1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

Fisika Dasar 9/1/2016

FISIKA DASAR MIRZA SATRIAWAN

FISIKA DASAR MIRZA SATRIAWAN

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

Konsep Usaha dan Energi

III. KINEMATIKA PARTIKEL. 1. PERGESERAN, KECEPATAN dan PERCEPATAN

MOMENTUM - TUMBUKAN FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) (+GRAVITASI) Mirza Satriawan. menu

Fisika Umum Suyoso Kinematika MEKANIKA

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

KINEMATIKA PARTIKEL 1. KINEMATIKA DAN PARTIKEL

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

2.2 kinematika Translasi

FISIKA KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

KONSEP USAHA DAN ENERGI

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k

1/24 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) FLUIDA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

Fisika Dasar I (FI-321)

PENGERTIAN KINEMATIKA

GETARAN DAN GELOMBANG

Fisika Dasar I (FI-321)

GERAK LURUS. Posisi Materi Kecepatan Materi Percepatan Materi. Perpindahan titik materi Kecepatan Rata-Rata Percepatan Rata-Rata

Pembahasan a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat) b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

TRAINING CENTER OLIMPIADE INTERNASIONAL

Kinematika. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com 1

1 Sistem Koordinat Polar

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Kinematika. 1 Kinematika benda titik: posisi, kecepatan, percepatan

DINAMIKA GERAK FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

PERTEMUAN III KINEMATIKA. Prepared by Vosco

Gerak Dua Dimensi Gerak dua dimensi merupakan gerak dalam bidang datar Contoh gerak dua dimensi : Gerak peluru Gerak melingkar Gerak relatif

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

Kinematika. Gerak Lurus Beraturan. Gerak Lurus Beraturan

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

Antiremed Kelas 10 FISIKA

3. ORBIT KEPLERIAN. AS 2201 Mekanika Benda Langit. Monday, February 17,

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

MEKANIKA. Oleh WORO SRI HASTUTI DIBERIKAN PADA PERKULIAHAN KONSEP DASAR IPA. Pertemuan 5

S M A 10 P A D A N G

Kinematika Dwi Seno K. Sihono, M.Si. - Fisika Mekanika Teknik Metalurgi dan Material Sem. ATA 2006/2007

VEKTOR. Besaran skalar (scalar quantities) : besaran yang hanya mempunyai nilai saja. Contoh: jarak, luas, isi dan waktu.

GERAK LURUS Kedudukan

Gerak Melingkar Pendahuluan


Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

KINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Fisika Umum (MA301) Gerak dalam satu dimensi. Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi

Antiremed Kelas 11 FISIKA

Nama: Gilang Ramadhan NPM : Tugas: Fisika Dasar DINAMIKA

9/26/2011 PENYELESAIAN 1 PENYELESAIAN NO 2

Gerak satu dimensi ialah : gerak benda dimana perubahan posisi benda hanya terjadi pada satu dimensi atau satu sumbu koordinat

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2...

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

Berdasarkan lintasannya, benda bergerak dibedakan menjadi tiga yaitu GERAK MELINGKAR BERATURAN

Soal dan Pembahasan GLB dan GLBB

Kinematika Sebuah Partikel

Jawaban Soal OSK FISIKA 2014

BAB 6 PERCEPATAN RELATIF

Andaikan sebutir partikel bergerak searah sumbu-x. Posisi partikel setiap waktu dinyatakan oleh jaraknya dari titik awal (acuan) O.

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

BAB KINEMATIKA KINEMA

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

1 Posisi, kecepatan, dan percepatan

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA

Karena hanya mempelajari gerak saja dan pergerakannya hanya dalam satu koordinat (sumbu x saja atau sumbu y saja), maka disebut sebagai gerak

TKS-4101: Fisika. KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KINEM4TIK4 Tim Fisika

soal dan pembahasan : GLBB dan GLB

KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR...

LAMPIRAN Lampiran 1 : Silabus Lampiran 2 : Buku Siswa Lampiran 3 : Soal-soal Lampiran 4 : Angket Lampiran 5 : Script Flash 45

RENCANA PEMBELAJARAN 12. POKOK BAHASAN : KERANGKA ACUAN NON - INERSIAL

Gerak satu dimensi ialah : gerak benda dimana perubahan posisi benda hanya terjadi pada satu dimensi atau satu sumbu koordinat

IR. STEVANUS ARIANTO 1

Dr. Ramadoni Syahputra Jurusan Teknik Elektro FT UMY

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB IV DINAMIKA PARTIKEL. A. STANDAR KOMPETENSI : 3. Mendeskripsikan gejala alam dalam cakupan mekanika klasik sistem diskret (partikel).

