BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuasi eksperimen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. sumber data lain terkumpul. Dalam analisis data ini dimaksudkan pula untuk menguji

Berdasarkan data yang telah tersedia, dilakukan uji beda dua rata-rata data,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengolah data tersebut sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan pada BAB

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. menguji analisis dengan statisctic product moment dan uji data correlation.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 IVA 23 50% Kontrol 2 1VB 23 50% Eksperimen Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Bringin 01. Letak sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Jumlah Kelas SMP Negeri 1 Bawen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji perbedaan yang dilakukan adalah menguji rata-rata N-Gain hasil belajar ranah

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. dari hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pembelajaran sakubun dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. No Rombel Jumlah siswa Persentase 1 Kelas IVa 33 50% 2 Kelas IVb 33 50% Jumlah %

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS SCIENTIFIC DISCOVERY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penalaran matematis siswa dan data hasil skala sikap. Selanjutnya, peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kemampuan pemahaman matematik siswa dan data hasil skala sikap.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serta data hasil belajar siswa yang berupa nilai pre-test dan pos-test. Hasil dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Akuntansi, Pekantoran dan Pemasaran, dan 3 jurusan di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

Lampiran 1. Hasil print out SPSS proses pelanggan memesan DO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI. Oleh : Yanustiana Nur Pratomo NIM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

Abstrak PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 Besar Sampel. Besar sampel ditentukan berdasarkan taraf kepercayaan 95 % tail Z1- = 1,96 dan untuk power test 80%, Z1-β = 0,84.

BAB IV. Analisis Peran Dukungan Kelompok Sebaya Dalam Mengembangkan Resiliensi. Siswa Di SMP Negeri 15 Pekalongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. lingkaran, dan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut ini: siswa, setiap siswa mendapatkan 1 kartu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Eksperimen

Petunjuk dalam Pengisian Kuesioner. Lingkarilah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu, Saudara/Saudari.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimental atau eksperimen semu. Menurut Sugiyono (2013: 77) jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 Perbandingan Pre dan Post Test Johnson Pascal Test pasca Konsumsi Coklat Susu dengan Uji t Berpasangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Hasil penghitungan nilai amplitudo akomodasi dengan menggunakan SPSS.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DIPADU METODE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Jenis Panelis. Gambar 4.1 Pie Chart Jenis Panelis. Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2013

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 96. Product Moment Pearson untuk mengetahui pengaruh Rational Emotive

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jamhari Hadipurwanta. Kata kunci: perubahan, pengetahuan, bimbingan teknis.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antara kelas yang menggunakan LKS paperless dan kelas yang menggunakan LKS

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN TERHADAP NILAI RELIGIUS DAN RASA INGIN TAHU SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

LAMPIRAN. Lampiran 1 : Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Jhonson Pascal Test sebelum dan sesudah diberi teh hitam.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kranggan Kabupaten Temanggung, dengan populasi penelitian sebanyak 219

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pengujian Hipotesis Data Bimbingan Kelompok Berbasis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data Proses Belajar Mata Pelajaran PAI Siswa-Santri dan. Siswa-Non Santri di SMK Syafi i Akrom Pekalongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di SD N 1 Tlogopucang yang beralamat di desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Pelaksanaan, Hasil Penelitian, dan Pembahasan

KEMAKNAAN TRYOUT TERHADAP KELULUSAN UJIAN KOMPETENSI PADA PROGRAM D-III KEPERAWATAN DI JAWA TIMUR (Suatu Analisis Pendekatan Statistik)

LAMPIRAN. Lembar observasi (pretest)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum SMP Negeri 1 Godean. berwawasan global, cinta bangsa dan negara.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuasi eksperimen yang dilaksanakan di kelas VII C dan VII D SMP N 2 Kalasan pada semester II Tahun ajaran 2011/2012 dengan materi pemanasan global. Kelas VII C merupakan kelompok eksperimen dan kelas VII D merupakan kelompok kontrol. Pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing, sedangkan pembelajaran pada kelompok kontrol menggunakan pendekatan cookbook. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan dalam penelitian ini didesain sebagai kegiatan yang bertujuan pada peningkatan kemampuan kognitif C1 C3 dan pengembangan keterampilan proses sains. 1. Data Keterampilan Proses Sains Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Data keterampilan proses sains siswa diperoleh dari lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat pada saat siswa melakukan proses pembelajaran pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga. Tabel 12 mendeskripsikan persentase jumlah siswa yang mampu melakukan aktivitas keterampilan proses sains pada setiap jenis keterampilan proses sains pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pertemuan I - III. 86

