Nova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

HASIL DAN PEMBAHASAN

Harryara Sitanggang

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

BAB I PENDAHULUAN. kecukupan gizi. Unsur gizi yang dibutuhkan manusia antara lain: protein, lemak,

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

PENGUJIAN TINGKAT KESEGARAN MUTU IKAN DISUSUN OLEH: NAMA : F. I. RAMADHAN NATSIR NIM : G KELOMPOK : IV (EMPAT)

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

DINI SURILAYANI, S. Pi., M. Sc.

PENGARUH SUBSTITUSI DAGING SAPI DENGAN KULIT CAKAR AYAM TERHADAP DAYA IKAT AIR (DIA), RENDEMEN DAN KADAR ABU BAKSO SKRIPSI. Oleh:

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI DAGING

DAGING. Theresia Puspita Titis Sari Kusuma. There - 1

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

DAGING. Pengertian daging

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. HASIL PENGAMATAN. Bilangan Peroksida Tanpa. Perlakuan Waktu Warna Aroma Tekstur.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

0 C. Ikan dimatikan dengan cara menusuk pada kepala bagian medula oblongata yang menyebabkan ikan langsung mati.

molekul kasein yang bermuatan berbeda. Kondisi ph yang asam menyebabkan kalsium dari kasein akan memisahkan diri sehingga terjadi muatan ion dalam sus

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mutiara Nugraheni

Penentuan Waktu Rigor Mortis Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) Berdasarkan Pola Perubahan Derajat Keasaman

BAB 2. KUALITAS HASIL PERIKANAN. 2.1 Parameter Kualitas Hasil Perikanan

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : TINGKAT KETAHANAN KESEGARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) MENGGUNAKAN ASAP CAIR

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kemunduran mutu ikan sebelumnya (IFFI-1). Kedua instrumen ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data hasil penelitian pengaruh penambahan garam terhadap nilai organoleptik

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

Mekanisme Kerja Otot

KAJIAN SIFAT MUTU UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) SEGAR PADA PENYIMPANAN SUHU KAMAR

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

PENGARUH ENZIM PAPAIN TERHADAP MUTU DAGING KAMBING SELAMA PENYIMPANAN

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Selain penganekaragaman sumber pangan, daging dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

HASlL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengukuran secara obyektif untuk ph (derajat keasaman) dagingusie Reubohn dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

PENGGUNAAN RESTRAINING BOX DALAM PEMOTONGAN SAPI DI RPH DAN KARAKTERISTIK FISIK DAGING ARIF WICAKSONO

Karakteristik mutu daging

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

Pengertian DAGING. sekumpulan otot yang melekat pada kerangka. Semua jaringan hewan dan produk olahannya yang sesuai dan digunakan sebagai makanan

APLIKASI METODE AKUSTIK UNTUK UJI KESEGARAN IKAN

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

SIFAT FISIK DAGING DADA AYAM BROILER PADA BERBAGAI LAMA POSTMORTEM DI SUHU RUANG SKRIPSI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan Sifat Fisik Daging Ayam Broiler Post Mortem Selama Penyimpanan Temperatur Ruang

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

ZIRAA AH, Volume 39 Nomor 3, Oktober 2014 Halaman ISSN ELEKTRONIK

~Ir\"-r\ ) \~I~! 09!/

Pendinginan dan Pembekuan. Kuliah ITP

PAPER BIOKIMIA PANGAN

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

PENGOLAHAN DAGING PENGEMPUKAN (TENDERISASI) Materi 7 TATAP MUKA KE-7 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

PENGARUH LEVEL ASAP CAIR DAN JENIS OTOT TERHADAP NILAI DAYA IKAT AIR (DIA) DAN ph DAGING SAPI BALI YANG DITRANSPORTASIKAN SKRIPSI

