jumlah responden (orang) Payang Non payang Jumlah Sumber : data primer, diolah kembali 2009 Berdasarkan tabel 10 diatas terlihat bahwa dari 34 responden seluruhnya tidak memperoleh kebutuhan es balok dari PPN Palabuhanratu karena PPN Palabuhanratu belum memiliki pabrik es. Seluruh kebutuhan es yang ada di PPN Palabuhanratu disuplai dari pabrik es yang terdapat di luar PPN Palabuhanratu. Harga es balok yang harus dibayar nelayan di PPN Palabuhanratu dengan berat kurang lebih 50 kg adalah Rp ,-. Pabrik es sangat diperlukan di PPN Palabuhanratu karena bila tidak ada maka harga yang didapatkan oleh nelayan lebih mahal diakibatkan adanya biaya tambahan (ongkos kirim) pengangkutan dari pabrik es ke pelabuhan. Keadaan tersebut dikarenakan program kemitraan antara KUD Mandiri Sinar Laut dengan perusahaan pabrik es tidak berjalan. Jika program kemitraan berjalan maka harga es balok yang diperoleh nelayan menjadi Rp. 3000,- per balok, harga ini lebih murah dibandingkan jika nelayan membeli langsung kebutuhan es dari pabrik es yang terdapat di luar lingkungan PPN Palabuhanratu. Dalam penyediaan es balok, PPN Palabuhanratu masih belum dapat memproduksi sendiri sehingga peran sebagai pelabuhan perikanan dalam menyediakan kebutuhan logistik belum teroptimalkan karena belum adanya pabrik es yang terdapat di dalam PPN Palabuhanratu. Kebutuhan es balok dirasakan bukan hanya untuk nelayan payang saja tetapi untuk seluruh nelayan armada penangkapan yang ada di wilayah tersebut. Saat ini PPN Palabuhanratu hanya mempunyai depot es yang dapat menyimpan es setelah dipasok dari pabrik es dan mampu menampung 120 balok/hari. Pada penelitian lain yang dilakukan Panggabean (2008) di PPN Sibolga, Sumatera Utara pelabuhan tersebut memiliki pabrik es yang berada di dalam

60 46 lingkungan PPN Sibolga. Pelayanan kebutuhan es dilakukan oleh PT. Duta Tangkas Utama dengan kapasitas balok/hari. Mekanisme yang dilakukan pun terbilang cepat, dimana nelayan menunggu selama 15 menit hingga es tersebut tiba di kapal. Harga untuk satu balok es adalah Rp ,-/balok, harga tersebut lebih murah dibandingkan jika nelayan harus membeli di luar lingkungan PPN Sibolga dengan harga Rp ,-/balok. Hasil penelitian dari Panggabean menunjukkan dengan kapasitas balok/hari, pabrik es dapat memenuhi permintaan nelayan tanpa terjadi kelangkaan. Besarnya jumlah ketersediaan es tersebut menjadikan nelayan puas terhadap pelayanan kebutuhan es di PPN Sibolga Peran Penyediaan BBM Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis chi kuadrat diperoleh bahwa χ 2 hitung = 1,49 dan χ 2 tabel = 3,841 (d.b = 1, dengan selang kepercayaan 95 %), karena χ 2 hitung < daripada χ 2 tabel menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara armada penangkapan dengan pelayanan perolehan BBM (lampiran-8). Tabel 11 Hubungan armada penangkapan dengan pelayanan perolehan BBM di PPN Palabuhanratu tahun 2009 Armada Penangkapan Pelayanan perolehan BBM di... PPN P Luar PPN P Jumlah responden (orang) Payang Non payang Jumlah Sumber : data primer, diolah kembali 2009 Dari 20 responden nelayan payang, hanya 2 nelayan yang membeli BBM dari PPN Palabuhanratu. Armada payang tersebut memakai solar sebagai bahan bakarnya karena menggunakan kapal motor dengan mesin inboard. Untuk nelayan non payang mereka menggunakan perahu motor tempel yang berbahan bakar bensin, dimana bahan bakar bensin didapatkan dari SPBU yang berada diluar wilayah PPN Palabuhanratu.