Tabel 12. Persentase Siswa yang Mampu Melakukan Keterampilan Proses Sains saat Pertemuan I - III pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. No Jenis Keterampilan Pertemuan I II III EKS KTRL EKS KTRL EKS KTRL Mempresentasik an data hasil 1. diskusi atau 87,1% 38,7% 87,1% 35,5% 90,3% 38,7% percobaan di depan siswa lain 2. Menyusun hipotesis 90,3% 0% 96,8% 0% 3. Mengamati 90,3% 51,6% 96,8% 64,5% 4. Membuat tabel 90,3% 0% 93,5% 0% 5. Menyusun kesimpulan 93,5% 0% 96,8% 0% 6. Memberi perlakuan (pengukuran) 90,3% 54,8% 96,8% 67,7% = tidak dilakukan dalam pembelajaran Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 12 dapat terlihat bahwa pada pertemuan I - III persentase siswa yang mampu melakukan keterampilan proses sains pada kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Pada pertemuan I kelompok eksperimen aspek mempresentasikan data hasil percobaan dan diskusi di depan siswa lain (komunikasi), menyusun hipotesis, mengamati, membuat tabel pengamatan, menyusun kesimpulan, memberi perlakuan persentasenya masuk kategori hampir seluruh siswa mampu melakukan keterampilan proses sains aspek tersebut 87

karena persentase jumlah siswa yang mampu melakukan keterampilan proses sains tersebut berada di antara 76% - 99%. Pada kelompok kontrol aspek mengamati, memberi perlakuan persentasenya masuk kategori sebagain besar siswa melakukan keterampilan proses sains aspek tersebut karena persentase jumlah siswa yang mampu melakukan keterampilan proses sains berada di antara 51% - 75%, sedangkan aspek mempresentasikan data hasil diskusi atau percobaan di depan siswa lain persentasenya masuk kategori hampir separuh siswa mampu melakukan keterampilan proses sains aspek tersebut karena persentase jumlah siswa yang mampu melakukan keterampilan proses sains berada di antara 26% - 49%, untuk aspek menyusun hipotesis, menyusun kesimpulan, dan membuat tabel pengamatan persentasenya masuk kategori tidak ada siswa yang mampu melakukan keterampilan proses sains aspek tersebut karena persentase jumlah siswa yang mampu melakukan keterampilan proses sains 0%. Pada pertemuan II kelompok eksperimen aspek mempersentasikan data hasil diskusi atau percobaan di depan kelas, menyusun hipotesis, mengamati, membuat tabel pengamatan, menyusun kesimpulan, memberi perlakuan persestasenya masuk kategori hampir seluruh siswa melakukan aktivitas keterampilan proses sains aspek tersebut karena persentase aspek keterampilan proses sains berada di antara 76% - 99%, untuk aspek mengajukan pertanyaan pada guru persentasenya masuk kategori hampir separuhnya siswa mampu melakukan keterampilan proses sains aspek 88

