ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Prioritas Kecelakaan Kerja dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis di PT. PAL Indonesia (Persero)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Perumusan Masalah : Tujuan Batasan dan Asumsi LANDASAN TEORI Pengertian Risiko Pengendalian Risiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN METODE SIX SIGMA DENGAN KONSEP DMAIC SEBAGAI ALAT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BUSI MOBIL KIJANG 2000cc

ANALISIS STRATEGI MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT. PAL INDONESIA (PERSERO)

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Jurnal Teknologi Vol. 7, No. 2, Oktober 2017, Hal E- ISSN : ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

BAB 5 ANALISA DATA. yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi permintaan konsumennya. Konsumen merupakan faktor yang

BAB V ANALISA HASIL. perbaikan. Usulan perbaikan terhadap proses produksi JK-6050 dapat dilihat pada. Tabel 5. 1 Urutan Risk Priority Number

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

Bab 5 Analisis 5.1. Merencanakan ( plan Analisis Data Kecelakaan

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

INTEGRASI METODE FMEA DAN TOPSIS UNTUK MENGANALISIS RISIKO KECELAKAAN PADA PROSES FRAME AND FORK WELDING

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis telah uraikan

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi adalah dengan memperhatikan masalah kualitas, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN


BAB 2 LANDASAN TEORI

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat yang merupakan kota besar

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Aktual Jumlah Frekuensi Cacat PT. X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BABI. baik adalah sesuai atau cocok dengan spesifikasi yang diinginkan. pelanggan, maka perusahaan melakukan perbaikan kualitas secara

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma

PENGAMBILAN RESIKO. Kode Mata Kuliah : OLEH Endah Sulistiawati, S.T., M.T. Irma Atika Sari, S.T., M.Eng.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

Analisis Risiko K3 Pada Proses Produksi Gula Dengan Pendekatan FMEA

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISA RISIKO KEGAGALAN PROSES PRODUKSI DI PDAM DENGAN METODE FUZZY FMEA

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan

BAB 2 LANDASAN TEORI

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

APLIKASI MODEL HOUSE OF RISK (HOR) UNTUK MITIGASI RISIKO PADA SUPPLY CHAIN BAHAN BAKU KULIT

Oleh : Miftakhusani

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan sebagai bahan bakar tungku alternatif baik skala kecil maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN RISIKO PENUMPANG KAPAL PT (PERSERO) PELAYARAN NASIONAL INDONESIA CABANG TANJUNG PRIOK JAKARTA

Transkripsi:

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jurusan Teknik Industri Jl. Arief Rachman Hakim 100 Surabaya, 5945043 e-mail :Putu_hrs@yahoo.com ABSTRAK Menghadapi era globalisasi, tantangan terbesar dalam proses produksi disetiap proses manufaktur adalah mengelola dan mengurangi resiko yang melekat dalam setiap situasi bisnis. Perusahaan perlu mengetahui dan memahami kategori resiko serta kondisi yang mendorong terjadinya Risiko. Risiko dapat didefinisikan sebagai suatu persepsi ketidak nyamanan konsumen dan konsekuensi yang tidak diinginkan untuk membeli produk atau jasa Demikian halnya dengan PT X (persero), walaupun sebagai perusahaan yang bergerak dibidang galangan kapal bertaraf internasional dan proses produksinya telah di dukung peralatan yang lengkap dan canggih, namun tantangan terbesar yang sedang dihadapi adalah bagaimana mengelola dan mengurangi risiko yang melekat dalam setiap kegiatan produksinya dengan harapan perusahaan mampu bersaing dalam hal kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkan Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa faktor risiko yang paling dominan adalah berasal dari faktor, yang disebabkan oleh drivers Risiko suhu ruangan memiliki nilai RPN terbesar yaitu 270. Berdasarkan faktor resiko dominan maka dapat diberikan rekomendasi perbaikan untuk mengantisipasi resiko yaitu dengan meningkatkan pemeriksaan atau perawatan pada mesin dan blower secara rutin serta meningkatkan kembali kedisiplinan karyawan dalam hal menjaga kerja. Kata Kunci : Proses Produksi, Faktor Risiko, RPN, Blower, Lingkungan Kerja