61 Peran Penyediaan Kolam Tambat Labuh Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis chi kuadrat diperoleh bahwa χ 2 hitung = 8,72 dan χ 2 tabel = 3,841 (d.b = 1, dengan selang kepercayaan 95 %). Karena χ 2 hitung > daripada χ 2 tabel menunjukkan bahwa ada hubungan antara armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan kolam tambat labuh yang disediakan PPN Palabuhanratu (lampiran-9). Tabel 12 Hubungan armada penangkapan dengan tambat labuh di PPN Palabuhanratu tahun 2009 Armada Penangkapan Pelayanan penyediaan kolam tambat labuh PPN P Luar PPN P Jumlah responden (orang) Payang Non payang Jumlah Sumber : data primer, diolah kembali 2009 Dari tabel diatas, 20 responden payang menambatkan armadanya di kolam pelabuhan sementara untuk nelayan non payang 6 responden menambatkan armadanya di kolam pelabuhan dan 8 responden menambatkan armadanya di luar pelabuhan. Armada payang seluruhnya menambatkan kapal mereka di kolam pelabuhan PPN Palabuhanratu, sehingga dalam hal penyediaan kolam tambat labuh PPN Palabuhanratu berperan terhadap armada payang Peran Penyediaan Tempat Pendaratan Hasil Tangkapan Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan analisis chi kuadrat diperoleh bahwa χ 2 hitung = 8,72 dan χ 2 tabel = 3,841 (d.b = 1, dengan selang kepercayaan 95 %). Karena χ 2 hitung > daripada χ 2 tabel menunjukkan bahwa ada hubungan antara armada penangkapan dengan pelayanan penyediaan tempat mendaratkan hasil tangkapan yang disediakan PPN Palabuhanratu (lampiran-10).

62 48 Tabel 13 Hubungan armada penangkapan dengan tempat mendaratkan hasil tangkapan di PPN Palabuhanratu tahun 2009 Pelayanan penyediaan tempat mendaratkan hasil tangkapan Armada Penangkapan PPN P Luar PPN P Jumlah responden (orang) Payang Non payang Jumlah Sumber : data primer, diolah kembali 2009 Dari tabel diatas terlihat bahwa seluruh responden payang mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu yaitu di dermaga 1, sedangkan untuk nelayan non payang 6 responden mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu, sementara 8 responden tidak mendaratkan hasil tangkapannya di PPN Palabuhanratu.

63 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1) Kebutuhan logistik dari armada Payang yaitu air bersih, es balok dan BBM di dapatkan dari luar PPN Palabuhanratu. Kebutuhan air bersih bagi nelayan payang hanya untuk keperluan air minum sebanyak 19 liter per trip, sedangkan es balok 2-3 balok (per balok = 50 kg) per trip dan kebutuhan BBM 7 jerigen (1 jerigen = 30 liter) per trip. Kebutuhan armada payang secara keseluruhan sebesar liter air per tahun, untuk kebutuhan es sebesar kg es per tahun dan kebutuhan BBM sebesar liter bensin per tahun. 2) Seluruh armada Payang mendaratkan hasil tangkapannya di dermaga pendaratan PPN Palabuhanratu. Nelayan payang menjual langsung hasil tangkapannya melalui nelayan pemilik kepada para pedagang ikan dan konsumen, sebagai akibat tidak berjalannya pelelangan ikan di TPI PPN Palabuhanratu. 3) Peran PPN Palabuhanratu terhadap armada payang hanya ada pada penyediaan fasilitas kolam tambat labuh dan pendaratan hasil tangkapan. Aktivitas pelayanan kebutuhan logistik yang ada di PPN Palabuhanratu seperti air bersih, es, dan BBM tidak dapat dimanfaatkan oleh nelayan payang. Semua kebutuhan logistik armada Payang didapatkan dari luar PPN Palabuhanratu. 4) Untuk nelayan non payang yaitu nelayan pancing layur semua kebutuhan logistik seperti air bersih, es balok dan BBM didapatkan dari luar PPN Palabuhanratu. 6.2 Saran Perlu perhatian khusus dari pihak PPN Palabuhanratu, pemerintah pusat (Ditjen Perikanan Tangkap) dan pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi terhadap kebutuhan logistik armada payang agar seluruh kebutuhan logistik dapat diperoleh di lingkungan PPN Palabuhanratu. Untuk air bersih nelayan payang diberikan penyuluhan agar dapat memanfaatkan fasilitas air bersih yang ada, terhadap es dengan diaktifkan kembali KUD Mandiri Sinar Laut dan program kemitraannya dengan perusahaan

64 50 swasta atau pengadaan pabrik es yang memang sangat diperlukan di PPN Palabuhanratu. Sementara untuk BBM diadakan pengadaan bahan bakar bensin bagi nelayan payang yang dapat diperoleh di lingkungan PPN Palabuhanratu.

