VI. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL. memiliki arti bahwa PKPBDD berkomitmen untuk meningkatkan kesejahterahan

dokumen-dokumen yang mirip
VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam

Lampiran 1. Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun

IX. FORMULASI STRATEGI. pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT. Nurhasana 1 Latifa Hanum 2

PENANGANAN PASCAPANEN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

PENANGANAN PASCA PANEN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

VII. ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL. zat gizi yang penting bagi tubuh. Kandungan gizi yang terkandung dalam buah

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam

V. DESKRIPSI PERUSAHAAN MAHARANI FARM

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM OLEH : LUTFI WIBAWA, M. Pd

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011


BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA PEPAYA CALIFORNIA MITRA ALAM

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA

ANALISIS TATANIAGA BERAS

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

JOB DESCRIPTION 1. Direktur 2. Keuangan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

IV. METODE PENELITIAN

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

100

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang unggul dengan kelimpahan sumber daya alam, Indonesia seharusnya tidak mengalami keterpurukan ekonomi seperti

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

KINERJA PEMASARAN JERUK SIAM DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR (Marketing Work of Tangerine in Jember Regency, East Java)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya

METODOLOGI PENELITIAN

TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap orang dalam menjalankan aktifitas mereka. Salah satu hasil

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai

Transkripsi:

VI. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL 6.1 Visi dan Misi Pernyataan visi dari PKPBDD adalah Mewujudkan Masyarakat Petani yang Maju dan Sejahtera bersama Lembaga Pemasaran Bintang Dewa. Visi ini memiliki arti bahwa PKPBDD berkomitmen untuk meningkatkan kesejahterahan petani belimbing di Kota Depok melalui program pengembangan agribisnis belimbing yang berpihak pada petani. Pernyataan misi PKPBDD tidak terlepas dari visi yang telah ditentukan. Misi PKPBDD adalah : 1. Membangun agribisnis belimbing yang profesional dan berorientasi pasar 2. Membangun sentra-sentra produksi belimbing yang handal guna mendukung produksi yang berkualitas dan suplai yang kontinyu serta jumlah yang mencukupi. 3. Mewujudkan lembaga pemasaran yang profesional 4. Dengan kebersamaan seluruh masyarakat pertanian, kita wujudkan belimbing sebagai ikon Kota Depok. 6.2 Organisasi dan Manajemen Umum Analisis mengenai organisasi dan manajemen umum PKPBDD dilakukan berdasarkan fungsi dasar manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian.

85 1. Perencanaan Perencanaan merupakan aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Perencanaan dilakukan pada tahap perumusan strategi dalam proses manajemen strategis. Pada umumnya, perencanaan jangka panjang PKPBDD masih mengikuti perencanaan yang dilakukan oleh pihak Dinas Pertanian Kota Depok. Hal ini disebabkan karena adanya PKPBDD sendiri termasuk ke dalam rencana strategis pemerintah Kota Depok untuk menjadikan belimbing sebagai ikon kota. Kegiatan perencanaan yang dilakukan sendiri oleh pihak PKPBDD lebih bersifat kondisional. Kegiatan perencanaan pada PKPBDD dilakukan bersamasama oleh pengurus dan manajer setiap divisi. Rentang waktu untuk perencanaan selama ini belum ditentukan. Koperasi masih melakukan perencanaan berdasarkan permasalahan yang ada. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian di dalam tubuh PKPBDD dilakukan berdasarkan struktur organisasi yang ada. Pelaksana tugas harian PKPBDD dipimpin oleh dewan pengurus, yaitu ketua koperasi dengan dibantu oleh bendahara dan sekretaris. Pengurus dipilih melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT) berdasarkan kriteria tertentu, misalnya memiliki pengaruh dan akses dalam menyampaikan informasi serta memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam budidaya dan agribisnis belimbing. PKPBDD memiliki tiga divisi yang masing-masing dipimpin oleh seorang manajer divisi, yaitu divisi produksi, divisi keuangan, dan divisi pemasaran. Bagan struktur organisasi PKPBDD selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.

