belum tertampung di SLTP/MTs; (2) Kekurangan ruang kelas sebanyak orang; (2) Guru yang tidak layak mengajar

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR ±±. DAFTAR ISI vii ^

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting keberadaannya. Setiap orang mengakui bahwa tanpa

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) & INDIKATOR KINERJA INDIVIDU (IKI)

Pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

VISI MISI,TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN INDIKATOR SASARAN

BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN KOTA PONTIANAK

PAPARAN SAKIP SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan temuan-temuan penelitian

Analisis Sosial Budaya yang Mempengaruhi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

C. ANALISIS CAPAIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. skills) sehingga mendorong tegaknya pembangunan seutuhnya serta masyarakat

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB VI INDIKATOR KINERJA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR YANG MENGACU PADA RPJMD PROVINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Ringkasan Eksekutif

dapat mengikuti pendidikan dasar (setingkat SD dan SLTP) sampai tamat mengimplementasikan kebijakan tersebut, antara lain pembangunan

Maksud dan Tujuan. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR Manajemen Pendidikan TK / RA 915,000,000

Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur. Kata Pengantar

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasannya,

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) SEKTOR PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

BAB II KEADAAN UMUM INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

ISU-ISU STRATEGIS. 3.1 Analisis Situasi Strategis

KAJIAN PENGELUARAN PUBLIK INDONESIA: KASUS SEKTOR PENDIDIKAN

LAPORA AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 (LAKIP)

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

HASIL PEMETAAN PROGRAM WAJAR DIKDAS 9 TAHUN DI 6 KECAMATAN DI KABUPATEN GARUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Era globalisasi menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat cepat pada

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Agenda Utama Kabupaten/Kota: PERCEPATAN PENUNTASAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR YANG BERMUTU

Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd

pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, sosial, tenaga kerja, koperasi

GARA-GARA GAK SEKOLAH JADI PUZZING DECH...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 mengamanatkan bahwa

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DR. H. Sofyan Sauri, M.Pd (Ketua) Anggota : 1. Drs. H. Ade Sadikin Akhyadi, MSi 2. Drs. Yadi Ruyadi, MSi

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kotabaru

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

INDIKATOR KINERJA UTAMA TAHUN 2017 (Berdasarkan Format : PERMENPAN Nomor 53 Tahun 2014 dan PERMENPAN & RB Nomor: PER/20/menpan/II/2008)

1. Makna Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun dalam Pembangunan Pendidikan. Hakekat pembangunan sebenarnya adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN BAB I

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

KABUPATEN BADUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

KONDISI AWAL TAHUN % 62.00% 50.00% 55.00% 98.40% % % 97.00%

RENCANA KERJA 2015 Dinas Pendidikan Kabupaten Garut

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MONITORING DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM WAJIB BELAJAR DI KOTA SALATIGA TAHUN 2011/2012. Donald Samuel Slamet Santosa

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : TAHUN : SERI : PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 1 TAHUN 1996 T E N T A N G

KATA PENGANTAR. Martapura, Desember 2014 Kepala Dinas Pendidikan Kab. Banjar. H. Gusti Ruspan Noor, SE Pembina Tingkat I NIP

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 16 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Didi Supriadie Kepala Dinas Pendidikan

bidang akan tergantung pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mendirikan sekolah. Pola otonomi pendidikan yang. hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP atau MTs.

SASARAN Uraian Sasaran Indikator Satuan 1 2. Formulasi perhitungan: (Jumlah siswa usia tahun dijenjang SD/MI/Paket A,

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SKPD

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2014

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah komunitas, dan komunitaslah yang membentuk masyarakat. Substansi ini

LKjIP Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG PROGRAM WAJIB SEKOLAH 12 TAHUN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

PROFIL DATA PENDIDIKAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KOTA BANDAR LAMPUNG

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan pada tingkat Kecamatan yang bertugas. untuk mengawasi dan membina pendidikan Sekolah Dasar yang berada pada

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

Kata Kunci: Aksesibilitas dan Partisipasi Masyarakat, Pendidikan Dasar 9 Tahun, dan Daerah Perbatasan

-1- PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV BAB IV LANGKAH-LANGKAH TEROBOSAN PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KECAMATAN MAGERSARI KOTA MOJOKERTO SKRIPSI

KEBIJAKAN WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN DI KECAMATAN DARUL MAKMUR

Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian sebagaimana dipaparkan di muka, maka kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: Pertama. Gambaran nyata pendidikan dasar di Kabupaten Indramayu sampai Tahun 1998/1999 menunjukkan bahwa: Pada aspek pemerataan: (1) Masih terdapat 3.849 anak 7-12 tahun belum tertampung di SD/MI dan 53.517 anak usia 13-15 tahun belum tertampung di SLTP/MTs; (2) Kekurangan ruang kelas sebanyak 1.656 ruang; (3) Kekurangan guru sebanyak 1.197 orang; Aspek mutu: (1) Kualifikasi guru yang belum sarjana sebanyak 8.638 orang; (2) Guru yang tidak layak mengajar sebanyak 1.560 orang; (3) Masih terdapat 2.142 ruang kelas yang memerlukan rehab berat, dan 2.995 ruang kelas yang memerlukan rehab ringan; (4) Masih 37,07% sekolah yang belum memiliki perpustakaan; (5) Mutu PBM masih rendah dengan kecilnya NEM rata-rata bidang studi pada kelulusan: pada SD 6,63%; MI 6,21%; Begitu pula mutu PBM pada SLTP/MTs masih rendah yang ditandai dengan penurunan rata-rata Bidang Studi pada NEM siswa baru Kelas I dibandingkan dengan rata-rata bidang studi pada NEM kelulusan: pada SLTP dari 30,14 menjadi 27,01, pada MTs dari 28,27 menjadi 27,58; (6) Penyediaan buku pokok, pada SD baru mencapai 181

182 rasio: 1:1, dan pada MI baru mencapai rasio 1:1,15. Sedang kan pada SLTP mencapai rasio 1:1, dan MTs 1:1,5. Aspek kesesuaian menunjukkan masih terbatasnya jumlah dan mutu guru yang mengajar muatan lokal, dan terbatasnya jumlah, jenis dan mutu alat peraga yang dapat digunakan dalam PBM keterampilan dasar yang beraneka ragam; Aspek tingkat pencapaian tujuan, menunjukkan bahwa: Mutu Pengelolaan SLTP dan MTs belum optimal, yang ditandai biaya operasional yang rendah (Rp. 21.309 untuk SLTP dan Rp 13.322 untuk MTs per bulan per siswa) dan tingginya prosentase guru yang tidak layak mengajar, serta mutu sarana dan prasarana pendidikan lainnya belum baku sehingga mempengaruhi mutu proses KBM. Kedua. Gambaran APK, APM, APS dan AM dilihat dari tingkat penghasilan kotor masyarakat setempat, menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Indramayu terbagi beberapa kelompok, yaitu: (1) Masyarakat berpenghasilan tinggi dengan APK, APM dan APS rendah, terjadi di Kecamatan Indramayu dan Kandanghaur; (2) Masyarakat berpenghasilan rendah dengan APK dan APM rendah tetapi APS tinggi, terjadi di Kecamatan Kroya dan Balongan; (3) Masyarakat berpengha silan rendah dengan APK, APM dan APS tinggi, terjadi di Kecamatan Widasari; (4) Masyarakat berpenghasilan tinggi dengan APK, APM dan AM tinggi, terjadi di daerah Kecamatan Jatibarang dan Juntinyuat; (5) Masyarakat berpenghasilan rendah dengan APK, APM dan AM rendah, terjadi di Kecamatan Bangodua, Kroya, Krangkeng dan Kecamatan Bongas.

183 Ketiga. Faktor utama yang menghambat peningkatan Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SLTP/MTs di Kabupaten Indramayu berkenaan dengan: (1) Keadaan ekonomi masyarakat lemah; (2) Fasilitas sekolah yang kurang memadai; (3) Rendahnya partisipasi orang tua dalam menyekolahkan anaknya; Dan (4) Kurang optimalnya Tim Koordinasi Wajar Dikdas baik tingkat kabupaten, kecamatan maupun desa dalam sosialisasi program wajib belajar. Keempat. Strategi menuntaskan Program Wajar Dikdas 9 Tahun di Kabupaten Indramayu yaitu: (1) Membentuk satuan tugas Tim Pengendali beasiswa yang berkualitas; (2) Membuka SLTP terbuka didaerah-daerah rawan drop-out (DO) khususnya daerah IDT; Dan (3) Melaksanakan Penyuluhan Terpadu. Namun, khusus dalam upaya meningkatkan angka melanjutkan sekolah lulusan SD/MI ke SLTP/MTs di Kabupaten Indramayu, diperlu kan suatu rencana strategik yang memprioritaskan pada upaya penyuluhan terpadu terhadap segenap lapisan masyarakat melalui optimalisasi peran dan fungsi Tim Koordinasi Wajar Dikdas dari tingkat kabupaten sampai tingkat desa. B. Implikasi Beberapa implikasi yang dapat diambil dari kesimpulan di muka ialah: 1. Keberhasilan program Wajar Dikdas 9 Tahun di Kabupaten Indramayu diukur dari tercapainya angka partisipasi masyarakat yang tinggi dan dikatakan tuntas jika APM