USAHA dan ENERGI 1. USAHA Usaha oleh Gaya Konstan

GLB - GLBB Gerak Lurus

TKS-4101: Fisika. KULIAH 3: Gerakan dua dan tiga dimensi J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II

BAB III GERAK LURUS. Gambar 3.1 Sistem koordinat kartesius

Tri Widodo UNTUK SMA/MA

Keunggulan Pendekatan Penyelesaian Masalah Fisika melalui Lagrangian dan atau Hamiltonian dibanding Melalui Pengkajian Newton

KINEMATIKA. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

GLBB & GLB. Contoh 1 : Besar percepatan konstan (kelajuan benda. bertambah secara konstan)

Doc. Name: XPFIS0201 Version :

GERAK MELINGKAR BERATURAN

Transkripsi:

1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id

Definisi KINEMATIKA Kinematika adalah cabang ilmu fisika yang mempelajari gerak titik partikel secara geometris, yaitu meninjau gerak partikel tanpa meninjau penyebab geraknya. Kinematika adalah cabang dari ilmu mekanika, yaitu ilmu yang mempelajari gerak benda. 2/32

PERHATIAN Walaupun kita hanya meninjau gerak titik partikel, tetapi dapat dimanfaatkan juga untuk mempelajari gerak benda maupun sistem yang bukan titik. Karena selama pengaruh penyebab gerak partikel hanya pengaruh eksternal, maka gerak keseluruhan benda dapat diwakili oleh gerak titik pusat massanya. Pembuktian terhadap pernyataan ini akan diberikan belakangan. 3/32

Keadaan Gerak Benda Keadaan gerak suatu titik partikel dideskripsikan oleh perubahan posisi partikel sebagai fungsi waktu, r(t). 4/32

PERHATIAN Dalam mekanika klasik waktu dianggap tidak bergantung pada sistem kerangka koordinat yang dipilih, waktu hanya sebagai sesuatu yang mengalir sendiri bebas dari besaran-besaran fisis lainnya. 5/32

Keadaan gerak diketahui Bila fungsi r(t) sudah diketahui untuk sebarang waktu t, maka keadaan gerak partikel tadi secara praktis sudah diketahui. Tetapi terkadang informasi tentang gerak partikel tidak diketahui dalam bentuk posisi tetapi dalam besaran-besaran lain yang nanti akan kita definisikan berikutnya. 6/32

Kecepatan Misalkan dalam selang waktu t, posisi partikel akan berpindah dari r(t) menjadi r(t + t). Vektor perubahan posisinya adalah 7/32 r = r(t + t) r(t)

Kecepatan sebuah partikel adalah laju perubahan posisi partikel terhadap waktu. Kecepatan rerata partikel tadi dalam selang waktu t didefinisikan sebagai v = r t Sedangkan kecepatan sesaat pada saat t didefinisikan sebagai r v lim t 0 t d r dt 8/32

Kelajuan Besar dari vektor kecepatan sering juga disebut sebagai kelajuan. Kelajuan dari sebuah partikel dapat tidak berubah walaupun kecepatannya berubah, yaitu bila vektor kecepatan berubah arahnya tanpa berubah besarnya. 9/32

Percepatan Bila kecepatan sebuah partikel pada saat t adalah v(t) maka setelah selang waktu t kecepatannya adalah v(t+ t). Perubahan kecepatannya selama selang t diberikan oleh 10/32 v = v(t + t) v(t) Percepatan sebuah partikel adalah laju perubahan keceatan partikel terhadap waktu. Percepatan rerata partikel tadi didefinisikan sebagai ā v t sedangkan percepatan sesaatnya pada saat t didefinisikan sebagai v a lim t 0 t d v dt.

Karena kecepatan dapat dituliskan sebagai derivatif posisi terhadap waktu, maka percepatan adalah derivatif kedua posisi terhadap waktu, yaitu a d2 r dt 2. 11/32

Gerak dengan kecepatan konstan Bila kecepatan partikel konstan v, maka percepatannya nol. Untuk kasus ini posisi partikel pada waktu t dapat diketahui melalui integrasi persamaan berikut ini d r = vdt yang bila diintegralkan dari saat awal t 0 dengan posisi r(0) ke saat akhir t dengan posisi r(t) atau r(t) r(0) d r = v t 0 dt r(t) r(0) = v(t 0) r(t) = r(0) + v t Grafik hubungan posisi dan waktu membentuk garis lurus dengan nilai 12/32

gradien grafik (kemiringan grafik) sama dengan nilai kecepatan yang konstan 13/32

