BAB V ANALISA / PEMECAHAN MASALAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Analisis Cacat Produk Botol Kemasan Plastik Dengan Menggunakan Metode Six Sigma Di PT. X

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Diagram Sebab Akibat. Setelah penulis melakukan observasi ke lapangan serta wawancara secara

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Proses Pembuatan Botol Surgery 200 ml Dengan Mesin Autom Blow Molding. Disusun Oleh: Nama : M.Candra Sadam NPM :

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB III PERAWATAN MESIN PELLET BIJI PLASTIK

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

IDENTIFIKASI DAN SIMULASI FAKTOR PENYEBAB CACAT PRODUK BOTOL KONTAINER DENGAN METODE SIX SIGMA PADA PT INDOVASI PLASTIK LESTARI

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya telah dibahas pada bab sebelumnya (Bab IV). Dimana cacat yang terjadi

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB V ANALISA HASIL. perbaikan. Usulan perbaikan terhadap proses produksi JK-6050 dapat dilihat pada. Tabel 5. 1 Urutan Risk Priority Number

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II STUDI LITERATUR

BAB IV PROSES PENGUJIAN

Perhitungan Downtime Losses Bulan Oktober dan November me Periode. Penyetelan Penyesuaian Kerusakan Mesin

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISA DATA. dipergunakan untuk menunjukan faktor-faktor penyebab dan karakteristik kualitas

BAB V. Analisa dan Pembahasan Masalah

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

Hari Adianto 1, Yeny Agustin 2, Yogi Yusuf Wibisono 3

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2016

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA HASIL Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

a b c d Gambar I.1 Produk PT. ABC (Sumber: Departemen Engineering PT. ABC)

BAB V ANALISA / PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB III PROSES PENGECORAN LOGAM

Minimalisasi Kegagalan Sirkulasi Pengembalian Feed pada Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia Feedmill

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sanitasi Dan Higiene Pada Tahap Penerimaan Bahan Baku.

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Weling S. Galih Murti Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2011

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Mengetahui cara mengoperasian mesin las GMAW

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

BAB IV PENGENALAN MESIN KILN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Perbaikan Proses Produksi Botol Kemasan AMDK dengan Pendekatan DMAIC (Studi Kasus PT. Lautan Bening)

BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN PADA MESIN KOMPRESOR

BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA

BAB IV PENGUMPULAN DATA. DMAIC yaitu tahap Define dan Measure sebagai kerangka untuk mendefinisikan

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

Upaya Penurunan Flow Out di Departemen Extrusion Blow Moulding: Studi Kasus

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Botol botol yang digunakan oleh PT. Bangun Wenang Beverage

Pengendalian Kualitas Produksi di PT. IGLAS (Persero) Gresik dengan Menggunakan Peta Kendali c

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V ANALISA DAN HASIL. Dalam bab ini akan dibahas tentang analisis hasil pengamatan proses yang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PROSES PEMBUATAN BOTOL MINUMAN MINERAL 1500 ML GENERIC DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING GUNUNG PUTRI BOGOR

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Analisis Efektivitas Mesin Produksi Menggunakan Pendekatan Failure and Mode Effect Analysis dan Logic Tree Analysis

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGENDALIAN RESIKO DAN K3 DI DEPARTEMEN BAG MAKING MENGGUNAKAN FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) PADA PT SUPERNOVA FLEXIBLE PACKAGING

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Mewah Indah Jaya merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN ANALISA DATA

Transkripsi:

BAB V ANALISA / PMAHAN MASALAH Dari hasil pengolahan data yang dilakukan untuk produk Botol itra Lasting White 250 ml diketahui bahwa adanya tingkat pengukuran atau indikator dalam mengatasi berbagai cacat yang terjadi pada produk tersebut melalui metode yang dilakukan yaitu six sigma dan FMA (Failure Modes and ffect Analysis), dengan urutan analisa sebagai berikut : 95