184 telah mencapai target yang ditetapkan. Secara ideal, target pencapaian APM 100% merupakan target yang tidak memungkinkan untuk dicapai. Karena itu penentuan prosen tase target peningkatan APM harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi nyata masyarakat; 2. Rendahnya kuantitas APK dan APM berkaitan erat dengan tingkat penghasilan masyarakat. Namun, tidak mesti dijamin oleh keberadaan perekonomian suatu masyarakat. Karena, yang lebih menonjol dalam meningkatkan angka partisipasi sekolah ditentukan oleh kesadaran masyarakat dalam memahami arti pentingnya melek pendidikan; 3. Sekalipun faktor rendahnya ekonomi masyarakat, fasilitas sekolah yang kurang memadai, rendahnya partisipasi orang tua, kurang optimalnya tim koordinasi Wajar sangat berpengaruh pada APK dan APM di Kabupaten Indramayu. Akan tetapi, faktor rendahnya partisipasi orang tua siswa dalam menyekolahkan anaknya adalah penyebab utama kecilnya perolehan APK dan APM di Kabupaten Indramayu; 4. Dalam rangka memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga masyarakat yang memenuhi syarat usia Wajar (7-15 Tahun), serta untuk mensukseskan tuntasnya program Wajar Dikdas 9 Tahun pada Tahun 2003/2004, Kabupaten Indramayu memerlukan manajemen strategik khusus yang didasarkan pada pendekatan sosial, budaya, geografi dan ekonomi. Oleh karena itu program penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun di Kabupaten Indramayu harus cermat dalam

185 menggunakan pendekatan-pendekatan yang bersifat humaniora, khususnya pada basis-basis wilayah yang APS-nya rendah. Implikasi terhadap pengembangan model perenca naan stratejik peningkatan angka melanjutkan sekolah lulusan SD/MI ke SLTP/MTs di Kabupaten Indramayu, diper lukan suatu keputusan manajemen berupa rencana kegiatan yang bersifat stratejik sebagai perwujudan implementasi keputusan tersebut. Tujuan primer rencana strategik ini, adalah sebagai pedoman untuk menjabarkan, memahami, dan mengkomunikasikan informasi yang akan membantu memecahkan masalah-masalah yang sedang dihadapi dalam penuntasan Wajar Dikdas di Kabupaten Indramayu. C. Rekomendasi 1. Perlu Penyederhanaan Rumus Perhitungan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Perhitungan APK dan APM merupakan permasalahan yang selalu dijadikan dasar bagi para perencana baik di daerah maupun di tingkat wilayah atau nasional, karena kedua permasalahan tersebut sering menjadi kendala khususnya bagi perencanaan dari daerah. Hasil perhitungan APK dan APM pada perencanaan mikro, misalnya dalam menentukan kebutuhan Unit Gedung Baru/Ruang Kelas Baru (UGB/RKB), maka hasilnya tidak dapat dijadikan dasar sebagai hasil perhitungan untuk setiap kecamatan, karena mengakibatkan penumpukkan

186 kebutuhan pada kecamatan tertentu. Apabila APK dan APM digunakan dalam penentuan perencanaan secara makro, misalnya tentang kebutuhan UGB/RKB suatu kabupaten, maka tingkat keabsahan hasil perhitungannya bisa diterima. APK dan APM hanya bisa dijadikan dasar penentuan kebijakan pimpinan pada tingkat wilayah dalam menentukan atau mengalokasikan kebutuhan suatu kabupaten karena terjadinya arus urban baik emigrasi maupun imigrasi masih relatif kecil. Pada kasus Kabupaten Indramayu tidak bisa mengambil suatu kebijakan tertentu dalam merekomendasi suatu usulan dari kecamatan yang dida sarkan kepada bobot APK dan APM saja. Karena di kecama tan terjadinya arus urban relatif besar. Apabila masalah ini dipaksakan oleh para perencana dari daerah maka pada saat mengimplementasikannya akan mengalami masalah. Berkaitan dengan APK dan APM tersebut, penulis mengusulkan agar adanya perubahan rumus perhitungan APK dan APM yang bisa digunakan baik untuk tingkat wilayah maupun nasional. Adapun sebagai bahan petimbangan untuk perubahan rumus perhitungan APK dan APM, yaitu: Menjadi Keterangan: APK = Angka Partisipasi Kasar BSSK = Banyaknya Siswa di Sekolah suatu Kecamatan BPUS = Banyaknya Penduduk Usia Sekolah BSSKB = Banyaknya Siswa di dari Kecamatan Berada. Sekolah yang berasal