Gerak dengan percepatan konstan Bila percepatan partikel konstan a, kecepatan partikel dapat ditentukan dari integrasi persamaan berikut ini 14/32 d v = adt yang bila diintegralkan dari saat awal t 0 dengan kecepatan v(0) ke saat akhir t dengan kecepatan v(t) v(t) t d v = a dt atau v(0) v(t) v(0) = a(t 0) v(t) = v(0) + a t 0

dari persamaan ini, dengan memakai definisi kecepatan sebagai derivatif posisi terhadap waktu, diperoleh persamaan berikut ini d r = v(0)dt + a(t 0)dt 15/32 yang bila diintegralkan dari saat awal t 0 dengan posisi r(0) ke saat akhir t dengan posisi r(t), diperoleh dan diperoleh r(t) r(0) d r = t 0 v(0)dt + a(t 0)dt r(t) = r(0) + v(0) t + 1 a t2 2 Grafik posisi sebagai fungsi dari waktu berbentuk grafik kuadratis (parabolik), dengan gradien grafik sama dengan besar kecepatan partikel pada saat tertentu. Sedangkan grafik kecepatan sebagai fungsi waktu berbentuk garis lurus dengan gradien grafiknya sama dengan besar percepatan partikel.

16/32

Perumusan Lain Dengan meninjau gerak satu dimensi, dapat juga dituliskan atau dapat dituliskan a = dv dt = dv dr dr dt = v dv dr v dv = adr yang bila diintegralkan dari posisi dan kecepatan awal r(0) dan v(0) ke posisi dan kecepatan akhir r(t) dan v(t) maka diperoleh Hasilnya v(t) v(0) v dv = a r(t) r(0) dr. v(t) 2 = v(0) 2 + 2a (r(t) r(0)) 17/32

Gerak Jatuh Bebas Sebagai contoh gerak dengan percepatan konstan adalah gerak partikel jatuh bebas di dekat permukaan bumi. Dapat ditunjukkan bahwa untuk ketinggian yang tidak terlalu jauh dari permukaan bumi, percepatan gravitasi g yang dialami sebuah benda yang jatuh bebas, bernilai konstan. Dalam kasus benda jatuh bebas, bila arah positif dipilih ke arah atas, maka percepatan benda a = g (ke bawah). 18/32

Kombinasi gerak Besaran-besaran gerak yang berupa besaran vektor dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya dalam setiap arah vektor-vektor basisnya. Sehingga gerak dalam dua dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi dua gerak satu dimensi dalam dua arah yang saling tegak lurus (misalnya dalam arah x dan y). Demikian juga gerak dalam tiga dimensi dapat diuraikan menjadi kombinasi tiga gerak satu dimensi dalam tiga arah yang saling tegak lurus (dalam arah x, y, dan z). Semua persamaan-persamaan kinematika gerak lurus dalam bab sebelumnya, dapat digunakan untuk mendeskripsikan gerak dalam masing-masing arah. 19/32

Gerak Peluru Sebagai contoh akan diberikan gerak partikel dalam dua dimensi (bidang) yang mengalami percepatan konstan dalam arah vertikal dan tidak mengalami percepatan dalam arah horizontal. Aplikasi dari gerak ini adalah gerak peluru, yang lintasannya berupa lintasan parabolik. Misalkan di titik asal koordinat (0, 0) sebuah partikel bergerak dengan kecepatan awal v 0 yang membentuk sudut θ terhadap sumbu x. Partikel ini mengalami percepatan gravitasi sebesar g (ke arah sumbu y negatif). Kecepatan awal partikel dapat diuraikan menjadi komponen x dan y, yaitu v 0x = v 0 cos θ dan v 0y = v 0 sin θ. Gerak partikel sekarang dapat dianalisa sebagai gerak dengan kecepatan konstan pada arah x dan gerak dengan percepatan konstan pada arah y. Sesuai pembahasan pada bagian sebelum ini, posisi partikel pada arah x dan y diberikan 20/32

oleh x(t) = v 0x t (1) y(t) = v 0y t 1 2 gt2 (2) Kecepatan partikel pada arah x tetap, yaitu v x (t) = v 0x, sedangkan kecepatan partikel pada arah y berubah sebagai v y (t) = v 0y gt. Besar kecepatan partikel diberikan oleh v(t) = v x (t) 2 + v y (t) 2 Dengan mensubstitusikan variabel waktu t pada pers. (1) ke dalam pers. (2) diperoleh y(x) = v 0y v 0x x g 2v 2 0x x 2 (3) Persamaan ini adalah fungsi y yang kuadratis dalam variabel x. Titik tertinggi lintasan diperoleh dengan mencari nilai ekstrim fungsi tersebut, 21/32

yang tercapai ketika yaitu pada dy dx = v 0y g v 0x v0x 2 x = 0 x = v 0yv 0x g = 2v2 0 sin 2θ 2g 22/32 Posisi terjauh partikel, yaitu posisi ketika partikel kembali memiliki posisi y = 0, dapat diperoleh dengan mencari akar pers. (3), (dengan

memakai rumus abc) x = v 0yv 0x g ± 1 2 4v 2 0y v2 0x g 2 23/32 terdapat dua nilai, dan dipilih yang tidak nol (karena x = 0 tidak lain adalah titik awal gerak partikel yang juga memiliki koordinat y = 0), jadi titik terjauh yang ditempuh adalah pada x = 2v 0yv 0x g = v 0 sin 2θ g (4)