tersebut karena persentase jumlah siswa yang melakukan aspek keterampilan proses sains tersebut berada di antara 26% - 49%. Pada kelompok kontrol aspek mengamati, memberi perlakuan persentasenya masuk kategori sebagain besar siswa mampu melakukan keterampilan proses sains aspek tersebut karena persentase jumlah siswa yang mampu melakukan aspek keterampilan proses sains tersebut berada di antara 51%- 75%, untuk aspek mempersentasikan hasil diskusi atau percobaan di depan kelas persentasenya masuk kategori hampir separuh siswa mampu melakukan aspek keterampilan proses sains tersebut karena persentase keterampilan proses sains berada di antara 26%-49%, sedangkan untuk aspek menyusun hipotesis, membuat kesimpulan, dan membuat tabel pengamatan tidak ada siswa yang mampu melakukan keterampilan proses sains aspek tersebut karena persentase jumlah siswa yang mampu melakukan aspek keterampilan proses sains tersebut 0%. Pada pertemua III aspek mempresentasikan data hasil diskusi atau percobaan di depan kelas presentasenya masuk dalam kategori hampir seluruh siswa mampu melakukan keterampilan proses sains aspek tersebut karena persentase jumlah siswa yang mampu melakukan keterampilan proses sains berada di antara 76% - 99%. Pada kelompok kontrol aspek mempresentasikan data hasil diskusi atau percobaan di depan kelas masuk dalam kategori hampir separuh siswa mampu melakukan keterampilan proses sains aspek tersebut karena persentase jumlah siswa yang 89

melakukan aspek keterampilan proses sains tersebut berada di antara 26% - 49%. Berdasarkan Tabel 12 dan uraian di atas maka dapat di ketahui bahwa pada kelompok eksperimen siswa yang melakukan aktivitas keterampilan proses sains lebih banyak daripada kelompok kontrol. Hal ini menunjukan bahwa pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing terbukti dapat melatih siswa untuk melakukan berbagai aktivitas keterampilan proses sains sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan proses sains, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan keterampilan proses sains antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Seberapa jauh efektivitas perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen terhadap keterampilan proses sains tidak dapat diketahui melalui ukuran efek atau effect size karena pada keterampilan proses sains tidak ada data awal sehingga peneliti hanya dapat mengetahui pendekatan inkuiri terbimbing efektif atau tidak terhadap keterampilan proses sains dengan membandingkan nilai persentase jumlah siswa yang melakukan aktivitas keterampilan proses sains pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan perhitungan menunjukan bahwa persentase jumlah siswa yang melakukan keterampilan proses sains pada kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Hal ini 90

membuktikan bahwa pendekatan inkuiri lebih efektif terhadap keterampilan proses sains. Selain keterampilan proses sains, peneliti juga mengukur keterampilan umum atau keterampilan pendukung sebagai tambahan. Tabel 13 mendiskripsikan persentase jumlah siswa yang mampu melakukan aktivitas keterampilan umum atau pendukung pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pertemuan I III. Tabel 13. Persentase Siswa yang Mampu Melakukan Keterampilan Umum atau Pendukung saat Pertemuan I - III pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. No Pertemuan Jenis I II III Keterampilan EKS KTRL EKS KTRL EKS KTRL 1. Menyimak 90,3% 64,5% 93,5% 64,5% 100% 87,1% 2. Mengajukan pertanyaan 61,3% 19,4% 41,9% 16,1% 45,2% 16,1% kepada guru 3. Mengajukan pertanyaan kepada siswa lain saat diskusi 51,6% 19,4% 74,2% 19,4% 80,6% 22,6% Menjawab 4. pertanyaan dari 87,1% 32,2% 87,1% 22,6% 93,5% 22,65 guru 5. Menjawab pertanyaan teman lain 61,3% 22,6% 74,2% 25,8% 90,3% 19,4% Menyampaikan 6. pendapat saat 87,1% 51,6% 93,5% 48,4% 96,8% 77,4% diskusi 7. Mendengarkan pendapat teman 90,3% 67,7% 93,5% 67,7% 100% 77,4% lain saat diskusi 8. Bekerjasama saat melakukan percobaan atau diskusi 90,3% 64,5% 93,5% 64,5% 96,8% 77,4% 91

