BUDAYA PERUSAHAAN DAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR PADA KARYAWAN YANG BEKERJA DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Self-efficacy PENGOLAHAN PERTAMA Reliability Statistics Cronbach's

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lingkungan bisnis pada saat ini tumbuh dan berkembang secara drastis

LAMPIRAN A. SKALA PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI DAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SAAT UJI COBA B. RELIABILITAS DAN UJI DAYA BEDA SKALA PERSEPSI

Aktualisasi Diri dan Persepsi Terhadap Pelaksanaan Pelatihan Pada Karyawan PT. Pelindo

Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN PERSEPSI KEADILAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. AGUS JAYA MOJOKERTO

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian ex post facto, yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 177 UU No. 34 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa pemerintah daerah dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN Mei Indrawati

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA

PENGARUH PENEMPATAN TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (Studi pada Karyawan PT. Astra International, Tbk-Daihatsu Malang)

HUBUNGAN ANTARA BRAND IMAGE DAN MOTIVASI DENGAN KEPUTUSAN PESERTA DIDIK MEMILIH SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SIDAYU KABUPATEN GRESIK

ABSTRACT. Key words: Perception of compensation systems, employee motivation

TESIS. oleh : Ghita Sandra Amalia Alfian

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian SEKOLAH PASCA SARJANA IPB MAYOR ILMU MANAJEMEN

LAMPIRAN A. Angket Kepuasan Kerja Dan Angket Intensi Turnover

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA BURUH DI PT. INKOSINDO SUKSES

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

PENGARUH MOTIVASI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT PEGADAIAN (PERSERO) CABANG CIBINONG

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEPUASAN PELANGGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERSEPSI KARYAWAN TENTANG KEADILAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DI PERUSAHAAN X. Wahyudhi Sutrisno ABSTRACT

DAFTAR LAMPIRAN. PENGANTAR (Permohonan Pengisian Kuesioner)

KISI-KISI SKALA KEPERCAYAAN DIRI. 1. Merasamampuberbicaradidepankelasdengan baik 2. Yakin bisamenjawabpertanyaanpertanyaandari

ABSTRACT. Key - words: Motivation and Job Satisfaction. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Abstract. Agnes Aroma Pratiguna 1), Marchaban 1) dan Edi Prasetyo Nugroho 2)

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

Abstract

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN PERSEPSI DISIPLIN KERJA KARYAWAN KPP PRATAMA KOTA BOGOR

SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat Mencapai gelar Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. tekanannya, sehingga perusahaan dituntut melakukan inovasi secara terus menerus

RELIABILITAS SKALA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL. Running I

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu:

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

SEMANGAT KERJA DITINJAU DARI KOHESIVITAS KELOMPOK KERJA PADA MITRA PEMASARAN DI KSB REGIONAL V YOGYAKARTA

ANALISIS PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PTPN IX PABRIK GULA TASIKMADU

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TATA RUANG TOKO DENGAN KEPUASAN KONSUMEN SWALAYAN ADA BARU SALATIGA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya kebutuhan hidup manusia menjadi salah satu alasan

BAB III METODE PENELITIAN. menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA KARYAWAN SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi persyaratan. Ujian Sarjana Psikologi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Telkom) merupakan salah satu

DAFTAR LAMPIRAN. LAMPIRAN 1 : INSTRUMEN PENELITIAN A. Kuesioner / Skala Iklim Organisasi, Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah:

74 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode

PENGARUH BUDAYA PERUSAHAAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT BANK JABAR BANTEN CABANG SERANG

METODELOGI PENELITIAN. Data penelitian ini diperoleh dari jawaban responden terhadap pertanyaan yang diajukan,

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN

BAB V DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. analisis kuantitaif data penelitian. Identitas responden meliputi jenis kelamin,