5.1 Analisa 5.1.1 Diagram Sebab Akibat (Fish Bone Diagram) Gambar 5.1 Diagram Sebab Akibat (fish bone diagram) 96

5.1.2 Failure Modes & ffect Analysis (FMA) Tabel 5.1 Failure Modes & ffect Analysis (FMA) Proses Regrinding No omponent Failure Mode Failure ffects S V auses O ontrols D T R P N 1 Proses Regrinding 1. Bintik Hitam a. Penampilan visual tidak menarik 2. Berlubang a. Botol tidak dapat berfungsi menampung isi 5 a. Kualitas material recycle tidak bersih karena pisau penggiling (crusher sudah tumpul (ujung pisau rontok) sehingga serpihannya menjadi kotoran yang menyatu dengan material recycle tersebut. 7 a. Terkontaminasi benda asing, yaitu material plastikyang bukan dari jenis yang dipakai sehingga tidak bisa homogen (misalnya material HDP tercampur PP akibat pada waktu pencucian mesin giling tidak bersih) 7 a. Melakukan SOP perawatan & pencucian mesin grinding yang digunakan secara berkala 2 a. Untuk mesin grinding di khususkan untuk satu jenis material satu mesin grinding Tempat proses Regrinding antar material disekat 3 105 3 42 97

Tabel 5.2 Failure Modes & ffect Analysis (FMA) Proses xtruder No omponent Failure Mode Failure ffects S V auses O ontrols D T R P N 2. Proses xtruder (material masuk melalui hoper mesin blowing sampai keluar menjadi parison) 1. Bintik Hitam a. Penampilan visual tidak menarik 2. Berlubang a. Botol tidak dapat berfungsi menampung isi 5 a. Screw barel sudah aus, menimbulkan ujungnya gumpil dan scratch sehingga pada saat material didorong, ada material yang terjebak di screw yang gumpil dan scratch tersebut terlalu lama terkena panas menyebabkan material tersebut hangus, sehingga pada saat terdorong, keluar sebagai kotoran. 7 a. Parison keluar dari die pin tidak sampai kepada cutting edge bottom, turunnya parison belum melebihi tinggi botol mold sudah tertutup dan sudah masuk proses blow. 7 a. c. d. Secara berkala screw & barel dilakukan re chrome dengan hardchrome khusus Dilakukan cleaning secara berkala terhadap screw dan barel (poleshing) Menyiapkan spare part screw dan barrel yang berkualitas ( baja standar) Mengubah sistem open loop menjadi close loop 2 a. Mengontrol setting mesin agar proses turunnya parison tidak terlalu pendek 3 105 3 42 98

Tabel 5.2 Failure Modes & ffect Analysis (FMA) Proses xtruder (lanjutan) No omponent Failure Mode Failure ffects S V auses O ontrols D T R P N 3. Neck berkuping / neck tidak mulus 4. Body tidak mulus (garis garis) a. Botol tidak bisa dipasang cap a. Penampilan visual tidak menarik Ketebalan dinding botol tidak merata (tebal tipis) 7 a. Pada saat parison turun, tidak center dengan diameter neck menyebabkan parison terjepit. 5 a. Parison dibentuk dari Die & Pin, Die nya tersebut kurang halus polesnya. Pada material terdapat kotoran yang menempel pada die pin, sehingga pada saat turun parison terjadi penghalang kemudian membentuk garis garis. 3 a. Pada saat proses awal set up dipastikan posisi die head (turunnya parison) benar - benar center dengan 2 a. posisi neck mold Dipastikan die dan pin dipoles dengan baik (sesuai standar kehalusan die dan pin) Dipastikan material plastik yang digunakan tidak terkontaminasi oleh benda asing (kotoran) 3 63 3 30 99

