adalah isomorphik dengan im( ), 2) The rank plus nullity Theorem dim(ker ( ) )+dim(im ( )

dokumen-dokumen yang mirip
Aljabar Linier. Kuliah

Aljabar Linier. Kuliah

Pertama, daftarkan kedua himpunan vektor: himpunan yang merentang diikuti dengan himpunan yang bergantung linear, perhatikan:

Aljabar Linier Elementer

Aljabar Linier Sistem koordinat, dimensi ruang vektor dan rank

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

8.3 Inverse Linear Transformations

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 26

RUANG VEKTOR UMUM AKSIOMA RUANG VEKTOR

Catatan Kuliah Aljabar Linier. Abstrak

Bab 4 RUANG VEKTOR. 4.1 Ruang Vektor

KATEGORI TEORI SELEKSI TINGKAT PROVINSI OSN PERTAMINA 2014 BIDANG MATEMATIKA

BAB 7 TRANSFORMASI LINEAR PADA RUANG VEKTOR

8.1 Transformasi Linier Umum. Bukan lagi transformasi R n R m, tetapi transformasi linier dari

Transformasi Linear dari R n ke R m

6. TRANSFORMASI LINIER

TRANSFORMASI LINEAR. Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aljabar Linear. Dosen Pengampu : Abdul Aziz Saefudin, M.Pd

Aljabar Linear Elementer

Chapter 5 GENERAL VECTOR SPACE Row Space, Column Space, Nullspace 5.6. Rank & Nullity

BAB IV TRANSFORMASI LINEAR. sebuah vektor yang unik di dalam W dengan sebuah vektor di dalam V, maka kita mengatakan F

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BASIS DAN DIMENSI. dengan mengurangkan persamaan kedua dengan persamaan menghasilkan

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 5 No.1 Juni 2011: TES FORMAL MODUL PROJEKTIF DAN MODUL BEBAS ATAS RING OPERATOR DIFERENSIAL

Ruang Vektor. Kartika Firdausy UAD blog.uad.ac.id/kartikaf. Ruang Vektor. Syarat agar V disebut sebagai ruang vektor. Aljabar Linear dan Matriks 1

Aljabar Linier Elementer. Kuliah 27

CHAPTER 6. Ruang Hasil Kali Dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

BAB 5 RUANG VEKTOR A. PENDAHULUAN

1 P E N D A H U L U A N

DIKTAT PERKULIAHAN. EDISI 1 Aljabar Linear dan Matriks

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Yang dibahas : Ortogonal Basis ortogonal Ortonormal Matrik ortogonal Komplemen ortogonal Proyeksi ortogonal Faktorisasi QR

Operasi perkalian skalar merupakan suatu aturan yang mengasosiasikan setiap skalar k dan setiap objek u pada v dengan suatu objek ku, yang disebut

Ruang Baris, Ruang Kolom, dan Ruang Null (Kernel)

MUH1G3/ MATRIKS DAN RUANG VEKTOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 RUANG HILBERT. 2.1 Definisi Ruang Hilbert

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KS KALKULUS DAN ALJABAR LINEAR Ruang Baris Ruang Kolom Ruang Nol TIM KALIN

PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi

Aljabar Linear dan Matriks (Persamaan Linear dan Vektor) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

TRANSFORMASI LINIER (Kajian Fungsi antar Ruang Vektor)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

BAB 1. PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas sekilas mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan himpunan dan fungsi.

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)

Pengantar Vektor. Besaran. Vektor (Mempunyai Arah) Skalar (Tidak mempunyai arah)

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG

BAB II LANDASAN TEORI

Aljabar Linier Lanjut. Kuliah 1

BAB 2 LANDASAN TEORI. yang tak kosong yang anggotanya disebut vertex, dan E adalah himpunan yang

Aljabar Linier & Matriks

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Prof.Dr. Budi Murtiyasa Muhammadiyah University of Surakarta

Kumpulan Soal,,,,,!!!