86 Manajer divisi diangkat oleh ketua dengan persetujuan Rapat Anggota. Dalam menjalankan tugasnya, manajer divisi dibantu oleh supervisor dan beberapa orang staf. Staf atau karyawan direkrut melalui proses wawancara yang dilakukan oleh ketua koperasi. Pelaksanaan tugas dan wewenang di PKPBDD telah diatur dalam job description dan job specification yang jelas. Job description yang dimiliki PKPBDD berisi ringkasan pekerjaan, tanggung jawab utama, kondisi kerja, indikator keberhasilan, dan wewenang yang dimiliki setiap posisi sesuai dengan struktur organisasi. Job specification berisi kriteria atau persyaratan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap posisi dalam struktur organisasi. Pengurus Direksi Divisi Produksi Divisi Keuangan (Manajer Keuangan) Divisi Pemasaran (Manajer Pemasaran) Supervisor Produksi Buah Supervisor Produksi Olahan Staf Staf Staf Staf Gambar 9. Struktur Organisasi PKPBDD. Sumber : Manajemen PKPBDD, 2007

87 3. Pemotivasian Proses pemotivasian merupakan usaha yang diarahkan untuk membentuk tingkah laku manusia. Berdasarkan hasil wawancara, setiap pengurus dan karyawan di PKPBDD memiliki motivasi tinggi dalam bekerja. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kepatuhan serta kedisiplinan dalam menaati peraturanperaturan yang telah ditetapkan. Setiap karyawan selalu datang dan pulang sesuai dengan jam kerja dan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik. Tingginya motivasi dari pengurus dan karyawan terutama disebabkan karena kesadaran bahwa PKPBDD merupakan lembaga yang menjadi harapan banyak kalangan di Kota Depok untuk memajukan perekonomian daerah dari sektor pertanian. Disamping itu, kepemimpinan dari ketua koperasi turut mempengaruhi motivasi bekerja karyawan. 4. Penunjukkan Staf. Aktivitas penunjukkan staf berpusat pada manajemen personalia atau sumber daya manusia. Perekrutan staf dilakukan berdasarkan referensi dari staf yang sudah ada. Proses perekrutan dilakukan melalui seleksi administrasi dan wawancara oleh ketua koperasi. Setiap pengurus dan staf mendapatkan insentif berupa gaji tetap setiap bulan. Selain itu, karyawan juga mendapat insentif berupa uang makan, uang transport dan upah lembur. Saat ini, pengurus dan karyawan PKPBDD berjumlah 24 orang dengan rincian jabatan dapat dilihat pada Tabel 13.

88 Tabel 13. Rincian Jumlah Pengurus dan Karyawan PKPBDD Jabatan Jumlah (orang) Pengurus 3 Manajer divisi 3 Supervisor Produksi 2 Supervisor Olahan 1 Staf Keuangan 1 Staf Pemasaran 1 Staf Produksi 6 Staf Olahan 2 Staf Umum 5 Sumber : Manajemen PKPBDD, 2007 Hingga saat ini, PKPBDD belum memiliki program pengembangan karyawan. Berdasarkan hasil wawancara, koperasi membutuhkan pengembangan atau pelatihan karyawan terutama yang berhubungan dengan perdagangan internasional. Hal ini bertujuan untuk mendukung rencana koperasi untuk menjajaki kemungkinan ekspor belimbing. 5. Pengendalian Proses pengendalian bertujuan untuk memastikan hasil yang didapat konsisten dengan hasil yang direncanakan. Proses pengendalian yang telah berjalan baik di PKPBDD adalah pengendalian mutu. Tanggung jawab pengendalian mutu dilakukan oleh dua orang supervisor produksi yang mengawasi jalannya proses produksi mulai dari sortasi, grading, packaging, dan transportasi. Kedua supervisor ini bertugas memastikan kualitas produk yang dihasilkan selalu sesuai dengan permintaan konsumen. Kriteria dalam proses produksi tersebut selengkapnya akan dijelaskan pada analisis bidang produksi dan operasi. Pengendalian penjualan di PKPBDD belum dapat berjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan karena jumlah pasokan belimbing dari petani yang belum konstan setiap bulannya.