KOMITMEN KARYAWAN DITINJAU DARI SELF EFFICACY DAN PERSEPSI DUKUNGAN ORGANISASI,DI CV. WAHYU JAYA SEMARANG

LAMPIRAN 1 VALIDITAS ITEM SKALA SIKAP PERSEPSI SISWA TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN GURU DAN MOTIVASI BELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teknologi digital dengan percepatan akses yang sedemikian besar

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang. terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

Blue Print Skala Harga Diri dan Skala Keharmonisan Keluarga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

Agung Wahyu Handaru Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI CV.BARUTAMA SAMARINDA

KUESIONER HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI PENARI BALI REMAJA DI KABUPATEN GIANYAR

HUBUNGAN KOMPONEN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP CYBERLOAFING PADA KARYAWAN KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA UTARA.

LAMPIRAN A UJI NORMALITAS, LINEARITAS DAN DAYA BEDA ITEM

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan di bahas enam hal yang meliputi, identifikasi variabel

Hubungan Antara Persepsi Terhadap Iklim Organisasi Dengan Perencanaan Karir Pada Guru Di SMAN 1 Sewon

Bagian 1. Angket Uji Coba Rekapitulasi Data Uji Coba Instrumen Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERSEPSI TENTANG JAM PELAJARAN TAMBAHAN HUBUNGANNYA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS UNGGULAN DAN REGULER

KATA PENGANTAR. data yang saya perlukan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DENGAN MOTIVASI KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI GUGUS I, II DAN III KECAMATAN BATANG CENAKU KABUPATEN INDRAGIRI HULU RIAU

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk

Jabatan : Jenis kelamin : Umur : Kuesioner

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, LINGKUNGAN KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA DIVISI PROPERTI PT. RAMAYANA LESTARI SENTOSA, Tbk

ABSTRAKSI APUNG NOERACHMAT

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN A RELIABILITAS TRY OUT SKALA SEMANGAT KERJA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Budaya Organisasi Dan Karakteristik Individu Terhadap Motivasi dan Kinerja Karyawan Pada PT Perkebunan Nusantara XII Kantor Wilayah I Jember

PENGARUH VARIABEL RETAIL MIX TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI RITA PASARAYA KEBUMEN. Oleh: Didik Darmanto Manajemen

PENENTUAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PT. INTAN SUAR KARTIKA DAN RANCANGAN STRATEGI PERBAIKAN

PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE, MOTIVASI KERJA DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN PO SUMBER ALAM

Transkripsi:

JURNAL PSIKOLOGI 2004, NO. 1, 55 62 BUDAYA PERUSAHAAN DAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR PADA KARYAWAN YANG BEKERJA DI PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tina Melinda dan Zulkarnain Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara ABSTRACT The purpose of this study is to investigate the relationship between Corporate Culture and Perception of Career Development. The study was a field research which data collected through Scale of Corporate Culture and Scale of Perception of Career Development. The subject were employees of PT. Telekomunikasi Indonesia Divisi Regional I Sumatera (Medan). The result showed that was a significant correlation between corporate culture and perception of career development (r xy = 0.833, p < 0.01). the correlation indicated that the strong corporate culture, the more positive perception of career development. In addition, the finding also shows there was no significant difference in perception of career development based on worked period (F = 2,193, p > 0.05) Keywords: Pada masa sekarang ini hanya ada satu landasan sukses untuk keunggulan bersaing bagi perusahaan perusahaan yaitu bagaimana memanajemen faktor manusia dalam perusahaan itu. Perusahaan yang mengelola dan mengembangkan sumber daya manusianya secara efektif akan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi, produktivitas yang tinggi, nilai pasar yang tinggi dan pertumbuhan laba yang tinggi, dengan kata lain perusahaan perusahaan ini dapat memenuhi kebutuhan organisasi, pemegang saham dan investor. Sementara itu manajemen SDM yang efektif dapat memenuhi kebutuhan karyawan dalam beberapa cara sejalan dengan daya tahan perusahaan, perluasan dan peningkatan profitabilitas mereka, perusahaan menyediakan keamanan kerja, dan lebih banyak peluang karir serta upah yang tinggi (Schuler dan Jackson, 1997). Dengan demikian sumber daya manusia yang ada akan mengembangkan dirinya. Mereka adalah orang orang yang memandang kerja bukan semata mata sebagai sumber penghasilan akan tetapi wadah untuk memberikan sesuatu yang berarti bagi perusahaan dan memandang kerja sebagai suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan karir (Atmosoeprapto, 2001).