Fungsi. Hidayati Rais, S.Pd.,M.Si. October 26, Program Studi Pendidikan Matematika STKIP YPM Bangko. Rollback Malaria :)

Tinjauan Ulang 23 Juni 2013

PENDAHULUAN. 1. Himpunan

BAB II LANDASAN TEORI

Aljabar Linier Ruang vektor dan subruang vektor. 2 Oktober 2014

Transformasi Linier. Transformasi linier memiliki beberapa fungsi yang perlu dipelajari. Fungsi-fungsi tersebut antara lain :

Pertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks

Aljabar Linier. Kuliah 2 30/8/2014 2

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB III REPRESENTASI GELFAND-NAIMARK-SEGAL

OPERATOR FREDHOLM. Kartika Yulianti December 20, 2007

II. M A T R I K S ... A... Contoh II.1 : Macam-macam ukuran matriks 2 A. 1 3 Matrik A berukuran 3 x 1. Matriks B berukuran 1 x 3

Mendeskripsikan Himpunan

Outline Vektor dan Garis Koordinat Norma Vektor Hasil Kali Titik dan Proyeksi Hasil Kali Silang. Geometri Vektor. Kusbudiono. Jurusan Matematika

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

Matematika

BAB II LANDASAN TEORI

MATERI : RELASI DAN FUNGSI KELAS : X. 1. Ada hal penting yang bisa dipetik dari contoh di atas. Misalkan X menyatakan

BAB II TEORI KODING DAN TEORI INVARIAN

VEKTOR YUSRON SUGIARTO

FUNGSI. range. Dasar Dasar Matematika I 1

Mendeskripsikan Himpunan

PERTEMUAN 11 RUANG VEKTOR 1

Pertemuan 13 persamaan linier NON HOMOGEN

SUBRUANG VEKTOR. Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Aljabar Linier. Dosen Pembimbing: Abdul Aziz Saefudin, M.Pd

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

VEKTOR YUSRON SUGIARTO

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,

Permukaan. Persamaan Codazzi dan Persamaan Gauss. Wono Setya Budhi Februari, 2014 KK Analisis Geometri, FMIPA-ITB.

PERTEMUAN Relasi dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

Matriks. Baris ke 2 Baris ke 3

Perluasan Teorema Cayley-Hamilton pada Matriks

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

BAB II KAJIAN TEORI. definisi mengenai grup, ring, dan lapangan serta teori-teori pengkodean yang

Kata Pengantar. Puji syukur kehadirat Yang Maha Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga modul ajar ini dapat terselesaikan.

TRANSFORMASI. Suatu transfornmasi pada bidang V adalah suatu fungsi yang bijektif dengan daerah asalnya V dan daerah nilainya V juga.

Produk Cartesius Relasi Relasi Khusus RELASI

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan peranannya, terutama pada sektor sistem komunikasi dan

Transkripsi:

The Rank Plus Nullity Theorem L(V,W) 1) Sembarang komplemen dari ker () adalah isomorphik dengan im( ), 2) The rank plus nullity Theorem dim(ker () )+dim(im () ) = dim(v) Teorema 2.8. Misal atau rk() + null( ) = dim(v) Bukti: Misal L(V,W). 1.a).Sembarang subruang dari V mempunyai komplemen, sedangkan ker( ) adalah subruang dari V, jadi kita punya V = ker () ker( )...(i) dimana ker () adalah komplemen dari ker () di V. Sehingga berdasarkan teorema 1.14 diperoleh : dim(v) = dim(ker () ) + dim(ker () ) Selanjutnya pembatasan pada domain ker( ) saja dan didefinisikan sebagai : ( ) W : ker b). Selanjutnya akan ditunjukkan im( C ) = im( ) Akan ditunjukkan bahwa im ( C ) im( ) Karena C adalah transformasi linier juga tetapi dengan melakukan pembatasan domain hanya ker( ) C, maka im ( C ) im( ) Akan ditunjukkan im( ) im ( C ) misal ambil sembarang vim( ), karena v = u+w untuk uker( ) dan w ker( ), maka v = u + w = w= wim( Maka im( ) im ( C ) Jadi didapat im( ) = im( ), ).Selanjutnya untuk menunjukkan bahwa ker maka akan ditunjukkan : dan surjektif. Akan ditunjukkan C adalah injektif. ) karena w ker( ) ) ( isomorphik dengan im( ), ker ( ) im( ), adalah pemetaan yang injetif