Berdasarkan Tabel 13 maka dapat diketahui pada kelompok eksperimen siswa yang melakukan keterampilan umum atau pendukung lebih banyak daripada kelompok kontrol, ini dapat terlihat dari persentase jumlah siswa yang melakukan keterampilan umum atau pendukung lebih besar daripada kelompok kontrol. Hal ini menunjukan bahwa pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing selain dapat melatih siswa untuk melakukan keterampilan proses sains juga dapat melatih siswa untuk melakukan keterampilan umum atau pendukung dalam proses pembelajaran. 2. Hasil Kemampuan Awal Kognitif C1 C3 ( pretest), Hasil Belajar Kemampuan Kognitif C1 C3 ( posttest), dan Gain Standard Daisy Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Nilai pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum dilakukannya perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai posttest untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah perlakuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Gain standard daisy untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar aspek kognitif pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rangkuman hasil kemampuan awal kognitif (pretest), hasil belajar kemampuan kognitif C1 C3 (posttest), dan gain standard daisy kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 14. 92

Tabel 14. Rangkuman Hasil Kemampuan Awal Kognitif C1 C3 (Pretest), Hasil Belajar Kemampuan Kognitif C1 C3 (Posttest), dan Gain Standard Daisy Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Statistik Pretest Kelompok Eksperimen Posttest Gain Standard Daisy Pretest Kelompok Kontrol Posttest Gain Standard Daisy Banyak Data 31 31 31 31 31 31 Mean (rerata) 56,32 88,77 0,74 56,71 78,19 0,49 Berdasarkan data yang telah disajikan pada Tabel 14 dapat diketahui bahwa peningkatan hasil belajar aspek kognitif pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini dapat terlihat dari nilai gain standard daisy pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Nilai gain standard daisy kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol (0,74 > 0,49 ). Adanya perbedaan peningkatan hasil belajar aspek kognitif dari kedua kelompok dimungkinkan karena perlakuan yang berbeda. Kelompok eksperimen menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing, sedangkan kelompok kontrol menggunakan pendekatan cookbook. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing yang diterapkan pada kelompok eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif C1 C3. Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji-t berpasangan untuk mengetahui perbandingan skor 93

sebelum dan sesudah diterapkan perlakuan, apakah ada perubahan nyata yang terjadi. Data yang digunakan dalam uji-t berpasangan adalah nilai gain standard daisy antara dua perlakuan dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dan cookbook untuk mengetahui perubahan yang terjadi terhadap kemampuan kognitif C1 C3. Rangkuman skor hasil uji-t berpasangan pada gain standard daisy pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Rangkuman Skor Hasil Uji-t Berpasangan pada gain standard daisy pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Std. Error Sig. (2- Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed) Pair 1 Sebelum - Sesudah.22742.22384.04020.14531.30953 5.657 30.000 Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa gain standard daisy pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki harga t = 5,657 dengan tingkat signifikansi 2-tailed adalah 0,000. Dari hasil perhitungan melalui software statistik (SPSS) nilai probabilitas ( p) dari uji-t berpasangan adalah 0,000 jika dibandingkan dengan taraf signifikansi (a) = 0,05 maka p < 0,05, sehingga kesimpulan statistika yang diambil adalah 94

H 1 diterima. Artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Melihat rata-rata gain standard daisy kelas eskperimen adalah 0,74 dan rata-rata gain standard daisy kelas kontrol adalah 0,49, maka kelas eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar aspek kognitif C1 C3. Seberapa jauh efektivitas perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar aspek kognitif C1 C3 dapat diketahui melalui ukuran efek atau effect size. Menurut Cohen (Dali S. Naga.2011), besarnya effect size adalah selisih rerata yang dinyatakan dalam simpangan baku. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan besarnya effect size perlakuan yang diberikan adalah 0,79. Kriteria yang diusulkan oleh Cohan (Dali S. Naga. 2011) besar kecilnya ukuran efek adalah: 0 < d < 0,2 efek kecil 0,2 < d < 0,8 efek sedang d > 0,8 efek besar. Berdasarkan kriteria dari Cohan tersebut, maka pada penelitian ini sumbangan perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen dalam meningkatkan hasil belajar aspek kognitif C1 C3 ukuran efeknya sedang yaitu 0,79 artinya efektivitas penggunaan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap kemampuan kognitif C1 C3 sedang. 95