56 Noe, dkk (1994) menyatakan bahwa pengembangan karir adalah suatu proses pada saat karyawan mengalami kemajuan melalui serangkaian tingkatan tingkatan yang mana masing masing tingkatan dikarakteristikan dengan sejumlah perbedaan yaitu jenis tugas yang semaking berkembang, aktivitas yang berbeda dan hubungan yang berbeda. Hal ini berarti bahwa karyawan akan mendapat tanggung jawab, wewenang dan jenis jenis tugas yang semakin besar. Program perencanaan pengembangan karir seringkali tidak diterima secara positif oleh karyawan. Hal ini dipengaruhi oleh unsur pengukuran diri yang dilandasi oleh pengalaman yang diterima selama karyawan bekerja atau selama perjalanan karirnya. Apabila setiap karyawan dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan merasakan bahwa prinsip dan nilai nilai yang mendasari tindakan dan perilaku perusahaan sesuai dengan pandangan hidupnya, tidak menyimpang dari prinsip pribadinya, maka karyawan tersebut akan bekerja dengan baik. Apa lagi jika mereka memahami maksud, tujuan dan ruang lingkup kegiatan perusahaan serta mereka merasakan bahwa pandangan hidupnya atau cita citanya akan mendapat tempat yang sesuai di perusahaan tempat mereka bekerja maka mereka akan selalu terdorong untuk bekerja lebih baik, karena menyadari apa yang bermanfaat bagi perusahaan juga bermanfaat bagi dirinya (Atmosoeprapto, 2001). Oleh karenanya seringsekali timbul pertanyaan bagaimana kiat perusahaan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan berprestasi positif bagi karyawannya?. Salah satu jawaban untuk pertanyaan itu adalah dengan membangun suatu budaya MELINDA & ZULKARNAIN yang memenuhi kebutuhan bisnis perusahaan, kebutuhan karyawan dan kebutuhan pemegang saham (Atmosoeprapto, 2001). Robbins (2001) mengemukakan bahwa konsep budaya perusahaan dalam beberapa dekade ini dipercaya sebagai salah satu alat untuk mencapai keunggulan perusahaan yang dapat membedakan antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Setiap perusahaan mempunyai budaya yang unik dan berbeda. Bagi perusahaan, budaya merupakan satu hal yang sangat penting karena kemampuannya untuk mengarahkan perilaku para anggota perusahaan ke tujuan yang dikehendaki. Hal ini sesuai dengan pernyataan Atmosoprapto (2001) bahwa Budaya perusahaan dapat dirasakan oleh sumber daya manusia yang berada di dalam perusahaan tersebut. Budaya perusahaan senantiasa mempengaruhi kondisi dasar dan perilaku individu yang ada di dalamnya. Tingkatan pengaruh yang dialami masing masing orang memang berbeda, namun yang jelas setiap orang pasti terkena dampak, mengalami atau merasakan pengaruh tersebut (Schatz & Schatz, 1995). Pengaruh budaya perusahaan tersebut melebihi pengaruh faktor lain dalam organisasi, seperti struktur, sistem manajemen, dan lain lain. Ini adalah suatu keadaan yang sangat diharapkan oleh para pimpinan sehingga tidak bersusah payah mengarahkan perilaku anggota khususnya ketika budaya perusahaan itu telah tertanam kuat pada karyawannya. suatu budaya kuat apabila nilai inti organisasi itu dipegang secara intensif dan dianut bersama secara meluas. Makin banyak anggota yang menerima nilai nilai inti dan makin besar komitmen mereka pada nilai

