BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan yang terdapat pada bab 4,

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian maka dapat ditarik kesimpulan:

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Berikut ini adalah laporan laba rugi PT XYZ tahun 2009 :

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

Nama : Farah Fadhilah NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Budi Prijanto, SE., MM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pajak (tax planning) merupakan proses pengorganisasian yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT Multi Indocitra Tbk

KLASIFIKASI BIAYA DAN KOMPENSASI KERUGIAN. Aris Munandar, SE., M.Si

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Pada Laporan Laba Rugi PT Anugrah Setia Lestari

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Alasan Perusahaan dalam Strategi tax planning PPh 21 Lebih. Memilih Menggunakan Natura dan kenikmatan.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Evaluasi atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT.Cipta Dermato.

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

ANALISIS KOREKSI FISKAL TERHADAP LAPORAN LABA RUGI KOMERSIAL PT TIMUR JAYA NUSANTARA

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT. JASA RAHARJA (PERSERO)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT ABC

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB. 1V MANAJEMEN PAJAK SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN PADA PERUSAHAAN PI

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL DAN FISKAL. Amanita Novi Yushita

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

PERENCANAAN PAJAK BERDASARKAN REVIEW REKONSILIASI FISKAL PADA PT JP

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Penerapan Tax Planning pada Rumah Sakit Pondok Indah

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PERUM DAMRI. Rekonsiliasi Laporan Fiskal pada PERUM DAMRI

BAB. V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian-uraian yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN. melakukan perubahan-perubahan pada peraturan perpajakan di Indonesia. Perubahan

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

DAFTAR BIAYA FISKAL DEDUCTIBLE DEDUCTIBLE

ANALISIS TAX PLANNING SEBAGAI PENGHEMATAN BEBAN PAJAK PADA PT. BAHANA NUSANTARA

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB I PENDAHULUAN. bersih/penghasilan sehingga perusahaan akan selalu berusaha untuk

By Afifudin PSP FE Unisma 2

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK SEBAGAI METODE UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PENGHASILAN. (Studi Kasus pada Perum Pegadaian Pusat)

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perencanaan Pajak melalui Pajak Penghasilan Pasal 21 yang. diterima karyawan dengan menggunakan Metode Net

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK ATAS BIAYA KOMERSIAL UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT. BM

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

bambang kesit, 2010 halaman 1 dari 10 perpajakan, prodi akuntansi-feuii MODUL : TEKNIK REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PPh Badan

Oleh Iwan Sidharta, MM.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan Fiskal Sebagai Dasar Penghitungan Penghasilan

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

Evaluasi Perencanaan Pajak Penghasilan Pada PT CRS

PT PETA DAFTAR JURNAL KOREKSI DAN REKLASIFIKASI TAHUN 2012 No. Keterangan Ref. KK Debit 1 Bank BINI C 13,500,000 Piutang dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Perhitungan Laba Kena Pajak Berdasarkan Penerapan Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Laporan Keuangan Perusahaan Tahun 2010, 2011, dan 2012 PT. PAS merupakan perusahaan yang bergerak dibidang distribusi

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

Rekonsiliasi LK Komersial ke LK Fiskal

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi salah satunya adalah laporan laba rugi yang memuat penghasilan,

HAKIKAT REKONSILIASI. Perbedaan timbul terkait pengakuan pendapatan dan beban di laporan laba rugi.

CONTOH SOAL DAN JAWABAN REKONSILIASI FISKAL

bunga dari sistem pembayaran angsuran dan penggantian aktiva tetap.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV EVALUASI ATAS PERENCANAAN PAJAK PENGHASILAN BADAN (STUDI KASUS PADA PT BANK MAJU) Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal pada PT Bank MAJU.

DAFTAR PUSTAKA. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat Jakarta.

EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK PENERAPAN PPh BADAN PADA PT. MEKAR KARYA PRATAMA TAHUN E-Journal. Disusun oleh : Yeni Syamsiardi

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rekonsiliasi Fiskal 4.2 Analisis Pendapatan pada Laporan Laba-Rugi PT Asuransi Jiwa Bringin Life

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

1. Pengertian Penghasilan Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pengertian penghasilan menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan

RUGI LABA BIAYA FISKAL

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Dalam Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Prima Multi Mineral 1. Rekonsiliasi Laporan keuangan dan Laporan fiskal Pendapatan merupakan objek pajak penghasilan yang berdasarkan penelitian yang penulis lakukan pad PT Prima Multi Mineral yang mempunyai penghasilan pada tahun 2012 sebesar Rp 3,166,767,500,- atas pendapatan ini perusahaan menerapkan perencanaan pajak dengan menggunakan accrual basis, yaitu pendapatan dibukukan ketika terjadi transaksi penjualan. Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT Prima Multi Mineral tidak dapat dipisahkan dengan upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak manajemen yang menyesuaikan dengan peraturan pajak yang berlaku. Penerapan perencanaan pajak yang dilakukan pada dasarnya adalah dengan mempertimbangkan aspek perpajakan dan memilih alternatif yang menimbulkan beban pajak yang paling kecil. Berikut adalah laporan laba rugi PT Prima Multi Mineral tahun 2012 setelah menerapkan tax planning : 62

Tabel 4.1 PT Prima Multi Mineral Laporan Rekonsiliasi Laba Rugi Fiskal Tahun 2012 (Dalam Rupiah) Sumber : Laporan keuangan PT Prima Multi Mineral Adapun penjelasan dari laporan laba rugi PT Prima Multi Mineral setelah Tax Planing adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan 63

Berdasarkan Pasal 4 UU No 17 tahun 2000; Perubahan ketiga UU PPh 1984 yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak baik yang berasal dari indonesia maupun dari luar indonesia. Terdapat dua jenis penghasilan yang diperoleh oleh PT Prima Multi Mineral, yaitu pendapatan yang berasal dari kegiatan operasional perusahaan berupa penjualan batubara (Coal Sales) dan pendapatan yang diperoleh dari luar kegiatan perusahaan. Atas pendapatan ini perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp 3,166,767,500,-. Sedangkan pendapatan yang diperoleh dari luar usaha seperti bunga deposito dan keuntungan selisih kur yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 1,570,720,- 2. Beban usaha, beban ini merupakan biaya biaya yang digunakan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan operasional dan biaya umum lainnya yang menurut ketentuan perpajakan yang belaku dapat dikurangkan dari penghasilan (deductible expense) yang memenuhi syarat sebagai biaya yang diperbolehkan sebagai pengurang penghasilan bruto. Uraian lengkap atas perencanaan pajak pada beban usaha dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Beban gaji (diatur dalam undang undang PPh pasal 6 huruf a) Sebesar Rp 1,854,994,250,- merupakan akun yang digunakan oleh perusahaan untuk mencatat kepentingan pembayaran gaji karyawan peruahaan. Berdasarkan undang undang PPh pasal 6 huruf a, beban gaji termasuk beban yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih 64

dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto wajib pajak. Dalam hal ini perusahaan telah benar membiayakan seluruh beban yang berkaitan dengan gaji yang dikeluarkan oleh perusahaan tanpa unsur PPh di dalamnya. b. Beban Asuransi (diatur dalam undang-undang PPh pasal 9 ayat 1 huruf e) Beban asuransi sebesar Rp 51,000,000.00 merupakan asuransi yang diberikan oleh perusahaan untuk karyawan yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk setiap bulannya. Maka perusahaan melakukan koreksi atas biaya ini di karenakan beban asuransi merupakan biaya yang di keluarkan oleh perusahaan dalam rangka pemberian natura dan kenikmatan sesuai dengan undang undang pasal 9 ayat (1) huruf e penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan. c. Sewa ruangan kantor (diatur dalam pasal 9 ayat 1 undang undang PPh pasal 4 pp 138 tahun 2000) Sewa ruangan kantor sebesar Rp 75,000,000,- merupakan pengeluaran yang berhubungan dengan kepentingan perusahaan dalam menjalankan kelangsungan usahanya. Sesuai dengan ketentuan perpajakan, pembebanan sewa ruangan kantor digunakan untuk kegiatan 65