Gerak melingkar beraturan Gerak melingkar beraturan adalah gerak dengan lintasan berbentuk lingkaran dan kelajuan konstan. Walau kelajuannya konstan, tetapi vektor kecepatannya berubah, yaitu berubah arahnya. Kita tinjau suau partikel bergerak melingkar dengan jejari lintasan lingkarannya r. Lihat gambar di bawah ini 24/32

Dari gambar di atas, untuk selang waktu t, partikel yang bergerak melingkar telah menempuh jarak sejauh v t = rθ (5) 25/32 dengan θ adalah sudut dalam satuan radian. Dalam selang waktu tersebut, karena vektor kecepatan selalu tegak lurus terhadap jejari lingkaran, arah vektor kecepatan juga sudah berubah sebesar v (lihat gambar), Sehingga untuk selang waktu yang cukup kecil, v = θv. (6) Dengan mengeliminasi θ dari pers. (5) dan (6), diperoleh v = v 2 t r atau, dengan membagi kedua ruas dengan t, akan didapatkan percepatan v a = lim t 0 t = v2 r. (8) (7)

Arah percepatannya searah dengan arah perubahan kecepatan v, untuk t yang sangat kecil, akan tegak lurus terhadap arah kecepatan v mengarah ke pusat lingkaran. Percepatan ini disebut sebagai percepatan sentripetal, dengan besar yang konstan dan selalu mengarah ke pusat lingkaran. Untuk gerak melingkar dengan kelajuan yang tidak konstan, dapat dianalisa dengan liskan vektor kecepatan sebagai v = vû, dengan û adalah vektor satuan searah dengan arah kecepatan, dan menyinggung (tangensial terhadap) lintasan. Dengan menderivatifkan vektor kecepatan ini, diperoleh a = dvû dt = ûdv dt + vdû dt suku pertama disebut sebagai suku percepatan tangensial (9) a t = dv dt û = a tû (10) 26/32

sedangkan pada suku kedua, dû dt = dθ dt ˆr = v ˆr (11) r dengan ˆr adalah vektor satuan arah radial. Maka suku kedua ini tidak lain adalah percepatan radial atau sentripetal 27/32 a r = v2 r ˆr (12)

Gerak Relatif Ketika menganalisa gerak suatu partikel, kita meninjaunya relatif terhadap suatu titik acuan dan sistem koordinat tertentu, yang secara bersama-sama disebut sebagai kerangka acuan. Besaran-besaran gerak partikel tersebut, seperti posisi, kecepatan dan percepatan dapat bernilai berbeda bila dilihat dari kerangka acuan yang berbeda. Dalam analisa ini, kita memakai pendekatan klasik di mana waktu dianggap sama di semua kerangka acuan. Ditinjau misalnya suatu kerangka acuan A dan kerangka acuan kedua B. Posisi titik asal B dlihat dari titik asal A, diberikan oleh vektor R BA (t). Posisi sebuah partikel C rut kerangka A dan B secara berturutan adalah r CA (t) dan r CB (t). Hubungan antara r CA (t) dan r CB (t), diberikan oleh (lihat gambar) r CB (t) = r CA (t) R BA (t) = (13) 28/32

29/32 Dari persamaan ini, dengan derivatif terhadap waktu, diperoleh hubungan kecepatan partikel rut A dan B atau d r CB dt = d r CA dt d R BA dt (14) v CB = v CA V BA (15) dengan v CB adalah kecepatan partikel C dilihat dari kerangka B, v CA adalah kecepatan partikel C dilihat dari kerangka A, dan V BA adalah

kecepatan kerangka B dilihat dari kerangka A. Dari pers. (15), dengan menderivatifkannya terhadap waktu, diperoleh hubungan percepatan partikel rut A dan B 30/32 atau d v CB dt = d v CA dt d V BA dt (16) a CB = a CA a BA (17) dengan a CB adalah kecepatan partikel C dilihat dari kerangka B, a CA adalah kecepatan partikel C dilihat dari kerangka A, dan a BA adalah kecepatan kerangka B dilihat dari kerangka A.

Kerangka Inersial Kasus khusus adalah bila percepatan antara kerangka A dan B adalah nol, atau kerangka B bergerak relatif terhadap A dengan kecepatan konstan. Pada kasus ini, percepatan partikel ditinjau dari kedua kerangka bernilai sama. Kumpulan kerangka-kerangka acuan semacam ini disebut kerangka-kerangka acuan inersial. Mengenai sifat inersial ini, akan dibahas dalam bab selanjutnya. 31/32

WASSALAM 32/32 Figure 1: Al Khawarizm books cover