BUDAYA PERUSAHAAN DAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR 57 nilai tersebut maka makin kuat budaya tersebut (Robbins, 2001). Dalam rangka memenangkan kompetisi, PT. Telekomunikasi Indonesia telah mencanangkan visi untuk menjadi dominant player di kawasan regional dan untuk mewujudkan visi tersebut adalah dengan membangun budaya tunggal dan solid. Oleh karenanya maka diluncurkanlah budaya perusahaan The TELKOM Way 135 yang akan dijadikan sebagai landasan berperilaku bagi seluruh insan Telkom dalam menjalankan roda organisasi (Buletin Sumatera, 2002). Dalam model budaya perusahaan The Telkom Way 135, Committed 2U adalah asumsi dasar dan keyakinan yang senantiasa harus diteguhkan oleh setiap insan Telkom di dalam hati mereka. Dengan hati yang sudah diteguhkan itu maka harus ditindaklanjuti dengan merajut pikiran bahwa hanya dengan Competent People yang dapat memberikan Excellent service dan meningkatkan Customer Value. Karena itu ketiganya, Competent People, Excellent service, dan Customer Value dijadikan nilai inti (Core Values) dari keseluruhan nilai nilai yang dikembangkan di perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia. Berfungsinya budaya perusahaan akan mempunyai dampak positif yang sangat kuat terhadap perilaku para anggotanya termasuk kerelaan untuk meningkatkan produktivitasnya, artinya, budaya perusahaan yang kuat akan menumbuhsuburkan tanggungjawab besar dalam diri individu sehingga akan berupaya semaksimal mungkin untuk menampilkan kinerja yang paling memuaskan tanpa harus selalu didorong atau diawasi (Sondang, 2002). Budaya perusahaan yang kuat akan membimbing setiap individu ke arah yang sama, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, menciptakan tingkat motivasi yang luar biasa pada karyawan dan memberikan kebebasan berinovasi bagi karyawan. Kondisi ini akan mempengaruhi pandangan karyawan terhadap perusahaan sebagai wadah formal yang memberikan kesempatan kepada individu untuk berkarir dan berkarya dalam perusahaan ( Kotter dan Hesket, 1997). METODE Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah karyawan PT. Telekomunikasi Indonesia Divisi Regional I Sumatara (Wilayah Medan). Subjek dalam penelitian ini berjumlah 79 orang, dengan masa kerja antara 4 sampai dengan 32 tahun. Dalam penelitian digunakan skala sebagai alat pengumpul data. Skala yang digunakan yaitu : 1. Skala Budaya Perusahaan Skala budaya perusahaan yang digunakan adalah skala budaya perusahaan ini didasarkan atas konsep Miller (1987) yang terdiri dari 8 aspek, yaitu asas tujuan, asas konsesus, asas keunggulan, asas kesatuan, asas prestasi, asas empirik, asas keakraban dan asas integritas. Setiap butir pernyataan diberikan empat alternatif jawaban. Sangat Sesuai (SS). Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala ini terdiri dari 61 item, dengan korelasi item dengan skor total item bergerak antara 0.3580 sampai dengan 0.8257. Hasil analisis reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0.9715.