IKAN & HASIL PERAIRAN MNH_PBA_121313

1. PENDAHULUAN. Menurut Jaya (2006). Menyatakan bahwa setelah ikan mati, berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua produk hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan Handiwirawan, 2006). Kerbau domestik (Bubalus bubalis) terdiri dari dua tipe

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Postmortem pada Daging Sapi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

KUALITAS FISIK (DAYA IKAT AIR, SUSUT MASAK, DAN KEEMPUKAN) DAGING PAHA AYAM SENTUL AKIBAT LAMA PEREBUSAN

Lampiran 1 Lembar penilaian uji organoleptik ikan segar

KARYA ILMIAH. Oleh : Jajang Gumilar, SPt. MM. NIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi jenis ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) secara sepintas

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7 Karakteristik fisik dan rendemen ikan nila menjadi surimi

KARAKTERISTIK MUTU ORGANOLEPTIK IKAN LAYANG

PENGGUNAAN STIMULASI LISTRIK PADA KAMBING LOKAL TERHADAP MUTU DAGING SELAMA PENYIMPANAN SUHU KAMAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEMUNDURAN MUTU IKAN SEGAR SECARA SENSORI, KIMIAWI, DAN MIKROBIOLOGI. Oleh : Rendra Eka A

Perubahan Metabolisme Pada Ikan

KUALITAS DAGING SAPI SEGAR DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

Kusmajadi Suradi Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang koro pedang mempunyai kandungan karbohidrat (66,1%) dan

BAB II MENGUJI PENYEBAB KERUSAKAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

Transkripsi:

V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Praktikum yang dilaksanakan pada 12 September 2011 mengenai perubahan fisik, kimia dan fungsional pada daging. Pada praktikum kali ini dilaksanakan pengamatan perubahan yang terjadi pasca mortem daging ikan. Perubahan yang diamati adalah perubahan ph, suhu, Water Holding Capacity (WHC), dan tekstur. Perubahan yang terjadi didasari oleh perubahan respirasi aerobik menjadi anaerobik. Pada dasarnya terdapat tiga tahapan yang terjadi setelah ikan mengalami kematian (Forrest et al., 1975 dikutip Nurwanto, 2003), yaitu: 1. Pre-rigor mortis, yaitu suatu tahapan yang berlangsung saat ikan mulai mengalami kematian hingga ikan tersebut benar-benar mati. Pada tahap ini tekstur ikan lembut kenyal. Pada tahap ini terjadi penurunan ATP dan keratin fosfat. Ketidakberadaan oksigen mengakibatkan glikolisis terjadi sehingga glikogen diubah menjadi asam laktat yang adalah jenis ikan, kondisi ikan, tingkat kelelahan, ukuran ikan, cara penangkapan dan temperatur penyimpanan. 2. Rigor mortis, yaitu fase mengejangnya tubuh ikan yang menandai kesegaran ikan. Pada fase ini daging menjadi kaku (menyebabkan penurunan ph. Faktor yang memengaruhi lamanya pre-rigor mortis rigid). Biasanya terjadi 1-7 jam setelah ikan mengalami kematian atau 3-120 jam setelah kematian pada ikan yang dibekukan. Mulainya fase ini dipengaruhi cara kematian dan kondisi penyimpanan. Pada ikan yang mati dengan cepat fase rigormortisnya akan lebih lambat dibanding ikan yang mati dengan sendirinya atau ikan yang lama mengalami kematian setelah dimatikan. Semakin awal terjadinya rigor mortis semakin cepat pula tahapan tersebut semakin cepat pula tahapan tersebut berakhir. Fase rigor mortis terjadi lebih singkat pada suhu tinggi dan dipengaruhi juga oleh penyimpanan, ikan yang disimpan di dalam lemari es memiliki waktu rigor mortis yang lebih lama dibanding yang tidak disimpan di lemari es. 3. Pasca-rigor mortis, pada fase ini terjadi kreatin dan fosfat sehingga ATP diubah menjadi ADP dan fosfat organik. ADP ikan terurai menjadi ribosa,