3. Hasil Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Pengamatan dilakukan oleh satu orang pengamat dengan mengisi lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada saat proses pembelajaran berlangsung. Pada lembar pengamatan terdapat 13 aspek yang harus diisi oleh pengamat sesuai dengan pengamatan yang dilakukan. Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing selengkapnya dapat terlihat pada lampiran 7. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan semua aspek dilakukan oleh guru, hal ini menunjukan bahwa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Salah satu aspek dalam lembar pengamatan adalah guru mengamati, membimbing dan mengarahkan siswa pada saat kegiatan percobaan, aspek tersebut menunjukan bahwa dalam kegiatan percobaan guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa ketika siswa mengalami kesulitan, hal ini menunjukan bahwa siswa terlibat aktif dalam percobaan sehingga siswa akan mempunyai kesempatan untuk melatih berbagai keterampilan proses sains. Berdasarkan lembar pengamatan keterampilan proses sains yang telah diisi oleh pengamat menunjukan jumlah siswa yang melakukan keterampilan proses sains pada 96

kelas yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing lebih banyak dibandingkan dengan kelas yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan cookbook, hal ini wajar karena pada kelas yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing siswa akan terlibat aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilatator sehingga siswa akan mendapatkan kesempatan untuk melatih keterampilan proses sains. Selain itu, pada lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing terdapat aspek guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan hasil percobaan dan menarik kesimpulan sementara dan guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil, aspek tersebut menunjukan bahwa guru memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk melatih keterampilan proses sains khususnya keterampilan komunikasi sehingga siswa dapat mengembangkan keterampilan proses sain khusunya keterampilan komunikasi. Hal ini terbukti berdasarkan hasil pengamatan keterampilan proses sains terlihat bahwa pada kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing siswa yang melakukan keterampilan proses sains khususnya komunikasi lebih banyak bila dibandingkan dengan kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan cookbook. 97

4. Hubungan antara keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif C1 C3 siswa dalam pembelajaran IPA dengan materi pemanasan global. Hubungan antara keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif dapat diketahui dengan melihat skor keterampilan proses sains yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran dengan nilai posttest siswa. Skor keterampilan proses sains diperoleh dari penambahan skor semua indikator ketrampilan proses sain pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga. Tabel 16 merupakan perbandingan antara skor keterampilan proses sains dengan kemampuan kognitif C1 C3 siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tabel 16. Perbandingan Skor Keterampilan Proses Sains dan Kemampuan Kognitif. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Ranking Keterampilan Proses Sains Kemampuan Kognitif C1 C3 Keterampilan Proses Sains Kemampuan Kognitif C1 C3 1 37 92 26 88 2 37 100 26 80 3 37 100 25 84 4 37 84 24 80 5 37 96 24 92 6 37 96 23 92 7 37 100 23 88 8 36 92 23 80 9 36 100 21 88 10 36 96 21 84 11 36 96 20 84 12 35 88 19 84 13 35 100 19 88 14 33 88 18 84 15 33 88 17 84 16 33 88 17 80 17 33 88 16 84 18 33 88 15 80 19 33 100 14 80 20 33 88 14 80 98

21 33 96 9 80 22 32 88 6 76 23 32 84 6 76 24 32 80 6 76 25 31 84 3 72 26 31 96 2 64 27 30 76 1 60 28 23 76 1 48 29 19 76 1 60 30 9 68 1 72 31 8 60 0 56 Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa mayoritas siswa yang memiliki skor keterampilan proses tinggi maka nilai kemampua kognitif siswa tersebut akan tinggi pula, hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang kuat antara keterampilan proses dengan kemampua kognitif C1 C3 siswa. Pengujian hipotesis pada ada tidaknya hubungan antara keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif C1 C3 dilakukan dengan menggunakan data hasil skor posttest yang diperoleh setelah pembelajaran berlangsung dan data keterampilan proses sains selama proses pembelajaran berlangsung. Tabel 17 dan Tabel 18 merupakan hasil perhitungan uji korelasi Pearson pada kedua kelas. 99

