BAB II LANDASAN TEORI. Proses utama dari pengenalan karakter adalah menerima karakter input dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

Neural Network menyerupai otak manusia dalam dua hal, yaitu:

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK TERHADAP PENGENALAN POLA DATA IRIS

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

JARINGAN SARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK UNTUK KLASIFIKASI DATA

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

BAB II PENGENALAN WAJAH

ISSN: TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS VARIASI PARAMETER BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK PADA SISTEM PENGENALAN WAJAH BERBASIS PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ALGORITMA PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN SYARAF TIRUAN

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MERAMALKAN BEBAN PEMAKAIAN AIR PADA PDAM KOTA BANDUNG

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION

Makalah Seminar Tugas Akhir

Sistem Peramalan Jumlah Produksi Air PDAM Samarinda Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listrik Penyulang Renon Menggunakan Metode Artificial Neural Network

1. Pendahuluan Jaringan syaraf tiruan ( Artificial Neural Networ ) adalah suatu tenologi omputasi yang berbasis pada model syaraf biologis dan mencoba

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009

PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER

TEKNIK PERAMALAN TINGKAT PENJUALAN DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

SISTEM PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

Dany Candra Febrianto ) dan Hindayati Mustafidah )

KAJIAN PENGENALAN WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN METODE FACE-ARG DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

Sistem Informasi Peramalan Beban Listrik Jangka Panjang di Kabupaten Jember Menggunakan JST Backpropagation

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

PENGENALAN TEKS BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN FEEDFORWARD MULTILAYER DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACK PROPAGATION

SMP NEGERI 2 PASURUAN TAHUN 2015

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION

BAB 2 LANDASAN TEORI. relevan, lengkap, dan terkini sejalan dengan permasalahan yang dihadapi. Di sini juga

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal Dimensi Komunikasi Interpersonal C. Komitmen Organisasi

PENGENALAN KARAKTER TULISAN TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK RESILIENT

ARSITEKTUR DAN ALGORITMA JST UNTUK MENDUKUNG PREDIKSI GANGGUAN GEOMAGNET

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

SISTEM PENGENAL WAJAH DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

PREDIKSI KELULUSAN MAHASISWA DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

APLIKASI ARTIFICIAL NEURAL NETWORK UNTUK PERAMALAN ALIRAN SUNGAI BLEGA ABSTRACT

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

DAFTAR ISI. Pedoman Translitrasi... Abstraks...

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

PERBAIKAN KUALITAS CITRA MENGGUNAKAN HISTOGRAM LINEAR CONTRAST STRETCHING PADA CITRA SKALA KEABUAN

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Sistem Pendukung Keputusan Penerima Beasiswa SMK Menggunakan Metode Backpropagation

BAB 2 LANDASAN TEORI

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

APLIKASI WAVELET RECURRENT NEURAL NETWORK UNTUK PREDIKSI DATA TIME SERIES. : Agus Sumarno NRP :

PENERAPAN NEURAL NETWORK MODEL BACKPROPAGATION DAN GENERAL REGRESSION NEURAL NETWORK

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

BAB 2 LANDASAN TEORI. meneliti bagaimana mesin dapat belajar dan berpikir seperti layaknya manusia. Bidang

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR TRANSLITERASI... x

DAFTAR ISI HALAMAN DAFTAR GAMBAR... PEDOMAN TRANSLITERASI... ABSTRAK INDONESIA... ABSTRAK ARAB...

DETEKSI POLA BERDASARKAN COLOUR FEATURE DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. DASAR TEORI I. PENDAHULUAN

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii. PENGESAHAN...iii. PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... v. ABSTRAK... vi. KATA PENGANTAR... vii. DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... MOTTO... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GRAFIK... xiv

PERAMALAN CURAH HUJAN WILAYAH SEMARANG BARAT DENGAN ALGORITMA RESILIENT BACKPROPAGATION

APLIKASI ALGORITMA CONJUGATE GRADIENT PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK. Tesis

Prediksi Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan (Studi Kasus daerah Kab. Sleman, Provinsi DIY)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. a. Pustaka satu (1) diambil dari jurnal Telkom UniversityMuhammad

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI PEMBICARA DENGAN PRAPROSES MFCC. Oleh:

Baca Tulis Qur an (BTQ) Kelas 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

APLIKASI JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK UNTUK PRAKIRAAN VALUTA GBP/USD DALAM FOREX TRADING

z_in ( ) dan mengaplikasikan fungsi aktivasi untuk menghitung sinyal output ( ) Propagasi balik:

DAFTAR ISI. Halaman BAB II STUDI TOKOH. A. Pengertian Studi Tokoh B. Profil Tokoh... 30

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... PERNYATAAN... PERSEMBAHAN... NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN TESIS... MOTTO... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERNYATAAN KEASLIAN... MOTTO.. PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI..