89 6.3 Pemasaran Pemasaran merupakan fungsi utama dari PKPBDD. Pemasaran dilakukan oleh satu orang manajer dibantu oleh satu orang staf pemasaran dan lima orang staf umum. Sistem pemasaran menggunakan sistem order. Pelanggan yang hendak membeli belimbing dapat melakukan order melalui telepon atau langsung datang ke kantor PKPBDD. Jika stok belimbing berlebih, divisi pemasaran biasanya melakukan penawaran dengan menghubungi calon-calon pelanggan. Pemasaran pada PKPBDD selama ini masih mengalami kendala. Jumlah belimbing yang dibeli masih lebih besar daripada jumlah yang dijual. Hal ini dapat dilihat dari data pembelian dan penjualan pada Tabel 14. Tabel 14. Selisih Penjualan dan Pembelian Belimbing di PKPBDD pada Bulan Januari-April 2008 Pembelian Penjualan Selisih Bulan Jumlah Jumlah Jumlah Nilai (Rp) Nilai (Rp) (kg) (kg) (kg) Nilai (Rp) Januari 60273 267.466.500 19911,7 123.717.700 40361,3-143.748.800 Februari 61219 237.907.000 33335,59 206.034.800 27883,41-31.872.200 Maret 21437,5 114.429.750 16283,5 130.615.730 5154 16.185.980 April 28470 145.034.500 25146,66 191.515.000 3323,34 46.480.500 Sumber : Manajemen PKPBDD, 2008 (diolah) Adanya kesenjangan antara pembelian dan penjualan terutama dikarenakan jumlah produksi yang besar dan tidak sebanding dengan pangsa pasar yang dimiliki koperasi. Kondisi ini terutama terlihat pada saat panen raya belimbing. Pada saat panen raya bulan Januari 2008, PKPBDD hanya dapat memasarkan 33 persen dari total pembelian. Pada bulan Februari, meningkat menjadi 54,45 persen. Pada bulan Maret, suplai belimbing menjadi jauh berkurang, yaitu hanya 35 persen dari suplai bulan Februari. Penjualan bulan ini mencapai 73 persen dari total pembelian. Pada bulan April, suplai belimbing

90 bertambah 32,8 persen dari bulan Maret dan koperasi berhasil menjual 88,32 persen dari total pembelian. Belimbing yang tidak terjual menjadi busuk dan dijual sebagai bahan baku pakan ikan atau dibuang. Tingkat penjualan PKPBDD masih berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Maret dan April, PKPBDD mulai mendapatkan penerimaan dari hasil penjualan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai penjualan yang lebih besar dari nilai pembelian. Selisih tersebut terus mengalami pertumbuhan sejak bulan Januari hingga April. Pertumbuhan terbesar terjadi dari bulan April yaitu mencapai 187 persen dibanding bulan sebelumnya. Pertumbuhan penerimaan PKPBDD selengkapnya dapat dilihat di Tabel 15. Tabel 15. Pertumbuhan Penerimaan (penjualan pembelian) Bulan Januari- April 2008. Bulan Penjualan Pembelian Penerimaan Pertumbuhan (Rp) (Rp) (Rp) (%) Januari 123.717.700 267.466.500-143.748.800 Februari 206.034.800 237.907.000-31.872.200 77,8 Maret 130.615.730 114.429.750 16.185.980 150,7 April 191.515.000 145.034.500 46.480.500 187,16 Sumber : Manajemen PKPBDD, 2008 (diolah) Walaupun terjadi peningkatan, jumlah penjualan secara kuantitas belum dapat mencakup semua belimbing yang dibeli dari petani. Belum semua belimbing yang dibeli habis terjual. Hal ini disebabkan adanya susut kuantitas maupun akibat pasokan yang tidak sesuai order (pada saat ada pasokan, tidak ada order). Terlebih lagi jumlah belimbing yang diserap oleh PKPBDD baru berasal dari 239 petani dari total 650 jumlah petani belimbing di Kota Depok. Peningkatan penjualan harus terus dipertahankan hingga mencapai angka 100 persen.