65 DAFTAR PUSTAKA Ayodhyoa Lokasi dan Fasilitas Pelabuhan Perikanan. Bahan untuk kursus Administrasi Pelabuhan Angkatan ke-2, Direktorat Jenderal Perikanan. Bagian Penangkapan Ikan Fakultas Perikanan. Bogor. Institut Pertanian Bogor : hal 1. Ayodhyoa Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri : Bogor 80 hal. Brandt, A. Von Fishing Catching Methods of The World. Farnham-Surrey- England : FAO Fishing News Books, Ltd Djarwanto Statistik Nonparametrik. Yogykarta: BPFE. 95 hal. Hardani, R Studi Hubungan Hasil Tangkapan Dengan Ukuran Basket/Wadah Hasil Tangkapan di PPN Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 92 hal. Hasan I Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Karyadi Perikanan Payang di Pemekasan Madura: Kajian Teknik dan Bionomi Statis [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 99 hal. Kurniawan, R Pemanfaatan dan Pengelolaan Air Bersih di Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Sumatera Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 87 hal. Lubis, E Pengantar Pelabuhan Perikanan. Bahan Kuliah m.k Pelabuhan Perikanan. Bogor: Bagian Pelabuhan Perikanan,Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Mahyuddin, B Pola Pengembangan Pelabuhan Perikanan dengan konsep Tryptique Portuaire : Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu [Disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 257 hal. Mawardi, W Studi Modifikasi Jaring Payang Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Efektifitas Penangkapan Ikan di Palabuhanratu, Sukabumi [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

66 52 Monintja, RD Teknologi Pemanfaatan Sumber Daya Hayati Laut II. Bogor. Nazir, M Metode Penelitian. Bahan Kuliah. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nomura M dan Yamazaki T Fishing Technique 1. Tokyo: Japan International Cooperation Agency. hal Pane, PR Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Payang di Perairan Pulau Sebesi Lampung Selatan [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 70 hal. Panggabean, S. R Tingkat Kepuasaan Nelayan Terhadap Pelayanan Penyediaan Kebutuhan Melaut di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga, Sumatera Utara [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 93 hal. Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi. http\: PPN Palabuhanratu Statistik Perikanan PPN Palabuhanratu Sukabumi: PPN Palabuhanratu. 78 hal. Rini, YT Evaluasi Keragaan Faktor-faktor Produksi dan Analisis Usaha Unit Penangkapan Payang di Palabuhanratu [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 73 hal. Shanticka, L. O Tingkat Kepuasan Nelayan Terhadap Pelayanan Penyediaan Kebutuhan Melaut di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Muara Angke, Jakarta [Skrpsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 85 hal. Subani dan Barus Alat Penangkap Ikan Laut dan Udang Di Perairan Indonesia. Jurnal Penelitan Perikanan Laut No. 50 Tahun 1988/1989. Edisi Khusus. Jakarta: BPPL,BPPP. Departemen Pertanian. 248 hal. Sumiati Kajian Fasilitas dan Produksi Hasil Tangkapan Dalam Menunjang Industri Pengolahan Ikan di PPN Palabuhanratu Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 117 hal. Walpole ER Pengantar Statistik Edisi Ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

67 53 Widiastuti, MD Studi Pendataan Hasil Tangkapan di PPI Kronjo Kabupaten Tangerang, Banten [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Wibisono Y Metode Statistik. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

68 LAMPIRAN

69 55 Lampiran 1 Gambar Skematik Payang Tali ris Sayap Badan Kantong Sumber :

70 Lampiran 2 Peta Lokasi Penelitian di PPN Palabuhanratu tahun

71 57 Lampiran 3 Data Responden Nelayan Payang dan Non Payang Air bersih BBM Es Balok No Nama Nelayan PPN Luar PPN PPN Luar PPN PPN Luar PPN 1 Icu Payang Abudin Payang Jono Payang Ija Payang Aip Payang Yana Payang Ajad Payang Iwan Payang Eman Payang Empay Payang Edin Payang Jana Payang Khoir Payang Sugeng Payang Abeh Payang Apih Payang Ipang Payang Mumu Payang Dede Payang Mandar Payang Supiatna Non Payang Dading Non Payang Iip Non Payang Roni Non Payang Yadi Non Payang Obon Non Payang Icang Non Payang Yana Non Payang Wahyu Non Payang Deri Non Payang Kandar Non Payang Joko Non Payang Toto Non Payang Rita Non Payang Sumber : data primer