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK PERAMALAN BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK (STUDI KASUS DI PT.PLN AREA DISTRIBUSI JABAR)

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI... SAMPUL DALAM... PERSETUJUAN PEMBIMBING... PENGESAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR TRANSLITERASI...

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. BAB II PERILAKU KONSUMEN PADA PERUSAHAAN JASA A. Pemasaran Pengertian Pemasaran... 23

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Teori Proses utama dari pengenalan arater adalah menerima arater input dan memerisa apaah hasil input tersebut sesuai dengan salah satu arater yang ada. Bagian yang paling penting dari seluruh proses adalah mengenali arater dengan ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri dari sebuah arater harus mengandung informasi yang diperluan untu membedaan arater tersebut dan harus membedaan penyimpanan variabel etian input, untu membatasi umlah dari pembelaaran data yang diberian. 2.2 Pengenalan Karater Huruf Arab Huruf Arab adalah huruf-huruf yang digunaan dalam Al-Quran. Huruf Arab umlahnya ada 29, yaitu : Tabel 2.1 Daftar Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Qaf(Qof) Kaf Lam ق Zai ز Alif ا ك Sin س Ba ب ل Syin ش Ta ت Mim م Shad(Shod) ص Tsa ث Nun ن Dhad(Dhod) ض Jim ج

Wau و Tha(Tho) ط H a(tipis) ح Ha(tebal) ه Zha(Zho) ظ Kha(Kho) خ Ham zah ء Ain ع Dal د Ya ي Ghain غ Dzal ذ Fa ف Ra(Ro) ر 2.3 Teori Dasar Pengolahan Citra 2.3.1 Citra Definisi citra menurut amus Webster adalah suatu representasi, emiripan, atau imitasi dari suatu obye atau benda. Citra dapat dielompoan menadi citra tampa dan citra ta tampa. Contoh citra tampa adalah foto diri ita sendiri, sedangan contoh citra ta tampa adalah data gambar dalam file (citra digital) dan citra yang direpresentasian dalam sebuah fungsi matematis. Diantara enis-enis citra tersebut, hanya citra digital yang dapat diolah menggunaan omputer. Citra merupaan suatu fungsi ontinyu dari intensitas cahaya dalam bidang dua dimensi, dengan (x,y) menyataan oodinat citra dan nilai f pada oodinat (x,y) menyataan tingat ecerahan atau deraat eabuan. Citra digital merupaan array dua dimensi dengan nilai f(x,y) nya telah dionversi e dalam bentu disrit bai pada oordinat citra maupun ecerahannya. Pengolahan citra secara umum dapat didefinisian sebagai

pemrosesan sebuah gambar dua dimensi secara digital. Pengolahan citra merupaan proses pengolahan dan analisis citra yang banya melibatan presepsi visual. Proses ini mempunyai data masuan dan informasi eluaran yang berbentu citra. Operasi pengolahan citra digital umumnya dilauan dengan tuuan memperbaii ualitas suatu gambar sehingga dapat dengan mudah diinterpretasian oleh mata manusia dan untu mengolah informasi yang terdapat pada suatu gambar untu eperluan pengenalan obe secara otomatis. 2.3.1.1 Operasi Pengolahan Citra Pengolahan citra pada dasarnya dilauan dengan cara memodifasi setiap titi dalam citra tersebut sesuai dengan eperluan. Secara garis besar, modifiasi tersebut dielompoan menadi: 1. Operasi titi, dimana setiap titi diolah secara tida gayut terhadap titi yang lain. 2. Operasi global, dimana arateristi global dari citra digunaan untu memodifiasi nilai setiap titi. 3. Operasi berbasis bingai, dimana setiap citra diolah dengan diombinasian dengan citra lain. 4. Operasi Geometri, dimana bentu uuran, atau orientasi citra dimodifiasi secara geometris. 5. Operasi banya titi bertetangga, dimana data dari titi-titi yang bersebelahan dengan titi yang ditinau iut berperan dalam mngubah nilai.