58 2. Skala Persepsi Pengembangan Karir Skala persepsi pengembangan karir yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala yang disusun peneliti berdasarkan konsep Noe, dkk (1994). Adapun aspek yang akan diukur adalah: persepsi peran individu, peran manajer dan peran perusahaan. Setiap butir pernyataan diberikan empat alternatif jawaban. Sangat Sesuai (SS). Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala ini terdiri dari 41 item, dengan korelasi item dengan skor total item bergerak antara 0,3160 sampai dengan 0,7336. Hasil analisis reliabilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach menunjukkan koefisien reliabilitas sebesar 0.9583. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Analisis Data Penelitian Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi Product Moment diperoleh hasil korelasi sebesar r xy = 0,840 dengan p < 0,01. Korelasi sebesar r xy = 0,840 menunjukkan hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya perusahaan MELINDA & ZULKARNAIN dengan persepsi pengembangan karir. Koefisien determinasi (r² = 0,7056) memperlihatkan bahwa budaya perusahaan memberikan sumbangan sebesar 70,56 % terhadap persepsi pengembangan karir. Hal ini menunjukkan budaya perusahaan memberikan kontribusi yang kuat dalam persepsi pengembangan karir karyawan. 2. Hasil Tambahan a. Deskripsi data penelitian Berdasarkan deskripsi data penelitian dilakukan pengelompokan yang mengacu pada kriteria kategorisasi. Berdasarkan tabel. 1 di bawah diperoleh mean empirik skala budaya perusahaan 175,41 (X E = 175,41) dengan SD empirik 22,625, dan mean hipotetik sebesar 152,5 (X h = 152,5) dengan SD hipotetik 30,5. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan mean hipotetik. Hal ini mengindikasikan bahwa subjek penelitian memiliki kemampuan yang tinggi dalam menerima dan menginternalisasikan nilainilai budaya perusahaan. Tabel 1. Deskripsi Data Penelitian Budaya Perusahaan Variabel Budaya Perusahaan Skor Empirik Skor Hipotetik Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD 108 240 175,41 22,625 61 244 152,5 30,5 Tabel 2. Deskripsi Data Penelitian Persepsi Pengembangan Karir Variabel Persepsi Pengembangan Karir Skor Empirik Skor Hipotetik Min Maks Mean SD Min Maks Mean SD 66 142 101,77 15,394 37 148 92,5 18,5

BUDAYA PERUSAHAAN DAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR 59 Berdasarkan tabel 2 di atas diperoleh mean empirik skala persepsi pengembangan karir sebesar 101,77 (X E = 101,77) dengan SD empirik 15,394 dan mean hipotetik sebesar 92,5 (X h = 92,5) dengan SD hipotetik 18,5. Hasil perbandingan antara skor mean empirik dengan mean hipotetik menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat persepsi pengembangan karirnya yang lebih tinggi dibandingkan pada umumnya. b. Deskripsi Persepsi Pengembangan Karir ditinjau dari masa kerja Untuk mengetahui deskripsi persepsi pengembangan karir berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada tabel. 3. Tabel 3. Deskripsi persepsi pengembangan karir berdasarkan masa kerja Masa Kerja N Mean Std.Deviasi 4 9 Tahun 9 103.00 21.184 10 15 Tahun 26 94.54 11.549 16 21 Tahun 25 105.48 15.835 22 27 Tahun 13 106.62 18.684 28 33 Tahun 6 105.33 10.708 Dari tabel. 3 di peroleh data bahwa 9 (11 %) orang karyawan memiliki masa kerja antara 4 9 tahun. 26 (32,9 %) orang karyawan memiliki masa kerja antara 10 15 tahun, 25 (31,6 %) orang karyawan memiliki masa kerja antara 16 21 tahun. 13 (16,4 %) orang karyawan memiliki masa kerja antara 22 27 tahun dan 6 (7,6 %) orang karyawan memiliki masa kerja antara 28 33 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan persepsi pengembangan karir berdasarkan masa kerja (F = 2,193 dengan p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa masa kerja tidak memiliki pengaruh terhadap persepsi pengembangan karir karyawan. Tabel 4. Hasil uji F persepsi pengembangan karir berdasarkan masa kerja Between Groups Within Groups Total Sum Squares df Mean Square F Sig. 2098.787 17705.112 19803.899 4 74 78 524.697 239.258 2.193.078 DISKUSI Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara budaya perusahaan dengan persepsi karyawan terhadap pengembangan karir. Hal ini menunjukkan bahwa semakin kuat penerimaan karyawan terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam perusahaan, maka akan mempengaruhi persepsi karyawan terhadap pengembangan karirnya. Hasil ini sejalan dengan pendapat Sondang (2002) menyatakan sebagai konsekuensi logis dari penerimaan terhadap