Karena (i), maka ker( )ker () ={0} ker ( ) berdasarkan teorema 2.3.2, = ker ( ) ker( ) ={0} d).akan ditunjukkan adalah surjektif. adalah injektif ker ( ) ={0} jadi injektif. Berdasarkan teorema 2.3 bagian 1. : ker ( ) im( ) adalah surjektif jika im( ) = im( ) Pada b) telah ditunjukkan bahwa im( ) = im( ), jadi adalah surjektif. Jadi karena : ker ( ) im( ) adalah bijektif. Jadi terbukti bahwa ker() isomorphis dengan im( ). 2). Akan ditunjukkan bahwa dim(ker () )+dim(im ()) = dim(v) dari uraian sebelumnya telah diketahui bahwa dim(v) = dim(ker () ) + dim(ker () ) karena telah ditunjukkan bahwa ker ) dim(ker () )+dim(im ()) = dim(v) ( im( ), maka jelaslah bahwa Akibat 2.9. Misal hanya jika surjektif. L(V,W), dimana dim(v) = dim (W) <. Maka adalah injektif jika Akan ditunjukkan bahwa dengan diketahui dim(v) = dim(w), *) surjektif injektif **) injektif surjektif *) Jika surjektif jika hanya jika im( ) = W Menurut teorema 2.3 injektif jika hanya jika ker () = {0} Menurut teorema 2.8 dim(ker () )+ dim(w) = dim(v), karena dim(v )= dim(w) sehingga dim(ker () ) = 0 jadi ker () = {0}, injektif

**) jika injektif jika hanya jika ker( ) = {0} Menurut torema 2.8 dim(ker () )+ dim(im ()) = dim(v) 0 + dim(im ()) = dim(v) dim(im ()) = dim(v) dim(im ()) = dim(w) Selanjutnya akan ditunjukkan bahwa surjektif. Ambil sembarang v V karena injektif maka akan terdapat v W yang selalu tunggal dan karena dim(v) = dim(w) dan sedemikian sehingga dim(im ()) = dim(w) maka im () (W) Karena im () W maka im () = W Menurut teorema 2.3 bagian 1), karena surjektif jika hanya jika im( ) = W Jadi surjektif. Terbukti bahwa misal adalah injektif jika hanya jika surjektif. L(V,W), dimana dim(v) = dim (W) <. Maka Transformasi Linier dari F n ke F m Sembarang matriks A berukuran m x n atas F didefinisikan sebagai pemetatan perkalian berikut : A (v) = Av adalah suatu transformasi linier. Sembarang transformasi linier L(F n,f m ) mempunyai bentuk yaitu yang merupakan perkalian oleh suatu matriks, sebagai berikut : dan sehingga (e 1... e n )e i = ( e 1... e n ) (i) = e i A, dimana A = (e 1... e n ) Teorema 2.10 1) Jika A adalah suatu matriksberukuran m x n atas F maka A L(F n,f m ). 2) Jika L(F n,f m ) maka A, dimana A = (e 1... e n ) Matriks A disebut matriks dari. 1) Akan ditunjukkan bahwa adalah suatu transformasi linier. Untuk sembarang u,v F n dan skalar, F akan ditunjukkan

A ( u+ v) = A (u)+ A (v) Berdasarkan definisi A, maka A ( u+ v) = A(( u) +(v)) = A( u) + A(v), berdasarkan sifat perkalian matriks dan skalar diperoleh, = (Au) + (Av), berdasarkan definisi A maka = A (u)+ A (v) Jadi A adalah transformasi linier dari F n ke F m.atau dengan kata lain A L(F n,f m ) 2) Jika L(F n,f m ) maka A = (e 1... e n ) Matriks A disebut matriks dari. A, dimana Sembarang transformasi linier L(F n,f m ) mempunyai bentuk (e 1... e n )e i = (e 1... e n ) (i) = e i Jadi A, dimana A = ( e 1... e n ) Contoh 2 Perhatikan suatu transformasi linier : F 2 F 3 didefinisikan oleh (x,y,z) = (x-2y,z,x+y+z) Maka dipunyai bentuk kolom, x x 2y 1 2 0x y z 0 0 1 y z x y z 1 1 1 z Dan matriks standar dari adalah 1 A 0 1 2 0 1 Jika A m,n, maka karena im( A ) adalah ruang kolom dari A, sehingga dim (ker( A )) + dim(im( A ) = dim (F n ) karena dimensi ruang kolom A adalah rk(a), maka dim (ker( A )) + rk(a) = dim (F n ) Teorema 2.11 Misal A adalah suatu matriks m x n atas F. 1) A :F n F m adalah injektif jika hanya jika rk(a) = n. 2) A :F n F m adalah surjektif jika hanya jika rk(a) = m. 0 1 1 1). Berdasarkan pada teorema 2.3.2 A injektif ker( A ) = {0} dim (ker( A ) = dim{0} = 0