6. Operasi morfologi, yaitu operasi yang berdasaran segmen atau bagian dalam citra yang menadi perhatian. 2.3.1.2 Komponen Citra Digital Secara umum setiap citra digital memilii beberapa arateristi atau omponen, atara lain 1. Uuran citra 2. Resolusi 3. Format citra 2.3.1.3 Representasi Citra Digital Komputer dapat mengolah isyarat-isyarat eletroni digital yang merupaan umpulan sinyal biner. Untu itu, citra digital harus mempunyai format tertentu yang sesuai sehingga dapat merepresentasian obye pencitraan dalam bentu ombinasi data biner. Format citra digital yang masih banya dipaai adalah 1. Citra biner 2. Sala Keabuan 3. Warna 4. Warna berindes

2.3.1.4 Citra Biner Pada citra biner, setiap nilai bernilai 0 atau 1, maing-masing merepresentasian warna tertentu. Contoh yang paling lazim adalah hitam bernilai 0, dan putih bernilai 1. 2.3.1.5 Citra Sala Keabuan Disebut sala eabuan arena pada umumnya warna yang dipaai adalah antara hitam sebagai warna minimal dan putih sebagai warna masimal, sehingga warna diatara eduannya adalah abu-abu. Namun dalam pratenya warna yang dipaai tida terbatas pada warna abu-abu, sebagai contoh dipilih warna minimalnya adalah putih dan warna maimalnya adalah merah, maa semain besar nilainya semain besar pula intensitas warna merahnya. 2.3.1.6 Citra Warna Pada citra warna, setiap titi mempunyai warna yang spesifi yang merupaan ombinasi dari tiga warna dasar, yaitu merah, hiau dan biru. Format citra ini sering disebut citra RGB. Setiap warna dasar mempunyai intensitas sendiri dengan nilai masimum 255 (8 bit). Jumlah ombnasi warna yang mungin untu format citra ini adalah 2 24 atau lebih dari 16 uta warna, dengan demiian bisa dianggap mencaup semua warna yang ada, hal inilah format ini dinamaan true color.

2.3.1.7 Citra Warna Berindes Jumlah memori yang dibutuhan untu format citra warna true color adalah tiga ali umlah titi yang ada dalam citra yang ditinau. Di lain piha, umlah warna yang ada dalam suatu citra teradang sangat terbatas, arena banyanya warna dalam sebuah citra tida mungin melebihi banyanya titi dalam citra itu sendiri. Dengan asus seperti ini, disediaan format citra warna berindes. Pada format ini, informasi setiap titi merupaan indes dari suatu tabel yang berisi informasi warna yang tersedia, yang disebut palet warna atau color map. 2.3.2 Histogram Jumlah dan Selisih Testur, dalam citra digital, dinyataan sebagai hubungan spasial atau penyusunan spasial dari pisel-pisel citra. Secara visual hubungan spasial atau penyusunan spasial pisel-pisel citra tersebut dapat dilihat sebagai perubahan pola intensitas (gray tones). Testur dapat digunaan untu mendejurnalan array secara dua dimensi yang merupaan variasi-variasi dari e lemen-elemen testur. T estur uga mendejurnalan aturan aturan penempatan maupun pengaturan ara antar elemen testur tersebut yang dapat aca maupun mempunyai pola berulang. Salah satu aspe yang harus diperhatian dari sebuah testur adalah distribusi spasial dan etergantungan secara spasial antar deraat eabuan pada suatu daerah loal. Distribusi dan etergantungan secara spasial tersebut dapat ditinau dengan pendeatan secara statisti, yaitu dengan menggunaan