PENDAHULUAN PT. X (Persero). Sebagai perusahaan galangan kapal bertaraf internasional, dan di dukung peralatan yang lengkap dan canggih serta memenuhi standard Internasional, sudah mendapat kepercayaan dari perusahaan pelayaran dan pengangkutan barang dunia yang dapat di lihat dari banyaknya pesanan pembuatan kapal dari negara lain. Namun saat ini perusahaan sedang menghadapi tantangan terbesar dalam proses produksinya yaitu bagaimana mengelola dan mengurangi risiko yang terjadi yang mengakibatkan kualitas dan kuantitas produk yang semakin menurun. Dengan mengetahui faktor resiko diharapkan perusahaan dapat mengelolanya dengan baik sehingga perusahaan kedepan mampu bersaing dalam hal kualitas maupun kuantitas produk yang terjual. Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini yaitu Bagaimanakah mengelola resiko yang terjadi sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk berdasar pada analisa manajemen resiko?. Adapun tujuan penelitian yang dapat diberikan antara lain : 1. Mengidentifikasi faktor- faktor resiko yang terjadi di perusahaan, 2. Menentukan nilai faktor resiko dominan, dan 3. rekomendasi pengelolaan faktor resiko dominan kepada perusahaan. Beberapa batasan masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu: 1. Risiko yang dipertimbangkan merupakan risiko yang muncul pada Divisi Kapal Niaga, dan 2. Tidak melibatkan analisa biaya, sedangkan asumsi yang diberikan adalah 1. Pada saat pengambilan data, proses produksi berjalan dengan normal, dan 2. Pada saat penelitian kebijakan manajemen tidak mengalami perubahan yang signifikan. LANDASAN TEORI Pengertian Manajemen Risiko Manajemen risiko adalah proses pengukuran atau penilaian risiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Manajemen risiko bertujuan untuk mengelola risiko sehingga organisasi bisa bertahan, atau barangkali mengoptimalkan risiko ketidakpastian (Roger S. Pressman). Manajemen risiko pada dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini : Identifikasi risiko, Evaluasi dan pengukuran risiko, serta Pengelolaan risiko Identifikasi Risiko, Identifikasi risiko secara akurat dan komplit sangatlah vital dalam manajemen risiko (Roger S. Pressman). Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Evaluasi dan Pengukuran Risiko, Tujuan dari evaluasi risiko adalah untuk mengetahui karakteristik risiko yang lebih baik tentang risiko yang terjadi dapat memudahkan kita untuk mengelola risiko tersebut (Mallman, 1996), Pengelolaan Risiko, Proses selanjutnya yaitu mengelola risiko. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misalnya kerugian yang besar bahkan bisa bangkrut. Pengelolaan risiko bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention), diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya (Crow, 2002). Metode Kegagalan dan Analisis Efek FMEA diimplementasikan untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk potensi kegagalan, menentukan dampaknya terhadap produksi, dan mengidentifikasikan tindakan untuk mengurangi kegagalan (Crow, 2002). Penggunaan FMEA telah dikembangkan dalam penyebaran produk atau jasa untuk tips dan tindakan menetralkan. Standar evaluasi FMEA didasarkan pada tingkat keparahan / keseriusan (S), kejadian (O), dan deteksi (D) untuk setiap kejadian risiko..formulasi di bawah ini menunjukkan faktor-faktor yang membentuk RPN, yaitu : Severity x Occurrence x Detection = Risk Priority Number = ( S x O x D ) = RPN Diagram Tulang Ikan (Ishikawa) Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode atau tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini disebut dengan cause effect diagram. Dalam penelitian ini, diagram ishikawa digunakan untuk mengetahui penyebab dari risiko yang dominan, sehingga bisa menemukan rencana perbaikan dari risiko tersebut.