fosfat amonia dan hipoksantin sehingga ph naik menjadi 6,2-6,6. Peningkatan hipoksantin yang berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan pada ikan. Nilai ph merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan tingkat kesegaran ikan. Untuk mengetahui perubahan ph pasca mortem, dilakukan langkah-langkah seperti: ikan dimatikan kemudian diambil dagingnya sebanyak 5 gram lalu pada menit ke 0, 15, 30,45 dan 60 dimasukkan ke dalam mortar kemudian ditambahkan air. Selanjutnya daging ikan dihancurkan dan dilakukan pengukuran ph. Setelah perlakuan mematikan ikan, ikan tidak langsung mati akan tetapi mengalami tahap pre-rigor mortis. Pada tahap ini proses kimiawi dan pertumbuhan bakteri berlangsung sangat lambat. Selain itu sarkomer daging memanjang sehingga tektur daging kenyal-lunak dan memiliki ph 7. Berikut ini merupakan hasil pengamatan pengaruh ph yang dilakukan Tabel 1. Pengaruh PH Menit ke Kelompok 1 Kelompok 5 0 6,94 6,75 15 6,19 7,14 30 6,87 6,92 45 6,72 7,20 60 6,82 7,12 Sumber: Dokumentasi pribadi, 2011 Sebagaimana asam laktat terakumulasi maka ph jaringan otot menurun dari ph fisiologis yaitu 7,2-7,4 menjadi ph pascamorten yaitu antara 5,3-5,5 khusus untuk hewan berdarah panas (Tranggono, 1990). Lintasan glikolitik berkaitan dengan pembentukan ATP dan penurunan ph yang secara langsung menentukan berlangsungnya rigor mortis. Hubungan antara hilangnya kreatin fosfat, penurunan ATP dan ph serta menurunnya daya julur otot merupakan kriteria berlangsungnya rigormortis. Untuk hewan yang banyak beristirahat sebelum pemotongannya maka pascamorten karkas memiliki ph akhir antara 5,3-5,5. Pada hewan yang pada kematiannya banyak melakukan gerakan seperti halnya pada ikan saat praktikum kali ini maka kandungan glikogen akan menurun, akibatnya

ph akhir yang dicapai sekitar 6,0-6,6 (Tranggono, 1990). Ketika ikan mati, sirkulasi darah berhenti dan persediaan oksigen berkurang. Pada saat tersebut perubahan yang paling banyak terjadi adalah degradasi ATP dan keratin fosfat yang akan menghasilkan tenaga. Glikogen juga terdegradasi menjadi asam laktat melalui proses anaerobik menyebabkan keadaan daging menjadi asam sehingga ph daging ikan turun dan aktivitas enzim ATP-ase dan keratinofosfokinase meningkat, hal tersebut menyebabkan denaturasi protein. Perubahan ph daging ikan berpengaruh terhadap proses autolisis dan penyerangan bakteri. Namun, data yang diperoleh dari praktikum kali ini ph akhir yang dicapai antara 6,19-6,94 untuk kelompok 1 dan ph antara 6,75-7,20 untuk kelompok 5. ph pasca mortem ikan hasil praktikum labih tinggi dari pada literatur. Hal ini disebabkan pada saat menjelang kematian sehingga cadangan glikogen ikan mengalami pemecahan yang cukup berarti. Selain itu, asam laktat dan asam organik yang dihasilkan dari glikolisis terakumulasi sehingga terdapat beberapa kenaikan ph dan mencapai ph 7. Penurunan ph akan mempengaruhi sifat fisik daging, laju penurunan ph otot yang cepat akan mengakibatkan rendahnya kapasitas mengikat air, karena meningkatnya kontraksi aktomiosin yang terbentuk, dengan demikian akan memeras cairan keluar dari dalam daging. Suhu tinggi juga dapat mempercepat penurunan ph otot pasca mortem dan menurunkan kapasitas mengikat air karena meningkatnya denaturasi protein otot dan mengingkatnya perpindahan air ke ruang ekstraseluler. (Lawrie, 1996 dikutip Munandar et al). Pengamatan selanjutnya yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah pengaruh suhu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengamatan ini yaitu ikan dimatikan dimatikan terlebih dahulu kemudian termometer dimasukkan ke dalam mulut ikan dan suhu dibaca pada menit ke 0, 15, 30, 45 dan 60. Hasil pengamatnnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pengaruh suhu Menit ke Kelompok 2 Kelompok 11 0 24 0 C 24 0 C 15 23,5 0 C 24 0 C 30 22,5 0 C 23,5 0 C