pendeatan co-occurrence Pendeatan co-occurrence berdasaran pada distribusi probabilitas hubungan antar pisel bertetangga. Pendeatan co-occurance ini dapat diimplementasian dengan membentu matris oouransi deraat eabua yang emudian diembangan menadi histogram umlah dan selisih oleh Unser pada tahun 1986. Histogram umlah S dibentu sebagai hasil umlah deraat eabuan dua pisel yang terpisah pada ara dx dan dy. Histogram umlah menyataan banyanya emunculan (freuensi) hasil umlah tingat eabuan dua pisel bertetangga pada ara dan sudut tertentu. Histogram selisih D dibentu sebagai hasil selisih deraat eabuan antara pisel yang terpisah pada ara dx dan dy. Histogram selisih menyataan banyanya emunculan (freuensi) hasil selisih tingat eabuan dua pisel bertetangga pada ara dan sudut tertentu, sehingga histogram yang dihasilan aan memilii selang nilai antara -255 sampai +255 untu citra 8 bit. Kedua histogram tersebut emudian dinormalisasi dengan cara membagi setiap elemen dengan total umlah semua elemen array pada maingmasing histogram sehingga dihasilan suatu probabilitas Ps dan Pd. Ps adalah histogram umlah yang ternormalisai, sedangan Pd adalah histogram selisih yang sudah ternormalisasi. Dari edua histogram ini emudian dapat diturunan 8 macam descriptor fitur yang dapat merepresentasian citra digital 2 dimensi edalam bentu vector.

2.4 Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan (artificial neural networ) atau disingat JST adalah sistem omputasi dimana arsitetur dan operasi diilhami dari pengetahuan tentang sel syaraf biologi didalam ota. JST dapat digambaran sebagai model matematis dan omputasi untu fungsi aprosimasi nonlinear, lasifiasi data, cluster dan regresi non parametric atau sebagai sebuah simulasi dari olesi model syaraf biologi. JST menyerupai ota manusia dalam 2 (dua) hal, yaitu : a) Pengetahuan diperoleh aringan melalui proses belaar. b) Keuatan hubungan antar sel syaraf (neuron) yang dienal sebagai bobotbobot sinapti digunaan untu menyimpan pengetahuan. 2.4.1 Arsitetur (Model) JST Dalam JST ada beberapa model yang digunaan, antara lain : 2.4.1.1 Jaringan dengan lapisan tunggal (Single Layer Net) Jaringan dengan lapisan tunggal hanya memilii satu lapisan dengan bobot-bobot terhubung. Jaringan ini hanya menerima input emudian secara langsung aan mengolahnya menadi output tanpa harus melalui lapisan tersembunyi. 2.4.1.2 Jaringan dengan banya lapisan (Multilayer Net) Dalam model ini sebenarnya merupaan model JST satu lapisan yang umlahnya banya dan prinsip era dari model JST ini sama dengan JST satu

lapisan. Output dari tiap lapisan sebelumnya dalam model ini merupaan input dari lapisan sebelumnya. 2.4.1.3 Jaringan dua lapisan dengan umpan bali Dengan umlah neuron yang sangat besar, JST memilii sifat yaitu fault tolerance. Sifat ini mengandung masud erusaan sediit atau sebagian pada selsel dalam aringan tida aan mempengaruhi output yang aan dieluaran. Jaringan dua lapisan ini mempunyai sifat umpan bali, sehingga output yang dihasilan aan mempengaruhi input yang aan masu lagi edalam aringan syaraf tersebut. 2.5 Komponen JST Dengan mengambil ide dari aringan syaraf manusia, omponen-omponen pada JST adalah : a) Neuron Tiruan (Artificial Neuron) JST disusun oleh unit dasar yang disebut neuron tiruan yang merupaan elemen pemrosesan dalam aringan, dimana semua proses perhitungan dilauan disini. b) Lapisan (layer) JST disusun oleh umpulan neuron yang berhubungan dan diielompoan pada lapisan-lapisan (layer). Terdapat tiga lapisan, yaitu : lapisan masuan (input layer), lapisan tersembunyi (hidden layer), dan lapisan eluaran (output layer).