91 Kontinyuitas suplai belimbing dari petani belum dapat menjamin persediaan belimbing yang konstan setiap hari. Dalam beberapa kasus, koperasi terpaksa membatalkan order akibat tidak tersedianya stok belimbing dari petani pada hari pengiriman. Kondisi ini terutama terlihat tepat sesudah musim panen raya. Akibatnya, koperasi terpaksa kehilangan 30 hingga 40 persen pangsa pasar yang didapat pada saat panen raya. Analisis mengenai bidang pemasaran pada PKPBDD akan dikaji berdasarkan empat aspek bauran pemasaran. Aspek-aspek tersebut adalah aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. 1. Produk Bauran produk PKPBDD terdiri dari dua lini produk, yaitu produk belimbing segar dan produk olahan belimbing. Produk belimbing segar merupakan belimbing varietas Dewa dan Dewi yang merupakan jenis varietas ungggulan. Belimbing dibedakan menjadi tiga grade berdasarkan standarisasi mutu. PKPBDD mengacu pada tiga standarisasi, yaitu berdasarkan komponen mutu, berdasarkan bobot buah, dan berdasarkan indeks kematangan. Standarisasi mutu selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Belimbing grade A dan B dijual dalam bentuk kemasan dan juga dalam bentuk curah. Kemasan yang digunakan adalah wrapping dan karton. Satu wrapping biasanya terdiri dari tiga sampai enam buah belimbing, tergantung dari grade. Grade A dikemas tiga sampai empat buah per wrapping sedangkan grade B dikemas lima sampai enam buah per wrapping. Belimbing yang telah dikemas dengan wrapping kemudian dimasukkan ke dalam karton dengan kapasitas 10 wrapping per karton dengan berat bersih tujuh kilogram per karton. Belimbing

92 dengan kemasan karton dipasarkan ke pasar-pasar modern seperti supermarket dan toko buah. Belimbing tersebut dipasarkan menggunakan merek Belimbing Dewa Depok. Merek tersebut terdapat pada masing-masing wrapping dan kemasan karton. Belimbing grade C dipasarkan dalam bentuk curah 50 kilogram per keranjang. Belimbing tersebut dipasarkan ke pasar-pasar tradisional dan pihak pengolahan. Pihak pengolahan adalah enam UKM yang berada di bawah pembinaan PKPBDD. Hasil pengolahan akan dipasarkan melalui koperasi dengan menggunakan label khusus PKPBDD. Olahan belimbing merupakan bentuk diversifikasi produk di PKPBDD. Pengolahan yang telah berjalan adalah jus dan sari buah belimbing, instant belimbing, dan selai belimbing. Pengolahan yang sedang dikembangkan adalah keripik belimbing. Pengendalian mutu untuk produk olahan dilakukan dengan menetapkan standar bahan baku yang digunakan. Untuk standarisasi, produk olahan ini telah memiliki sertifikasi halal dan uji komposisi. Pengendalian mutu pada produk olahan masih memiliki beberapa kekurangan, terutama dalam hal keseragaman rasa antara produk yang dihasilkan UKM yang satu dengan yang lain. Penggunaan standarisasi, kemasan khusus dan merk produk merupakan bagian dari strategi bauran produk PKPBDD. Tujuan dari stategi tersebut adalah : Menghasilkan produk yang berkualitas dengan karakteristik sesuai dengan sementasi pelanggan, yaitu grade A dan B untuk pasar modern dan grade C untuk pasar tradisional.