72 58 Lanjutan Lampiran 3 Data Responden Nelayan Payang dan Non Payang Tambat dan Labuh Pendaratan Ikan No Nama Nelayan PPN Luar PPN PPN Luar PPN 1 Icu Payang Abudin Payang Jono Payang Ija Payang Aip Payang Yana Payang Ajad Payang Iwan Payang Eman Payang Empay Payang Edin Payang Jana Payang Khoir Payang Sugeng Payang Abeh Payang Apih Payang Ipang Payang Mumu Payang Dede Payang Mandar Payang Supiatna Non Payang Dading Non Payang Iip Non Payang Roni Non Payang Yadi Non Payang Obon Non Payang Icang Non Payang Yana Non Payang Wahyu Non Payang Deri Non Payang Kandar Non Payang Joko Non Payang Toto Non Payang Rita Non Payang - - Sumber : data primer

73 59 Lampiran 4 Peta Wilayah Kerja Darat dan Laut PPN Palabuhanratu Tahun 2008 Sumber : PPN Palabuhanratu,

74 60 Lampiran 5 Fasilitas Pokok, Fasilitas Fungsional dan Fasilitas Penunjang di PPN Palabuhanratu Tahun 2008 (1) Fasilitas pokok (a) Kolam pelabuhan (b) breakwater (c) Lampu suar masuk (d) Dermaga Caisson (e) Fender (f) Bolard (2) Fasilitas fungsional (a) Kantor utama (b) Tempat Pelelangan Ikan (c) Syahbandar (d) Laboratorium bina mutu (e) Posyandu (jasa) (3) Fasilitas penunjang

75 61 (a) Puskesmas (b) Truk tangki air (c) Dump truk (d) Garasi alat berat (e) Tangki BBM (f) Toilet (g) Toko BAP (h) Kedai pesisir (i) Bengkel nelayan (j) Truk crane (k) Pasar ikan 1 (l) Pasar ikan Sumber: PPN Palabuhanratu, 2008

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2006), pelabuhan perikanan sebagai pelabuhan khusus adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan wilayah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu juga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 106º31' BT-106º37' BT dan antara 6 57' LS-7 04' LS, sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi terletak di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 0 57-7 0 25 Lintang

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) terletak pada posisi 06 59 47, 156 LS dan 106 32 61.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaaan Umum Kabupaten Sukabumi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Ibukota Propinsi Jawa Barat (Bandung) dan 119

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU

6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU 109 6 STRATEGI PENGEMBANGAN PENYEDIAAN/ PENYALURAN BAHAN KEBUTUHAN MELAUT PERIKANAN PANCING RUMPON DI PPN PALABUHANRATU Penyediaan/penyaluran bahan kebutuhan melaut, khususnya untuk nelayan pancing rumpon

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 22 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Topografi dan Geografi Topografi wilayah Palabuhanratu adalah bertekstur kasar, sebagian besar wilayahnya merupakan dataran bergelombang dan terdiri atas daerah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI

4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4. BAB IV KONDISI DAERAH STUDI 4.1 DESKRIPSI PPSC Gagasan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Cilacap diawali sejak dekade 1980-an oleh Ditjen Perikanan dengan mengembangkan PPI Sentolokawat, namun rencana

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang memiliki lebih dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ' ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Payang merupakan unit penangkapan ikan yang memiliki konstribusi terbesar dalam penyediaan stok ikan pada tahun 2011, yaitu sebesar 62,88% dari total volume

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG DEDE SEFTIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain

STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR. Jonny Zain LEmBRGn PEHELITinn STUDI TATA LETAK FASILITAS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG KABUPATEN LAMONGAN PROPINSI JAWATIMUR Jonny Zain ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Agustus 2008 di Pelabuhan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang Alat tangkap payang 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Payang 2.1.1 Alat tangkap payang Payang termasuk alat tangkap yang memiliki produktivitas relatif cukup tinggi karena termasuk alat tangkap aktif, payang dikenal

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan prasarana perikanan yang berupa Pelabuhan Perikanan (PP) mempunyai nilai strategis dalam rangka pembangunan ekonomi perikanan. Keberadaan Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 1-11 EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA Jonny Zain 1), Syaifuddin 1), Yudi Aditya 2) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2010. Pengambilan data lapangan dilakukan di wilayah Kabupaten Maluku Tenggara, sejak 21 Juli