Tabel 5.2 Failure Modes & ffect Analysis (FMA) Proses xtruder (lanjutan) No omponent Failure Mode Failure ffects S V auses O ontrols D T R P N 5. Selisih tebal body tidak standar a. Botol tidak cukup kuat menahan isi botol (cairan), karena btl melalui tahap droptest ( dijatuhkan dari ketinggian 2 meter) Botol juga akan sulit bila dilakukan proses lanjutan seperti printing, shrink label, stickering 5 a. Terjadi karena proses setting die & pin tidak center. Posisi turunnya parison tidak center dengan neck mold 2 a. Awal setting die pin dipastikan parison yang keluar benarbenar center sehingga didapatkan ketebalan dinding body botol yang merata Pada saat running produksi dilakukan pengecekan secara berkala (Q Inspection) 3 30 100

Tabel 5.3 Failure Modes & ffect Analysis (FMA) Proses Blowing No omponent Failure Mode Failure ffects S V auses O ontrols D T R P N 3. Proses Blowing 1. Body, Neck, Bottom Penyok (unmolded) a. c. Penampilan visual tidak menarik. Pada saat proses pemasangan sticker, tidak menempel sempurna. Pada saat botol di pasang cap dapat mengakibatkan bocor 7 a. Pada saat proses blow, tiupan udara tidak maksimal (tersumbat di blow pin). Pressure supply udara dari kompresor tidak maksimal (untuk proses blow menggunakan tekanan angin 5-6 bar) 2 a. Dilakukan pengecekan berkala terhadap kebersihan blow pin (jangan sampai tersumbat) Dipasangkan limit sensor untuk blow air pressure bila tekanan udara berkurang maka alarm berbunyi 3 42 101

Tabel 5.4 Failure Modes & ffect Analysis (FMA) Proses lamping No omponent Failure Mode Failure ffects S V auses O ontrols D T R P N 4. Proses lamping 1. Body, Neck, Bottom Penyok (unmolded) Garis Patah (unmolded 2. Body tidak mulus (garis garis) a. c. Penampilan visual tidak menarik. Pada saat proses pemasangan sticker, tidak menempel sempurna. Pada saat botol di pasang cap dapat mengakibatkan bocor a. Penampilan visual tidak menarik. 7 a. Pada saat after blow pendinginan produk kurang (kondisi botol masih panas & lunak) sehingga pada saat jatuh keluar dari mesin terkena benturan menyebabkan penyok. 5 a. Pada saat pencetakkan botol, mold kondensasi (terlalu dingin) sehingga seperti ada garis garis air yang terbentuk pada produk. Mold Kurang Poles 2 a. c. 2 a. Dipastikan sirkulasi cooling channel pada mold tidak tersumbat Dipastikan temperatur air pendingin sesuai dengan yang dibutuhkan Dipastikan pressure air pendingin yang masuk ke mold stabil Temperatur pendingin harus sesuai dengan yang distandarkan Mold dipastikan telah dipoles dengan baik sesuai standar 3 42 3 30 102

103 Tabel 5.5 Rank RPN No Failure Mode RPN 1 Bintik Hitam 105 2 Neck Berkuping 63 3 Berlubang 42 4 Body, Neck, Bottom Penyok 42 5 Body tidak mulus (garis-garis) 30 6 Selisih tebal body tidak standar 30 5.2 Peningkatan Berdasarkan analisa FMA telah diketahui RPN tertinggi berada pada cacat foreign matter atau bintik hitam pada proses Blow Moulding (WIP) dengan itu akan dilakukan langkah langkah perbaikan menggunakan aspek aspek cause & effect diagram (Fish Bone Diagram), sebagai berikut : 5.2.1 Faktor Material Dari segi material paling berpengaruh terutama untuk cacat foreign matter atau bintik hitam dengan itu dilakukan langkah langkah perbaikan sebagai berikut : a. Tempat penyimpanan masing masing material harus dalam keadaan ditutup / tertutup, sehingga tidak memudahkan kotoran asing & benda asing masuk kedalamnya. Langkah perbaikan dilakukan apabila ada material sisa dituang ke wadah yang ada penutupnya dan diberikan label yang jelas tentang spec material tersebut, sehingga pada waktu akan digunakan tidak terjadi kesalahan pengambilan material.