93 Menanamkan image Belimbing Dewa Depok sebagai produk belimbing berkualitas yang dihasilkan oleh Kota Depok kepada pelanggan. Menembus pasar buah untuk kalangan menengah ke atas yang sebagian besar didominasi oleh buah-buahan impor. 2. Harga Kebijakan harga yang diterapkan PKPBDD adalah berdasarkan mekanisme pasar dan kualitas produk yang dihasilkan. PKPBDD sendiri memiliki standar harga pokok penjualan, yaitu sebesar harga beli ditambah Rp 3000. Nilai tersebut terdiri dari biaya karyawan Rp 1000, biaya pengemasan Rp 1000, dan keuntungan Rp 1000. Dengan standar harga tersebut, PKPBDD menetapkan target minimal penjualan yang harus terpenuhi adalah 30 ton/bulan. Penetapan harga, baik harga beli dan harga jual belimbing dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Pada bulan Februari 2008 yang bertepatan dengan panen raya, harga beli belimbing per kilogram untuk grade A seharga Rp 5000, B seharga Rp 4000, dan C seharga Rp 2000. Pada bulan Maret 2008 dimana suplai belimbing telah berkurang, harga per kilogram grade A seharga Rp 6500, grade B seharga Rp 5000, dan grade C seharga Rp 2500. Harga jual belimbing grade A dan B memiliki rentang harga terendah dan tertinggi. Harga jual per kilogram belimbing grade A adalah Rp 8000 sampai Rp 12000, grade B dengan harga Rp 7000 sampai Rp 8000. Belimbing grade C memiliki harga tetap, yaitu Rp 3500 per kilogram. Pada saat panen raya, harga jual belimbing dapat turun dengan drastis. Sebagai contoh, pada saat panen raya bulan Januari dan Februari 2008, belimbing grade A dapat turun hingga Rp 6500 per kilogram dan grade B hingga Rp 5000 per kilogram. Selain dipengaruhi

94 mekanisme pasar, penentuan harga jual dalam rentang harga biasanya dilakukan berdasarkan kualitas belimbing yang dijual dan sistem pembayaran yang digunakan. Sistem pembayaran yang digunakan dalam pembelian belimbing dari petani pada umumnya dilakukan secara tunai. Sistem pembayaran dalam penjualan belimbing menggunakan sistem cash dan kredit. Jika pembayaran dilakukan secara kredit, maka waktu dan ketentuan pembayaran ditentukan berdasarkan kesepakatan. Pada umumnya, penjualan secara tunai mendapatkan potongan harga. Sebagai contoh, harga belimbing grade A untuk pembelian tunai umumnya tidak lebih dari Rp 8500 per kilogram 3. Promosi Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PKPBDD terutama bertujuan untuk lebih mengenalkan keunggulan belimbing Depok kepada konsumen. Promosi dilakukan melalui media cetak, media elektronik, mengikuti pameran dan event lomba, serta kegiatan-kegiatan lain. Beberapa media cetak yang pernah memuat dan ikut mempromosikan belimbing Depok adalah majalah Trubus, Inti Cerdas, Monde, Monitor Depok, harian Republika dan Berita Kota. Selain itu, promosi juga dilakukan secara langsung, yaitu dengan mendatangi pihak yang menjadi calon konsumen. Pada awal bulan April 2008, PKPBDD telah meluncurkan situs website www.belimbingdewa.com. Pembukaan website tersebut bertujuan untuk memperluas jangkauan promosi. Fasilitas website telah menunjukkan hasil dengan adanya tawaran dari Malaysia dan Arab Saudi yang telah memasuki tahap negosiasi.

95 4. Distribusi Salah satu tugas dari PKPBDD adalah menciptakan jaringan distribusi yang berpihak pada petani. Sebelum adanya PKPBDD, petani biasanya menjual belimbing pada tengkulak dengan sistem ijon, dimana harga yang berlaku tidak menguntungkan petani. Oleh karena itu, PKPBDD didirikan sebagai koperasi sekunder yang diupayakan untuk menjadi satu-satunya pintu pemasaran buah dan olahan Belimbing Dewa hasil produksi petani se-kota Depok. Jaringan distribusi yang digunakan PKPBDD berusaha untuk memutuskan keterlibatan tengkulak yang merugikan petani. Belimbing yang dibeli dari petani langsung dipasarkan ke pihak agen, distributor, dan pihak pengolahan. Dengan demikian, PKPBDD berperan sebagai penghubung antara petani dengan pasar secara langsung. Alur distribusi belimbing yang dilakukan oleh PKPBDD dapat dilihat pada Gambar 10. Pasar Modern (Super/Hypermarket) dan Toko Buah Petani Belimbing Anggota PKPBDD Pasar Tradisional (Pasar Induk) Agen/Supplier Pengolahan buah Konsumen Akhir Gambar 10. Alur Distribusi PKPBDD. Sumber : Manajemen PKPBDD, 2007