operaional kantor dalam rangka mendapatkan menagih dan memelihara penghasilan usaha. d. Biaya administrasi sebesar Rp 2,867,775,- merupakan biaya yang digunakan untuk keberluan pembukuan yang berkaitan dengan arsip perusahaan. Sesuai dengan peraturan yang berlaku biaya administrasi di kategorikan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan usaha. e. Beban perlengkapan kantor (Diatur dalam pasal 28 UU KUP) sebesar Rp 88,433,750,- merupakan pos pengeluaran untuk pembelian perlengkapan kantor. Dalam hal ini perusahaan telah membebankan seluruh beban perlengkapan sebagai pengurang penghasilan bruto perusahaan, sehingga tidak dilakukan koreksi fiskal atas beban perlengkapan kantor. Sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan pembebanan beban perlengkapan kantor digunakan untuk operasional kantor dalam rangka mendapatan, menagih dan memelihara penghasilan usaha. f. Pemeliharaan perlengkapan kantor (Diatur dalam pasal 28 UU KUP) sebesar Rp 42.462.500,- merupakan beban yang digunakan untuk perbaikan dan perawatan inventaris kantor. Sesuai dengan undang undang PPh No 36 Tahun 2008 perusahaan telah melakukan hal yang benar dan tidak melanggar peraturan perpaakan dengan membiayakan seluruh beban pemeliharaan peralatan kantor yang digunakan untuk kepentingan usaha. 66

g. Perjalanan Dinas Karyawan ( Diatur dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang Undang PPh) sebesar Rp 445.943.375,- merupakan untuk perjalanan dinas karyawan ke jobsite, ataupun perjalanan ke luar negri yang terdiri dari biaya tiket dan akomodasi. Namun agar biaya tersebut dapat dibebankan, diperlukan bukti-bukti dan dokumen yang lengkap dan syah. Dari data yang diperoleh semua data dan dokumen lengkap sehingga tdak ada koresi untuk perjalanan dinas tersebut. h. Biaya opname karyawan (diatur dalam undang undang PPh Pasal 6 huruf e) Biaya opname karyawan yang di kategorikan sebagai pemberian natura sebesar Rp 14,500,500,- penerapannya sudah sesuai dengan peraturan perundang undangan yaitu dikoreksi. i. Telepon, Listrik dan Air (diatur dalam undang undang PPh pasal 6) sebesar Rp 78.700.000,00 tidak di koreksi karena merupakan beban sesungguhnya perusahaan. j. Sumbangan bencana Nasional, sebesar Rp 20,000,000. Merupakan biaya yang secara peraturan perundang undangan di koreksi sepenuhnya karena bukan bencana nasional dimana perusahaan mendapatkan surat langsung dari pemerintah untuk membantu bencana tersebut, jadi harus di koreksi. Di karenakan sumbangan disini di kategorikan sebagi bukan objek pajak maka di atur dalam undang PPh pasal 4 ayat 3. 67

k. Depresisasi peralatan kantor (Diatur dalam Undan Undang PPh pasal 6 ayat 1 huruf b) sebesar Rp 33,875,000,- tidak perlu dikoreksi karena merupakan biaya yang digunakan untuk penyusutan inventris kantor dan kendaraan kantor. 3. Pendapatan Lain-Lain a. Pendapatan bunga (PP No 138 Tahun 2000 jo SE-46/PJ.4/1995) sebesar Rp 172.255,00 merupakan bunga deposito yang harus dikoreksi negatif karena merupakan PPh yang besifat final sesuai dengan UU PPh No 36 tahun 2008. b. Keuntungan selisih kurs (Pasal 6 ayat (1) huruf e) sebesar Rp 1,398,455,00 merupakan keuntungan yang diperoleh dari transaksi forex bank. Tidak di koreksi dan di laporkan di laporan keuangan fiskal sebesar nilai actual nya. 4. Beban Lain Lain a. Rugi selisih kurs (Pasal 6 ayat (1) huruf e) sebesar Rp 36,711,260,00 oleh perusahaan di laporkan dalam laporan keuangan fiskal sebagai pengurang penghasilan dan tidak dikoreksi. b. Pajak bunga sebesar Rp 34,450,00 merupakan pajak yng dikenakan atas penerimaan bunga deposito, atas beban ini harus di koreksi positif. 68

B. Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Untuk Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Prima Multi Mineral Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan stratgis perusahaan oleh karena itu perlu di lakukan suatu analisis untuk untuk melihat sejauh mana penerapan perencanaan pajak tersebut. Berikut adalah laporan laba rugi PT Prima Multi Mineral hasil analisis penulis setelah perenanaan pajak. Tabel 4.2 PT Prima Multi Mineral Laporan LabaRugi Fiskal Perencanaan Pajak Menurut Perusahaan dan Penulis Sumber : data hasil olahan penulis Berikut adalah hasil analisa penulis terhadap perencanaan pajak PT Prima Multi Mineral : 69

1. Perencanaan Pajak atas pendapatan atau penghasilan Menurut penulis setelah dilakukan analisis perencanaan penerapan pajak maka pendapatan usaha atau penghasilan telah melakukan pencatatan yang sesuai dengan UU pasal 28 ayat 5 yaitu menggunakan metode accrual basis tidak ada perubahan dan tetap sejumlah Rp 3,166,767,500 terdapat dalam laporan laporan keuangan komersial atau fiskal perusahaan. Apa yang dilakukan perusahaan telah sesuai dengan undang undang perpajakan. 2. Perencanaan Pajak atas Beban Asuransi (diatur dalam undang undang pasal 9 ayat 1) Beban asuransi sebesar Rp 51,000,000.00 merupakan asuransi yang diberikan oleh perusahaan untuk karyawan yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi yang ditunjuk setiap bulannya. Maka perusahaan melakukan koreksi atas biaya ini di karenakan beban asuransi merupakan biaya yang di keluarkan oleh perusahaan dalam rangka pemberian natura dan kenikmatan sesuai dengan undang undang pasal 9 ayat (1) huruf e penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan. Padahal menurut penulis beban asuransi tersebut bisa dirubah menjadi tunjangan asuransi sehingga bisa menjadi pengurang penghasilan bruto. Karena tunjangan bukan merupakan biaya sehingga tidak perlu dikurangkan dari penghasilan, justru tunjangan adalah akun yang bisa 6menambah penghasilan. 70

3. Perencanaan Pajak atas Biaya Opname karyawan (diatur dalam undang undang PPh Pasal 6 huruf e), biaya yang muncul untuk opname karyawan sebesar Rp 14,500,000.00 bersasarkan undang undang perpajakan sudah benar di koreksi, karena merupakan pemberian natura dan kenikmatan, namun menurut penulis setelah melakukan analisis pada laporan keuangan tersebut maka biaya tersebut bisa di jadikan tunjangan kesehatan sehingga bisa menjadi pengurang penghasilan bruto. Tnjangan kesehatan di atur dalam kep-545/pj/2000 4. Perencanaan Pajak atas Beban Gaji Pasal 6 huruf a Undang Undang PPh menjelaskan bahwa beban gaji adalah beban yang boleh menjadi pengurang penghasilan bruto. Menurut penulis perencanaan pajak pada pos beban gaji ini adalah dengan memasukan biaya asuransi dan biaya opname karyawan dan menggantinya sebagai tunjangan asuransi dan tunjangan kesehatan sehingga perencanaan pajak atas beban gaji menurut penulis adalah sebagai berikut : Beban Gaji Rp 1.854.994.250,00 Tunjangan asuransi Rp 51.000.000,00 Tunjangan Kesehatan Rp 14.500.000,00 Beban gaji setelah perencanaan pajak Rp 1.920.494.250,00 Setelah dilakukan perencanaan pajak maka beban gaji naik menjadi Rp 1,920,494,250.00, sehingga beban menjadi lebih besar sebagai pengurang penghasilan bruto. 71