60 budaya dan rasa memiliki organisasi adalah para anggota organisasi akan bersedia membuat komitmen khususnya dalam memberikan pengorbanan terhadap perusahaan sehingga para anggota akan ikhlas bekerja dan berusaha demi keberhasilan perusahaan. Kesediaan tersebut hanya akan tumbuh dan berkembang apabila para anggota organisasi yakin, bahwa keberhasilan organisasi adalah juga keberhasilan mereka untuk mencapai karir yang diinginkan, citacita yang diharapkan, dan kepentingan pribadinya. Dengan kata lain mereka yakin bahwa budaya perusahaan mendukung mereka dalam mencapai karir yang diinginkan (Gomej dkk, 2001). Kotter dan Hesket (1997) menjelaskan bahwa budaya perusahaan yang kuat akan menciptakan suatu tingkat motivasi yang luar biasa dalam diri para karyawan yang mampu mendorongnya untuk memberikan yang terbaik dari seluruh kemampuannya. Budaya perusahaan yang kuat akan membantu perusahaan memberikan kepastian bagi seluruh sumber daya manusia untuk berkembang bersama perusahaan dan bersama sama meningkatkan kegiatan usaha dalam menghadapi persaingan, walaupun tingkat pertumbuhan dari masing masing individu bervariasi. Sebaliknya budaya perusahaan yang lemah tidak akan mampu memberikan dorongan kepada karyawan untuk memiliki keinginan maju dan berkembang bersama perusahaan, karyawan tidak memiliki keyakinan yang jelas tentang bagaimana dapat berhasil dan berkembang di dalam usaha. Oleh karena itu untuk menjadikan budaya perusahaan itu menjadi kuat ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan, yaitu; Pertama, penyebaran nilai nilai budaya, yang lebih MELINDA & ZULKARNAIN efektif dijalankan dengan melakukan orientasi tugas dan penghargaan atas prestasi kerja yang dicapai sumber daya manusia, ditujukan agar seluruh sumber daya manusia yang ada di perusahaan mengetahui secara jelas apa nilai nilai yang terkandung di dalam budaya perusahaan tersebut; Kedua, tingkat komitmen anggota organisasi terhadap inti dari nilai nilai yang ada (Susanto, 1997). Sondang (2002) menyatakan bahwa budaya yang kuat mempunyai dampak yang kuat pada persepsi dan kecenderungan para anggotanya dalam melakukan perilaku tertentu. Penerimaan yang kuat terhadap budaya perusahaan dibuktikan oleh terinternalisasinya budaya perusahaan tersebut di dalam diri individu dan bersedianya mengaktualisasikannya dalam praktek sehari-hari yang dapat dilihat dari pola perilakunya. Makin kuat budaya perusahaan maka makin tampak jelas keberhasilan anggotanya dalam melakukan penyesuaian khususnya terhadap nilai-nilai yang ada. Selanjutnya dari analisa tambahan dapat diperoleh data bahwa tidak ada perbedaan persepsi pengembangan karir ditinjau dari masa kerja. Artinya karyawan yang sudah lama bekerja dalam perusahaan tersebut tidaklah berarti memiliki persepsi yang positif terhadap pengembangan karirnya. Dalam penelitian ini masa kerja karyawan minimal 3 tahun dan dari data diperoleh mean masa kerja adalah 16,78 tahun. Hal ini berarti bahwa rata-rata subyek penelitian memasuki tahap pemeliharaan dimana mereka pada tahap ini lebih berfokus pada pemeliharaan keahlian dibandingkan pengembangan (Noe, dkk, 1994).