96 Pasar yang dibidik oleh PKPBDD sesuai dengan segmentasi pasar yang telah dilakukan adalah pasar modern (supermarket dan toko buah) dan pasar tradisional. Belimbing yang dipasok pada pasar modern merupakan belimbing grade A dan B. Pasar modern dan toko buah yang telah dimasuki PKPBDD diantaranya adalah PT. Carrefour, PT. Lion Superindo, PT. Makro Indonesia, Papa Ho Supermarket, Total Buah Segar, Jakarta Fruit Market, dan beberapa outlet/toko buah modern yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Selain pasar-pasar di atas, PKPBDD juga menjadi pemasok bagi pihak supplier seperti PT. Sewu Segar yang menjadi supplier buah belimbing untuk wilayah Jakarta dan Surabaya. Pasar tradisional yang telah dimasuki oleh PKPBDD adalah Pasar Induk Kramat Jati dan beberapa pasar tradisional di wilayah Depok dan Jakarta. Belimbing yang dipasok di pasar tradisonal sebagian besar adalah belimbing grade C. Belimbing grade C yang dipasarkan di pasar tradisional biasanya menggunakan sistem curah. Selain untuk pasokan ke pasar tradisonal, belimbing grade C juga dipasok ke pihak pengolahan yang merupakan UKM di bawah binaan koperasi. Hasil dari pengolahan tersebut kemudian akan dipasarkan kembali melalui koperasi dengan label khusus. Sehubungan dengan letak PKPBDD dengan pemasok dan pasar, maka dapat dikatakan bahwa lokasi PKPBDD cukup strategis. Lokasi PKPBDD yang berada di kecamatan Sawangan berada dalam jarak yang terbilang dekat dengan lahan-lahan belimbing petani di seluruh kecamatan se-kota Depok. Jarak yang dekat ini memudahkan pengangkutan belimbing dari lokasi panen ke koperasi. Mengingat sifat belimbing yang mudah rusak, maka jarak yang dekat akan meminimalkan kerusakan tersebut.

97 Pengangkutan belimbing dari lahan ke koperasi maupun dalam distribusi ke pasar-pasar tujuan dilakukan menggunakan fasilitas mobil yang dimiliki koperasi. Koperasi memiliki fasilitas pengangkutan berupa tiga unit mobil berbahan bakar solar. Fasilitas tersebut terdiri dari satu unit mobil box, satu unit mobil pick up, dan satu unit mobil engkel. Untuk mempercepat distribusi dan mencegah kerusakan pada belimbing akibat faktor cuaca, pendistribusian belimbing biasanya dimulai pada pukul 05.00 WIB. 6.4 Keuangan Modal utama dari PKPBDD hingga saat ini berasal dari bantuan pemerintah melalui program PPK-IPM. Masalah permodalan masuk ke dalam prioritas kegiatan pengembangan belimbing Kota Depok tahun 2008, yaitu fasilitasi permodalan dana bergulir melalui Bank Mandiri sebesar 1,5 milyar untuk 25 kelompok tani. Kebutuhan modal ke depan diperkirakan akan terus terpenuhi oleh program tersebut. Hal ini disebabkan karena minat pemerintah maupun pihak legislatif yang besar untuk mengembangkan belimbing sebagai penghasil pendapatan daerah. Omset dari usaha belimbing manis di Kota Depok sendiri mencapai Rp 17 milyar. Pada bulan Maret 2008, pihak koperasi telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah dan legislatif untuk perencanaan pendanaan pada tahun 2009. Analisis mengenai kondisi keuangan PKPBDD tidak dapat dilakukan secara mendalam dengan mempelajari laporan keuangan dikarenakan keterbatasan data. Akan tetapi berdasarkan data pembelian dan penjualan, dapat dilihat bahwa PKPBDD mengalami kerugian pada bulan Januari dan Februari 2008. Hal ini dapat dilihat dari selisih penjualan dan pembelian yang bernilai negatif. Pada