Tabel 17. Data Uji Korealsi Pearson Kelas Eksperimen Correlations KeterampilanPro sessains KemampuanKog nitif KeterampilanProsesSains Pearson Correlation 1.847 ** Sig. (2-tailed).000 N 31 31 KemampuanKognitif Pearson Correlation.847 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N 31 31 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa nilai korelasi Pearson antara skor keterampilan proses sains dan nilai kemampuan kognitif C1 C3 sebesar 0,847 dan bertanda positif. Hal ini menunjukan bahwa ada korelasi yang kuat dan searah, atau dengan kata lain kalau skor keterampilan proses sains bagus maka nilai kemampuan kognitif C1 C3 juga bagus. Tingkat signifikansi 2-tailed (= 0,000) < 0,05 maka H o ditolak, yang berarti ada hubungan yang signifikan. 100

Tabel 18. Data Uji Korealsi Pearson Kelas Konrol Correlations KeterampilanPro sessains KemampuanKog nitif KeterampilanProsesSains Pearson Correlation 1.842 ** Sig. (2-tailed).000 N 31 31 KemampuanKognitif Pearson Correlation.842 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N 31 31 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa nilai korelasi Pearson antara skor keterampilan proses sains dan nilai kemampuan kognitif C1 C3 sebesar 0,842 dan bertanda positif. Hal ini menunjukan bahwa ada korelasi yang kuat dan searah, atau dengan kata lain kalau skor keterampilan proses sains bagus maka nilai kemampuan kognitif C1 C3 juga bagus. Tingkat signifikansi 2-tailed (= 0,000) < 0,05 maka H o ditolak, yang berarti ada hubungan yang signifikan. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif C1 C3. Hubungan antara keterampilan proses sains dengan kemampuan kognitif bernilai positif artinya jika keterampilan proses sains siswa naik maka kemampuan kognitifnya akan naik pula. B. Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan untuk membuktikan bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif bila dibandingkan pendekatan 101

pembelajaran cookbook terhadap keterampilan proses sains dan peningkatan kemampuan kognitif C1 C3 siswa SMP materi pemanasan global. Pada penelitian ini efektivitas yang dimaksud adalah ketepatgunaan pendekatan inkuiri terbimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar, dimana tujuan belajar yang ingin dicapai adalah meningkatkan kemampuan kognitif C1 C3 siswa dan mendorong siswa untuk melakukan aktivitas keterampilan proses sains. 1. Perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan cookbook. Keterampilan proses sains pada penelitian ini meliputi mengamati, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, menyusun hipotesis, inferensi (menyusun kesimpulan). Data keterampilan proses sains siswa diperoleh dari lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan Tabel 12 dapat terlihat bahwa persentase jumlah siswa yang melakukan aktivitas keterampilan proses sains pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan keterampilan proses sains antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing berhasil mendorong siswa untuk melakukan keterampilan proses sains. 102

Menurut Moh. Amin (1987: 126-127), inkuiri dibentuk melalui proses penemuan, karena peserta didik harus menggunakan kemampuan menemukan dan lebih banyak lagi. Sebagai tambahan pada proses-proses penemuan, inkuiri mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganilisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap objektif, jujur, rasa ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Pada pembelajaran secara inkuiri, individu didorong untuk belajar secara mandiri. Individu belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip dan pendidik mendorong individu untuk mendapatkan pengalaman dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan mereka menemukan konsep dan prinsipprinsip. Inkuiri terjadi apabila individu terlibat secara aktif dalam menggunakan mentalnya agar memperoleh pengalaman, sehingga memungkinkan untuk menemukan konsep atau prinsip. Proses-proses mental tersebut di atas melibatkan keterampilan proses yang lebih tinggi tingkatannya (perumusan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, melaksanakan eksprimen, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan). Sedangkan pada pembelajaran secara cookbook siswa aktif dalam pembelajaran tetapi keaktifan tersebut dibatasi oleh guru. Gurulah yang sangat berperan, siswa hanya seperti robot yang hanya mengikuti perintah guru. Keaktifan yang dibatasi tersebut menyebabkan siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk 103