104 Menyediakan tempat afval, sehingga afval yg jatuh dari mesin, jatuh ketempat / wadah yamg bersih dan tidak jatuh ketempat yg kotor. Afval adalah material sisa setelah pembentukan botol (blowing) yang dapat digunakan lagi melalui proses regrind menjadi material yang siap untuk dipakai kembali, oleh karena itu tingkat kebersihannya perlu diperhatikan. Langkah perbaikan yang diambil adalah mengganti bak material menggunakan silo sehingga tidak ada lagi proses manual (human error) dan kotoran dari luar yang masuk. 5.2.2 Faktor Metode Berikut metode metode perbaikan yang diambil untuk menurunkan kemungkinan cacat produk : a. Melakukan prosedur pembersihan mesin secara berkala, selama ini yang terjadi bahwa prosedur ini belum dijalankan sepenuhnya karena jadwal produksi yang padat, tetapi langkah ini sangat baik untuk diambil untuk menghindari kerugian yang besar bagi perusahaan. Membuat Work Instruction kepada karyawan yang bertanggung jawab melaksanakan prosedur tersebut. c. Melengkapi prosedur pemilihan afval yang lebih jelas berikut dengan contohnya. Agar material afval yang sudah tercemar tidak diregrind kembali dan menjadikan cacat pada proses berikutnya.

105 d. Mengenalkan contoh jenis jenis cacat kepada operator, hal ini dapat ditata di lembar pemeriksaan produk, agar pada saat menemukan cacat tersebut dapat langsung dilakukan tindakan perbaikan. e. Metode perbaikan yang signifikan adalah dengan merubah sistem grinding open loop menjadi close loop sehingga meminimalisasi material asing yang mungkin masuk. 5.2.3 Faktor Mesin a. Melaksanakan prosedur perawatan mesin blow 1. Waktu pencucian mesin secara berkala sesuai SOP 2. Mengganti part part mesin yang sudah tidak layak pakai 3. Perawatan pada part yg memerlukan perawatan kembali seperti re chrome screw dan barel yang sudah tidak layak pakai. 4. Perawatan cleaning secara berkala terhadap screw dan barel (poleshing) 5. Menyiapkan spare part screw dan barrel yang berkualitas ( baja standar) 6. Dipasangkan limit sensor untuk blow air pressure bila tekanan udara berkurang maka alarm berbunyi apabila blow pressure rendah dapat mengakibatkan body botol menjadi penyok. Melaksanakan prosedur perawatan mesin crusher / regrind : 1. Waktu pencucian mesin secara berkala sesuai SOP

106 2. Mesin crusher dilengkapi dengan Dust ollector yaitu alat sensor yang dapat memisahkan antara debu dan material regrind sehingga debu tidak terbawa sebagai kotoran. 3. Mengganti pisau mesin regrinding yang sudah tidak layak digunakan. 4. Menggunakan kualitas pisau grinding yang berkualitas (baja standar pisau). 5. Mesin grinding dibuat close loop dengan mesin Blow Moulding. 6. Melakukan pengasahan pisau cutting secara berkala. 5.2.4 Faktor Manusia Pada faktor manusia hal hal yang dilakukan perbaikan adalah : a. Menjalankan SOP secara keseluruhan dengan baik dan benar, seperti : 1. SOP perawatan mesin 2. SOP mengoperasikan mesin 3. SOP Q Inspection selama running produksi Diberikan Work Intruction yang lebih jelas kepada karyawan yang bertanggung jawa