98 bulan Maret dan April 2008, PKPBDD berhasil meningkatkan penjualan sehingga selisih antara penjualan dan pembelian bernilai positif, yaitu Rp 16.185.980 pada bulan Maret dan Rp 46.480.500 pada bulan April. Walaupun nilai tersebut belum merupakan laba bersih perusahaan, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan PKPBDD semakin membaik. 6.5 Produksi dan Operasi Produksi dan operasi terbagi atas dua tahap, yaitu produksi dan operasi di tingkat anggota PKPBDD (petani belimbing) dan di tingkat lembaga, yaitu PKPBDD sendiri. Produksi dan operasi di tingkat anggota (petani) adalah kegiatan yang terkait dengan budidaya belimbing dari mulai penyiapan lahan hingga pasca panen. Produksi dan operasi di tingkat lembaga (PKPBDD) terkait dengan kegiatan pasca panen, yaitu menyiapkan belimbing hasil produksi petani agar sesuai dengan permintaan pasar. Produksi dan operasi di PKPBDD dijalankan oleh divisi produksi yang memiliki satu orang manajer, enam orang staf produksi, dan satu orang supervisi. Kegiatan produksi umumnya berlangsung selama enam hari, yaitu hari Senin sampai hari Sabtu dari pukul 13.00 hingga 22.00. Akan tetapi, suplai belimbing yang belum konstan setiap harinya terkadang mempengaruhi jam kerja tersebut. Pada saat musim panen dimana supaly belimbing berlimpah, kegiatan produksi dan operasi dapat berlangsung hampir 24 jam. Sebaliknya, jika tidak pada musim panen, kegiatan produksi dan operasi dapat berlangsung kurang dari jam kerja yang telah ditentukan.

99 Urutan kegiatan produksi dan operasi di PKPBDD adalah sebagai berikut 1. Pengumpulan Pengumpulan adalah kegiatan mengumpulkan atau membeli belimbing yang telah dipanen oleh petani. Pengumpulan dilakukan dengan cara koperasi mendatangi setiap kebun belimbing yang dipanen dan biasanya dilakukan pada pukul 13.00 hingga 16.00. Jika panen raya, pengumpulan dapat berlangsung hingga malan hari. Kegiatan pengumpulan hanya dilakukan jika ada petani anggota yang melakukan panen. Petani yang hendak melakukan panen terlebih dahulu melapor kepada koperasi untuk memudahkan pengumpulan. Petani yang melakukan panen dianjurkan untuk melakukan kegiatan pasca penen sesuai dengan SOP, yaitu kegiatan pembersihan dan sortasi. Pembersihan dilakukan untuk menghilangkan kotoran maupun debu yang menempel pada belimbing, dilakukan menggunakan sarung tangan dan kain basah. Sortasi dilakukan untuk memisahkan belimbing menurut bentuk, ukuran, dan warna buah, tingkat kecacatan akibat serangan OPT maupun kesalahan teknis, dan bobot buah. Belimbing kemudian dimasukkan ke dalam box/kontainer bambu yang telah diberi alas dengan susunan searah dan setiap susunan terpisah. Wadah kemudian ditutup dengan kertas dan dilakukan pencatatan sesuai format yang diberikan koperasi. Belimbing yang telah melalui proses di atas kemudian diangkut menggunakan mobil ke koperasi. 2. Pembersihan, Sortasi, dan Grading Belimbing yang telah tiba di koperasi biasanya harus melewati proses pasca panen yang sama, yaitu cleaning, sortasi, dan grading. Hal ini disebabkan

100 karena petani biasanya tidak melakukan kegiatan pasca panen dengan baik sesuai SOP. Selain itu, pasca panen tambahan perlu dilakukan sesuai dengan memenuhi permintaan pasar dan untuk memenuhi persyaratan mutu. Persyaratan mutu buah belimbing dapat dilihat pada Lampiran 4. 3. Pengemasan Hasil dari kegiatan sortasi adalah belimbing yang telah memenuhi persyaratan mutu dan terdiri dari tiga grade, yaitu grade A, B, dan C. Belimbing grade C dikemas dalam bentuk curah menggunakan kontainer rotan 50 kilogram. Pengemasan ini disesuaikan dengan pangsa pasar grade C terdiri pasar tradisional dan pengolahan. Belimbing grade A dan B dikemas secara khusus menggunakan wrapping. Sebelum di-wrapping, belimbing ditempel dengan label merk Belimbing Dewa Depok. Wrapping grade A terdiri dari tiga sampai empat buah per wrapping sedangkan grade B terdiri dari lima sampai enam buah per wrapping. Setelah di-wrapping, belimbing kemudian dimasukkan ke dalam karton khusus kapasitas 10 wrapping per karton dengan berat netto tujuh kilogram. Selain menggunakan kemasan wrapping, belimbing ada juga yang langsung dimasukkan ke dalam karton dengan desain khusus dengan kapasitas 24 buah per karton. 4. Tranportasi Belimbing yang telah dikemas dan siap dipasarkan kemudian didistribusikan ke pasar menggunakan mobil. Pendistribusian biasanya dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul 05.00 hingga selesai. Waktu distribusi ini terutama disesuaikan dengan permintaan pasar yang pada umumnya menghendaki belimbing diantar pada pagi hari. Selain itu, distribusi pada pagi hari memiliki