mengembangkan keterampilan proses sains yang mereka miliki. Teori yang telah dijelaskan di atas sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukan pada kelompok eksperimen yang menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing jumlah presentase siswa yang melakukan aktivitas keterampilan proses sains lebih besar daripada kelompok kontrol yang menggunakan pendekatan cookbook. Faktor lain yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan persentase jumlah siswa yang melakukan keterampilan proses sains pada kedua kelompok yaitu pada saat kegiatan proses pembelajaran berlangsung, kelompok eksperimen menggunakan LKS yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam melakukan percobaan dan diskusi. LKS yang digunakan pada kelas eksperimen adalah LKS inkuiri terbimbing. Pada LKS inkuiri terbimbing siswa dilatih untuk mlakukan berbagai keterampilan proses dimulai dari merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melakukan percobaan, mengamati, menyimpulkan. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan untuk merumuskan masalah sendiri sehingga siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran. Sedangkan pada kelompok kontrol LKS cookbook yang digunakan tidak menuntut siswa untuk aktif dalam percobaan melainkan dalam pembelajaran dengan menggunkan LKS cookbook gurulah yang lebih aktif sehingga siswa tidak ada kesempatan untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang dimiliki. 104

Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan keterampilan proses sains antara siswa yang menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan cookbook. Pendekatan inkuiri terbimbing lebih efektif daripada pendekatan cookbook terhadap keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran IPA dengan materi pemanasan global. 2. Perbedaan peningkatan kemampuan kognitif C1 C3 antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan cookbook. Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa kemampuan kognitif C1 C3 siswa kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Hal ini ditunjukan dengan nilai gain standard daisy pada kelompok eskperimen yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya perlakuan yang berbeda pada kedua kelompok. Kelompok eksperimen menggunakan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelompok kontrol menggunakan pendekatan pembelajaran cookbook. Hal ini menunjukan bahwa pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen berhasil meningkatkan kemampuan kognitif C1 C3 siswa. Untuk lebih memastikan perlu dilakukan uji-t berpasangan pada gain score. Hasil uji-t berpasangan data gain score kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki nilai probabilitas ( p) adalah 0,000 jika dibandingkan dengan taraf signifikansi (a) = 0,05 maka p < 0,05, sehingga kesimpulan statistika yang diambil adalah H 1 diterima. Artinya ada 105

perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing lebih dapat meningkatkan kemampuan kognitif C1 C3 siswa. Kefektifan pendekatan inkuiri terbimbing dihitung dengan menggunakan rumus effect size menurut Cohen. Berdasarkan perhitungan effect size diketahui bahwa nila d = 0,79 karena nilai d < 0,8, maka termasuk kategori efek sedang sehingga pendekatan inkuiri terbimbing mempunyai efek yang sedang dalam meningkatkan kemampuan kognitif C1 C3 siswa. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2000: 143), salah satu kelebihan pembelajaran inkuiri adalah penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikan yang sangat sulit dilupakan. Pada pembelajaran inkuiri terbimbing siswa dituntut untuk memperoleh pengetahuannya sendiri. Terdapat empat jalur untuk memperoleh pengetahuan yaitu berpikir, mengindera, menggunakan perasaan, dan kepercayaan, apabila keempat jalur tersebut dapat dialami siswa maka pengetahuan yang diperoleh betul-betul dipahami dan diyakini kebenarannya. Pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing akan lebih memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami keempat jalur tersebut, terutama pada jalur berpikir selama proses pembelajaran siswa akan dilibatkan secara aktif untuk ikut berpikir dalam memperoleh pengetahuannya sendiri sehingga siswa akan lebih aktif selama proses 106