c) Masuan (Input) JST hanya dapat memroses data masuan berupa data numeri. Sehingga apabila masalah melibatan data ualitatif seperti grafi, image, sinyal atau suara, data harus ditransformasian dulu edalam data numeri yang euivalen sebelum dapat diproses oleh JST. d) Keluaran (Output) Keluaran dari JST adalah pemecahan terhadap masalah. Data eluaran merupaan data numeri. e) Bobot (Weight) Bobot pada JST menyataan tingat epintaran sistem. Walaupun sebenarnya bobot tersebut hanya sebuah deretan anga-anga saa. Bobot sangat penting untu JST, dimana bobot yang optimal aan memunginan sistem meneremahan data masuan secara benar dan 2.6 Fungsi Ativasi JST 1. Fungsi Unda Biner Jaringan dengan lapisan tunggal sering menggunaan fungi unda biner untu mengonversian input dari suatu variable yang bernilai ontinu e suatu output biner (0 atau 1). Fungsi unda biner dirumusan sebagai beriut : 0, iax < 0 y = (2.1) 1, iax 1

Gambar 2.1 Fungsi atifasi Unda Biner 2. Fungsi Bipolar Fungsi bipolar sebenarnya hampir sama dengan fungsi unda biner, hanya saa output yang dihsailan berupa 1 atau -1 Fungsi bipolar dirumusan sebagai beriut : 1, iax 0 y = (2.2) 1, iax < 0 3. Fungsi Linear Gambar 2.2 Fungsi atifasi Bipolar Fungsi linear mempunyai output yang sama dengan nilai inputnya. Fungsi linear dirumusan sebagai beriut : y = x (2.3)

Gambar 2.3 Fungsi atifasi Linear 4. Fungsi Sigmoid Biner Fungsi ini digunaan untu JST yang dilatih dengan menggunaan metode bacpropagation. Fungsi sigmoid biner mempunyai nilai antara 0 sampai 1. Oleh arena itu, fungsi ini sering digunaan untu JST yang membutuhan nilai output yang terleta pada interval 0 sampai 1. Fungsi sigmoid biner dirumusan sebagai beriut: y = 1 f ( x) = (2.4) σx 1+ e dengan : f '( x) = ω f ( x)[1 f ( x)] (2.5) Gambar 2.4 Fungsi atifasi Sigmoid Biner

5. Fungsi Sigmoid Bipolar Fungsi sigmoid bipolar hampir sama dengan fungsi sigmoid biner, hanya saa output dari fungsi ini memilii range antara 1 sampai -1. Fungsi sigmoid bipolar dirumusan sebagai beriut : y x 1 e f ( x) = (2.6) x 1+ e dengan: f '( x) = σ [1 + f ( x)][1 f ( x)] (2.7) 2 Gambar 2.5 Fungsi atifasi Sigmoid Bipolar 2.7 Lau Pembelaaran (Learning rate) Lau pembelaaran berfungsi untu memperecil perubahan bobot. Jia nilai lau pembelaaran dimulai dengan nilai yang besar maa banya perhitungan terhadap nilai bobot dan error aan besar. Jia perubahan-perubahan dilauan secara terus-menerus nilai lau pembelaaran yang besar emunginan membuat sistem menadi lambat, tetapi ia perubahan lau pembelaaran dilauan dengan perubahan yang ecil maa ecepatan dari sistem memunginan lebih cepat.

2.8 Bacpropagation Bacpropagatin merupaan algoritma pembelaaran yang terawasi dan biasanya digunaan oleh perceptron dengan banya lapisan untu mengubah bobot-bobot yang terhubung dengan neuron-neuron yang ada pada lapisan tersembunyinya. Pelatihan sebuah aringan yang menggunaan bacpropagation terdiri dari 3 langah, yaitu : pelatihan pola input secara feedforward, perhitungan dan bacpropagation dari umpulan esalahan dan penyesuaian bobot. Sesudah pelatihan, apliasi dari aringan hanya terdiri dari fase feedforward. Bahan, ia pelatihan menadi lambat, sebuah aringan yang dilatih dapat menghasilan outputnya sendiri secara cepat. Arsitetur aringan bacpropagation seperti terlihat dalam gambar 2.6. Pada gambar 2.6 aringan terdiri atas unit(neuron) pada lapisan input yaitu x 1, x 2, x 3, satu lapisan tersembunyi dengan dengan 2 neuron, yaitu z 1 dan z 2, serta 1 lapisan output yaitu y. Bobot yang menghubungan antara lapisan input dan lapisan tersembunyi adalah v 11, v 21, v 31 (v i bobot yang mengandung input e-i e neuron e- pada lapisan tersembunyi).