Karena dim (ker( A )) + rk(a) = dim(f n ), maka 0 + rk(a) = dim (F n ) Karena {e 1,...,e n } adalah basis untuk F n maka dim(f n ) = n, jadi, dim (ker( A ) = 0 rk(a) = n 3) Berdasarkan teorema 2.3.1, maka A surjektif im( A ) = F m dim (im( A ) = dim(f m ) Karena {e 1,...,e m } adalah basis untuk F m maka dim(f m ) = m. Karena im( A ) adalah subruang dari F m dan diketahui dim(im( A ) = dim (F m ) = m selanjutnya dapat disimpulkan im( A ) = F m Jadi (Im( A )) = dim(f m ) rk(a) = m Matriks Perubahan Basis Misalkan bahwa B = (b 1,...,b n ) dan C = ( 1,..., n ) adalah basis terurut pada ruang vektor V. Matriks koordinat [v] B dan [v] C. Pada gambar.1 : Dari gambar terlihat bahwa B,C [v] B= C B -1 [v] B = [v] C yang menunjukkan relasi antara matriks koordinat [v] B dan [v] C Pemetaan dari [v] B ke [v] C adalah B,C = C B -1 dan disebut operator perubahan basis ( atau operator perubahan koordinat). Karena B,C adalah operator pada F n, maka berbentuk A,dimana : A = ( B,C (e 1 )... B,C (e n )) = (CB -1 ([b 1 ] B ) C B -1 ([b n ] B )) = ( [b 1 ] C ) [b n ] C )

Dinotasikan A sebagai M B,C dan disebut matriks perubahan basis dari B ke C. Teorema 2.12 Misalkan bahwa B = (b 1,...,b n ) dan C = ( 1,..., n ) adalah basis terurut pada ruang vektor V. Maka operator perubahan basis B,C = C B -1 adalah suatu pemetaan automorphisma dari F n, yang mempunyai matriks standar yaitu: M B,C = ([b 1 ] C... [b n ] C )) sehingga [v] C = M B,C [v] B Dan -1 M B,C = M C,B Misal B = (b 1,...,b n ) dan C = ( 1,., n ) adalah basis-basis terurut untuk ruang vektor V. Akan ditunjukkan bahwa operator perubahan basis B,C = C B -1 adalah suatu pemetaan automorphisme pada F n yang artinya B,C = C B -1 adalah pemetaan yang bijektif. Karena B L(V,F n ) adalah pemetaan linier dari setiap vektor elemen V ke matriks koordinat vektor terebut pada basis B, karena setiap vektor di V pasti dapat dinyatakan sebagai matriks koordinat juga berlaku sebaliknya, maka B L(V,F n ) adalah bijektif. Demikian juga untuk C L(V,F n ) adalah pemetaan linier dari setiap vektor elemen V ke matriks koordinat vektor terebut pada basis C, karena setiap vektor di V pasti dapat dinyatakan sebagai matriks koordinat juga berlaku sebaliknya, maka C L(V,F n ) adalah bijektif. Berdasarkan teorema 2.1 bagian (3) diperoleh bahwa jika B L(V,F n ) bijektif maka B -1 L(V,F n ) adalah bijektif. Berdasarkan teorema 2.1 bagian (2) diperoleh bahwa jika B -1 L(V,F n ) dan C L(V,F n ) bijektif maka B,C = C B -1 adalah bijektif. Jadi B,C = C B -1 adalah suatu automorphisma. Diketahui bahwa B,C adalah operator linier pada F n (atau B,C L(F n )) Jadi berdasarkan teorema 2.10 (2). Jika B,C L(F n ) maka B,C = A dimana A = ( B,C (e 1 )... B,C (e n )) karena b 1 = 1b 1 + 0b 2 + + 0 b n, maka [b 1 ] B = e 1 b 2 = 0b 1 + 1b 2 + + 0 b n, maka [b 2 ] B = e 2