METODOLOGI PENELITIAN Beberapa tahapan dalam metodologi penelitian adalah sebagai berikut: Tahap identifikasi masalah, merupakan tahap awal penelitian, dimana dilakukan penentuan terhadap tujuan penelitian dan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadi di dalam proses produksi kapal pada Divisi Kapal Niaga. Tahap pengumpulan dan pengolahan data, berdasarkan atas faktor resiko yang telah diperoleh, maka dilakukan proses penyebaran kuisioner untuk mendapatkan faktor resiko yang relevan serta mengetahui tingkat keparahan, kejadian, dan deteksi untuk setiap kejadian risiko.dari faktor resiko relevan. Tahap analisis, merupakan tahap selanjutnya dari tahap pengolahan data, akan dihitung besarnya RPN sehingga diperoleh faktor resiko dominan untuk dikelola terlebih dahulu. Sedangkan untuk analisa perbaikan akan digunakan diagram Isikawa dalam usaha menentukan usaha - usaha perbaikan yang dapat diberikan.. Tahap kesimpulan dan saran, Sebagai tahap akhir untuk dapat mengambil kesimpulan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Risiko PT. X (Persero) adalah perusahaan job order yang melakukan proses produksi kapal berdasarkan pesanan pelanggan. Berdasarkan atas aktivitas yang terdapat pada proses pembuatan kapal yang meliputi proses permintaan, proses produksi, faktor dan pengiriman, maka dapat dijabarkan Kategori dan Drivers Risiko seperti dalam tabel 1. Tabel 1. Kategori dan Drivers Risiko Berdasarkan Prosesnya Faktor Risiko Drivers Risiko Permintaan Ketidakpastian jumlah permintaan Ketidaksesuaian spesifikasi produk Ketidakpastian waktu permintaan Ketidakpastian jenis permintaan Material Material yang di beli tidak sesuai dengan spesifikasi Material di gudang habis Material tidak tersedia di pasar Keterlambatan material Material rusak Proses Produksi Pencampuran bahan baku Kerusakan mesin (trouble) Penumpukan elemen pada salah satu stasiun kerja Kelelahan pegawai Elemen produk berserakan Cacat produk Produk terkontaminasi (berkarat/korosi) Pemadaman listrik Kesalahan dalam set up mesin Pengiriman bahan baku Tidak tersedianya alat angkut / transportasi Kelayakan alat angkut / transportasi Keterlambatan pengiriman Kecelakaan dalam perjalanan Kerusakan produk/bahan baku pada saat pengiriman Lingkungan Kebakaran Suhu ruangan Bencana alam Perubahan politik

Pengukuran Risiko Hasil dari identifikasi risiko kemudian di ubah kedalam suatu tabel yang dipergunakan untuk kuisioner. Kuisioner tersebut disebarkan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab dan berkompeten terhadap aktivitas tersebut. Adapun departemen yang terlibat dalam penilaian adalah : 1. Permintaan Departemen PPC 2. Material Departemen Bisnis, Biro Pengadaan 3. Proses Produksi Departemen Fabrikasi 4. Pengiriman Bahan Baku Departemen Support 5. Lingkungan Biro K3LH Berdasarkan atas penyebaran kuisioner pada masing- masing departemen yang terkait, maka dilakukan perhitungan FMEA dan RPN masing- masing faktor resiko dengan kriteria penilaian diberikan pada tabel tabel berikut : Penilaian Severity (Tingkat Bahaya), Kriteria: Tingkat Bahaya Akibat Kegagalan Tabel 2. Penilaian Tingkat Bahaya Akibat Kegagalan Score Keterangan 1 Dapat diabaikan 2-3 Ringan 4-6 Dalam batas toleransi 7-8 Diluar batas toleransi 9 Berbahaya 10 Sangat berbahaya Penilaian Occurance (Tingkat Kejadian), Kriteria: Tingkat Probabilitas kejadian Tabel 3. Penilaian (Score) Tingkat Probabilitas Kejadian Score Keterangan 1 Tidak mungkin terjadi 2-3 Jarang terjadi 4-6 Agak mungkin terjadi 7-8 Sangat mungkin terjadi 9 Dapat dipastikan terjadi 10 Pasti terjadi Penilaian Detection (Tingkat Deteksi), Kriteria: Tingkat Deteksi Tabel 4. Penilaian (Score) Tingkat Deteksi Score Keterangan 1 Bisa di deteksi 2 Hampir bisa di deteksi 3 Tinggi 4-6 Sedang 7-8 Rendah 9 Sulit untuk di deteksi 10 Tidak bisa untuk di deteksi Berdasarkan atas kriteria penilaian diatas dan melalui proses penyebaran kuisioner, maka dapat diperoleh hasil perhitungan FMEA atas faktor resiko seperti pada tabel 5 Tabel 5 Representif FMEA Berdasarkan Faktor Risiko Faktor Risk Assessment Drivers Risiko Risiko S O D RPN Permintaan Ketidakpastian jumlah permintaan 2 2 1 4 Ketidaksesuaian spesifikasi produk 2 2 1 4 Ketidakpastian waktu permintaan 2 2 2 8 Ketidakpastian jenis permintaan 2 2 1 4 Pembatalan permintaan 2 2 1 4