45 22,5 0 C 23 0 C 60 23 0 C Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011 Nova Nurfauziawati Pada kedua kelompok yang melakukan perlakuan yang sama dalam mengukur suhu ikan pasca mortem, ikan mengalami penurunan suhu. Penurunan suhu tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain regulasi nervous dan hormonal terhenti dan respirasi yang terhenti (Dilec, 2009). Kegiatan yang ketiga dari praktikum kali ini adalah pengamatan WHC (Water Holding Capacity) atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah daya ikat air metode sentrifius. WHC diartikan sebagai kemampuan daging untuk menahan air selama aplikasi kekuatan eksternal (seperti pemotongan, pemanasan, penggilingan, atau tekanan). Besar kecilnya WHC dapat memengaruhi warna (color), tekstur (texture), kekenyalan (firmness), kesan jus (juiceness), dan keempukan (tenderness). Kapasitas mengikat air jaringan oto mempunyai efek langsung pada pengkerutan dari daging selama penyimpanan (Forrest et al, 1975). Daging dengan kapasitas mengikat air rendah akan menyebabkan banyaknya cairan yang hilang, sehingga selama pemasakan akan terjadi kehilangan berat yang besar. Langkah-langkah yang dilakukan dalam praktikum ini adalah ikan dimatikan kemudian diambil dagingnya sebanyak 10 gram pada menit ke 30 dan 60 lalu dicincang halus. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung sentrifus dan ditambahkan 10 ml air. Tabung sentrifus ditutup dan dilakukan inkubasi dalam freezeer selama satu malam. Selanjtnya dilakukan sentrifus dengan kecepatan 3000 rpm dalam waktu 20 menit. Kemudian cairan dipisahkan dan dilakukan pengukuran terhadap cairan tersebut. Hasil dari pengamatan ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Pengukuran WHC Menit ke- Volume cairan Kelompok 3 Kelompok 12 30 12 ml 2 x 100% = 20% 11 ml 1 x 100% = 10% 10 10

60 12,5 ml 2,5 x 100% = 25% 11 ml 1 x 100% = 10% 10 10 Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011 Air dalam jaringan ikan diikat sangat erat oleh senyawa koloidal dan kimiawi sehingga tidak mudah lepas oleh tekanan berat. Kekuatan penahan pada daging maksimum pada ikan yang sangat segar. Pada praktikum kali ini kekuatan eksternal yang diaplikasikan adalah pencacahan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa penurunan ph akan mempengaruhi sifat fisik daging, laju penurunan ph otot yang cepat akan mengakibatkan rendahnya kapasitas mengikat air (WHC), karena meningkatnya kontraksi aktomiosin yang terbentuk, dengan demikian akan memeras cairan keluar dari dalam daging. Suhu tinggi juga dapat mempercepat penurunan ph otot pasca mortem dan menurunkan kapasitas mengikat air karena meningkatnya denaturasi protein otot dan mengingkatnya perpindahan air ke ruang ekstraseluler. (Lawrie, 1996 dikutip Munandar et al). WHC dihitung dengan mengukur volume cairan yang terpisah saat sentrifugasi dengan rumus: WHC= selisih volume volume awal x 100% Pengamatan terkahir dari praktikum kali ini adalah pengamatan kekerasan daging secara subjektif. Langkah-langhkah yang dilakukan dalam pengamtan ini diantaranya ikan dimatikan terlebih dahulu kemudian ditekan dengan ibu jari dan dirasakan tekstur kekerasannya pada menit ke 30 dan 60. Adapun hasil dari pengamatan tersebut tampak pada tabel 4. Tabel 4. Pengamatan Kekerasan Daging Secara Subjektif Kelompok Sensori Kelompok 4 Kelompok 13 30 60 Aroma +++ + Tekstur ++ + Lendir +++ Tidak ada Warna bola mata + ++ Aroma +++ ++++ Tekstur ++ +++