b n = 0b 1 + 0b 2 + + 1 b n, maka [b n ] B = e n dan karena B,C = C,B -1, maka A = (C,B -1 ([b 1 ] B ) C,B -1 ([b n ] B )) A = ( [b 1 ] C ) [b n ] C ) Dinotasikan A sebagai M B,C dan disebut matriks perubahan basis dari B ke C. M B,C = ( [b 1 ] C ) [b n ] C ) Berdasarkan pemetaan perkalian transformasi linier diperoleh, B,C [v] B = A[v] B karena A = M BC, maka B,C [v] B = M B,C [v] B Sedangkan Jadi B,C [v] B = CB -1 [v] B = [v] C [v] C = M B,C [v] B Jika dikalikan masing-masing dengan M B,C -1 dari kiri maka diperoleh: M B,C -1 [v] C = M B,C -1 M B,C [v] B M B,C -1 [v] C = I [v] B M B,C -1 [v] C = [v] B Jadi [v] B = M C,B [v] C dengan M C,B = M B,C -1 Perhatikan persamaan A = M B,C dengan A = ([b 1 ] C... [b n ] C )). Jika diberikan sembarang matriks A (berukuran n x n yang dapat dibalik), B dan C (adalah suatu basis terurut pada F n ), jika dua dantaranya diketahui maka komponen yang ketiga akan dapat ditentukan seara unik dengan persamaan tersebut. Jika A dan B diketahui, maka terdapatlah suatu C unik yang memenuhi A -1 = M C,B Dan sedemikian sehingga terdapatlah suatu C unik yang memenuhi A = M B,C. Teorema 2.13 Jika diberikan sembarang dua buah dari yang berikut ini : 1) Suatu matriks A yang inversibel 2) Suatu basis terurut B pada F n 3) Suatu basis terurut C pada F n Maka yang ketiga dapat ditentukan seara unik dengan persamaan A = M B,C Bukti: Jika 1) dan 3) diketahui maka akan ditentukan 2)

Diketahui A = ([b 1 ] C... [b n ] C ) dapat dibalik C = ( 1,..., n ) Dari [b 1 ] C, misal [b 1 ] C = (r 11,,r 1n ), maka b 1 = r 11 b 1 +...+ r 1n b n Dari [b 2 ] C, misal [b 2 ] C = (r 21,,r 2n ), maka b 2 = r 21 b 1 +...+ r 2n b n Dari [b n ] C, misal [b n ] C = (r n1,,r nn ), maka b n = r n1 b 1 +...+ r nn b n Jadi B ditentukan seara unik, sehingga diperoleh B = (b 1,...,b n ) Jika 1) dan 2) diketahui maka akan ditentukan 3) Diketahui A = ([b 1 ] C... [b n ] C ) dapat dibalik B = (b 1,...,b n ) Karena A = M B,C maka A -1 = M B,C -1 = M C,B A -1 = M C,B = ([ 1 ] B... [ n ] B ) Dari [ 1 ] B, misal [ 1 ] B = (k 11,,k 1n ), maka 1 = k 11 1 +...+ k 1n n Dari [ 2 ] B, misal [ 2 ] B = (k 21,,k 2n ), maka 2 = k 21 1 +...+ k 2n n Dari [ n ] B, misal [ n ] B = (k n1,,k nn ), maka n = k n1 1 +...+ k nn n Jadi C ditentukan seara unik, sehingga diperoleh C = ( 1,..., n ) Jika 2) dan 3) diketahui maka akan ditentukan 1) Misal diketahui : B = (b 1,...,b n ) C = ( 1,..., n ) Akan ditentukan A = ([b 1 ] C... [b n ] C ) Cari [b 1 ] C,...,[b n ] C b 1 = (t 11 1 + +t 1n n ), maka [b 1 ] C = (t 11,... t n1 ) b 2 = (t 21 1 + +t 2n n ), maka [b 2 ] C = (t 21,... t 2n ) b n = (t n1 1 + +t nn n ), maka [b n ] C = (t n1,... t nn ) Jadi A ditentukan seara unik, sehingga diperoleh A = ([b 1 ] C... [b n ] C ). Matriks Transformasi Linier Misal :V W adalah suatu transformasi linier, dimana dim(v) = n, dan dim(w) = m dan misalkan B = (b 1,,b n ) adalah basis terurut pada V dan C adalah basis terurut pada W. Maka pemetaan : [v] B [v] C Adalah representasi dari sebagai transformasi linier dari F n ke F m, yang artinya untuk menentukan (berikut B dan C) adalah sama saja dengan menentukan. Representasi ini tergantung pada pemilihan basis terurut B dan C.