Material Material yang di beli tidak sesuai dengan spesifikasi 9 1 1 9 Material di gudang habis 9 2 1 18 Material tidak tersedia di pasar 9 1 1 9 Keterlambatan material 8 1 1 8 Material rusak 9 1 1 9 Proses Produksi Pengiriman bahan baku Pencampuran bahan baku 5 6 2 60 Kerusakan mesin (trouble) 6 7 1 42 Penumpukan elemen pada salah satu stasiun kerja 5 6 1 30 Kelelahan pegawai 3 5 2 30 Elemen produk berserakan 6 7 1 42 Cacat produk 4 6 1 24 Produk terkontaminasi (berkarat/korosi) 5 7 1 35 Pemadaman listrik 2 2 1 4 Kesalahan dalam set up mesin 5 5 2 50 Kesalahan di dalam pembuatan mould loft 5 5 2 50 Kesalahan di dalam penandaan material (Marking) 5 5 2 50 Kesalahan di dalam penyambungan block 5 5 2 50 Plat dan profil terjatuh dari ketinggian dan membahayakan keselamatan pekerja 4 3 1 12 Tidak tersedianya alat angkut / transportasi 10 6 2 120 Kelayakan alat angkut / transportasi 9 6 2 108 Keterlambatan pengiriman 9 4 2 72 Kecelakaan dalam perjalanan 10 2 2 40 Kerusakan produk/bahan baku pada saat pengiriman 4 2 2 16 Lingkungan Kebakaran 9 2 1 18 Suhu ruangan 9 6 5 270 Bencana alam 7 3 10 210 Perubahan politik 1 2 1 2 Berdasarkan atas nilai RPN yang diperoleh maka dapat dilakukan perengkingan driver resiko berdasarkan atas nilai RPN tertinggi. Driver resiko ini yang akan mendapatkan prioritas dalam perbaikannya karena memiliki faktor nilai resiko terbesar. Rangking driver resiko dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Rangking Nilai RPN No Drivers Risiko Risk Assessment S O D RPN 1. Suhu Ruangan 9 6 5 270 2. Bencana alam 7 3 10 210 3. Tidak tersedianya alat angkut / transportasi 10 6 2 120 4. Kelayakan alat angkut / transportasi 9 6 2 108 Dari tabel 6. Terlihat bahwa drivers risiko yang paling dominan adalah suhu ruangan, dimana kualitas udara di dalam ruangan sangat mempengaruhi kenyamanan ruang kerja. Kualitas udara yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap pekerja /karyawan yaitu berupa keluhan gangguan kesehatan. Analisis Diagram Isikawa dapat dilihat pada gambar 1. Dari gambar diketahui bahwa penyebab terjadinya suhu ruangan buruk disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manusia, mesin, dan. Untuk mengetahui perbaikan atau pencegahan yang akan dilakukan, maka masalah yang menjadi penyebab suhu ruangan buruk dianalisa dengan menggunakan metode 5W + 1H, dimana metode ini menjawab pertanyaan tentang why, what, where, when, who, dan how sehingga nantinya dapat diketahui secara rinci proses perbaikan keberlanjutan dari resiko yang terjadi.analisa 5W+1H Rencana Perbaikan Suhu Ruangan, terjabarkan seperti pada tabel 7.