5. Perjalanan dinas karyawan Untuk biaya yang timbul atas biaya perjalanan dinas karyawan yang didukung oleh bukti normatif yang sah di atur dalam undang undang PPh pasal 6 ayat 1 huruf a. Perjalanan Dinas Karyawan sebesar Rp 445.943.375,- merupakan untuk perjalanan dinas karyawan ke jobsite, ataupun perjalanan ke luar negri yang terdiri dari biaya tiket dan akomodasi. Namun agar biaya tersebut dapat dibebankan, diperlukan bukti-bukti dan dokumen yang lengkap dan syah. Dari data yang diperoleh semua data dan dokumen lengkap sehingga tdak ada koresi untuk perjalanan dinas tersebut. Namun setelah dilakukan analisis atas pos biaya perjalanan dinas sebesar Rp 445.943.375,00 dalam akun ini di temukan adanya biaya entertainment klien sebesar Rp 22,500,000.00 yang belum di gabungkan dengan akun tersebut. Biaya ini didukung dengan daftar normatif dan bukti yang syah, maka penulis berpendapat atas biaya tersebut dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto. Sehingga menambah total biaya perjalanan dinas. Perubahan nominal perjalanan dinas karyawan Rp 468.443.375,00 Perjalanan dinas karyawan sebelumnya Rp 445.943.375,00 Perencanaan pajak perjalanan dinas Rp 22.500.000,00 (didukung bukti normatif) Total Perjalanan dinas menurut penulis Rp 468.443.375,00 72

Berdasarkan peraturan perpajakan SE-27/PJ.22/1986. Biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan sejenisnya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang merupakan objek PPH dan harus melampirkan daftar normatif nya. Berdasarkan penerapan perencanaan pajak yang penulis bandingkan antara perencanaan pajak yang diterapkan oleh perusahaan dan analisis perencanaan pajak oleh penulis maka dapat di ketahui bahwa perencanaan pajak yang diterapkaan oleh PT Prima Multi Mineral masih belum efisien. Hal inidapat dilihat dari adanya perbedaan PPh terutang menurut Perusahaan dan menurut penulis. Dapat dilihat dari perhitungan di atas hal ini timbul karena adanya biaya entertainment yang tidak di kurangkan oleh perusahaan sehingga PPh terutang nya menjadi sedikit lebih besar. Perbedaan besarnya laba bersih sebelum pajak dan PPh badan terutang setelah dilakukan perencanaan pajak pada PT Prima Multi Mineral dengan hasil analisa penulis dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 4.3 Perbandingan Besarnya PKP dan PPh Badan Terutang PT Prima Multi Mineral Tahun 2012 Sumber : data hasil olahan penulis 73

Perhitungan PPH Terutang Menurut Perusahaan Tarif PPh Badan 25% x PKP = 25 % x 484.178.045 = Rp 121.044.512 Perhitungan PPH Terutang Menurut Penulis Tarif PPh Badan 25% x PKP = 25 % x 396.178.045 = Rp 99.044.512 Dari hasil analisis penulis diatas dengan ditambahkannya biaya entertainment yang mempunyai dokumen yang syah dan daftar normatif yang sebelumnya belum di perhitunkan pada akun perjalanan dinas karyawan, perubahan beban asuransi menjadi tunjangan asuransi serta biaya opname karyawan dirubah menjadi tunjangan kesehatan akan memperbesar beban dan memperkecil penghasilan perusahaan sehingga pajak yang terutang pada PT Prima Multi Mineral pada tahun 2012 menjadi lebih kecil. 74