101 kelebihan dibandingkan dengan siang hari, yaitu dapat mempercepat waktu distribusi dan juga mengurangi kemungkinan penurunan kualitas akibat temperatur yang tinggi di siang hari. PKPBDD telah menyusun jadwal transportasi untuk menjamin kelancaran distribusi belimbing ke pasar. Setiap fasilitas mobil telah memiliki sopir, tujuan, dan waktu pemberangkatan yang telah ditentukan. Pada Tabel 16 dapat dilihat contoh jadwal yang telah disusun. Tabel 16. Jadwal Transportasi Belimbing di PKPBDD Kapasitas Waktu Fasilitas angkut berangkat Mobil Box Mobil Bak 410 kg atau 41 box 484 kg atau 67 box 1594 kg atau 208 Mobil Engkel box Sumber : Manajemen PKPBDD, 2008 06.30 05.00 Tujuan Cinere, Ciputat, PS Kramat jati, Maxim Fruit Market (Gajah Mada), Green Garden, Jakarta Fruit Market (Green Ville), Total Buah Segar (Pondok Indah, Kelapa Gading) Superindo (Cikarang Selatan), Mukti Buah dan Top Buah Segar (Caman Bekasi) 05.00 PT Carrefour Bahan baku merupakan faktor penting bagi kegiatan produksi dan operasi. Bahan baku di PKPBDD adalah belimbing segar yang dihasilkan petani belimbing di Kota Depok. Saat ini, tercatat 239 orang petani yang telah menyalurkan belimbing ke koperasi. Jumlah keseluruhan petani belimbing di Kota Depok adalah 650 orang. Potensi belimbing di Depok mencapai 3000-4000 ton per tahun. Jumlah tanaman yang menghasilkan mencapai 24.503 pohon sedangkan tanaman yang belum menghasilkan mencapai 4549 pohon. Permasalahan utama dari bahan baku adalah dalam hal kontinyuitas. Pasokan bahan baku masih berfluktuasi tergantung waktu panen petani.

102 6.6 Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PKPBDD hingga saat ini belum memiliki bagian khusus yang melakukan kegiatan litbang. Litbang masih mengandalkan kerjasama dengan pihak luar, misalnya Dinas Pertanian dan lembaga-lembaga pendidikan. Contoh hasil litbang yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Depok adalah SOP (Standar Operational Procedure) belimbing manis, penelitian tingkat permintaan belimbing untuk daerah Jabodetabek dan Bandung, serta penelitian tentang perilaku konsumen. Hasil penelitian dari pihak institusi pendidikan misalnya adalah tentang komposis zat gizi belimbing dan olahannya. 6.7 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang dijalankan koperasi masih secara manual, yaitu dengan mengandalkan informasi dari pengurus, petani, dan pemerintah. Komputerisasi pada SIM belum diterapkan dengan alasan biaya yang tinggi dan dirasakan belum tepat guna. Akan tetapi, sebagai langkah awal untuk menunjang sistem informasi dan sekaligus sebagai media promosi, koperasi telah didukung oleh fasilitas internet (website). Website tersebut memuat informasi tentang keadaan umum koperasi, manajemen, produk dan produksi, dan artikelartikel yang berhubungan dengan perkembangan belimbing di Kota Depok. Selain itu, website juga meminta tanggapan masyarakat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan koperasi dan belimbing di Kota Depok.