187 Menjadi APM BSUSKB BPUS Keterangan: APM = Angka Partisipasi Murni BSUSK = Banyaknya Siswa Usia Sekolah suatu Kecamatan BPUS = Banyaknya Penduduk Usia Sekolah BSSKB = Banyaknya Siswa Usia Sekolah yang ada di berasal dari Kecamatan Berada Sekolah yang 2. Perlunya Peningkatan Profesionalisasi Guru Berkaitan dengan kondisi pendidikan yang tergambar dari hasil penelitian, sampai saat ini keberadaan guru di Kabupaten Indramayu masih diperlukan perhatian kusus. Melihat dari segi kuantitas dan kualitas guru di Kabupa ten Indramayu, baik pada tingakatan SD/MI maupun SLTP/MTs masih sangat rawan pendidikan. Oleh sebab itu untuk mendapatkan suatu produk pendidikan yang baik dan berkualitas di Kabupaten Indramayu masih sangat sulit. Hal ini menunjukkan perlunya ada pembinaan khusus bagi para guru khususnya bagi mereka yang kelayakan mengajarnya termasuk katagori tidak layak mengajar. Pembinaan khusus yang dimaksud bisa dalam bentuk pendidikan dan pelatihan atau memberikan beasiswa untuk melanjutkan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peningkatan profesionalisasi guru sangat penting artinya dalam implementasi perencanaan stratejik ini. Guru dapat dijadikan komunikator yang paling efektif dalam memotivasi peserta didik, khususnya pada tingkat SD/MI untuk melanjutkan sekolah ke SLTP/MTs.

188. Perlunya Peningkatan Kemampuan Profesional Pengelola Pendidikan Hal yang perlu diungkap lebih jauh sehubungan dengan penelitian ini dalah berkenaan dengan kemampuan jajaran pengelola pendidikan pada tingkat kabupaten dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan perubahan organisasi. Jika otonomi pendidikan benar-benar dilaksa nakan dengan titik-berat pada Daerah Tingkat II, maka peranan-peranan yang selama ini dilakukan Depdikbu akan terkurangi. Apakah para jajaran pengelola pendidikan di lingkungan Depdikbud dan Dinas P&K sudah mempersiap kan diri secara profesional? Sayang sekali, penelitian ini tidak sempat mengungkap bagaimana persepsi dan sikap Tim Koordinasi Wajar Pendidikan Dasar 9 Tahun terhadap kemungkinan terjadinya reformasi organisasi pendidikan nasional. Penulis agak sulit memprediksi kinerja para pengelola pendidikan pada tingkat kabupaten, walaupun indikator yang tampak dalam kinerja Tim Koordinasi wajar yang sangat rendah, belum dapat dijadikan pegangan untuk memprediksi kinerja dalam aspek yang lain. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu kiranya ada penelitian mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan kinerja para pengelola pendidikan, baik yang menyangkut persepsi, sikap, kemampuan, maupun motivasi dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.

189 4. Realisasikan Program dengan Segera Dalam rangka percepatan penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun di Kabupaten Indramayu, program penyuluhan terpadu untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menyeko lahkan anak, perlu segera direalisasikan. Karena itu, Tim Koordinasi Wajar Dikdas tingkat kabupaten, khususnya Bupati Kepala Daerah Tingkat II Indramayu sebagai penanggungjawab, seyogyanya segera menentukan kebijakankebijakan sebagai panduan Tim Koordinasi Wajar Dikdas dalam melakukan langkah-langkah koordinasi dengan instansi terkait baik secara horiozontal maupun verti kal. Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu rujukan untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang diper lukan. Kebijakan bupati tersebut sangat diperlukan dalam menentukan langkah-langkah koordinasi, sehingga setiap instansi yang terkait dapat menentukan langkah-langkah operasional dengan segera.