Lendir +++ + Warna bola mata ++ +++ Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2011 Nova Nurfauziawati Ikan merupakan bahan pangan yang sangat mudah rusak apabila ikan tersebut telah mati. Kerusakan dapat terjadi akibat adanya bakteri atau mikroorganisme yang dapat menghasilkan lendir pada permukaan badan ikan yang telah mati, juga dapat disebabkan kerja enzim yang masih aktif segera setelah ikan mati yang akhirnya dapat menimbulkan sifat kekakuan (rigor mortis) pada ikan (Tjahjadi, 2009). Hasil pengamatan bersifat subjektif sehingga perubahan kekerasan sulit untuk didateksi. Dari tabel hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa aroma ikan semakin berbau amis, tekstur mengalami peningkatan kekerasan kemudian mengalami penurunan. Hal ini merupakan dari fase pre-rigor. Pada fase ini ikan memiliki karakteristik daging yang lentur dan lunak, hal tersebut terjadi karena sarkomer daging memanjang. Sedangkan untuk ikan yang mengalami peningkatan kekerasan yang merupakan fase rigor mortis. Pada fase ini, otot menjadi kaku karena bersatunya aktin dan miosin membentuk aktinmiosin. Lendir pada ikan menjadi berkurang dan warna bola mata menjadi semakin bertambah keruh.

VI. KESIMPULAN Tahapan ikan setelah mengalami kematian ialah pre-rigor mortis, rigor mortis, dan pasca-rigor. ph pada ikan yang sedang mengalami pasca mortem mengalami penurunan karena glikogen terdegradasi menjadi asam laktat melalui proses anaerobik yang menyebabkan keadaan daging menjadi asam. Penurunan ph akan mempengaruhi sifat fisik daging, laju penurunan ph otot yang cepat akan mengakibatkan rendahnya kapasitas mengikat air (Water Holding Capacity) Penurunan suhu pada ikan yang telah mengalami kematian disebabkan oleh regulasi nervous dan hormonal terhenti dan respirasi yang terhenti. Ikan mengalami peningkatan kekerasan karena otot menjadi kaku akibat bersatunya aktin dan miosin membentuk aktinmiosin. Ikan memiliki karakteristik daging yang lunak dan lentur karena sarkomer daging memanjang.

DAFTAR PUSTAKA Tjahjadi,C dkk. 2009. Bahan pangan dan dasar-dasar pengolahan. Universitas Padjajaran, Bandung. Winniarti Puji Rahayu. 1992. Teknologi Fermentasi Produk Perikanan. IPB. Bogor Munandar A, Nurjanah, Nurimala M. 2009. Kemunduran Mutu Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Pada Penyimpanan Suhu Rendah dengan Perlakuan Cata Kematian dan Penyiangan. Jurnal Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia: XII: 1 Nurwanto dan Sri M. 2003. Buku Ajar Teknologi Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro. Semarang. Tensiska. 2009. Slide Ajar Biokimia Pangan II : Perubahan Lepas Mortem. Univeesitas Padjadjaran. Jatinangor. Widyastuty, I. 2008. Ikan Tuna. Teknologi Hasil Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.