pembelajaran. Hal inilah yang menyebabkan pengetahuan siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing akan awet dan sulit untuk dilupakan, ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing memiliki kemampuan kognitif lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan cookbook. Menurut Piaget, pengetahuan itu akan bermakna manakala dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing menuntut siswa untuk mencari dan menemukan sendiri pengetahuannya sehingga pengetahuan yang didapatkan siswa akan bermakna tidak hanya sebagai hafalan. Carin dan Sund (1971) menyatakan bahwa inkuiri berasaskan kepada masalah dan penyelesaian masalah di dalam aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Melalui aktivitas tersebut pelajar akan terlibat di dalam pemprosesan mental untuk mendapatkan kepahaman yang bermakna, dan melibatkan diri secara aktif di dalam pembelajaran mereka. Pada pembelajaran dengan pendekatan cookbook proses belajar cenderung dilakukan terlalu mekanis, siswa hanya seperti robot yang melakukan perintah dari guru. Pendekatan cookbook tidak memberikan kesempatan siswa untuk dapat melalui empat jalur dalam memperoleh pengetahuan, terutama pada proses berpikir dalam menemukan pengetahuan sehingga pengetahuan yang didapatkan hanya sebagai hafalan saja dan akan lebih mudah untuk dilupakan. Keaktifan siswa pada 107

proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri sangat dibatasi berbeda dengan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri yang lebih menuntut siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Semakin tinggi keterlibatan aktif siswa, maka pengalaman belajar siswa semakin bermakna. Sebagaimana yang dinyatakan Sardiman (2005: 96) bahwa tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan kognitif pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan inkuiri terbimbing dan pendekatan cookbook. Kedua pendekatan tersebut memiliki keefektifan yang berbeda dalam meningkatkan hasil belajar aspek kognitif. Pendekatan inkuiri terbimbing lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar aspek kognitif siswa dalam pembelajaran IPA dengan materi pemanasan global. 3. Hubungan antara keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif C1 C3 siswa dalam pembelajaran IPA dengan materi pemanasan global. Hubungan antara keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif dapat diketahui dengan melihat skor keterampilan proses sains yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran dengan nilai posttest siswa. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa mayoritas siswa yang memiliki skor keterampilan proses tinggi maka nilai kemampua kognitif siswa tersebut akan tinggi pula, hal ini menunjukan bahwa ada hubungan yang kuat antara keterampilan proses dengan kemampua kognitif C1 C3 siswa. Untuk lebih memastikannya perlu dilakukan uji korelasi Pearson. 108

Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa nilai korelasi Pearson antara skor keterampilan proses sains dan nilai kemampuan kognitif C1 C3 sebesar 0,847 dan bertanda positif. Hal ini menunjukan bahwa pada kelas eskperimen ada korelasi yang kuat dan searah, atau dengan kata lain jika skor keterampilan proses sains bagus maka nilai kemampuan kognitif C1 C3 juga bagus. Tingkat signifikansi 2-tailed (= 0,000) < 0,05 maka H o ditolak, yang berarti ada hubungan yang signifikan. Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa nilai korelasi Pearson antara skor keterampilan proses sains dan nilai kemampuan kognitif C1 C3 sebesar 0,842 dan bertanda positif. Hal ini menunjukan bahwa ada korelasi yang kuat dan searah, atau dengan kata lain kalau skor keterampilan proses sains bagus maka nilai kemampuan kognitif C1 C3 juga bagus. Tingkat signifikansi 2-tailed (= 0,000) < 0,05 maka H o ditolak, yang berarti ada hubungan yang signifikan. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara keterampilan proses sains dan kemampuan kognitif C1 C3. Keterampilan proses sains sangat penting dalam pembelajaran, siswa yang memiliki skor keterampilan proses sains yang tinggi berarti siswa tersebut lebih aktif dalam pembelajaran dibandingkan siswa yang memiliki skor keterampilan proses sains yang lebih rendah. Siswa yang lebih aktif dalam pembelajaran akan menyerap lebih banyak materi pelajaran, mengingat dan memahami lebih lama. Hal ini sesuai dengan yang telah disampaikan di atas bahwa semakin tinggi keterlibatan aktif 109

siswa, maka pengalaman belajar siswa semakin bermakna. Sebagaimana yang dinyatakan Sardiman (2005: 96) bahwa tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Pada kelompok eksperimen siswa memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol, hal tersebut sangatlah wajar karena skor keterampilan proses sains pada kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. 110