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Sukabumi Secara geografis wilayah Kabupaten Sukabumi terletak di antara 6 o 57-7 o 25 Lintang Selatan dan 106 o 49-107 o 00 Bujur Timur dan mempunyai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010

Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010 LAMPIRAN 153 154 Lampiran 1 Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu tahun 2010 154 155 Lampiran 2 Lay out PPN Palabuhanratu Sumber: PPN Palabuhanratu, 2007 155 156 Lampiran 3 Perhitungan besaran pemanfaatan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian dan pengklasifikasian pelabuhan perikanan Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 16/MEN/2006 pasal 1, Pelabuhan Perikanan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Pancing Tonda

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Perikanan Pancing Tonda 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Pancing Tonda Pada klasifikasi Brandt (2005), pancing tonda masuk ke dalam kelompok perikanan pancing (lines); sedangkan dalam klasifikasi statistik perikanan Indonesia

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Kajian Fungsional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Karangantu, Serang, Banten adalah karya saya sendiri dengan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Perairan Palabuhanratu terletak di sebelah selatan Jawa Barat, daerah ini merupakan salah satu daerah perikanan yang potensial di Jawa

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS FAHMI FAHRIZAL

AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS FAHMI FAHRIZAL AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS FAHMI FAHRIZAL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA

6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 66 6. KINERJA OPERASIONAL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN JAKARTA 6.1 Menganalisis tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman Jakarta Menganalisis kinerja operasional pelabuhan perikanan diawali dengan

Lebih terperinci

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' '

PPN Palabuhanratu. PPN Palabuhanratu ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' ' 9 3 METODOLOGI PENELITIAN 3. Waktu dan Tempat Pengumpulan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Juli 00 hingga Januari 0 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Peta

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG

KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG KARAKTERISTIK PENDISTRIBUSIAN IKAN SEGAR DAN OLAHAN DARI PANGKALAN PENDARATAN IKAN CITUIS TANGERANG Oleh : FIRMAN SANTOSO C54104054 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung 2. TINJAUAN PUSTAKA Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung dari badai atau ombak sehingga kapal dapat berputar (turning basin), bersandar atau membuang sauh sedemikian rupa sehingga bongkar

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM PPS BUNGUS

4 KEADAAN UMUM PPS BUNGUS 36 4 KEADAAN UMUM PPS BUNGUS 4.1 Lokasi Penelitian, Sejarah dan Struktur Organisasi Organisasi 4.1.1 Lokasi penelitian Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus terletak dikelurahan Bungus Barat Kecamatan

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Fungsi pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Menurut UU No 45 tahun 2009, Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi luas perairan 3,1 juta km 2, terdiri dari 17.508 pulau dengan panjang garis pantai ± 81.000 km. (Dishidros,1992).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 5 HUBUNGAN AKTIVITAS PENDARATAN DAN PELELANGAN TERHADAP KEBUTUHAN FASILITAS DAN KONDISI KUALITAS HASIL TANGKAPAN ARMADA TRADISIONAL DI PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA ROBBY MULYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia adalah sebuah negara maritim, karena memiliki lautan lebih luas dari daratannya, sehingga biasa juga disebut dengan Benua Maritim

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

6. FUNGSI PPI MUARA BATU

6. FUNGSI PPI MUARA BATU 6. FUNGSI PPI MUARA BATU Fungsi pelabuhan perikanan yang optimal merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan dari pembangunan perikanan tangkap. Hal ini dapat dilihat secara nyata jika pembangunan perikanan

Lebih terperinci

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG

6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG 66 6 BESARAN KERUGIAN NELAYAN DALAM PEMASARAN TANPA LELANG Hubungan patron-klien antara nelayan dengan tengkulak terjadi karena pemasaran hasil tangkapan di TPI dilakukan tanpa lelang. Sistim pemasaran

Lebih terperinci

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14

PRODUKSI PERIKANAN 1. Produksi Perikanan Tangkap No. Kecamatan Produksi (Ton) Ket. Jumlah 12,154.14 PRODUKSI PERIKANAN Produksi Perikanan Kabupaten Aceh Selatan berasal dari hasil penangkapan di laut dan perairan umum serta dari kegiatan budidaya. Pada tahun 2011 produksi perikanan secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Kecamatan Palabuhanratu berada di Kabupaten Sukabumi yang memiliki delapan Desa atau Kelurahan diantaranya Desa Palabuhanratu, Citarik, Citepus,

Lebih terperinci