Gambar 2.6 Arsitetur aringan bacpropagation Algoritma bacpropagation : 1. Inisialisasian bobot (ambil bobot awal dengan nilai random yang ecil) 2. Keraan langah-langah beriut selama ondisi berhenti bernilai FALSE : a. Untu tiap-tiap pasang elemen yang aan dilauan pembelaaran, eraan : Feedfoward : 1. Tiap-tiap unit input (X, i i = 1,2,3,..., n ) menerima sinyal x dan i menerusan sinyal tersebut e semua unit pada lapisan yang ada di atasnya (lapisan tersembunyi) 2. Tiap-tiap unit tersembunyi (Z, = 1,2,3,..., p ) menumlahan sinyalsinyal input terbobot : z _ in = v o + n i= 1 x v i i gunaan fungsi ativasi untu menghitung sinyal outputnya :

z = f ( z _ in ) dan iriman sinyal tersebut e semua unit di lapisan atasnya (unit-unit output). 3. Tiap-tiap unit output (Y, = 1,2,3,..., m ) menumlahan sinyal-sinyal input terbobot. y _ in = w 0 + p i= 1 z w i gunaan fungsi ativasi untu menghitung sinyal outputnya : y = f ( y _ in ) dan iriman sinyal tersebut e semua unit di lapisan atasnya (unit-unit output) Bacpropagation 4. Tiap-tiap unit output (Y, = 1,2,3,..., m ) menerima target pola yang berhubungan dengan pola input pembelaaran, hitung informasi errornya : δ = ( t y ) f ( y _ in ) emudian hitung oresi bobot (yang nantinya aan digunaan untu memperbaiinya nilai w ) : w = αδ z hitung uga oresi bias (yang nantinya aan digunaan untu memperbaii nilai w ) : 0 w 0 = αδ iriman δ ini e unit-unit yang ada di lapisan bawahnya.

5. Tiap-tiap unit tersembunyi (Z, = 1,2,3,..., p ) menumlahan delta inputnya (dari unit-unit yang berada pada lapisan di atasnya) : m δ _ in = δ w = 1 alian nilai ini dengan turunan dari fungsi ativasinya untu menghitung informasi error : δ = δ _ in f '( z _ in ) emudian hitung oresi bobot (yang nantinya aan digunaan untu memperbaii nilai v i ) : v = αδ x i hitung uga oresi bias (yang nantinya aan digunaan untu memperbaii nilai v 0 ) : v 0 = αδ 6. Tiap-tiap unit output (Y, =1,2,3,,m) memperbaii bias dan bobotnya (=0,1,2,,p) : w ( baru) = w ( lama) + w Tiap-tiap unit tersembunyi (Z bobotnya (i=0,1,2,,n) :, =1,2,3,,p) memperbaii bias dan v ( baru) = v ( lama) + v i i i b. Tes ondisi berhenti.

2.9 UML (Unified Modeling Language) Merupaan notasi-notasi bau untu melauan pemodelan visual. Pemodelan visual merupaan proses penggambaran informasi-informasi secara grafis. Notasi-notasi UML terbentu atas erasama dan upaya Graddy Booch, DR. James Rumbaugh, serta Ivar Jacobson. Gambar 2.7 Beberapa notasi UML Beberapa notasi UML yang sering digunaan antara lain ditunuan pada Gambar 2.7. Ator merupaan entitas yang berada di luar sistem; bersifat esternal. Salah satu ator sistem adalah pengguna (user). Use case berfous pada perilau sistem, misalnya use case Pengatifan Sistem. Kelas merupaan prototipe suatu obe sehingga memilii atribut (variabel) dan operasi (fungsi atau prosedur). Dalam UML terdapat beberapa enis diagram yang dapat digunaan dalam pemodelan sistem, diantaranya adalah: 1. Activity Diagram. Bersifat dinamis, memodelan fungsi-fungsi dalam suatu sistem dan meneanan pada aliran endali antar obe. 2. Use Case Diagram. Bersifat statis, menggambaran hubungan (relation) antara ator dan use case.

3. Sequence Diagram. Bersifat dinamis, merupaan diagram interasi yang meneanan pada pengiriman pesan (message) secara berurutan berdasaran watu. 4. Class Diagram. Bersifat statis, menggambaran himpunan elas-elas, antarmua dan relasi antar elas.