BUDAYA PERUSAHAAN DAN PERSEPSI PENGEMBANGAN KARIR 61 Saran 1. Bagi Perusahaan Sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan pentingnya budaya perusahaan bagi persepsi karyawan terhadap pengembangan karirnya, maka pihak manajemen perusahaan harus mampu membentuk budaya perusahaan yang kuat, sehingga perusahaan dapat mapan dan mampu menghadapi era perdagangan bebas yang semakin kompetitif. Pembentukan budaya yang kuat ini dapat dicapai dengan cara: a. Mensosialisasikan budaya perusahaan secara optimal dan kontinue sehingga budaya perusahaan menjadi miliki semua orang dalam perusahaan tanpa terkecuali. Langkah yang mungkin dapat dilakukan adalah: seleksi yang efektif terhadap calon karyawan perusahaan, penempatan yang tepat pada karyawan, pemberian penghargaan dan reward berupa pengakuan terhadap kinerja, promosi dan lainnya, perluasan cerita atau berita tentang berbagai hal yang berhubungan dengan budaya perusahaan, komitmen manajemen puncak, dimana hendaknya manajemen puncak memiliki komitmen terhadap perkataan dengan perbuatan. b. Memelihara budaya perusahaan tersebut dengan cara-cara sebagai berikut: pimpinan harus senantiasa memberikan dorongan kepada para manajer dan karyawan untuk mengimplementasikan budaya perusahaannya dalam setiap event penting; perusahaan harus berusaha adaptif terhadap subculture yang ada dan turut serta memperkaya dominant culture c. Memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam kelangsungan perusahaan, baik itu kepentingan pemilik perusahaan, pemegang saham, pemerintahan, konsumen, dan tidak kalah pentingnya adalah karyawan. Adanya keseimbangan kepentingan untuk semua pihak akan membantu tumbuh dan diterimanya budaya perusahaan oleh semua pihak tanpa terkecuali. d. Memperjelas pola pengembangan karir karyawan, sehingga karyawan termotivasi untuk mengembangkan dirinya dalam upaya pencapaian target karir yang mungkin diperolehnya. e. Menyediakan dan mengefektifkan sarana konseling karir. Sarana konseling karir hendaknya terbuka untuk semua karyawan dan telah disosialisasikan terlebih dahulu tentang keberadaan sarana tersebut. KEPUSTAKAAN Atmosoeprapto, K. (2001), Produktivitas Aktualisasi Budaya Perusahaan: mewujudkan Organisasi yang Efektif dan Efisien melalui SDM Berdaya. Jakarta: Elex Media Komputindo, Gramedia. Gomej, Mejia, L.R., Balkin, D. B., & Cardy, R. L. (2001), Managing Human Resources, 3 th Ed, London: Prentice Hall International, Inc. Kotter, J.P., & Hesket, J.L. (1997), Dampak Budaya Perusahaan terhadap Kinerja. Jakarta : PT Prenhalindo. Miller, L.M. (1987), Manajemen Era Baru; Beberapa Pandangan mengenai Budaya Perusahaan Modern, Alih bahasa: Windrojo, Jakarta: Erlangga

62 Noe, R.A., Hollenbeck, J.R., Gerhart, B., and Wright, P.M. (1994), Human Resource Management; Gaining A Competitive Advantage, New York :Irwin Inc. Robbins, S. P. (2001), Organizational Behavior, (9 th Ed), Chicago: Prentice- Hall International, Inc Schatz, Kenneth dan Schatz, Linda (1995), Keberhasilan daya pengaruh dalam manajemen. Jakarta : Spektrum utama Prentice Hall. MELINDA & ZULKARNAIN Schuler, S. R., Jackson, S. E. (1997), Manajemen SDM menghadapi abad ke- 21, Ed 6, jilid 1, Jakarta : Erlangga Sondang, Siagiaan (2002), Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja, Jakarta: Rineka Cipta Susanto, A.B. (1997), Manajemen dan Persaingan Bisnis 3, Jakarta; Elex media Komputindo, Gramedia Telkom buletin Sumatra (2002), buletin internal divisi regional 1 sumatra, edisi: Juli Agustus, p.18 20.