107 5.2.5. Faktor Lingkungan Dari faktor lingkungan terhadap jenis jenis cacat tersebut sebagian besar disebabkan karena kebersihan lingkungan produksi yang kurang terjaga, banyak ditemukan lap bekas pakai dilantai produksi dan ceceran oli maupun debu asing, karena itu dilakukan langkah langkah : a. Lantai produksi di pel, di sapu dan dilakukan pembuangan sampah secara berkala pada saat pagi hari, siang dan malam hari. Disediakan tempat untuk membuang lap bekas pakai diberbagai tempat yang mudah dijangkau (dekat mesin dan operator) c. Disediakan tempat untuk menaruh oli sehingga tidak mengotori lantai, mesin maupun material afval. 5.3 Pengendalian 5.3.1 Perbandingan Sigma Sebelum dan Sesudah Perbaikan Untuk ukuran sigma ini akan dijabarkan sigma sebelum perbaikan dan setelah perbaikan, sebagai berikut : Tabel 5.6 Ukuran Sigma sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan Botol itra Lasting White250 ml Botol itra Lasting Bulan White250 ml Presentasi DPMO DPMO acat Sigma Produksi acat Oct-13 325,687 8,924 2.74% 2,700 4.28 Dec-13 404,446 6,735 1.66% 1,600 4.44

108 Dilihat dari table diatas dapat di ketahui bahwa selama dua bulan perbaikan diperoleh penurunan cacat sebesar : Tabel 5.7 Presentase Penurunan acat Botol itra Lasting White 250 ml Botol itra Lasting White250 ml Presentasi acat Penurunan Presentasi acat Sebelum Perbaikan Setelah perbaikan Standar acat Perusahaan 2.74% 1.66% 1.08% 2% Berdasarkan data penurunan presentase cacat diatas dapat diketahui bahwa untuk produk itra 250 ml yang memiliki penurunan cacat setelah proses perbaikan sebesar 1.08% dengan 4.28 sigma menjadi 4.44 sigma, dalam hal ini proses perbaikan harus terus dilakukan untuk mencapai presentase cacat yang telah ditetapkan oleh perusahaan maksimal sebesar 2%. 5.3.2 Perbandingan Kapabilitas Proses Berikut perbandingan kapabilitas proses sebelum dan sesudah perbaikan : Tabel 5.8 Perbandingan kapabilitas proses Botol itra Lasting White250 ml Botol itra Lasting White250 ml Parameter Sebelum Perbaikan Sesudah Perbaikan DPMO 2,700 1,600 Level Sigma 4.28 4.44 P 1.212 1.254 Presentasi cacat 2.74% 1.66% Biaya Kegagalan Rp 7,654,140.00 Rp 5,761,191.00

109 Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan proses mengalami peningkatan untuk Botol itra Lasting White 250 ml dari 1.212 menjadi 1.254 Perbaikan yang telah diimplementasikan bukan hanya mengurangi biaya tenaga, biaya waktu dan cacat produk tetapi meningkatkan kemampuan proses dan menghasilkan analisa kegagalan untuk pengembangan proyek selanjutnya. Disamping itu yang lebih penting adalah mengurangi biaya kegagalan kualitas untuk Botol itra Lasting White 250 ml dengan perhitungan sebagai berikut : Man power / jam = (Total pcs botol reject/ycle time machine) Biaya Sticker = (Total pcs botol reject x (Harga stiker front + Harga sticker back)) Biaya Botol = (Total pcs botol reject x Harga botol per pcs) Total biaya reject = (Man power/ jam) + Biaya Sticker front dan back + Biaya Botol per pcs Berikut adalah perhitungannya : Total biaya reject sebelum perbaikan : Rp 452,472.00 + Rp 2,400,556.00 + Rp 4,801,112.00 = Rp 7,654,140.00 Total biaya reject sesudah perbaikan : Rp 326,046.00 + Rp 1,811,715.00 + Rp 3,623,430.00 = Rp 5,761,191.00 Penurunan sebesar : Rp 7,654,140.00 Rp 5,761,191.00 = Rp 1,892,949.00 Apabila satu tahun di aplikasikan pada 6 line mesin stickering dan 7 varian citra 250 ml maka saving adalah sebaga berikut : Rp 1,892,949.00 x 6 line x 7 varian x12 bulan = Rp 954,046,296.00 / tahun