Berdasarkan atas analisa 5W+1H yang telah dilakukan maka dapat diberikan beberapa rekomendasi perbaikan yang dapat diusulkan kepada perusahaan. Adapun usulan perbaikan yang dapat dirangkum dari analisis yang telah dilakukan antara lain adalah : 1. blower / ventilasi secukupnya agar sirkulasi udara menjadi lebih segar dan sehat karena selama ini blower yang tersedia belum mencukupi dan ada yang tidak berfungsi karena rusak. 2. Meningkatkan pemeriksaan secara rutin pada blower, sehingga dengan perawatan rutin akan mencegah adanya blower yang rusak. 3. Meningkatkan pemeriksaan secara rutin pada mesin produksi untuk mengantisipasi mutu produk 4. Melakukan pengarahan terhadap pekerja untuk menjaga kebersihan, 5. Melakukan pengarahan terhadap pekerja untuk menempatkan peralatan kerja ditempatnya 6. Menyediakan area merokok di tempat khusus (smoking area) sehingga ruangan kerja menjadi streril dari asap rokok, karena selama ini pekerja seringkali merokok disembarang tempat. 7. Melakukan peningkatan terhadap pekerja untuk lebih disiplin, bila perlu dijatuhkan sanksi yang cuukup berat agar meninbulkan efek jera bagi karyawan. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil pengamatan dan penyebaran kuisioner maka faktor resiko diperoleh berdasarkan pada aktivitas yang terdapat pada proses produksi yang meliputi proses permintaan, proses produksi, faktor dan pengiriman 2. Berdasarkan atas analisis manajemen risiko, diperoleh bahwa faktor risiko yang paling dominan adalah faktor dengan drivers risikonya adalah suhu ruangan dengan rekapitulasi nilai (RPN) sebesar 270. 3. Dari analisa Isikawa Diagram dan program 5W+1H, maka dapat diberikan rekomendasi utama yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah terkait dengan ketersediaan dan kelayakan blower dalam usaha menciptakan kerja yang bersih dan sehat. Saran Beberapa saran yang dapat diberikan untuk perusahaan sebagai bahan pertimbangan antara lain adalah 1. Perlunya melakukan pengarahan terhadap pekerja untuk menjaga kebersihan agar dapat lebih disiplin, supaya tidak merokok di area 2. Meningkatkan pemeriksaan atau perawatan pada mesin dan blower secara rutin agar kondisi ruangan di dalam bekerja dapat difungsikan secara optimal. DAFTAR PUSTAKA Fahmi Irham, 2010, Manajemen Resiko, teori, Kasus dan Solusi, ALFABETA, Bandung Rogers S. Pressman, 2002, Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi (buku satu), Andi Yogyakarta. Siahaan, H, 2007, Manajemen Resiko, Konsep, Kasus Implemen, Elexmedia, Jakarta.

LINGKUNGAN MANUSIA Kelembaban Ruangan kotor Ruangn Sempit Suhu ruangan panas Kelalaian manusia dalam bekerja Merokok Kurangnya kesadaran manusia dalam menjaga kebersihan Suhu Ruangan Buruk Blower Rusak Mesin panas Asap pengelasan MESIN Gambar 1. Diagram Fishbone Penyebab Suhu Ruangan Buruk

Tabel 7. 5W+1H Rencana Perbaikan Suhu Ruangan No. Masalah Why What Where When Who How 1. Manusia Kelalaian manusia dalam bekerja Merokok Kurangnya kesadaran manusia dalam menjaga kebersihan 2 Lingkungan Agar manusia bekerja sesuai aturan dan lebih berdisiplin Agar manusia tidak merokok di dalam ruangan fabrikasi Agar manusia memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan sanksi yang tegas sanksi yang tegas pengarahan untuk hidup bersih melakukan inspeksi melakukan inspeksi Melakukan peningkatan terhadap pekerja untuk lebih disiplin Menyediakan area merokok di tempat khusus (smoking area) Di saat bekerja Melakukan pengarahan terhadap pekerja untuk menjaga kebersihan Ruangan kerja kotor Ruangan sempit Suhu ruangan panas Kelembaban Agar ruangan kerja bersih Agar menempatkan peralatan kerja ditempatnya Agar suhu ruangan menjadi stabil Agar mengetahui suhu udara yang Membersihkan ruangan kerja secara berkala Meletakkan peralatan ditempat yang sudah disesuaikan blower / ventilasi secukupnya ventilasi yang melakukan inspeksi melakukan inspeksi melakukan inspeksi Melakukan pengarahan terhadap pekerja untuk menjaga kebersihan Melakukan pengarahan terhadap pekerja untuk menempatkan peralatan kerja ditempatnya Melakukan pengarahan terhadap pekerja untuk menjaga kebersihan Mencari jalan alternatif

3 Mesin akan tempati cukup melakukan inspeksi Mesin panas Asap pengelasan Blower rusak Agar mesin tidak cepat rusak Agar dapat mengurangi asap pengelasan Agar merawat blower agar tidak rusak perawatan / maintenance secara berkala Memakai alat pelindung pernafasan perawatan / maintenance secara berkala Pada saat bekerja dengan mesin Bagian maintenance Meningkatkan pemeriksaan secara rutin pada mesin Pada saat pengelasan Pekerja las blower / ventilasi secukupnya departemen support Bagian maintenance Meningkatkan pemeriksaan secara rutin pada blower