Karena adalah suatu transformasi linier dari F n ke F m, jadi merupakan perkalian dari A berukuran m x n dengan [v] B, yaitu [ v ] C = A[v] B Karena [b i ] B = e i, didapat kolom ke-i dari A adalah sebagai berikut: A (i) = Ae i = A[v i ] B = [b i ] C Teorema 2.14 Misal L(V<W) dan misal B = (b 1,,b n ) dan C adalah basis terurut untuk V dan W. Maka dapat direpresentasikan berkenaan dengan B dan C sebagaiperkalian matriks, yaitu : [ v ] C = [ ] B,C [v] B [] B,C = ([ b 1 ] C... [b n ] C ) yang disebut matriks dari yang berkenaan dengan basis B dan C. Ketika V = W dan B = C, dinotasikan [] B,B oleh [] B dan juga [ v ] B = [] B [v] B : [v] B [v] C Berdasarkan teorema 2.10 bagian (2) Jika L(F n,f m ) maka = A Dimana A = ( (e 1 )... (e n )) karena b 1 = 1b 1 + 0b 2 + + 0 b n, maka [b 1 ] B = e 1 b 2 = 0b 1 + 1b 2 + + 0 b n, maka [b 2 ] B = e 2 b n = 0b 1 + 0b 2 + + 1 b n, maka [b n ] B = e n A = ( ( [b 1 ] B ) ([b n ] B )) A = ( [b 1 ] C ) [ b n ] C ) A = [] B,C Menurut definisi perkalian pemetaan maka diperoleh: [v] C = [] B,C [v] B [] B,C adalah matriks untuk yang berkaitan dengan basis B dan C. Contoh 2.4 Ambil D:P 2P 2 adalah operator derivatif, didefinisikan pada ruang vektor dari semua polynomial berderajat 2. Misal B = C = (1,x,x 2 ). Maka 0 1 0 [D(1)] C = [0] = 0, [D(x)] C = [1] = 0,[D(x 2 )] C = [2x] = 2, 0 0 0

0 1 0 [D] B = 0 0 2 0 0 0 Karena, pada ontoh, jika p(x) = 5 + x + 2x 2, maka 0 1 0 5 1 [D P (x)] C = [D] B [p(x)] B = 0 0 2 = 1 4 0 0 0 2 0 Dan juga Dp(x) = 1 + 4x. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kita dapat megerjakannya dengan transformasi linier atau dengan matriks yang merepresentasikannya ( dengan basis terurut B dan C tetap yang bersesuaian). Ini menggunakan tidak hanya untuk penjumlahan dan perkalian skalar, tetapi juga untuk perkalian matriks. Teorema 2.15 Misall V dan W adalah ruang vektor yang berdimensi berhingga atas F, dengan basis terurut masing-masing adalah B = (b 1,...,b n ) dan C = ( 1,... n )atas F, dengan : 1) Pemetaan :L(V,W) M m,n (F) didefinisikan sebagai berikut: () = [ ] B,C adalah isomorphis sehingga L(V,W) M m,n (F)) dim (L(V,W))= dim( M m,n (F))= m x n 2) Jika L(U,V) dan L(V,W) dan jika B,C dan D adalah basis- basis terurut masing-masing pada U, V dan W, maka [ ] B,D = [] C,D [ ] B,C Jadi, matriks komposisi perkalian adalah perkalian dari matriks dan. Untuk melihat bahwa adalah linier, amati bahwa untuk semua i, [s +t] B,C [b i ] B = [(s +t)(b i )] C = [(s +t)(b i )] C = s[ (b i )] C +t[(b i )] C = s[ ] B,C [b i ] B +t[] B,C [b i ] B = (s[ ] B,C +t[] B,C )[b i ] B Dan karena [b i ] B = e i, adalah vektor basis standar, kita simpulkan bahwa [s +t] B,C = s[ ] B,C +t[] B,C

dan juga adalah linier. Jika A M m,n, kita definisikan oleh [ b i ] C = A (i), dimana () = A dan adalah surjektif. Juga, ker() = {0} karena [ ] B = 0 menyebabkan bahwa = 0. Jadi, pemetaan adalah isomorphisme. Untuk bukti bagian 2) kita punya [] B,D [v] B = [ (v) ] D = [ ] C,D [ v] C = [] C,D [ ] B,C [v] B